Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
1. Achmad Baroqah
2. Herlin Ferlina
3. Vebri Tranando.S
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan pada pasien
ITP dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit
hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan ITP. Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
2.1. DEFINISI
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti. Mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibody yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.
(Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh
menghasilkan antibody yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal,
antibody adalah respon tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke
dalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keeping
darah tubuhnya sendiri.
Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti terhadap trombosit dalam darah
penderita. Pada neonatus kadang-kadang ditemukan trombositopenia neonatal yang
disebabkan inkompatibilitas golongan darah trombosit antara ibu dan bayi (isoimunisasi).
Prinsip patogenesisnya sama dengan inkompatibilitas rhesus atau ABO. Jenis antibodi
trombosit yang sering ditemukan pada kasus yang mempunyai dasar imunologis ialah
anti P1E1 dan anti P1E2. Mencari kemungkinan penyebab ITP ini penting untuk
menentukan pengobatan, penilaian pengobatan dan prognosis .
2.3. KLASIFIKASI
Secara klinik dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan durasi trombositopenia, yaitu
1. ITP akut
ITP akut jika tidak lebih dari enam bulan (2). ITP akut lebih sering terjadi
pada anak, setelah infeksi virus akut atau vaksinasi, sebagian besar sembuh spontan,
tetapi 5-10 % berkembang menjadi kronik (berlangsung lebih dari 6 bulan). Diagnosis
sebagian besar melalui ekslusi. Jika trombosit lebih dari 20 x 109/l tidak diperlukan
terapi khusus. Jika trombosit kurang dari 20 x 109/l dapat diberikan steroid atau
immunoglobulin intravena.
ITP dialami oleh 2 hingga 5 anak per 100.000 anak per tahunnya pada usia
yang lebih muda dari 15 tahun. Hal ini sesuai dengan yang diteliti oleh beberapa
peneliti seperti yang tampak pada tabel 1. Jumlah kasus baru ITP kronis berjumlah
sekitar 10 kasus per 1 juta anak per tahunnya.1 Berdasarkan sebuah penelitian di
Denmark dan Inggris ditemukan angka kejadian ITP pada anak berjumlah 10 hingga
40 kasus dari 1 juta anak per tahunnya. Kuwait melaporkan angka insidens yang lebih
tinggi yakni berjumlah sekitar 125 kasus per 1 juta anak per tahunnya. Puncak
prevalensi pada anak berada pada usia 2 hingga 4 tahun.1 Glanz et al telah membagi
angka kejadian dari ITP berdasarkan usia seperti yang terlihat pada gambar 1.
ITP kronik terutama dijumpai pada wanita umur 15-50 tahun. Perjalanan
Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara ITP akut dan
kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya
trombositopenia diantara keduanya. Pada ITP akut, penghancuran trombosit
meningkat karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap
infeksi bakteri atau virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang ddengan antigen
dari trombosit. Sedangkan pada ITP kronik mungkin telah terjadi gangguan dalam
regulasi system imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat
terbentuknya antibody spesifik terhadap antibody. Namun bagaimana antibody
antitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pastipatofisiologi ITP akut dan
kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui secara
pasti.
Pada ITP jumlah trombosit menurun disebabkan oleh trombosit diikat oleh
antibodi, terutama IgG. Antibodi terutama ditujukan terhadap gpIIb-IIIa atau Ib.
Trombosit yang diselimuti antibodi kemudian difagositir oleh makrofag dalam RES
terutama lien, akibatnya akan terjadi trombositopenia. Keadaan ini menyebabkan
kompensasi dalam bentuk peningkatan megakariosit dalam sumsum tulang.
PATHWAY
Pembentukan neoantigen
Splenomegali Trombositopenia
perdarahan
anemia
Nyeri
2.6.1. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama daerah kaki), seringnya bergerombol
menyerupai rash (petechiae).
2.6.2. Memar atau kebiruan pada kulit dan membrane mukosa (seperti dibawah mulut)
disebabkan perdarahan dibawah kulit tanpa alasan yang jelas (purpura). Pada
perdarahn yang lebih sering dapat membentuk massa tiga dimensi yang disebut
hematoma.
2.6.3. Hidung mengeluarkan darah atau perdarahan gusi, ada darah pada urine dan faeses,
menstruasi yang berkepanjangan, perdarahan pada otak (jarang terjadi)
menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
2.6.4. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatique, dan sulit
berkonsentrasi.
2.8. TERAPI
Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga agar jumlah trombosit dalam kisaran aman
sehingga mencegah terjadinya perdarahan mayor. Terapi untuk anak-anak dan dewasa
hamper sama. Kortikosteroid (mis: prednisone) sering digunakan untuk terapi ITP. Dosis
awalnya 0,5 – 1,2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi kortikosteroid terjadi
dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi pada minggu pertama, bila respon membaik
dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian dilakukan tapering. Kortikosteroid meningkatkan
jumlah platelet dalam darah dengan cara menurunkan aktivitas system imun. Pasien yang
mengalami perdarahan parah membutuhkan tranfusi platelet dan dirawat di rumah sakit.
Hematology 2011 :
Masalah utama yang terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan
orangtuanya sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang.
Respon terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan
tubuh yang banyak dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan dampak bagi anak, tetapi
juga bagi orangtuanya. Untuk itu, perasaan orangtua tidak boleh diabaikan, karena
apabila orangtua merasa stress maka ddalam merawat anaknya menjadi kurang baik
dan akan menyebabkan anak menjadi stress pula.
Reaksi orangtua terhadap perawatan anak di rumah sakit dan latar belakang yang
menyebabkan stress, yaitu:
c. Perasaan frustasi
Pada kondisi anak yang sudah dirawat terlalu lama tetapi tidak mengalami
perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orangtua
baik dari keluarga maupun kerabat lainnya, maka orang tua akan merasa putus
asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu sering kali orangtua menunjukkan perilaku
tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan bahkan menginginkan pulang
paksa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama : Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada
hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
2. Riwayat penyakit sekarangang ditandai dengan: Klien mengalami ITP yg
ditandai dengan Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada hidung
dan perdarahan pada gusi gigi.
3. Riwayat penyakit dahulu : HIV AIDS yang mungkin diturunkan dari orang tua
klien.
4. Riwayat penyakit keluarga : Pihak keluarga mengalami HIV AIDS, kelainan
hematologi.
5. Riwayat lingkungan
Kondisi lingkungan kurang baik atau kumuh karena penyakit ini bias disebabkan
oleh virus atau bakteri seperti rubella, rubiola dan paksinasi dengan virus aktif.
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
1) Petekie terjadi spontan.
2) Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
3) Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
4) Menoragie.
5) Hematuria.
6) Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
1) Gejala :
- Keletihan, kelemahan, malaise umum.
-Toleransi terhadap latihan rendah.
2) Tanda :
-Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
-Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
1) Gejala :
-Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat.
-Palpitasi (takikardia kompensasi).
2) Tanda : TD peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
1) Gejala :
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse
darah.
2) Tanda : Depresi.
g.Eliminasi.
1) Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
2) Tanda : Distensi abdomen.
h.Makanan / cairan.
1) Gejala :
-Penurunan masukan diet.
-Mual dan muntah.
2) Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
1) Gejala :
- Sakit kepala, pusing.
- Kelemahan, penurunan penglihatan.
2) Tanda :
-Epistaksis.
-Mental : tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
1) Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
2) Tanda : Takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
1) Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
2) Tanda : Takipnea, dispnea.
l. Keamanan
1) Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
2) Tanda : Petekie, ekimosis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan
menurun, intake makanan kurang, kongjungtiva.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik)
ditandai dengan gangguan pola tidur, klien meringis kesakitan di daerah nyeri,
skala nyeri (data subyektif).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
imobilisasi
4. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan keterbatasan
belajar, tidak familiar dengan sumber informasi.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis
ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan turgor kulit.
6. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai dengan
sianosis, oedema, pucat.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan
kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik).
Tujuan dan
kreteria Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan 1) Tentukan riwayat nyeri, 1) Memberikan informasi
tindakan 2x24 jam lokasi, durasi dan intensitas yang diperlukan untuk
diharapkan nyeri yang 2) Evaluasi therapi: merencanakan asuhan.
dirasakan klien pembedahan, radiasi, 2) Untuk mengetahui terapi
berkurang dengan khemotherapi, biotherapi, yang dilakukan sesuai atau
Tujuan : ajarkan klien dan keluarga tidak, atau malah menyebabkan
Melaporkan tentang cara komplikasi.
nyeri yang menghadapinya.
dialaminy 3) Berikan pengalihan 3) Untuk meningkatkan
a seperti reposisi dan aktivitas kenyamanan dengan
Klien menyenangkan seperti mengalihkan perhatian klien
mampu mendengarkan musik atau dari rasa nyeri.
mengontro nonton TV 4) Meningkatkan kontrol diri
l rasa 4) Menganjurkan tehnik atas efek samping dengan
nyeri penanganan stress (tehnik menurunkan stress dan
melalui relaksasi, visualisasi, ansietas.
aktivitas bimbingan), gembira, dan 5) Untuk mengetahui
Mengikuti berikan sentuhan efektifitas penanganan nyeri,
program therapeutik. tingkat nyeri dan sampai
pengobata 5) Evaluasi nyeri, berikan sejauhmana klien mampu
n pengobatan bila perlu. menahannya serta untuk
6) Diskusikan penanganan mengetahui kebutuhan klien
Mendemo nyeri dengan dokter dan akan obat-obatan anti nyeri.
ntrasikan juga dengan klien 6) Agar terapi yang
tehnik 7) Berikan analgetik sesuai diberikan tepat sasaran.
relaksasi indikasi seperti morfin,
dan methadone, narkotik dll 7) Untuk mengatasi nyeri.
pengalihan
rasa nyeri
melalui
aktivitas
yang
mungkin.
Tujuan dan
Intervensi Rasional
kreteria
hasil
Setelah dilakukan 1) Berikan informasi 1) memberikan dasar
tindakan 1x24 jam tntang ITP. Diskusikan pengetahuan sehingga keluarga
diharapkan keluarga kenyataan bahwa terapi / pasien dapat membuat pilihan
mengerti akan penyakit tergantung pada tipe dan yang tepat.
klien dengan beratnya ITP. 2) ketidak tahuan
Tujuan: 2) Tinjau tujuan dan meningkatkan stress
Pemahaman persiapan untuk
dan pemeriksaan diagnostic. 3) merupakan kekwatiran
penerimaa 3) Jelaskan bahwa darah yang tidak diungkapkan yang
n terhadap yang diambil untuk dapat memperkuat ansietas
program pemeriksaan laboratorium pasien / keluarga.
pengobata tidak akan memperburuk
n yang ITP.
diresepkan
.
Criteria hasil:
Menyatakan
pemahama
n proses
penyakit.
Faham akan
prosedur
dagnostik
dan
rencana
pengobata
n.
Intervensi Rasional
Tujuan dan
kreteria
hasil
Setelah dilakukan 1) Awasi TTV, kaji 1) memberikan informasi
tindakan 2x24 jam pengisian kapiler. tentang derajat/ keadekuatan
diharapkan kembali perfusi jaringan dan membantu
kebentuk normal dengan 2) Tinggikan kepala menentukan kebutuhan
Tujuan: tempat tidur sesuai toleransi. intervensi.
Tekanan 2) meningkatkan ekspansi
darah 3) Kaji untuk respon verbal paru dan memaksimalkan
normal. melambat, mudah oksigenasi untuk kebutuhan
Pangisian terangasang. seluler.
kapiler 4) Awasi upaya 3) dapat mengindikasikan
baik. parnafasan, auskultasi bunyi gangguan fungsi serebral
Kriteria hasil: nafas. karena hipoksia.
4) dispne karena regangan
Menunjuk jantung lama / peningkatan
kan kompensasi curah jantung.
perbaikan
perfusi
yang
dibuktikan
dengan
TTV
stabil.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas
pembawa oksigen darah.
Tujuan dan
Intervensi Rasional
kreteria
hasil
Setelah dilakukan 1) Kaji / awasi frekuensi 1) perubahan (seperti
tindakan 2x24 jam pernafasan, kedalaman dan takipnea, dispnea, penggunaan
diharapkan irama. otot aksesoris) dapat
Tujuan: menindikasikan berlanjutnya
Mengurangi 2) Tempatkan pasien pada keterlibatan / pengaruh
distress posisi yang nyaman. pernafasan yang membutuhkan
pernafasan upaya intervensi.
. 3) Beri posisi dan Bantu 2) memaksimalkan ekspansi
Criteria hasil: ubah posisi secara periodic. paru, menurunkan kerja
4) Bantu dengan teknik pernafasan dan menurunkan
Memperta nafas dalam. resiko aspirasi.
hankan 3) meningkatkan areasi
pola semua segmen paru dan
pernafasan mobilisasikan sekresi.
normal / 4) membantu meningkatkan
efektif difusi gas dan ekspansi jalan
nafas kecil.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan
(sesuai dengan literature).
E. EVALUASI
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus
pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan
SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Sebelum masuk rumah sakit (usia 10 tahun) An.T di diagnosa SN di RSUP karyadi
(keluhan waktu itu bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah
rawat di RSUP Purwerejo ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet
hijau yang dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua merasakan tidak ada perbaikan,
anak justru bertambah gemuk sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di
diagnosa SN diterapi mulai 2005- juli 2010. Dari spesialis anak dosis prednisolon 2-2-2 dosis
terakhir 2 x ½ , evalusi proteinuria (+), tidak ada keluhan bengkak, moonface menurun, anak
bisa bertambah tinggi. 4 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik lebam dikulit,
periksa ke SPPP diagnosa SN. AT 1000, AL 12170, Hb 13,5.pada saat masuk rumah sakit
(17 tahun),didiagnosa ITP, rambut rontok. Sebelum masuk rumah sakit muncul lebam-lebam,
kulit Pasien kemerahan dan gusi berdarah. Pasien merasa lemas.
A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
Nama : An.T
Umur : 17 tahun
JenisKelamin :Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan :SMP
Pekerjaan :Pelajar
Lama bekerja:-
2. Riwayat Penyakit
Keluhan utama masuk RS : Lebam-lebam, kulit Pasien kemerahan dan
gusi berdarah. Pasien merasa lemas.
Riwayat penyakit sekarang: Sebelum masuk rumah sakit (usia 10
tahun) An.T di diagnosa SN di RSUP karyadi (keluhan waktu itu bengkak di
seluruh badan dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah rawat di RSUP
Purwerejo ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet
hijau yang dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua merasakan tidak
ada perbaikan, anak justru bertambah gemuk sehingga beralih obat ke dokter
spesialis anak yang lain di diagnosa SN diterapi mulai 2005- juli
2010.Ternyata didak ada perubahan kemudian masuk RS di diagnosa ITP.
Riwayat Penyakit Dahulu: Umur 7 tahun anak di diagnosa SN (
bengkak di seluruh badan)
Diagnosa medic pada saat masuk rumah sakit, pemeriksaan penunjang dan
tindakan yang telah dilakukan,mulai dari pasien masuk rumah sakit (UGD/Poli),
sampai diambil kasus kelolaan
Masalah atau Dx medis pada saat masuk rumah sakit : Idiopatik Trombositopenia
Purpura (ITP)
Catatan penanganan kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang rawat sampai
pengambilan kasus kelolaan)
h. Pengobatan :
An.T didiagnosa SN sejak usianya 10 tahun, anak selalu berobat rutin
pada dokter spesialis anak.
4. Riwayat Keluarga
a. Sosial ekonomi :
Pasien berasal dari keluarga yang cukup, ibu sebagai guru SMP
penghasilan ± 2 juta perbulan, ayah sebagai karyawan swasta
(percetakan) dengan penghasilan ± 1,5 juta perbulan
b. Lingkungan rumah :
Pasien mengatakan lingkungan disekitar rumah bersih, rumah
berlantai keramik, beratap genteng, dinding tembok, kamar mandi di
dalam rumah, sumber air dari sumur
c. Penyakit keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama (ITP)
dalam kelurga,tidak ada riwayat penyakit hipertensi.
5 5
5 5
q. Neurologi :
GCS E4V5M6
Tidak ada kejang, tidak ada tremor, pasien dapat menyebutkan tempat,
waktu orang (orientasi baik)
Pemeriksaan penunjang
PEMERIKS 13/08 14/08 15/08 16/08 17/08 Ruju Satua
AAN /2012 /1012 /2012 /2012 /2012 kan n
LABORAT
ORIUM
Hasil
HEMATOLOGI
Hemo 10,8 8,9 8,4 8,5 7,5 11,0- g/dl
globin 14,0
Leuk 18,7 - - - 35,0 4,0- /ul
osit 10,5 rb
Eritro 3,80 - - - 2,82 4,5- Juta/u
sit 6,00 l
Hema 32,4 28 25,8 27,4 24,8 35,0- Vol%
tokrit 47,0
Trom 11,0 13 19 14,0 20,0 150- Ribu/
bosit 450 ul
LED 65 - - - 0-20 mm/ja
m
MCV,MCH,MCHC
MCV 85,2 - - - 88,0 80-97 Fl
MCH 28,5 - - - 26,6 27-32 Pg
MCH 33,4 - - - 30,2 32-38 %
C
HITUNG JENIS
- 0,6 - - - 0-1 %
Basofil
- 0,1 - - - 1-4 %
Eosinofil
- 72,7 - - - 78,1 36,0- %
Netrofil 66,0
- 23,8 - - - 16,4 25-40 %
Limfosit
- 2,8 - - - 2-8 %
Monosit
HEMOSTASIS
PT 13 - - - 10-15 Detik
1. conjunctiva: anemis
2. BB; 49 kg ,TB:168
cm
DS:
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan
menurun, intake makanan kurang, kongjungtiva.
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor
imunologis ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan
turgor kulit.
3. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan dan Intervensi Rasional
kreteria hasil
Dx. Keperawatan
09:00 09:10
Melakukan S: -
penimbangan berat O: berat badan 49,5 kg
badan.
S:
1. Pasien mau
melakuakan yang
diberitahu perawat.
2. Pasien mengatakan
akan makan dan
minum banyak.
O:
1. Makanan habis 1 porsi
2. Berat badan 49,5 kg
A:
Gangguan pemenuhan
nutrisi dan cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia. Teratasi sebagian
P:
1. Pantau pemasukan
makanan dan timbang
berat bandan setiap
hari
TINDAKAN KEPERAWATAN
Dx. Keperawatan
11.30 11.15
-Meganjurkan klien S:klien mengatakan
untuk tidak menggaruk
bagian yang gatal. tidak nyaman
-Merubah posisi O:-klien terlihat
klien miring kanan dan
miring kekiri masih lemah
-masih terdapat
bintik-bintik merah pada
kulit
A: Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan
factor imunologis belum
teratasi
P:-monitor
integritas kulit klien
-lihat ada tidaknya
tanda-tanda infeksi
-monitor suhu klien
3. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
13.00 13.30
O:
A:Kurang pengetahuan
pada keluarga tentang kondisi
dan kebutuhan
pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi
informasi teratasi sebagian.
P:
A. KESIMPULAN
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami atau pada resiko tinggi
untuk mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini dapat disebabkan oleh
produksi trombosit yang menurun, distribusi trombosit yang berubah, pengrusakan trombosit,
atau dilusi vaskuler.
Gejala dan tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah Hidung
mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darah pada urin dan feses Beberapa
macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi
yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala
pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yang
rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang
lain. Tindakan keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau mengatasi perdarahan
yang terjadi.
B. SARAN
a. Perawat harus memantau setiap perkembangan yang terjadi pada pasien yang
menderita ITP.
b. Perawat harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, seperti tenaga kesehatan
yang bekerja di laboratorium yaitu untuk memerikasa jumlah trombosit pasien.
c. Perawat harus menerapkan komunikasi asertif terapeutik guna menurunkan tingkat
kecemasan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, Kumar, Abbas & Fausto, Buku Saku Dasar Patologis penyakit. Edisi7. Purpura
Trombositopenik Idiopatik, Jakarta: penerbit EGC. 2009. Hal 378-379
Mitchell Richard N, Cotran Ramzi S, Robbins Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Gangguan
Hemodinamik, Tombosis dan Syok, Jakarta: penerbit EGC. 2007. Hal 91 – 96
Perez ELS, Placido DG, Rapacon JJB. A Case Study of Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura. Dept of Emergency Medicine at UP-Philippine General Hospital. 2011.
Stasi R, et al. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura - new therapies for relapsing disease.
Mayo Clin Proc. 2004;79(4):504–522.
Tim Penyusun FK UI. Ilmu Kesehatan Anak Buku Kuliah 1. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, 2007.
Tim Penulis. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius, 2000.