You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga
kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual
yang sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama
pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun
psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia
adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada
periode ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada
wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria
lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita
lansia lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua.
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat.
Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya
mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian
Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara
50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6
orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995).
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:
 Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang
cukup lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan
ketiadaan pasangan.
 Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan
dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
 Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria,
seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk
menemukan pasangan hidup.
Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup
(UHH) diatas 45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih
berharap dapat melakukan hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia,
hubungan seksual pada lansia umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah,
sehingga diperlukan suatu penelaahan tentang masalah seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual
yang harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis.
Pertama, komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan
seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu
maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual,
maka setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan
ilmiah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Lansia Dan Kesehatan Reproduksi Lansia?
2. Bagaimana Permasalahan Kesehatan Reproduksi?
3. Bagaimana Perkembangan Reproduksi Pada Lansia?
4. Bagaimana Patofisiologis dan Manifestasi Klinis Dari Gangguan Yang Sering
Terjadi?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Permasalahan Kesehatan Pasca Reproduksi?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Lansia Dan Kesehatan Reproduksi Lansia
2. Untuk Mengetahui Permasalahan Kesehatan Reproduksi
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Reproduksi Pada Lansia
4. Untuk Mengetahui Patofisiologis dan Manifestasi Klinis Dari Gangguan Yang
Sering Terjadi
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Permasalahan Kesehatan Pasca
Reproduksi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2009).
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia)
dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas
minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap
dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak
memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang
menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya.
Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan
yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

B. Definisi Kesehatan Reproduksi Lansia


Kesehatan reproduki lansia ( lanjut usia ) meliputi kesehatan fisik dan
mental setiap individu sepanjang siklus kehidupannya sehingga pemeliharaan
kesehatan pasca reproduksi ( sering juga disebut dengan kesehatan lansia ) juga
perlu mendapat perhatian kita bersama. Masa pasca reproduksi ini ditandai dengan
terjadinya penurunan berbagai fungsi alat atau organ tubuh.
Lansia atau Lanjut usia, menurut WHO : Pra lansia 45 – 54 tahun, Lansia
55 – 64 tahun, Aging people 65 tahun keatas dan menurut BKKBN Lansia adalah
60 tahun ke atas.

C. Permasalahan Kesehatan Pasca Reproduksi


1. Klimakterium
a. Definisi Klimakterium
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang
wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif
dari kehidupan sampai masa non-reproduktif. Masa klimakterium meliputi
pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara
umur 40-65 tahun.

b. Gejala Klimakterium
 Gangguan Neurovegetatif (vasomotorik hipersimpatikotoni) yang
mencakup:
o Gejolak panas (hot flushes)
o Keringat malam yang banyak
o Rasa kedinginan
o Sakit kepala
o Desing dalam telinga
o Tekanan darah yang goyah
o Berdebar - debar
o Susah bernafas
o Jari-jari atrofi
o Gangguan usus (meteorismus)
 Gangguan Psikis
o Mudah tersinggung
o Depresi
o Lekas lelah
o Kurang bersemangat
o Insomania atau sulit tidur
 Gangguan Organik
o Infark miokard (gangguan sirkulasi)
o Aterosklerosis (hiperkolesterolemia)
o Osteoporosis
o Gangguan kemih (disuria)
o Nyeri senggama (dispareunia)

2. Andropause
a. Definisi Andropause
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai
kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada
wanita.
Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, Andro artinya pria
sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah andropause adalah
berhentinya fungsi fisiologis pada pria, yaitu penurunan produksi
spermatozoa, hormon testosteron dan hormon – hormon lainnya sedemikian
perlahan.

b. Gejala Andropause
 Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
 Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual,
kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.
 Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
 Lemah dan kurang energi
 Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
 Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi
secara bertahap
 Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah
kelamin dan ketiak
 Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh 8. Osteoporosis
(keropos tulang) dan nyeri punggung
 Risiko penyakit jantung
3. Menopause
a. Definisi Menopause
Menopause adalah berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis,
paudo” berarti periode atau tanda berhenti, hilangnya memopause diartikan
sebagai berhentinya secara definitiv.
Pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya tidak teratur, dan
ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus. Sesudah beberapa bulan sampai
beberapa tahun, siklus terhenti sama sekali. Periode dimana siklus berhenti
dan hormon-hormon kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai
hampir tidak ada disebut sebagai menopause (Guyton & Hall, 1997).

b. Gejala Menopause
 Haid menjadi tidak teratur.
 Gelombang rasa panas ( hot flush ), terjadi akibat peningkatan aliran
darah didalam pembuluh darah pada wajah, leher, dada, dan punggung.
 Gejala-gejala psikologis berupa suasana hati, pikiran motivasi, sikap,
reaksi biologis.
 Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium.
 Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.
 Pusing atau sakit kepala, keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal,
misalnya: karena meningginya tekanan darah, adanya gangguan
penglihatan.
 Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab
fisik maupun psikis.
 Hilangnya kendali terhadap kandung kemih ( inkontinensia ) serta
peradangan pada kandung kemih dan vagina.

D. Perkembangan Reproduksi Pada Lansia


1. Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia. Dengan berhentinya
produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur
mengalami atrofi.
a. Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi,
meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil
dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub
mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan
koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju
pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.

b. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan
dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan
fibrotik.Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata
dengan dinding jaringan.

c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya
menjadi“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari
ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi
seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan
fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium.Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi
inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan
progesteron.

d. Payudara (Glandula Mamae)


Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini
disebabkan oleh karena atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara
saja.Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun
fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan
mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk
dan garis pinggang menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada
wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya
dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut
kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa
klimakterik.

e. Monopouse
Menopause pada wanita merupakan bagian universal dan ireversibel dari
keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi, dengan
hasil akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi. Seorang wanita
dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya yang
terakhir, ditandai dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya
kering vagina dan dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan
klimakterium. Sementara sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun
sebelumnya gejala-gejala vasomotor dan mens yang ireguler ini sudah mulai
muncul, dinamakan fase perimenopause.
Menopause itu sendiri terjadi secara fisiologis akibatnya hilang atau
berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang
berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di
dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita.
Selain itu folikel juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel
secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Itu sebabnya pada fase
perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang ireguler. Selain itu
iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase siklus
menstruasi yang juga memendek.
sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan
yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai
kebutuhan sexual, dapat di bedakan menjadi 3 bagian yaitu :
 Fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui
organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi.
 Rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan
tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola
pola yang baku seperti binatang.
 Sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan
orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan
dalammenjalani sexualitas.
Pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang
lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat
berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus
berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan
pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik
dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam
pengalaman sex.

2. Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
a. Produksi testoteron menurun secara bertahap.
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan .
Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan
menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses
spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak
mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.
b. Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan
90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi
lebih lanjut.
c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan
ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi
intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi
mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia
yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara
langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan
akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme
dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta
jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya
sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut
sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya
pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta
masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya
berkurang termasuk selama tidur.
e. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna
yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
f. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada
umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda
yang hanya membutuhkan beberapa menit saja.
g. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.
Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi
seksual. Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat
menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang
pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata-
rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70
tahun menjadi 0,50 perminggu. Masalah-masalah seksual lain yang sering
pula terjadi pada lansia pria diantaranya:
 Disfungsi Ereksi (Impotensia)
 Male Hypogonadism
 Andropause

E. Patofisiologis dan Manifestasi Klinis Dari Gangguan Yang Sering Terjadi


1. Pruritus Vulva
Rasa gatal pada kulit vulva dan mebran mukosa merupakan gajal umum dari
penyakit vulva. Pluritus ini dapat di sebabkan oleh infeksi,dermatitis
kontak,obat-obatan,atau gangguan sistemik seperti diabetes. Karena pengerutan
hilangnya elastisitas, dan kekeringan mukosa vagina sering disebabkan oleh
penurunan estrogen yang berhubangan dengan menopouse, krim esrtogen yang
digunakan langsung pada vulva merupakan penanganan primer.
2. Distrofi vulva
Penyakit ini melibatkan hiperkeratosis dengan penipisan epitel, yang
menghasilkan lesi dalam yang berwarna putih keabu-abuan, ulserasi kulit, atau
pengelupasan kulit. Gejalanya termasuk rasa gatal, kekeringan, dan nyeri pada
daerah vulva. Biopsi pda umumnya dilakukan untuk menentukan apakah lesi
tersebut bersifat kanker namun penyebab pasti dari distrovi vulva ini tidak
diketahui. Penanganannya meliputi astrogen topikal untuk menghilangkan
gejala, pengobatan infeksi yang spesifik, dan tindakan-tindakan higiene
perineal.
3. Karsinoma Vulva
Karsinoma vulva mewakili sampai 5% dari semua keganasan genital dan
terjadi paling sering pada orang-orang yang berusia lebih dari 65tahun. Lebih
dari 80% kanker vulva adalah tipe sel skuamosa dan biasanya pertumbuhannya
lambat, dan lambat untuk terjadi metastasis. Gambaran umumnya terdiri dari
pruritus jangka panjang dan suatu benjolan, masa, ulserasi, atau pertumbuhan
yang seperti kutil. Semua lesi memerlukan biopsi. Terapi radiasi dapat
digunakan pada beberapa wanita namun, pengobatan primernya adalah dengan
pembedahan.
4. Vaginitis Atropik
Vaginitis atropik,inflamasi vagina ,yang disebabkan oleh pengurangan
estrogen, yang mengakibatkan penipisan dan ketidak elastisan epitel
vagina.Sekresi vagina menurun,tetapi suatu rabas cair jernih dapat
terjadi.Jaringan menjadi lebih rentan terhadap implamasi dan ulserasi dari
trauma minor atau hubungan seksual .Walaupun defisiensi estrogen berkaitan
dengan vaginitis,factor lain yang turut berperan dapat berupa defisiensi vitamin
, higiyne yang buruk ,alergi,dan infeksi.Gejala-gejala vaginitis adalah rasa
gatal dan perasaan terbakar pada vagina,frekuensi dan urgensi urin ,leukorea
dan dispareunia.Estrogen digunakan untuk mengobati kondisi ini ketika gejala-
gejala muncul,yang dapat mengembalikan berbagai perubahan atrofi.
5. Infeksi Vagina
Disebabkan oleh candida atau trichomonas, infeksi vagina dapat terjadi pada
wanita dengan vaginitis atropik. Infeksi candida, jarang terjadi pada sebagian
besar wanita lansia, biasanya dikaitkan dengan diabetes melitus atau efek
samping terapi antibiotik. Perubahan metabolisme karbohidrat pada pasien
diabetes dan penurunan flora normal vagina setelah terapi antibiotik
menciptakan suatu media bagi jamur jenis ini untuk berproliferasi. Gejala-
gejala infeksi candida meliputi lecet pada vagina dan vulva disvareunea rabas
dari vagina yang kental dan seperti keju pruritus dan kemungkinan infeksi
saluran kemih. Infeksi candida ditangani dengan cara memberikan obat anti
jamur topikal atau oral, higiene perineal yang tepat, dan terapi antibiotik untuk
infeksi tambahan.
Infeksi trishomonas adalah penyakit menular seksual yang mungkin terdapat
pada 1 dari 5 orang wanita yang aktiv secara seksual. Protozoa yang berflagel
ini hidup secara dorman pada kelenjar parauretra sampai pH vagina menjadi
lebih basa, sehingga infeksi ini dapat terjadi. Pasien yang mengalami gejala
melaporkan adanya rabas cai kuning yang berbusa dan berjumblah banyak.
Pruritus dapat menyebabkan rasa sangat tidak nyaman dan dispareunia.
Rangkaian pemberian flagyel (metronidazol) selama 7 sampai 10 hari
merupakan terapi pilihan untuk wanita lansia dan pasangan seksualnya.
Walaupun penyakit menular seksual jarang terjadi pada wanita lansia perlu
di ingat bahwa wanita lansia yang aktiv secara seksual dengan beberapa orang
pasangan beresiko untuk menderita infeksi lain seperti chlamydia,
siankroid,ghonorer, kutil genital, infeksi mycoplasma, penyakit inflamasi
pelvis, kutu pubis, scabies, dan infeksi ureaplasma. Higiene yang tepat harus
ditekankan, dan pasangan seksual wanita tersebut harus juga di obati.
6. Gangguan pada Dasar Panggul
Gangguan dasar panggul dapat menyebabkan prolapsnya dinding anterior
vagina, yang di tampilkan sebagai sistokel atau uretrokel, dan prolaps dinding
vagina posterior mengakibatkan retrokel. Berbagai derajat prolaps uterus dapat
menyertai prolaps vagina, yang mengakibatkan herniasi uterus masuk kemulut
vagina. Organ pelvis, termasuk kandung kemih, uterus, dan rektum, disokong
oleh berbagai ligamen fasia, fasia endopelvis, dan muskulus levator, yang
membentuk suatu balutan pelvis.
Kelemahan atau kerusakan pada penyokong pelvis tersebut mungkin
berhubungan dengan paritas prodisposisi anatomis, atau tropi dan melemahnya
jaringan penghubung.
Banyak wanita lansia mungkin tanpa gejala. Namun, gejala umum dari
sistouretrokel termasuk inkontinensia urine stress, tekanan, atau rasa tidak
nyaman pada daerah pelvis dan vagina. Orang-orang dengan rektokel dapat
mengalami konstipasi atau masalah pengosongan rektum. Prolaps uterus dapat
menyebabkan tekanan atau rasa tidak nyaman pada pelvis atau vagina,
terutama selama berjalan. Prolaps uterus ringan dapat menangani dengan cara
mengerjakan latihan otot panggul ( kegel ) untuk menguatkan sokongan otot-
otot pelvis menganjurkan penurunan berat badan pada wanita yang mengalami
obesitas dan mengendalikan batuk yang persisten untuk mencegah tekan lebih
lanjut pada pelvis. Obat yang dimasukan kedalam rahim dapat memberikan
pengurangan gejala pada wanita-wanita yang mengalami gejala-gejala
inkontensia unrin,rasa penuh atau tekanan pada pevis dan konstipasi. prolaps
sedang atau pada umunya memerlukan perbaikan dengan pembedahan dengan
melalui histerektomi vagina atau abdomen.
Sistoker atau rektokel yang menimbulkan gejala diperbaiki bersama-sama
dengan histerektomi pengangkatan ovarium pada saat histerektomi masih
kontrofersial karena ovarium yang utuh dapat terus memproduksi hormon-
hormon yang diperlukan,tetapi beresiko untuk terjadinya kangker ovariun
dimasa yang akan datang. Penentuan ooforektomi mungik didasarkan pada
pendapat dokter atau keinginan usia wanita tersebut dan fungsi secara
keseluruhan.
7. Penyakit Serviks
Kanker serviks adalah gangguan utama pada serviks yang ditemukan pada
wanita lansia. Karena meningkatnya penggunaan Pap semear dan
meningkatnya kesadaran pada wanita banyak kasus kanker serviks yang
ditemukan pada wanita pasca menopouse human popiluma virus yang
dianggap merupakan penyebab utama kanker serviks, diperkirakan ditularkan
melalui hubungan seksual.
Kanker serviks adalah kanker yang memiliki pertumuhan lambat yang dapat
berkembang dari displasia minor sampai pada karsinoma insitu dan menjadi
kanker infasi jika tidak ditangani bercak perdarahan,keputihan,dan rabas dari
vagina adalah gejala-gejala primernya. Faktor resiko untuk kanker untuk
kanker serviks termasuk menarkedini, unsia muda pada saat pertama kali
melakukan hubungan seksual dan banyak pasangan seksual melahirka dini dan
berulang-ulang,riwayat penyakit seksual,merokok,dan usia lanjut.
Penangananya melibatkan pembedahan atau terapi radiasi.
8. Penyakit Uterus
Kenker endometrium adalah penyebab paling umum kelima dari kematian
yang berhubungan dengan kanker pada wanita yang berusia lebih dari 75
tahun. Faktor resiko untuk penyakit ini adalah obesitas,diabetes
melitus,hipertensi,penyakit hati dan tumor ovarium tertentu.
Kanker endometrium dipercaya memiliki hubungan dengan stimulasi
estrogen berlebihan. Eestrogen eksogen telah terbukti dapat meningkatkan
resiko kanker endometriu karena perdarahan abnormal paska menopouse
merupakan gejala utama kanker endometrium sering didiagnosis pada tahap
awal, sehingga menghasilakan tingkat kesembuhan yang tinggi.
Penbedahan,dengan atau tanpa radiasi,merupakan cara penanganan penyakit
ini.
9. Penyakit Ovarium
Kanker ovarium memiliki insidensi yang rendah tetapi dengan mortalitas
yang sangat tinggi dengan insidensi puncak yang tinggi pada sekita usia 77
tahun. Jenis tumor ovarium yang paling sering terjadi adalah epitelial,yang
terjadi dari permukaan mesotelial ovarium. Kanker ovarium pada tahap awal
biasanya tanpa gejal. Pada saat terjadinya gejal-gejala seperti distensi
abdomen,rasa tidaknyan yang samar-samar pada abdomen, dan nyeri, kanker
ovarium telah berkembang jauh melwati tahap-tahap awalnya. Penanganan
kanker ovarium meliputi pembedahan,radiasi,kemoterapi.
10. Penyakit payudara
Kanker payudara adalah kanker yang paling prevalen diantara wanita
lansia,dan penyebab kematian paling sering kedua pada wanita, insidensi
kanker payudara pada wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dua kali lebih
besar dari pada wanita yang berusia diantar 45 dan 64 tahun bahkan, insidensi
kanker payudara yang spesifik dengan usia terus meningkat sampai diatas usia
80 tahun. Terdapat 6 jenis histologi kaker payudara,dengan duptus kanker yang
menginfiltasi merupakan jenis yang paling sering. Wanita lansia dibandingkan
dengan wanita yang lebih muda cenderung tidak dapat mengalami farian
kanker payudar yang agresif secara bologis dan sering terjadi dengan pernyakit
yang sudah berada pada tahap lanjut.
Benjolan payudara biasanya merupakan gejala pertama dari kanker pada
sekita 80% dari keseluruhan wanita gejala-gejala lain meliputi retraksi puting
susu, adanya rabas, rasa gatal, sensasi seperti ditarik pada payudara, dan nyeri
tekan payudara yang terlokalisasi. Usia merupakan faktor resiko yang paling
penting tetapi merupakan salah satu yang paling sering diabaikan. Faktor
resiko yang juga sangat kuat dihubungkan dengan kanker payudara adalah
terjadinya kenker payudara pada keluarga generasi pertama ( ibu atau sodara
perempuan ) dan riwayat kanker payudara. Faktor resiko tambahan termasuk
menarke awal dan menopouse yang terlambat kehailan pertama setelah berusia
yang lebih dari 35 tahun, obesitas, diet tinggi lemak. Setrategi penanganan
dapat termasuk pembedahan, radiasi, dan kemoterapi.

F. Penatalaksanaan Permasalahan Kesehatan Pasca Reproduksi


1. Penatalaksanaan Klimakterium dan Menopause
a. Terapi Non Hormonal
 Olah raga, tetap berusaha agar hidup aktif akan menekan gajala
insomnia, memperlambat osteoporosis dan penyakit jantung, dan juga
mencegah “hot flashes”
 Berhenti merokok, merokok sebenarnya ikut mempercepat munculnya
menopause.
 Mengkonsumsi kalsium, perempuan terutama menjelang usia menopause
sebaiknya mengkonsumsi kalsium. Sebagian besar dapat diperoleh dari
makanan, seperti susu, yoghurt, beberapa jenis sayuran (antara lain
brokoli), dapat juga makan tablet kalsium.
 Vitamin tambahan Sebagian besar vitamin yang diperlukan tubuh sudah
diperoleh melalui makanan sehari-hari. Vitamin yang diperlukan antara
lain B1, B2, B12, asam folat dan terutama bagi mereka yang menginjak
usia menopause memerlukan vitamin-vitamin aktioksidan seperti vitamin
A dan E.
 Kedelai, kedelai mengandung fitoestrogen atau estrogen yang berada dari
tumbuh-tumbuhan. Kedelai dapat dikonsumsi dari kecap, tempe, tahu,
tauco, atau susu kedelai (Handrawan, 2007).
b. Terapi Hormonal
Gejala-gejala menopause bisa dibantu dengan menggunakan terapi
penyulihan atau penggantian hormon ( HRT atau Hormone Replacement
Therapy ) yang dilakukan dengan memasukkan hormon-hormon seksual di
dalam tablet atau beberapa bentuk lainnya. HRT tidak sesuai bagi setiap
perempuan dan adanya beberapa kondisi medis, seperti kanker payudara.
HRT perlu waktu lama untuk persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap
individu. Salah satu kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan
HRT menyebabkan sedikit perdarahan bulanan pada perempuan yang secara
normal sudah berhenti menstruasi tetapi persiapan HRT sekarang tersedia
bagi perempuan tua dimana tidak ada perdarahan bulanan yang dialaminya.

2. Penatalaksanaan Andropause
a. Terapi Hormon Testosteron
Laki-laki yang mengeluhkan gejala andropause dapat menjalani terapi
hormon, yaitu dengan pemberian hormon testosteron. Namun, sebelum
memutuskan pemberian terapi hormon, perlu dipastikan pasien tidak
mengidap kanker prostat.
Meski pemberian hormon testosteron sejauh ini tidak ditemukan dapat
mengakibatkan kanker prostat, namun jika sudah mengidap kanker prostat,
pemberian hormon dapat memicu pertumbuhan kanker tersebut.
b. Mengendalikan Andropause
Agar dapat memperlambat proses andropause adalah dengan makan
makanan yang tepat, tidur yang cukup, minum vitamin dan suplemen
tambahan, menjaga kebugaran fisik, memeriksakan kesehatan secara teratur,
mengurangi stres dan kekhawatiran, dapat memperlambat proses
andropause.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan
manfaat.Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik juga
fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara
perlahan bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada
masa usia muda.
Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut
1. Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia.Dengan berhentinya
produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur
mengalami atrofi.
2. Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
 Produksi testoteron menurun secara bertahap
 Kelenjar prostat biasanya membesar
 Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat
danereksi yang sempurna mungkin juga tertunda
 Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari
 Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna
yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
 Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang
 Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Chandra,L.S., Gangguan fungsi atau perilaku seksual dan penanggulangannya,


Cermin Dunia Kedokteran, No. 149, Kesehatan Jiwa, Jakarta, 2005:14-8.
Hatta Sidi, Syarifah Ezat Wan Puteh, Norni Abdullah, Maharni Midin, The
prevalence of sexual dysfunction and risk factor that may impaired sexual
function in malaysian woman, The journal of sexual Medicine, 2007;
4(2):311-21.
Hakimi,M., Hayati,E.N., Marlinawati,V.U., Winkuist,A., Ellsberg,M.C., Silence
for the sake of harmony, domestic violence and health in Central Java
Indonesia, first edition, CHN-RL GMU Yogyakarta. 2001.

You might also like