You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan ketersediaan pangan dalam
keluarga. Kebiasaan makan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan makanan menurut tradisi
setempat, meliputi hal-hal bagaimana pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana
menyiapkan, siapa yang memakan dan berapa banyak yang dimakan.
Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan
seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam
aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi
pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan
seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu
(Hardinsyah, 2001). Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan individu diantaranya
faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah.
Selain itu faktor kesehatan individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta faktor
fisiologis individu juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi
oleh individu ( Triwijayanti, 2008).
Konsumsi pangan keluarga merupakan kebutuhan anggota keluarga terhadap pangan
yang bertujuan untuk memantapkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Ketersediaan
pangan keluarga juga mempengaruhi jumlah dan banyaknya konsumsi makan anggota
keluarga. Semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga, memungkinkan terpenuhnya
seluruh kebutuhan gizi. Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei.
Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang,
keluarga atau kelompok orang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara
kuatitatif akan diketahui jumlah pangan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Metode pengumpulan data yang
dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, metode food record, dan metode weighing.
Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan
makanan, menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh bahan
makanan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency
questionnaire dan dietary history. Metode food record merupakan metode yang paling akurat
untuk metode survei konsumsi pangan tingkat keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang diperoleh yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan pengertian metode food record ?
2. Bagaimana prinsip dan prosedur pelaksanaan metode food record ?
3. Apa itu unit konsumsi dalam metode Food Record ?
4. Apa saja macam metode Food Record ?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode food record ?
6. Apa kesalahan yang sering terjadi dalam metode food record ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian metode food record.
2. Untuk mengetahui prinsip dan prosedur pelaksanaan metode food record.
3. Untuk mengetahui apa itu unit konsumsi dalam metode Food Record.
4. Untuk mengetahui macam-macam metode Food Record
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode food record.
6. Untuk mengetahui kesalahan yang sering terjadi dalam metode food record.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Food Record


Survei konsumsi menggunakan meteode food record biasanya berlangsung selama
satu minggu atau 7 (tujuh) hari. Selama periode waktu tersebut, semua pangan yang
dikonsumsi pada tiap waktu makan diukur dengan cara penimbangan maupun dengan
menggunakan Ukuran Rumah Tangga (URT). Deskripsis lengkap mengenai semua jenis
pangan dicatat baik mengenai merek maupun cara penyimpanannnya (cara masal/mengolah
makanan). Makanan yang tersisa pada setiap waktu makan ditimbang dan dicatat dengan
lengkap. Metode food record merupakan metode yang paling akurat untuk metode survei
konsumsi pangan tingkat keluarga.
Bila memungkinkan, pangan yang dikonsumsi diluar rumah juga dicatat dengan cara
estimasi. Kalau ada konsumsi pangan diluar rumah tidak tersedia, perlu dilakukan
penyesuaian. Jumlah anggota keluarga dan tamu yang makan pada setiap waktu makan
dicatat lengkap dengan umur dan jenis kelaminnya.
Metode food record merupakan metode yang paling akurat untuk metode suervei
konsumsi pangan tingkat keluarga. Namun, demikian metode ini juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, yaitu : mahal, perlu partisipasi yang tinggi dai responden, pola
konsumsi pangan di rumah tangga bisa berubah.
Food and Agricultural Organization (FAO) merekomendasikan metode ini digunakan
di daerah pedesaan di negara-negara yang kurang berkembang. Hal ini berdasarkan asumsi
bahwa jenis pangan di daerah tersebut tidak begitu banyak variasinya, pangan yang berasal
dari produksi sendiri merupakan mayoritas dari pangan yang tersedia dan pangan yang dibeli
tidak standar.

2.2 Prinsip Dan Prosedur Metode Food Record


Langkah-langkah pengumpulan data food record :
1. Lakukan inventaris terhadap pangan yang tahan lama, dan tuliskan deskripsi
mengenai kemasan atau wadah.
2. Catatlah dengan lengkap dan tepat deskripsi yang jelas dari setiap jenis pangan
seperti bentuk, warna, dan karakteristik lainnya. Contoh seperti :
a. Beras, apakah disosoh atau tidak, berah merah atau beras putih.
b. Wortel, apakah segar, layu, atau dikukus.
c. Sayuran, apakah dimasak, olahan atau mentah, dan jika mentah bagian
mana yang digunakan, apakah batang, daun, bunga, dan jelaskan warnanya
kalau perlu.
d. Buah-buahan, apakah mentah, olahan, atau dimasak, jelaskan tingkat
kematangan dan warnanya jika perlu.
e. Gula, apakah gula merah atau gula pasir.
f. Kopi, apakah instant atau tidak.
3. Jika memungkinkan, deskripsi dari jenis pangan harus cocok dengan yang
tercantum Dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
4. Catat anggota rumah tangga yang akan makan di luar ruma, selain itu catat pula
tamu yang ikut makan lengkap dengan umur dan jenis kelaminnya.
5. Periksalah, setiap jenis makanan yang ada pada menu.
6. Periksalah, jumlah atau berat setiap jenis pangan yang dikonsumsi apakah sudah
tercatat dalam kolom yang tepat.
7. Tuliskan tanggal saat anda melakukan survey.
Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa prinsip dan penggunaan dari metode
pencatatan makanan (food records) adalah sebagai berikut :
1. Dasar dari pencatatan ukuran porsi makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh
individu adalah estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) atau
penimbangan menggunakan timbangan makanan. Metode penimbangan merupakan
metode yang ideal untuk studi penelitian dan kontrol penelitian terutama saat kegiatan
konselin
2. Diet atau untuk mengetahui korelasi antara intake dengan parameter biologis.Berguna
untuk kegiatan dalam penelitian, khususnya dalam penelitian epidemiologi gizi. Data
intake zat gizi selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar program pendidikan gizi.
3. Jika menggunakan metode penimbangan, responden perlu diberikan motivasi, harus
bisa berhitung dan tidak buta huruf, atau alternatifnya adalah menggunakan
enumerator untuk mengumpulkan data dan mencatat intake makanan responden.
4. Apabila membutuhkan ingatan 24 jam (24-h recall) untuk mengestimasi kebiasaan
intake makanan individu maka tergantung pada variasi konsumsi harian dalam intake
makanan pada satu individu. Jika membutuhkan recall lebih dari satu hari maka
sebaiknya memilih hari yang tidak berurutan (nonkonsekutif).
5. Ingatan 24 jam (24-h recall) dapat diulang selama musim yang berbeda pada satu
tahun untuk mengestimasi rata-rata intake individu selama periode waktu yang lebih
lama (untuk mengetahui kebiasaan intake makanan).
Dalam Fahmida & Dillon, 2007 juga disebutkan bahwa prosedur pada metode food
record sebagai berikut :
1. Responden diminta untuk mencatat, konsumsi pada saat yang sama, semua makanan
dan minuman (termasuk snack) yang dimakan dalam ukuran rumah tangga (URT)
untuk periode waktu yang telah ditentukan.
2. Rincian deskripsi dari makanan tersebut adalah meliputi :
- Nama (lokal/setempat dan umum jika diketahui)
- Metode pemasakan
- Kondisi makanan (mentah, masak, dikupas atau olahan)
- Nama merk jika memungkinkan
- Semua bumbu, herbal dan rempah-rempah
- Deskripsi yang lengkap dari masing-masing makanan
- Menimbang jumlah yang dikonsumsi atau mengestimasi menggunakan
ukuran rumah tanggan (URT) dan menggunakan peralatan rumah
tangga yang dikaliberasi.
Jika responden makan diluar rumah maka responden biasanya diminta untuk mencatat
deskripsi dan jumlah dari makanan yang dimakan. Ahli gizi dapat kemudian membeli dan
menimbang duplikat porsi dari masing-masing item makanan yang dicatat, hal ini dilakukan
jika memungkinkan, untuk menilai kemungkinan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Metode Pencatatan dalam Food Record


Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa metode untuk mengestimasi dan menimbang
makanan untuk campuran bahan makanan (mixed dishes) adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan metode persiapan dan pemasakan makanan

2. Menimbang porsi yang dapat dimakan untuk masing-masing bahan mentah atau
melakukan estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) untuk mendapatkan
jumlah dari masing-masing bahan mentah yang digunakan didalam resep
3. Mencatat berat akhir (atau volume) dari ragam makanan (ini hanya untuk metode
penimbangan makanan)
4. Mencatat berat (atau volume) dari ukuran porsi yang dikonsumsi atau melakukan
estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) dan atau menggunakan peralatan
rumah tangga yang dikaliberasi (terstandar) untuk mendapatkan jumlah dari makanan
yang dikonsumsi oleh subjek.
5. Mengestimasi jumlah bahan yang dikonsumsi oleh individu sebagai proporsi dari
masing-masing bahan yang ada di dalam makanan yang dimakan (catat masing-
masing jumlah bahan makanan mentah yang digunakan, berat makanan dalam bentuk
akhir dan jumlah yang dikonsumsi)
6. Menyesuaikan jumlah bahan dengan hasil masakan dan memasukkannya sebagai
berat dari bahan yang dimasak (catat proses pemasakan yang dilakukan karena ada
beberapa zat gizi yang hilang pada saat pemasakan).
2.3 Unit Konsumsi Dalam Metode Food Record
Unit konsumsi (UK) atau meal unit (UM) juga disebut Consumption Unit (CU) adalah
penyetaraan dari jumlah kali makan utama (meals) dalam sehari. Bila seseorang atau keluarga
dalam suatu masyarakat mempunyai kebiasaan makan utama tiga kali sehari yaitu, sarapan,
makan siang, dan makan malam, maka satu unit makan setara dengan 3 kali makan utama
yang dilakukan di rumah. Apabila seseorang hanya makan dua kali di rumah dan satu kali di
luar rumah, maka dia mempunyai 2/3 unit maka jika makanan yang dimakan diluar rumah
tidak dicatat. Namun apabila makanan yang dikonsumsi di luar rumah dicata, maka unit
makan yang berlaku untuk dia tetap satu (1).

Kalau kaidah diatas digeneralisir maka bisa menimbulkan kesalahan karena setiap
anggota keluarga mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda. Misalnya, anak balita
mungkin mempunyai kebiasaan makan empat kali sehari, orang-orang tertentu ada yang tidak
pernah sarapan atau makan malam. Jadi penggunaan angka koreksi dengan UM ini harus
dilakukan per individu dari setiap anggota keluarga. Dengan demikian harus diperoleh
informasi apakah seseorang makan di luar rumah atau tidak selama survei berlangsung.
Dengan cara ini tentu akan memperkecil kesalahan dalam perhitungan konsumsi per kapita
maupun tingkat kecukupnnya.

Dengan demikian tidak selamanya1 UM setara dengan 3 kali makan, atau 2 kali makan
setara dengan 2/3 UM. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan makan seseorang, keluarga
atau masyarakat. Sebagai contoh seseorang yan biasa makan utama dua kali dalam sehari,
maka 1 UM sama dengan 2 kali makan.

Proporsi makanan antar waktu makan, kadang-kadang tidak sama. Pada masyarakat
tertentu makan pagi porsi sedikit, makan siang dan sore jumlahnya banyak dan makan malam
adalah sisa makanan pada waktu makan siang. Di Indonesia belum ada penelitian yang
mengarah pada proporsi makanan untuk setiap waktu makan. Dengan demikian untuk
mendapatkan hasil yang akurat dalam perhitungan konsumsi pangan keluarga, maka perlu
dilakukan penelitian ke arah sana, baik secara nasional maupun antar etnik. Kalaupun
penelitian tersebut tidak dapat dilakukan, setidaknya dalam setiap pengumpulan data
sebelumnya diolah lebih lanjut perlu dicari proporsi konsumsi setiap waktu makan khususnya
energi.

Tabel 5.1 Rata-Rata Persentase Kontribusi Makan Terhadap Asupan Energi dan 11 Zat Gizi Selama
Sehari.

Waktu Makan
Zat Gizi Minum Makan Snack Makan Snack Makan
Pagi Pagi Pagi Siang Siang Sore
Energi 6 20 9 30 10 34
Protein 5 19 8 33 7 36
Lemak 5 17 7 32 9 37
Karbohidrat 7 22 10 28 12 31
Kalsium 10 24 13 26 10 29
Besi 2 21 6 33 7 37
Vit. A 5 17 7 34 7 37
Tiamin 5 33 7 29 6 30
Riboflavin 10 32 10 24 8 28
Asam nikotinat 5 24 7 32 6 33
Vit. C 6 14 7 36 7 37
Serat makanan 1 25 6 32 7 35
Makan utama saja 20 30 34
Cambridge Survei Pangan 21 29 34
Nasional
Sumber : Cameron dan Staveren 1988

Diatas diberikan gambaran kebiasaan makan di Cambridge (Table 5.1). dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa perbandingan proporsi antara makan pagi: makan siang: makan
sore: makan malam adalah 20: 30: 34: 16 (Cameron dan Staveren 1988). Dengan demikian
jika seseorang di Cambridge pada waktu survei tidak makan siang di rumah, maka UM untuk
dia adalah 0.70.

Dalam survey konsumsi yang dilakukan selama satu minggu, satu unit makan adalah
setara dengan jumlah hari survei. Apabila seseorang pada waktu survei dilakukan tidak
makan di rumah selama satu hari, maka besarnya nilai unit makannya adalah 1.00 dikurangi
1/7 atau 0.14 sama dengan 0.86.

Besarnya unit makan untuk satu hari konsumsi makan utama secara penuh adalah 1/7
atau 0.14. besarnya unit makan untuk setiap waktu makan berbeda-beda tergantung proporsi
makannya. Sebagai contoh untuk di Cambridge, dimana perbandingan makanan antar waktu
makan (pagi, siang, sore dan malam) adalah 20: 30: 34: 16, maka besarnya nilai unit makan
dapat dihitung seperti berikut :

Makan pagi 0.20:7 = 0.30

Makan siang 0.30:7 = 0.04

Makan sore 0.34:7 = 0.05

Makan malam 0.16:7 = 0.02 +

Jumlah 1.00:7 = 0.14

Atas dasar itu apabila seseorang sewaktu survei dilakukan tidak makan siang di rumah
sebanyak tiga kali, maka dia kehilangan unit makan sebanyak 0.04 x 3 = 0.12. dengan
demikian nilai unit makannya adalah sama dengan 0.88 UM.

Nilai konsumsi unti untuk satu keluarga dalam periode waktu survei kemudian
dijumlah. Satu keluarga dengan beranggotakan 5 orang. Dimana salah satu diantara anggota
keluarganya tidak makan siang satu kali pada waktu survei dilakukan, maka mempunyai nilai
4,96 unit. Sedangkan untuk keluarga lain dengan anggota keluarga yang sama, namun pada
waktu makan siang kedatangan tamu satu kali, maka unit makannya menjadi 5,04.

Nilai konsumsi unit untuk setiap keluarga tersebut kemudian digunakan untuk
menghitung angka konsumsi per kapita untuk energi dan zat gizi lainnya. Unit konsumsi dari
masing-masing keluarga juga nantinya digunakan dalam perhitungan kecukupan dan tingkat
kecukupan energi dan zat-zat gizi selama survei.

2.4 Macam-Macam Metode Food Record


Dalam Arisman, 2009 dituliskan bahwa food records dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan dua cara. Cara pertama disebut dengan cara perkiraan atau estimated
food record. Cara kedua disebut dengan cara penimbangan atau weight food records.
Pada food records, biasanya responden diminta mencatat semua makanan dan minuman
yang telah dikonsumsi selama paling sedikit 3 hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa
dan 1 hari libur. Berikut ini akan dijelaskan kedua metode tersebut.
1. Estimasi Makanan (Estimated Food Record)
Metode ini disebut juga food record atau diary record, yang digunakan untuk
mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk
mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran
rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode
tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan
tersebut (Supariasa, 2012).
Berbeda dengan penulis sebelumnya, Siagian, 2010 menuliskan bahwa periode
waktu yang dilakukan pada metode estimasi ini biasanya 3-7 hari dengan
memperhitungkan hari secara proporsional, berupa hari-hari biasa dan weekend. Hal
ini diperkuat lagi dalam Almatsier et al,2011 yang menuliskan bahwa periode waktu
untuk metode ini biasanya antara 1 hingga 7 hari. Pada dasarnya tidak ada aturan baku
dalam penentuan jumlah hari. Jumlah hari yang diperlukan dalam metode ini
bervariasi, biasanya tiga, lima atau tujuh hari. Akhir minggu harus secara proporsional
disertakan pada periode survey makanan pada setiap subjek untuk memperhitungkan
efek hari dalam minggu yang potensial pada asupan pangan dan zat gizi. Tidak ada
kesepakatan tentang jumlah, jarak dan pemilihan hari pencatatan untuk mencirikan
baik asupan aktual maupun asupan kebiasaan pangan dan /atau zat gizi individu
dengan metode estimasi ini.
Untuk pencatatan dalam metode estimasi yang digunakan dapat berupa
formulir khusus atau buku kecil yang berupa lembaran kosong atau telah berisi
anjuran kategori pangan setiap hari. Pada beberapa penerapan, pangan ditimbang atau
diukur dengan prosedur tertentu. Prosedur pencatatan, terutama yang berkaitan
dengan deskripsi lengkap jenis dan kuantitas pangan, harus dijelaskan kepada subjek
atau responden. Umumnya, dengan pencatatan-segera ini diharapkan kelupaan akan
menjadi minimal. Pencatatan ini kemungkinan akan mengubah perilaku makan. Hal
ini tidak diinginkan karena data yang diinginkan adalah asupan pangan yang lazim
pada subjek atau keluarganya.
Deskripsi lengkap makanan atau minuman yang harus dijelaskan berupa
kuantitas (URT : piring, sendok, dll), jenis, metode pemasakan dan merk (bagi produk
olahan). Untuk makanan yang terdiri atas campuran bahan makanan (mixed dishes)
(misalnya seperti gado-gado), kuantitas dari setiap bahan mentah yang digunakan
dalam resep makanan, berat akhir dari campuran makanan, dan kuantitas yang
dikonsumsi oleh subjek harus dicatat, jika memungkinkan.
Ukuran porsi makanan dapat diperkirakan oleh responden dengan
menggunakan berbagai prosedur, yang masing-masing berbeda taraf presisinya.
Untuk mengukur porsi pangan dapat digunakan URT baku seperti piring, sendok
makan. Pengukuran tambahan dapat dilakukan dengan menggunakan penggaris
(untuk daging dan kue) dan hitungan (untuk telur dan roti). Ukuran porsi biasanya
dikonversi ke gram oleh peneliti sebelum menghitung asupan zat gizi.
Berdanier, 2008 menuliskan cara pengisian sederhana untuk food records adalah sebagai
berikut :
1. Tanggal. Catat tanggal pada bagian atas form
2. Nama. Catat nama pada bagian atas form yang telah disediakan
3. Waktu makan. Catat waktu makan tiap hari dari pagi sampai malam
4. Makanan/tempat makan. Catat jenis makanan (sarapan, makan siang, makan malam,
snack, dll) dan dimana tempat makan (dirumah/restoran)
5. Item bahan makanan. Catat nama masing-masing bahan makanan yang dimakan
6. Deskripsi/persiapan. Termasuk informasi bagaimana bahan makanan tersebut
disiapkan
7. Jumlah. Catat jumlah dari masing-masing bahan makanan dengan menggunakan URT
atau lakukan penimbangan.
Untuk membantu menganalisis intake bahan makanan tersebut, maka responden harus
memperhatikan dan mematuhi petunjuk yang tertera pada form yaitu :
1. Jangan mengubah kebiasaan/pola makan anda dan jangan mencoba untuk
memodifikasi intake makanan, karena intake makanan anda akan di catat.
2. Catatlah segala sesuatu yang anda makan atau minum. Termasuk semua snack .
termasuk juga suplemen vitamin atau mineral berserta dosis/hari.
3. Catatlah sesegera mungkin makanan yang anda makan. Catatlah dengan jelas.
Cara pengisian food records ini lebih jelas lagi diuraikan dalam Supariasa, 2012. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama
masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan)
2. Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan
makanan yang dikonsumsi tadi
3. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM
4. Membandingkan dengan AKG
Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake)
tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.
Kelebihan metode estimated food records :
1. Metode ini relatif murah dan cepat
2. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar
3. Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari
4. Hasilnya relatif lebih akurat
Kekurangan metode estimated food records :
1. Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden
merubah kebiasaan makannya.
2. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf
3. Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan
memperkirakan jumlah konsumsi.

2. Penimbangan Makanan (Weighed Food Records)


Metode penimbangan makanan adalah metode yang paling akurat dalam
memperkirakan asupan kebiasaan dan/atau asupan zat gizi tertentu. Data yang
dihasilkan penting untuk konseling diet, dan untuk analisis statistik yang meliputi
korelasi atau regresi dengan parameter biologis (Siagian, 2010) & (Almatsier et al,
2011).
Pada metode ini, subjek atau responden diminta untuk menimbang semua
pangan yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu. Lebih jelasnya, subjek atau
responden diminta untuk menimbang semua makanan yang dikonsumsi (misalnya
yang dimasukkan ke dalam piring) dan makanan yang sisa. Kuantitas asupan makanan
adalah selisih antara kuantitas yang akan dikonsumsi dengan kuantitas makanan yang
sisa. Deskripsi detail makanan atau minuman yang harus dimasukkan responden
meliputi kuantitas (massa, volume), jenis, metode pemasakan, penyajian, dan merk
(bagi produk olahan).
Untuk pangan yang dikonsumsi diluar rumah, subjek atau responden diminta
untuk mendeksripsikan kuantitas atau jumlah pangan yang dikonsumsinya. Peneliti
atau pewawancara kemudian membeli dan menimbang porsi duplikat pangan tersebut
untuk memperkirakan kuantitas pangan yang dikonsumsi diluar rumah tersebut
(Siagian, 2010). Kemudian untuk makanan yang terdiri dari lebih dari satu bahan
makanan, penimbangan dilakukan terhadap masing-masing bahan makanan dalam
keadaan mentah (sesuai dengan resep bila ada), setelah jadi, dan bagian yang dimakan
(Almatsier et al, 2011).
Seperti halnya metode estimasi, jumlah, jarak, pemilihan hari untuk
mencirikan asupan aktual atau asupan kebiasaan individu dengan metode
penimbangan pangan bersifat bervariasi. Hal ini tergantung pada zat gizi yang
menjadi pokok perhatian, populasi penelitian, tujuan penelitian, dan sebagainya.
Dengan metode inipun, akhir minggu harus secara proporsional disertakan pada
periode survey makanan pada setiap subjek untuk memperhitungkan efek akhir
minggu pada asupan pangan dan zat gizi. Hal ini senada dengan pendapat
Almatsier et al, 2011 bahwa hari libur atau hari besar dan hari minggu harus
dimasukkan didalam survey.

Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan (Supariasa, 2012) :


1. Petugas /responden menimbang dan mencatat bahan makanan/ makanan yang
dikonsumsi dalam gram
2. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan
menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan)
3. Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG).

Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu
juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang
dikonsumsi. Sehingga dalam Arisman, 2009 dituliskan bahwa dalam metode penimbangan
lebih tepat apabila dilakukan pengamatan secara langsung terhadap responden, meskipun
membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih tinggi. Cara ini cocok diterapkan pada pasien
rawat inap di rumah sakit. Pengamat mencatat takaran makanan yang diresepkan oleh ahli
gizi, jumlah santapan yang diantar oleh petugas gizi, jumlah yang dimakan pasien, serta
banyaknya makanan yang tersisa.
Berdasarkan uraian tentang metode ini maka dapat dikatakan kelebihan dari metode weighed
food records adalah data yang diperoleh lebih akurat dan teliti sedangkan kekurangan metode
ini adalah sebagai berikut :
1. Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan. Dalam Almatsier et al,
2011 disebutkan bahwa biaya yang dibutuhkan dalam metode ini relatif tinggi, karena
responden harus sering dikunjungi untuk memonitor dan memberi semangat.
2. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat
merubah kebiasaan makan mereka. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menyederhanakan proses pengukuran makanan, atau untuk memberi kesan yang baik.
3. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil
4. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Food Records Secara Umum


Kelebihan dan kekurangan dari metode food records menurut Fahmida dan Dillon,
2007 adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
1. Tidak mengandalkan ingatan
2. Menyediakan data yang rinci dari ukuran porsi makanan yang dikonsumsi, khususnya
saat menggunakan metode penimbangan
3. Dapat dikatakan cukup valid
4. Dapat menilai pola makan dan kebiasaan makan dalam hubungannya dengan
lingkungan sosio-demografi dari responden
5. Dapat meningkatkan interpretasi dari hasil laboratorium, antropometri dan data klinis.
6. Pengumpulan data dengan hari yang multiple akan lebih mewakili dari kebiasaan
intake (asupan makanan).
7. Hasil yang didapatkan lebih akurat karena mempertimbangkan adanya sisa dari
makanan, terbuang dan rusak selama pengukuran dilakukan.

Kekurangan:
1. Membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi dari subjek
2. Karena beban yang diberikan kepada responden sangat tinggi maka didapatkan hasil
dari rata-rata respon responden sangat rendah
3. Memerlukan waktu relatif lama
4. Subjek seharusnya bisa membaca untuk mendapatkan hasil pencatatan yang lengkap,
atau dibutuhkan seorang enumerator yang akan melakukan tugas pencatatan
5. Petugas harus terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir pencatatan
6. Analisisnya membutuhkan tenaga yang terlatih dan mahal.
7. Laporan subjek terkadang underreporting (melaporkan terlalu rendah) masih sering
terjadi
Berdasarkan kekurangan pada metode food records seperti yang diuraikan dalam
Fahmida & Dillon, 2007 sejalan dengan pendapat Gibson & Ferguson, 2008 bahwa
metode food records dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan banyak waktu, memerlukan
biaya yang mahal, dan memberikan beban yang besar pada responden. Mengatasi begitu
banyaknya kekurangan yang ada pada metode ini, Gibson & Ferguson, 2008 membuat suatu
modifikasi terhadap metode recall 24 jam dengan dilakukannya pelatihan terhadap suatu
kelompok untuk mengestimasi ukuran porsi dengan tepat sebelum recall yang sebenarnya
dilakukan. Menyediakan chart gambar sebelum recall dilakukan yang digunakan untuk
menceklist pada hari disaat makanan tersebut dikonsumsi dan hal ini juga berguna untuk
membandingkan dengan hasil recall untuk mengurangi factor kelupaan pada responden dan
menyediakan mangkuk dan piring (URT) yang terstandar yang akan digunakan saat recall
dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan responden memvisualisasikan jumlah
makanan yang dikonsumsi.

2.5 Bias Atau Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Penggunaan Metode Food Record
Bias atau kesalahan yang sering terjadi dalam dietary assessment dapat dibedakan
menjadi kesalahan random dan kesalahan sistematis. Kesalahan random biasanya akan
berdampak pada reliabilitas suatu metode dan keadaan ini dapat dikurangi dengan
meningkatkan jumlah pengamatan namun hal inipun tidak sepenuhnya dapat menghilangkan
bias tersebut. Sebaliknya kesalahan sistematis tidak dapat diminimalkan dengan
memperpanjang jumlah pengamatan. Kesalahan pengukuran yang bersifat random dan
sistematis dapat diminimalkan dengan memadukan prosedur kendali mutu kedalam masing-
masing tahapan dalam metode dietary assessment. Termasuknya didalamnya pelatihan dan
sesi pelatihan ulang untuk pewawancara dan pemprogram, standarisasi tekhnik wawancara
dan kuesioner, uji coba kuesioner dan percobaan penyelenggaraan penelitian sebelum survey
sebenarnya dilakukan (Gibson, 2005).
Menurut Gibson, 2005 bahwa sumber-sumber bias atau kesalahan dalam pengukuran dietary
assessment meliputi :
a. Tidak Adanya atau Kurangnya Respon Responden
Kurangnya respon (nonrespon) atau rendahnya kepatuhan dari responden yang
mengakibatkan bias yang signifikan dan hal ini dapat terjadi disemua jenis penilaian
dalam dietary assesment. Upaya yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalkan angka
nonrespon. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengirimkan email atau menelpon
untuk mengingatkan, dan pelatihan pewawancara agar saat melakukan wawancara dilakukan
dengan penuh kehangatan, pengertian dan kepercayaan.
b. Bias dari Responden
Bias yang berasal dari responden biasanya muncul apabila responden salah pengertian
terhadap apa yang ditanyakan atau diminta oleh pewawancara, kecendrungan memberikan
jawaban yang bersifat socially desirable. Socially desirable adalah kecendrungan dari
responden untuk menghindari kritik dan kecendrungan untuk mendapatkan pujian. Sumber
bias yang lain adalah responden memberikan data kadang underreporting ataupun
overreporting (Gibson, 2005).
Menurut Thomson & Subar, 2001 dalam penelitiannya bahwa bias yang sering terjadi
pada metode food records adalah terjadinya underreporting pada responden. Pada penelitian
tersebut underreporting terjadi pada responden dengan nilai BMI yang tinggi (BMI > 24) dan
terutama terjadi pada wanita. Keadaan ini juga ditemukan pada responden usia lanjut. Efek
ini mungkin terjadi karena responden tersebut melakukan diet ketat pada hari-hari tertentu.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kondisi demografis dan psikologis
mempengaruhi underreporting responden seperti pendidikan, pekerjaan, pengaruh dari
keinginan sosial, body image dan pembatasan terhadap makanan. Penelitian yang dilakukan
Mauer, et al dalam Thomson & Subar bahwa ada beberapa jenis makanan yang cenderung
underreporting oleh responden diantaranya adalah seperti makanan penutup, kue-kue yang
manis dan dipanggang, butter dan minuman beralkohol, sedangkan yang dilaporkan lebih
banyak adalah berupa biji-bijian, daging, salad dan sayuran.
Menurut Siagian, 2010 menuliskan bahwa bias yang sering terjadi terutama untuk
metode penimbangan makanan adalah kuantitas konsumsi pangan yang diperoleh mungkin
bukan kuantitas konsumsi yang lazim (kebiasaan) karena responden mungkin mengubah jenis
dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi karena ia tahu konsumsi pangannya sedang dinilai
atau diamati. Hal lain yang mungkin terjadi adalah subjek atau responden mengubah pola
asupan kebiasaannya untuk mempermudah penimbangan.
c. Bias dari Pewawancara
Sumber bias dari pewawancara biasanya meliputi kesalahan menggunakan pertanyaan
probing, kesalahan dalam mencatat respon responden, kehilangan fokus, bias yang
berhubungan dengan persiapan wawancara, adanya gangguan, kepercayaan diri dan
kerahasiaan responden. Bias dari pewawancara ini dapat terjadi disepanjang penelitian dan
subjek, dan atau sistematis untuk pewawancara tertentu. Bias ini bisa jadi terjadi sebagai
interaksi antara pewawancara tertentu dengan responden tertentu pula. (Gibson, 2005).
Dalam food records khususnya untuk estimasi makanan, sumber bias yang sering muncul
adalah kesalahan yang dilakukan saat konversi makanan masak kementah dan dari ukuran
rumah tangga ke ukuran berat (gram) Supariasa, 2012).
d. Faktor Kelupaan pada Responden
Gangguan memori pada responden yang sering terjadi adalah responden gagal dalam
mengingat makanan yang biasa dikonsumsi dan dapat pula responden melaporkan makanan
yang sebenarnya tidak dikonsumsi pada saat recall tesebut dilakukan. Untuk mengurangi
faktor kelupaan yang terjadi pada responden dapat dilakukan dengan teknik
pertanyaan probing & standar Promting serta menggunakan alat bantu mengingat seperti alat
bantu simulasi makanan yang dari plastic atau tanah liat, gambar bahan makanan atau photo.
e. Estimasi Ukuran Porsi yang Kurang Tepat
Bias yang sering timbul adalah kegagalan responden dalam mengkuantitaskan secara
akurat jumlah makanan yang dikonsumsi, atau miskonsepsi dalam merata-ratakan ukuran
porsi. Menurut Young & Nestle, 1995 dalam Gibson 2005 bahwa Tiap responden memiliki
kemampuan yang berbeda dalam mengestimasi ukuran porsi yang akurat secara visual.
Umumnya perbedaan ini timbul secara independent karena perbedaan usia, berat badan,
status sosial, dan jenis kelamin tetapi mereka melakukannya pada jenis dan makanan yang
bervariasi. Kesalahan yang besar yang terjadi, sebagai contoh mengestimasi potongan daging
yang bentuknya tidak teratur. Menurut Weber et al. 1997 dalam Gibson 2005 bahwa
ditemukan kesalahan mengestimasi porsi daging (steak) hingga mencapai 80%.
f. Suplemen yang Digunakan
Suplemen yang biasanya dikonsumsi oleh responden juga harus dicatat dalam dietary
assessment. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, biasanya nama merk harus diketahui.
Nama merk merupakan hal yang kritis karena antar merk memiliki variasi yang sangat besar.
Kesalahan dalam ketepatan mengkuantitatifkan dosis suplemen sangat berdampak dalam
estimasi dari intake zat gizinya. Dari beberapa penelitian yang dilakukan sering
terjadinya underreporting dalam menentukan dosis suplemen. Ditambah lagi faktor kimia
dalam dietary suplement dapat berpengaruh dalam biovailabilitas, sehingga lebih dianjurkan
untuk mencatat komposisi kimia dalam dietary supplement apabila itu memungkinkan.
g. Kesalahan dalam Penanganan Bahan Makanan Campuran
Sumber kesalahan yang umum terjadi dalam penanganan bahan makan campuran
adalah kesalahan yang terjadi selama bahan campuran masih dalam bentuk bahan mentah dan
selanjutnya dikonversi ke bentuk yang dapat dikonsumsi. Konversi biasanya meliputi faktor
menghitung rata-rata dari kedua perubahan berat karena pemasakan dan retensi zat gizi.
Setelah itu dilanjutkan dengan mengestimasi kuantitas dari bahan makanan campuran yang
dikonsumsi oleh subjek.
Berdasarkan beberapa bias yang sering muncul dalam pengumpulan data dietary
assesmentmaka Supariasa, 2012 menuliskan bahwa untuk mengurangi bias tersebut dapat
dilakukan dengan cara : menggunakan sampel dalam jumlah besar, ulangi pengukuran dalam
intake konsumsi terhadap subjek atau responden yang sama dalam beberapa waktu, dan
usahakan selalu melakukan kaliberasi terhadap alat-alat ukur.
Pertimbangan-pertimbangan Untuk Mengurangi Kesalahan Saat Pengumpulan Data
Assesment
No Sumber Kesalah Potensi Food Record
1. Perlu adanya asisten pewawancara yang
melakukan pencatatan.
1. Ingatan (memori)
2. Mendorong untuk mematuhi setiap
petunjuk dengan tepat
1. Perlunya alat bantu untuk mengestimasi
ukuran porsi.
2. Ukuran Porsi
2. Alat timbang.
3. Pelatihan responden
1. Memperbanyak hari pengumpulan data.
2. Memasukkan hari-hari biasa dan hari libur
Keragaman hari pengumpulan
3. (akhir pekan).
data
3. Mengumpulkan data pada musim/waktu
yang berbeda
1. Mengurangi beban responden.
4. Bias Respon
2. Membatasi hari pengumpulan data
1. Memasukkan data dengan tepat dan
memasukkan data sesuai aturan.
2. Perlu adanya asisten pewawancara yang
5. Entri Data (Memasukkan Data)
melakukan pencatatan.
3. Adanya panduan dan petunjuk probing
secara rinci
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Food record merupakan catatan responden mengenai jenis dan jumlah makanan dan
minuman dalam satu periode, biasanya 3 hari dalam seminggu yakni 2 hari biasa dan 1 hari
libur, sampai 7 hari dan dapat dikuantifikasikan dengan estimasi menggunakan Ukuran
Rumah Tangga ( Estimated Food Record) atau menimbang (Weighed Food Record). Dalam
Estimated Food Record, responden diminta untuk mencatat semua makanan dan minuman
termasuk makanan ringan yang dimakan dalam ukuran rumah tangga (URT) dalam jangka
waktu tertentu, mendeskripsikan secara rinci semua makanan dan minuman termasuk nama
merk dan metode persiapan srta pembuatannya serta memperkirakan berat makanan yang
dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga (URT). Weighed Food Record atau metode
Penimbangan makanan merupakan metode paling presisi untuk memperkirakan kebiasaan
makan dan asupan zat gizi pada individu karena menggunakan satuan baku.
Bias atau kesalahan yang terjadi dalam dietary assesment dapat dibedakan menjadi
kesalahan random dan kesalahan sistematis. Keslahan random biasanya akan berdampak pada
realibilitas suatu metode dan keadaan ini dapat dikurangi dengan meningkatkan jumlah
pengamatan namun hal ini pun tidak sepenuhnya dapat menghilangkan bias tersebut.
Sebaliknya kesalahan sistematis tidak dapat diminimalkan dengan memperpanjang jumlah
pengamatan.
3.2 Saran
Dalam menggunakan metode food record ini sebaiknya dilakukan dengan teliti dan
dicatat setiap makanan apa saja yang kita makan serta memiliki takaran disetiap makanannya,
dan setiap sisa makanan dicatat atau ditimbang sehingga dapat membantu atau
mempermudah dalam melakukan metode ini terutama di tingkat keluarga. Metode ini
sebaiknya dilakukan terlebih dahulu dilingkungan keluarga karena metode food record ini
merupakan metode yang paling akurat dilakukan di lingkungan keluarga. Setelah melakukan
metode ini dilakukan di lingkungan keluarga barulah kemudian dilakukan di desa atau di
daerah yang jenis pangan di daerah tersebut kurang bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Retno Wahyuningsih. 2015. Metode Record


(https://www.scribd.com/doc/205632191/Metode-Food-Records) diakses tanggal 10 Februari
2018.
chindy harijaya . 2012. Pengukuran konsumsi makanan
(http://luhchindy.blogspot.co.id/2012/04/gizi-kesmas-pengukuran-konsumsi-makanan.html)
diakses tanggal 10 Februari 2018.

Kusharto, Clara M. 2014. Survei Konsumsi Gizi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Fahmida, Umi and Drupadi HS Dillon. 2007. Nutritional Assesment. Seameo-Tropmed


RCCN UI, Jakarta.

Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Second Edition. Oxford


University Press Inc.

Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.

Diakses oleh Adingpintar 30 Januari 2013 Metode Food Record

https://adingpintar.wordpress.com/2013/01/30/metode-food-records-estimasi-makanan-dan-
penimbangan-makanan/

You might also like