You are on page 1of 3

ABSTRAK

Tujuan percobaan ini adalah mengetahui persentase kadar mineral makro (Ca) dalam
sampel belvita susu sereal dan goodtime chocochips yang sudah diabukan dengan
menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Metode yang digunakan
adalah Metode AAS dengan prinsip absorpsi sinar oleh atom atom yang tereksitasi. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa belvita mengandung 2,18% abu dan 0,27% kalsium
sedangkan goodtime mengandung 2,19% kadar abu dan 0,15% kalsium.

Kata Kunci : AAS, belvita, goodtime, kalsium

Atomic absorbtion spectrophotometer (AAS) adalah suatu alat yang teknik


analisisnya berdasarkan absorpsi radiasi elektromegnetik oleh atom-atom yang teresitasi
(Dewi,2009). Penyerapan bagian sinar atau radiasi oleh atom-atom bebas pada panjang
gelombang tertentu dari atom itu sendiri dapat menentukan suatu konsentrasi logam. Karena
absorbansi sebanding dengan konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan
untuk sistem pengukuran atau analisis kuantitatif. Alat spektrofotometer serapan atom terdiri
atas lima bagian utama yaitu sumber radiasi (hollow cathode lamp), system pengatoman,
monokromator, detektor, dan sistem pembacaan. Pada sistem pengatoman, unsur yang akan
dianalisis diubah bentuknya dari ion dalam larutan menjadi atom netral dalam keadaan dasar
pada nyala. Terdapat tiga komponen utama dalam pengujian menggunakan AAS yaitu lampu
hallow cathode, gas pembakar, serta larutan standar dimana jenis lampu akan berbeda
tergantung jenis logam. Memiliki kelebihan dalam analisis logam berat karena analisisnya
sering tidak memerlukan pemisahan pendahuluan dimana suatu unsur dapat ditentukan
walaupun ada unsure lainnya, cukup peka untuk mengukur kadar logam dalam jumlah mikro
serta memerlukan waktu yang singkat. Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom
serapan adalah teknik emisi dengan elemen pada sampel mendapat sinar dari hollow cathode
dan cahaya yang ditimbulkan diukur sebagai level energi yang paling rendah (Yasmin dan
Ferawati,2012).

Tabel 1. Kadar Mineral Ca Pada Sampel

Sampel Kadar Abu Kadar Mineral Ca


Belvita 2,18% 0,272%
Goodtime 2,19% 0,157%
Sumber : Data Primer Praktikum Analisis Pangan

Berdasarkan pengamatan, belvita mengandung 2,18% abu dan 0,27% kalsium


sedangkan goodtime mengandung 2,19% kadar abu dan 0,15% kalsium. Perbedaan jumlah
kalsium antara belvita dan good time dipengaruhi oleh faktor pengolahan dan komposisi
bahan. Salamah et al. (2012) menyatakan bahwa metode pengolahan dan komposisi dapat
mempengaruhi kadar kalsium suatu bahan pangan. Hubungan kadar abu dengan kadar
mineral adalah berbanding lurus dimana semakin tinggi kadar abu maka semakin tinggi pula
total kadar mineral . Pada pengamatan, belvita memiliki kadar abu lebih rendah dari good
time namun memiliki kadar mineral Ca lebih banyak dibanding good time hal ini dikarenakan
mineral yang diuji hanya satu jenis saja bukan kadar mineral keseluruhan. Besung (2013)
menyatakan mineral pada pangan terdiri atas beberapa unsur dimana kalsium merupakan
salah satu jenis dari mineral yang ada dalam bahan pangan. Adapun kadar abu pada belvita
dan goodtime tidak sesuai dengan standar SNI. SNI 01-2973-1992 mempersyaratkan kadar
abu biskuit keras maksimum 1,5%.

Fenomena yang terjadi adalah munculnya warna nyala api yang berbeda pada masing-
masing larutan yang dianalisis pada AAS yang bergantung pada panjang gelombang dan
konsentrasi logam yang diukur dimana larutan blanko menghasilkan nyala hijau muda dan
biskuit menghasilkan nyala berwarna jingga tua. Purnama et al. (2013) menyatakan bahwa
suatu senyawa memiliki panjang gelombang yang akan menghasilkan warna tertentu
tergantung panjang gelombang yang dapat diabsorbansi suatu senyawa dengan semakin
tinggi konsentrasi suatu senyawa maka menghasilkan warna semakin tua. Prinsip kerja AAS
adalah penyerapan sebagian radiasi elektromagnetik oleh atom netral unsur dalam nyala dan
sebagaian lain diteruskan dengan atom netral diperoleh dari pembakaran larutan sampel
dalam nyala. Hal ini sesuai dengan pendapat Nur dan Adijuana (1989) yang menyatakan
bahwa prinsip kerja AAS adalah cuplikan dibakar dalam nyala, sehingga terbentuk atom-
atom netral dari unsur yang akan dianalisis dalam tingkat energi dasar (ground state) dengan
Sebagian dari radiasi elektromagnetik diserap oleh atom-atom unsur dalam nyala, dan
sebagian lagi diteruskan dimana rasio energi yang diserap dengan yang diteruskan dapat
dibaca sebagai persen transmiten atau absorban. Prinsip kerja uji kadar mineral makro adalah
dengan pengabuan sampel guna memperoleh total senyawa anorganik pada bahan serta
pemisahan unsur Ca dari makromineral lain dengan reagen tertentu sebelum diuji
konsentrasinya dengan AAS. Ngudiharjo (2011) menyatakan bahwa prinsip pengujian kadar
mineral (Ca) adalah abu sampel yang dilarutkan dalam asam ditambahkan dengan Lanthanum
Oksida untuk mencegah terbentuknya ion selain Ca pada saat penetapan dengan
menggunakan alat AAS. Kesalahan yang terjadi saat praktikum diantaranya adalah
pengenceran yang kurang tepat sehingga mempengaruhi hasil absorbansi. Ticoalu et al (2015)
menyatakan bahwa pengenceran yang tepat meruapakan salah satu cara menminimalisir
kesalahan dalam analisis.

KESIMPULAN

Hasil pengamatan pengujian kadar mineral (Ca) dengan metode AAS menunjukkan
bahwa belvita memiliki kadar abu sebesar 2,18% dan kadar kalsium sebanyak 0,27%,
sedangkan goodtime memiliki kadar abu sebesar 2,19% dan kadar kalsium sebanyak 0,15%..
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Biskuit. SNI 01-2973-1992 .

Besung, I., 2013. Analisis faktor tipe lahan dengan kadar mineral serum sapi bali. Buletin
Veteriner Udayana, 5(2).: 96-107.

Dewi, I.G.A., 2009. Kemampuan adsorpsi batu pasir yang dilapisi besi oksida (Fe2O3) untuk
menurunkan kadar Pb dalam larutan. Bumi Lestari, 9(2), pp.254-262

Kass‐Wolff, J.H., 2004. Calcium in women: healthy bones and much more. Journal of
Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing, 33(1): 21-33.

Ngudiharjo,A. 2011. Fortifikasi Tepung Tulang Nila Merah terhadap Kandungan Kalsium
dan Tingkat Kesukaan Mie Kering. UNPAD, Bandung (Skripsi Sarjana Perikanan)

Nur, M.A, dan H Adijuana. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologis. Depdikbud,
Dirjen Dikti, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, IPB Bogor.

Purnama, A., Priatmoko, S. and Wahyuni, S., 2013. SINTESIS Ni-TiO2 DENGAN
METODE SOL-GEL DAN UJI AKTIVITASNYA PADA DEKOMPOSISI AIR. Indonesian
Journal of Chemical Science, 2(3):80-85.

Salamah, E., Purwaningsih, S. and Kurnia, R., 2012. Kandungan mineral remis (Corbicula
javanica) akibat proses pengolahan. Jurnal Akuatika, 3(1).74-83

Ticoalu, G.D., Yunianta, Y. and Maligan, J.M., 2015. PEMANFAATAN UBI UNGU
(Ipomoea batatas) SEBAGAI MINUMAN BERANTOSIANIN DENGAN PROSES
HIDROLISIS ENZIMATIS. J. Pangan dan Agroindustri, 4(1):46-55

Yaswir, R. and Ferawati, I., 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium
dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2): 80-85.

You might also like