You are on page 1of 2

A.

Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidak mampuan uterus khususnya miometrium
untuk berkontaksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologi
dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengkatan plasenta (
wiknjosastro, 2006)

Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat


menyebabkan perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik. Kontraksi
miometrium yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama
atau persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-
obatan seperti obat anti-inflamasi non steroid, magnesium sulfat, beta-
simpatomimetik, dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium.
Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen bawah rahim,
korioamnionitis, indomiometritis, septicemia, hipoksia pada solusio plasenta, dan
hipotermia karena resusitasi masif ( Rueda et al., 2013).

Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak PPP, sehingga sekitar


70% kasus. Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal, persalinan operatif
ataupun persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia
uteri lebih tinggi pada persalinan abdominal dibandingkan dengan persalinan
vaginal (Edhi, 2013).

Digilib.unila.ac.id

B. GEJALA
1. Gejala Subyektif
a. Ibu mengatakan gelisah
b. Ibu megatakan lemas
c. Ibu mengatakan basah didalam vaginanya
2. Gejala Obyektif
a. Ibu tampak pucat
b. Uterus tidak berkontaksi dan lembek
c. Pernafasan lebih dari 30 x
d. Nadi cepat lebih dari 110 x/menit
e. Tekanan darah 80/60 mmHg

You might also like