You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY ’’ W ‘’ DENGAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL ; FRAKTUR DI UNIT


GAWAT DARURAT RS RK CHARITAS

PALEMBANG

DI SUSUN OLEH :

NIA FRANSISKA (1735040)

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Dheni Koerniawan.,S.kep

FAKULTAS ILMU KESEAHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan asuhan keperawatan dengan judul
“gangguan sistem muskuloskeletal ; fraktur”. Serta para pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis mencoba semaksimal mungkin dalam
penyusunannya, namun penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna
memperbaiki makalah sederhana ini. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan mengenai asuhan keperawatan dengan judul “gangguan sistem muskuloskeletal
; fraktur”.

Palembang, November 2017

Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar medik
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang
utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman dan Nurma, 2009 : 26).
Fraktur femur didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi
fraktur femur secara klinis bias berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan
fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha
(Zairin, 2012 : 508).

2. Etiologi

a. Trauma
b. Gerakan mendadak
c. Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

3. Jenis-jenis fraktur
a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya
membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada
daerah perlekatannnya.
4. MANIFESTASI KLINIS

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang


diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. PENATALAKSANAAN
a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
b. Imobilisasi fraktur Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
 Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
 Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
 Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan)
dipantau
 Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi
disuse dan meningkatkan peredaran darah
7. KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
8. PENGKAJIAN
a. Pengkajian primer
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut.

b. Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat

2. kehilangan fungsi pada bagian yangterkena


3. Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
2. Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
3. Tachikardi
4. Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
5. Cailary refil melambat
6. Pucat pada bagian yang terkena
7. Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
1. Kesemutan
2. Deformitas, krepitasi, pemendekan
3. kelemahan
d. Kenyamanan
1. nyeri tiba-tiba saat cidera
2. spasme/ kram otot
e. Keamanan
1. laserasi kulit
2. perdarahan
3. perubahan warna
4. pembengkakan lokal

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan rangka
neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperaawatan

Kriteria hasil:

1. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin


2. Mempertahankan posisi fungsinal
3. Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
4. Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:

a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan

b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit


c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang
sakit dan tak sakit
d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika
bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup
keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi
dengan melakukan aktivitas
g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang

Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan

Kriteria hasil:

a. Klien menyatajkan nyei berkurang


b. Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat
dengan tepat
c. Tekanan darahnormal
d. Tidak ada peningkatan nadi dan RR
Intervensi:

a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri


b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan
aktivitas hiburan
d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
e. Jelaskanprosedu sebelum memulai
f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
g. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan
nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
h. Observasi tanda-tanda vital
i. Kolaborasi : pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

a. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta.


EGC
b. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta.
EGC
c. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.
Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC
d. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

10.

You might also like