You are on page 1of 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA

DI KECAMATAN KABOLA, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA


TENGGARA TIMUR (NTT) TAHUN 2014

Factors Related to Malaria in Kabola Village, Alor District,


East Nusa Tenggara Province, 2014

Oktofina Sir', Arsunan Arsine, Ilham Syam', Mieska Despitasari3


'Bagian Epidemiologi Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKMA, Makassar
2Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas, Makassar
3
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes
Email: ilhamsyam56@yahoo.com

Diterima: 27 Oktober 2014; Direvisi: 2 Oktober 2015; Disetujui: 9 Desember 2015

ABSTRACT

In last three years, Malaria cases in District Kabola was fluctuating. There was 414 Malaria cases in
2011, decreased into 107 in 2012, and increased into 327 in 2013. The aim of this study is to determine the
relationship of people's behavior, socio-economic factors and the use of netting with the incidence of
malaria in Kabola Village. This is an analytical research with cross - sectional design and 180 people
were taken as a sample of 327 people. This research use probability sampling with Stratified Random
Sampling method. Result showed that there is a relationship between education (p = 0,017), income (p =
0,007), knowledge (p = 0,016), attitude (p = 0,000), action (p = 0,012), and the use of mosquito nets (p =
0,021) with Malaria incidence. Meanwhile, occupation (p = 0,063) has nothing to do with Malaria
incidence. In conclusion, Malaria incidence has relationship with education, income, knowledge, attitudes,
actions, and the use of mosquito nets, while occupation has nothing to do with malaria incidence. It is
recommended that health care providers (health centers, Pustu, Polindes, and Posyandu) have to give
more information/ counseling about prevention, eradication, and malaria handling.

Keywords: Malaria incidence, behaviour, social economics, netting

AB STRAK

Dalam tiga tahun terakhir, jumlah kasus Malaria di Kecamatan Kabola berfluktuasi. Pada tahun 2011
terdapat 414 kasus malaria, kemudian mengalami penurunan menjadi 107 kasus pada tahun 2012, dan
kembali meningkat menjadi 327 kasus pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan perilaku masyarakat, sosial ekonomi dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria di
kecamatan Kabola. Penelitian ini adalah studi analitik dengan desain potong lintang. Sejumlah 180 sampel
diambil dari populasi yang berjumlah 327 orang. Sampel diambil dengan probability sampling dengan
menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Basil analisis menunjukkan bahwa pendidikan
(p=0,017), penghasilan (p=0,007), pengetahuan( p=0,016), sikap (p=0,000), tindakan (p=0,012), dan
pemakaian kelambu (p=0,021) berhubungan dengan kejadian malaria. Sedangkan pekerjaan (v0,063)
tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Dapat disimpulkan bahwa kejadian malaria ada hubungannya
dengan pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap, tindakan, dan penggunaan kelambu. Sedangkan
pekerjaan tidak ada hubungannya dengan kejadian malaria. Disarankan bagi pemberi pelayanan kesehatan
(Puskesmas, Pustu, Polindes, dan Posyandu) agar meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pencegahan, pemberantasan, dan penanganan malaria.

Kata Kunci : Kejadian malaria, perilaku, sosial ekonomi, kelambu.

PENDAHULUAN alami ditularkan oleh gigitan nyamuk


Anopheles betina (Arsin, 2012).
Malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler
Berdasarkan data WHO (2009)
dari genus Plasmodium. Penyakit ini secara
dalam Susana D (2011) terdapat 109 negara

334
Faktor-faktor yang berhubungan dengan (Oktofina S, Arsunan A, Ilham S & Mieska D)

endemik malaria, dan 31 diantaranya tercatat mendapatkan gigitan nyamuk Anopheles.


sebagai malaria-high burden countries. Nyamuk Anopheles memiliki kecenderungan
Diperkirakan 3,3 miliar sampai separuh dari untuk istirahat/ hinggap di luar rumah
penduduk dunia berada pada daerah yang (eksofilik) dan menggigit di luar rumah
berisiko terhadap malaria. Setiap tahun (eksofagik).
terdapat sekitar 250 juta kasus malaria. Kasus
terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa Kecamatan Kabola terdiri dari
negara Asia, Amerika Latin, Timur Tengah sembilan desa, dengan jumlah penduduk
dan beberapa bagian negara Eropa. Setiap 3770 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 1871
tahun, sekitar 1,2 juta orang di seluruh dunia orang dan perempuan 1899 orang. Dalam
meninggal karena penyakit malaria. tiga tahun terakhir, jumlah kasus Malaria di
Kecamatan Kabola berfluktuasi. Pada tahun
Penyakit malaria merupakan salah 2011 terdapat 414 kasus malaria, kemudian
satu masalah kesehatan utama di Provinsi mengalami penurunan menjadi 107 kasus
NTT. Penyakit ini masih menjadi penyebab pada tahun 2012, dan kembali meningkat
kematian bagi bayi, balita dan ibu hamil serta menjadi 327 kasus pada tahun 2013.
dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja
Uraian di atas menunjukkan bahwa
(Dinkes Provinsi NTT, 2008)
kebiasaan dan perilaku masyarakat dapat
mempengaruhi kejadian malaria di suatu
Berdasarkan laporan profil kesehatan
daerah. Kecamatan Kabola merupakan salah
kabupaten/ kota se-Provinsi NTT, jumlah
satu kecamatan dengan penyumbang kasus
kasus malaria klinis di NTT masih tinggi.
malaria tertinggi di Kabupaten Alor,
Pada tahun 2005 terdapat 672.156 kasus
sehingga sangat penting untuk mengetahui
dengan AMI 167 %. Tahun 2006 terjadi
faktor-faktor yang berhubungan dengan
penurunan jumlah kasus malaria menjadi
kejadian malaria di wilayah tersebut.
618.364 kasus dengan AMI 145%. Pada
tahun 2007 terdapat 577.723 kasus malaria
dengan AMI 119%. Pada tahun 2010, NTT
BAHAN DAN CARA
merupakan Provinsi dengan API tertinggi
ketiga setelah Provinsi Papua dan Papua Penelitian ini merupakan studi
Barat, yaitu sebesar 12,14 per 1000 kuantitatif dengan desain studi potong lintang
penduduk. Pada tahun yang sama telah (Cross Sectional), yaitu mempelajari
dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebesar hubungan antara variabel dependen (malaria)
365.494 kasus (76,2%). Tingginya cakupan dan variabel independen (Perilaku
pemeriksaan sediaan darah di laboratorium masyarakat, sosial ekonomi, dan penggunaan
tersebut merupakan kebijakan nasional kelambu) melalui pengukuran sesaat atau
pengendalian malaria dalam mencapai hanya satu kali saja serta dilakukan dalam
eliminasi malaria, yaitu semua kasus malaria waktu yang bersamaan. Populasi dalam
klinis hams dikonfirmasi dengan penelitian ini adaah semua penduduk yang
laboratorium. Pada tahun 2011 API diduga terjangkit malaria di Kecamatan
mengalami penurunan 5 per 1000 penduduk Kabola sebanyak 327 orang. Sedangkan
dibandingkan tahun 2010, dengan jumlah sampel penelitian adalah 180 orang. Dan
kasus malaria pada tahun tersebut sebesar sampel tersebut, ditentukan jumlah masing-
118.494. Pada tahun 2012 terdapat 114.321 masing sampel menurut tingkatan sampel di
kasus (Dinkes Provinsi NTT, 2011). masing-masing desa secara proportional
stratified random sampling.
Berdasarkan data tersebut, diduga
penyebab tingginya kejadian malaria Pengumpulan data dilakukan dengan
berhubungan dengan perilaku masyarakat mewawancarai responder menggunakan
setempat, yang tentunya akan mempengaruhi kuesioner terstruktur. Selain itu, dilakukan
gaya hidup. Sebagai contoh perilaku juga pengumpulan data sekunder mengenai
masyarakat yang dapat berhubungan dengan jumlah penyakit malaria yang terjadi di
kejadian malaria yaitu kebiasaan berada di Kecamatan Kabola dari Puskesmas Mebung
luar rumah pada malam hari. Hal tersebut Kabupaten Alor.Analisis data dilakukan
menyebabkan manusia lebih mudah dengan secara univariat dan bivariat

335
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 4, Desember 2015 : 334-341

menggunakan uji Chi-Square, dengan tingkat penghasilan, pengetahuan, sikap, tindakan,


kemaknaan terhadap a = 0,05 pada df=1. penggunaan kelambu, dan kejadian malaria.
Analisis data bivariat dilakukan terhadap dua Sebagian besar responden termasuk ke dalam
variabel yang diduga berhubungan atau kategori pendidikan rendah (tamat SD dan
berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Penelitian tamat SMP), memiliki pekerjaan yang
ini dilaksanakan pada tanggal 23 Juni — 14 berisiko terhadap gigitan nyamuk
Juli 2014. (pengemudi ojek, petani, dan nelayan),
berpenghasilan kurang (lebih dan Rp
1.000.000,00 sampai dengan Rp
HASIL 2.000.000,00), pengetahuan yang kurang
Hasil analisis univariat tentang malaria, tindakan kurang baik (tidak
berobat secara teratur), tidak menggunakan
Dari analisis univariat, diperoleh data kelambu dan positif mengalami kejadian
distribusi responden berdasarkan delapan malaria (Tabel 1).
karakteristik, yaitu: pendidikan, pekerjaan,

Tabel 1. Distribusi responden penelitian berdasarkan


karakteristik
No Karakteristik Responden N %
1. Pendidikan
a. Rendah 133 73,9
b. Tinggi 47 26,1
2. Pekerjaan
a. Bekerja 97 53,9
b. Tidak Bekerja 83 46,1
3. Penghasilan
a. Kurang 162 90,0
b. Cukup 18 10,0
4. Pengetahuan
a. Kurang 134 74,4
b. Cukup 46 25,6
5. Sikap
a. Negatif 143 79,4
b. Positif 37 20,6
6. Tindakan
a. Kurang baik 137 76,1
b. Baik 43 23,9
7. Penggunaan kelambu
a. Tidak menggunakan kelambu 171 95,0
b. Menggunakan kelambu 9 5,0
8. Kejadian malaria
a. Positif 175 97,2
b. Negatif 5 2,8

Dari 180 responden terdapat 73,9% yang yang menggunakan kelambu dan hanya
berpendidikan rendah dan 26,1% responden sekitar 3% yang tidak menderita malaria.
berpendidikan tinggi. Dan sisi pekerjaan, Hasil analisis bivariat Tabel 2 menunjukkan
hampir seimbang antara responden yang bahwa dari basil analisis bivariat
bekerja dan tidak. Sebagian besar responden menggunakan uji fisher's Exact, karakteristik
memiliki penghasilan (90%) dan responden yang berhubungan dengan
pengetahuan yang kurang (74,4%). Hampir kejadian malaria (p<0,005) adalah
80% responden bersikap negatif dan pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap
bertindak kurang baik. Hanya 5% responden dan tindakan. Sementara pekerjaan tidak

336
Faktor-faktor yang berhubungan dengan (Oktofina S, Arsunan A, Ilham S & Mieska D)

berhubungan dengan kej adian malaria (p>0,005).

Tabel 2. Hubungan karakteristik responden dengan kejadian malaria


Malaria
Jumlah
Karakteristik Positif Negatif p value
ri % n % n %
Pendidikan
a. Rendah 132 99,2 1 0,8 133 100,0
0,017
b. Tinggi 43 91,5 4 8,5 47 100,0
Pekerj aan
a. Bekerja 92 94,8 5 5,2 97 100,0
0,063
b. Tidak bekerja 83 100,0 0 0,0 83 100,0
Penghasilan
a. Kurang 160 98,8 2 1,2 162 100,0
0,007
b. Cukup 15 83,3 3 16,7 18 100,0
Pengetahuan
a. Kurang 133 99,3 1 0,7 134 100,0
0,016
b. Cukup 42 91,3 4 8,7 46 100,0
S ikap
a. Negatif 143 100,0 0 0,0 143 100,0
0,000
b. Positif 32 86,5 5 13,5 37 100,0
Tindakan
a. Kurang Baik 136 90,7 1 9,3 137 100,0
0,012
b. Baik 39 99,3 4 0,7 43 100,0
Pengunaan Kelambu
a. Menggunakan 168 98,2 3 1,8 171 100,0 0,021
b. Tidak 7 77,8 2 22,2 9 100,0

13,5% responden bersikap positif yang


Proporsi responden dengan
terjangkit malaria.
pendidikan rendah yang positif terjangkit
malaria adalah 99,2%. Sementara responden
Responden yang tindakannya kurang
berpendidikan tinggi yang positif terjangkit baik, 90,7% terjangkit malaria. Hanya 0,7%
malaria ada 91,5%.
responden yang tindakannya baik yang
terjangkit malaria. Dari 171 responden yang
Dan 97 responden yang bekerja,
menggunakan kelambu, 98,2% tidak
924,8% terjangkit malaria. Hanya 5
terjangkit malaria. Lebih dari 75% responden
responden yang memiliki pekerjaan
yang tidak menggunakan kelambu terjangkit
terjangkit malaria. Sementara dan 83
malaria.
responden yang tidak bekerja, seluruhnya
positif terjangkit malaria. Hanya 1,2%
responden berpenghasilan kurang yang tidak PEMBAHASAN
terjangkit malaria, sedangkan dan 18
Penelitian ini menunjukkan bahwa
responden yang penghasilan cukup, sebagian ada hubungan antara pendidikan dengan
besar (83,3%) positif terjangkit malaria.
kejadian malaria. Pendidikan yang memadai
cenderung memiliki pengetahuan yang
Hampir seluruh responden yang
cukup. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan
berpengetahuan kurang (99,3%) terjangkit
seseorang dapat menggambarkan
malaria. Demikian pula halnya dengan
kemampuannya dalam mencerna dan
responden yang berpengetahuan cukup,
memahami suatu masalah. Selanjutnya
sebagian besar (91,3%) positif terjangkit
pemahaman akan masalah tersebut bisa
malaria. Seluruh responden yang bersikap
membentuk sikap seseorang dan dengan
negatif terjangkit malaria. Sementara hanya
dipengaruhi oleh lingkungannya akan

337
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 4, Desember 2015 : 334-341

menghasilkan suatu perilaku yang nyata berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat
sebagai suatu reaksi (Amirudin, 2013). sosial ekonomi karyawan pada pekerjaan
tertentu (Amirudin, 2013). Hal ini sesuai
Risiko kejadian malaria pada dengan penelitian Kurniawan (2008) yang
individu dengan pendidikan rendah lebih menyatakan bahwa individu yang bekerja di
besar dibandingkan individu yang lingkungan hutan berisiko untuk tertular
berpendidikan tinggi. Oleh karena itu, perlu penyakit malaria karena hutan merupakan
dilakukan kegiatan berupa kerja sama lintas tempat hidup dan perkembangbiakan nyamuk
sektor dengan Dinas Pendidikan untuk Anopheles sp. dengan kepadatan yang tinggi.
meningkatkan pendidikan masyarakat Dibuktikan juga dengan hasil penelitian
melalui pendidikan luar sekolah dimana Simanjuntak (2009) bahwa ada hubungan
masyarakat diajarkan tentang penyakit bermakna antara jenis pekerjaan (berkebun,
malaria dan cara pencegahannya. Dalam nelayan, dan buruh yang bekerja pada malam
pengembangannya diperlukan langkah- hari) dengan kejadian malaria. Dalam
langkah pendekatan eduktif, yaitu upaya penelitian ini pekerjaan sebagai petani
mendampingi (memfasilitasi) masyarakat mempunyai risiko terkena malaria karena
untuk menjalani proses pembelajaran yang berada di tempat terbuka. Begitu juga
diterimanya berupa pemecahan masalah- dengan pekerjaan sebagai nelayan dan ojek.
masalah kesehatan perorangan, keluarga dan Namun demikian, dalam penelitian ini bukan
kesehatan lingkungan (Sarumpet dan berarti pekerjaan mempengaruhi terjadinya
Tarigan, 2007). kejadian malaria.

Tingkat pendidikan tidak Hasil penelitian juga menunjukkan


berpengaruh langsung terhadap kejadian bahwa ada hubungan antara penghasilan/
malaria, tetapi umumnya mempengaruhi pendapatan dengan kejadian malaria.
jenis pekerjaan dan perilaku kesehatan Pendapatan yang dimaksudkan adalah
seseorang. Hasil penelitian Rustam (2002), seluruh pendapatan keluarga yang meliputi
menyatakan bahwa masyarakat yang tingkat pendapatan kepala rumah tangga (suami atau
pendidikannya rendah berpeluang terkena istri) ditambah dengan pendapatan anggota
malaria sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan keluarga lainnya dalam satu bulan termasuk
yang berpendidikan tinggi. Hasil penelitian gaji atau upah, hasil pertanian, perdagangan,
ini juga sejalan dengan penelitian yang dan lainnya dalam suatu rupiah. Penghasilan
dilakukan oleh Sarumpet dan Tarigan (2007) merupakan faktor yang terkait dengan
bahwa ada hubungan antara pendidikan program penanggulangan penyakit malaria.
dengan kejadian malaria (p = < 0,05). Artinya penduduk yang mempunyai
Menurut penelitian tersebut, kelompok penghasilan yang memadai memungkinkan
masyarakt berpendidikan rendah berisiko 4,4 berpartisipasi aktif dalam program
kali mengalami kejadian malaria dibanding penanggulangan malaria (Amirudin, 2013).
pendidikan tinggi. Babba et.al. (2007)
menyampaikan bahwa orang dengan tingkat Penghasilan merupakan faktor yang
pendidikan rendah berisiko terkena malaria terkait dengan program penanggulangan
2,23 kali dibandingkan dengan orang yang penyakit malaria. Penduduk yang
berpendidikan tinggi(p= 0,03). mempunyai penghasilan memadai (sesuai
UMP) cenderung untuk berpartisipasi aktif
Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam program penanggulangan malaria.
tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan Penelitian Adieli (2007) menyatakan bahwa
kejadian malaria. Pekerjaan dalam arti luas ada hubungan antara penghasilan rendah
adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh dengan kejadian malaria ( p=0,001; a=0,05).
manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan Dan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang responden yang mempunyai penghasilan
menghasilkan uang bagi seseorang. yang rendah cenderung memprioritaskan
Pekerjaan lebih banyak dilihat dari pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan
kemungkinan keterpaparan khusus dan primer dan kurang memperhatikan
derajat keterpaparan tersebut serta besarnya kebutuhan kesehatan, termasuk dalam
risiko menurut sifat pekerjaan juga akan

338
Faktor-faktor yang berhubungan dengan (Oktofina S, Arsunan A, Ilham S & Mieska D)

penanggulangan kajadian malaria. Sehingga Sikap yang positif akan cenderung


lebih berisiko untuk terkena malaria membawa masyarakat untuk mencegah
dibandingkan dengan responden yang terjadinya penularan penyakit termasuk
mempunyai penghasilan cukup. penyakit malaria. Sikap yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah tentang
Berdasarkan penelitian terdapat kebiasaan diluar rumah. Hasil ini sesuai
hubungan antara pengetahuan dengan dengan basil penelitian Erlan, et.al. (2008)
kejadian malaria. Menurut Gunawan, et.al. yang menyatakan bahwa buruknya kebiasan
(2000) pengetahuan tentang situasi malaria di dan sikap masyarakat merupakan salah satu
suatu daerah akan sangat membantu program faktor pendukung penyebaran malaria.
pemberantasan malaria dan berperan juga
dalam melindungi masyarakat dari infeksi Terdapat hubungan antara tindakan
malaria agar paradigma sehat dapat dengan kejadian malaria. Tindakan adalah
diwujudkan. Masyarakat dengan tingkat suatu respon terhadap rangsangan atau
pengetahuan yang kurang cenderung tidak stimulus dalam bentuk nyata yang dapat di
mendukung program kesehatan dalam upaya observasi secara langsung melalui kegiatan
pencegahan dan pengobatan malaria wawancara dan kegiatan responden,
(Suryanto, 2003). Menurut Arsin (2012) merupakan bentuk tindakan nyata/tindakan
pengetahuan merupakan salah satu faktor seseorang (overt behaviour) seperti
yang mendorong terjadinya penyakit pemakaian kelambu, kebiasaan keluar
termasuk penyakit malaria. Penelitian ini malam, pemakaian obat anti nyamuk dll.
memperkuat hasil penelitian Adieli (2007) Terwujudnya sikap agar menjadi suatu
yang menyatakan bahwa insiden malaria perbuatan (tindakan) nyata diperlukan
tinggi pada masyarakat yang berpengetahuan pendukung atau kondisi yang
rendah terhadap penyakit malaria. memungkinkan, misalnya faktor dukungan
dari pihak keluarga, teman dekat ataupun
Dalam penelitian ini, responden pada masyarakat sekitarnya (Arsin, 2012).
kelompok pengetahuan yang cukup mengenai Menurut Kurniawan (2008), pengetahuan dan
malaria lebih sedikit dibandingkan dengan tindakan masyarakat mempunyai hubungan
responden pada kelompok pengetahuan yang signifikan dengan kejadian penyakit
rendah. Sebagian besar responden belum termasuk malaria. Hasil penelitian
banyak mengetahui mengenai malaria. menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Rendahnya tingkat pengetahuan responden antara tindakan dengan kejadian malaria. Hal
akan mempengaruhi terjadinya peningkatan tersebut mendukung penelitian Babba (2007)
kejadian malaria karena kurangnya informasi dimana terdapat hubungan yang bermakna
antara tindakan dengan kejadian malaria
Penelitian ini menunjukkan ada (OR=6,5).
hubungan antara sikap dengan kejadian
malaria. Hal ini senada dengan penelitian Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Erlan, et. al. (2008 ) yang menyatakan bahwa peneliti menunjukkan ada hubungan antara
sikap berhubungan dengan kejadian malaria penggunaan kelambu dengan kejadian
(OR=4,67). Sikap merupakan reaksi atau malaria. Hal tersebut terj adi karena ada
respon yang masih tertutup dari seseorang responden yang tidak memiliki kelambu dan
terhadap stimulus atau objek. Sikap yang sebagian kelambu yang digunakan oleh
positif akan cenderung membawa masyarakat responden ternyata sudah mengalami
untuk bertindak dalam mencegah terjadinya kerusakan atau tidak rapat lagi, sehingga
penularan penyakit termasuk penyakit nyamuk masih bisa memasuki kelambu
malaria. Sikap secara nyata menunjukkan tersebut dan akan memperbesar risiko gigitan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap nyamuk terhadap responden.
stimulus yang dalam kehidupan sehari-hari
yang merupakan reaksi yang bersifat Sesuai persyaratan Depkes RI (1983)
emosional terhadap stimulus sosial kelambu yang baik memiliki 6-8 jumlah
(Notoatmodjo, 2007). lubang per cm dengan diameter 1,2-1,5 mm.
Dua jenis kelambu yang sering digunakan
masyarakat yaitu kelambu berinsektisida dan

339
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 4, Desember 2015 : 334-341

tidak berinsektisida. WHO telah melalui pendidikan luar, sekolah. Melalui


menganjurkan pengembangan metode kegiatan tersebut, masyarakat diberikan
alternatif pemberantasan vektor malaria yang pengetahuan tentang penyakit malaria dan
lebih efisien dan penyemprotan yaitu dengan cara pencegahannya. Selain itu juga dapat
penggunaan kelambu berinsektisida diberikan penyadaran dan pemicuan dalam
permetrin. Permetrin adalah insektisida kgiatan tersebut agar masyarakat menyadari
sintetik yang bekerja secara kontak langsung bahwa malaria merupakan ancaman bagi
atau lewat saluran pencernaan. Pemakaian kesehatan masyarakat. Disarankan bagi
dosis rendah yang diresapkan pada kelambu pemberi pelayanan kesehatan (puskesmas,
sangat baik untuk membunuh nyamuk dan pustu, polindes, dan posyandu) agar
tidak berbahaya bagi manusia (Arsin, 2012). meningkatkan pemberian informasi kepada
Menurut penelitian Sunarsih (2009) masyarakat dengan penyuluhan tentang
penduduk yang tidak menggunakan kelambu penyakit malaria (pencegahan,
secara teratur mempunyai risiko kejadian pemberantasan, dan penanganannya).
malaria 6,44 kali dibandingkan dengan yang Kecamatan Kabola dapat bersinergi dengan
menggunakan kelambu. Penelitian Ginanjar tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh
(2005) menyebutkan ada perbedaan yang pemuda untuk tetap menjaga kebersihan
bermakna antara pemakaian kelambu setiap lingkungan dan meningkatkan Perilaku
malam dengan kejadian (p = 0,046) sebesar Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) agar mampu
1,52 kali. mencegah penyakit-penyakit berbasis
lingkungan seperti malaria.
Hasil penelitian yang sejalan dengan
penelitian ini adalah penelitian Suwito
(2005), menunjukkan ada hubungan antara UCAPAN TERIMA KASIH
kebiasaan menggunakan kelambu dengan
Terima kasih penulis ucapkan kepada
kejadian malaria (p = 0,000). Penelitian
bapak A.Endre Cecep Lantara, SE, Akt
Kurniawan (2008), menunjukkan ada
selaku ketua Yayasan Pendidikan Makassar;
hubungan antara kebiasaan menggunakan
Dr. Dra. A.Niniek Lantara, MS; Esse Puji P.,
kelambu dengan kejadian malaria (p =
SKM, M.Kes atas masukan dan saran dalam
0,000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
penelitian ini; dan Camat Kabola Alor atas
Ginanjar (2005) di Halmahera Timur
izin serta bantuannya selama penelitian.
menemukan adanya hubungan yang
signifikan antara pemakaian kelambu
berinsektisida dengan kejadian malaria.
DAFTAR PUSTAKA
Semakin sering pemakaian kelambu yang
berinsektisida, maka semakin rendah risiko Adieli (2007). Hubungan Kejadian Malaria Dengan
kejadian malaria dan begitupun sebaliknya. Penghasilan Pendidikan, Perilaku
Pencegahan dan Perilaku Pengobatan
Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo.
Tesis, S2 Ilmu Kedokteran Tropis Kesehatan
KESIMPULAN DAN SARAN Tropis dan UN UGM
Kesimpulan Amiruddin, R. (2013) Surveilans Kesehatan
Masyarakat, Edisi , Bogor: IPB Press.
Ada hubungan antara pendidikan, Arsunan, A.A. (2012) Malaria di Indonesia Tinjauan
penghasilan, pengetahuan, sikap, tindakan, Aspek Epidemiologi. Makassar: Masagena
Press.
dan penggunaan kelambu dengan kejadian Babba, I, etal. (2007) Faktor-faktor Risiko yang
malaria, dan tidak ada hubungan antara Mempengaruhi Kejadian Malaria, Studi
pekerj aan dengan kejadian malaria. Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi
Kota Jayapura. Tesis Universitas
Diponegoro.
Depkes RI (1999) Penemuan dan Pengobatan
Saran Penderita, Direktorat Jenderal P2M dan PLP,
Dinas Kesehatan perlu menginisiasi Depkes RI, Jakarta
Dinkes Provinsi NTT (2008) Profil Kesehatan Provinsi
kerja sama lintas sektor dengan Dinas NTT, 2008. Dinas Kesehatan NTT.
Pendidikan Kabupaten Alor untuk httpildinkes.NTT.go.id (diakses 3 februari
meningkatkan pendidikan masyarakat 2014).

340
Faktor-faktor yang berhubungan dengan (Oktofina S, Arsunan A, Ilham S & Mieska D)

Dinkes Provinsi NTT (2011) Profil Kesehatan Provinsi Sarumpet, S.M. dan Richard Tarigan (2007) Faktor
NTT, 2011. Dinas Kesehatan NTT. Risiko Kejadian Malaria di Kawasan
http:/dinkes.NTT.go.id (diakses 3 februari Ekosistem Leuser Kabupaten Karo Provinsi
2014). Sumatra Utara. Info Kesmas Vol.XI no.l.
Erlan, et.al. (2008). Perilaku Kesehatan Masyarakat Simanjuntak, P (1999) "Analisis Malaria di Daerah
Kaitannya dengan Kejadian Malaria di Transmigrasi." Jurnal. Berita Epidemiologi."
Wilayah Kerja Puskesmas Kasimbar USA: US National Library of Medicine
Kabupaten Paringi Moutong Sulawesi National Institutes of Health
Tengah. Tesis. Universitas hasanuddin Sunarsih, E., et.al. Faktor-faktor Risiko dan Perilaku
Ginanjar, M. (2005) Hubungan Penggunaan Kelambu yang Berkaitan dengan Kejadian Malaria di
dengan KEjadian Malaria di Kabupaten Pangkalbalam Pangkal Pinang. Jurnal
Halmahera. Tesis. Universitas Hasanudin. Kesehatan Lingkungan Indonesia vol.8 No.1.
Gunawan,S. (2000) Epidemilogi malaria,dalam Suryanto (2003). Gambaran Perilaku Masyarakat
Harijanto,P.N.(ed):Epidemiologi, Manifestasi Terhadap Penyakit Malaria pada Masyarakat
Klinis dalam Penenganan, Jakarta :ECG. di Desa Pondok Kecamatan Umbu Ratu
Kurniawan (2008) Analisis Faktor Lingkungan Dan Kabupaten Sumbawa Tengah. Tesis.
Perilaku Penduduk Terhadap Kejadian Universitas Hasanudin.
Malaria Di Kabupaten Asmat Tahun 2008. Susana, D. (2011) Dinamika Penularan Malaria, UI
Tesis Magister Kesehatan Lingkungan. Press.
Undip. Semarang WHO (2011) Global Malaria Programme, World
Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Malaria Report 2011. Ganeva: World Healt
Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta. Organization.
Notoatmodjo, S. (2012) Metodologi Penelitian
Kesehatan, Edisi Rev, Jakarta : Rineka Cipta.
Rustam, M. (2002) Gambaran Perilaku Masyarakat
tentang Penyakit Malaria di Desa Tunggolo
Kecamatan Limboto Barat Kabupaten
Gorontalo. Tesis. Universitas Hasanudin.

341

You might also like