Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan
kesehatan maupun kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas saya ini “Makalah
Tentang Khutbah “
Memiliki pengetahuan tentang khutbah merupakan hal yang penting bagi setiap
muslim.Karena pengetahuan akan ibadah kepada allah merupakan ilmu yang agung lagi
mulia. Seorang hamba yang menyibukkan diri dalam memahami ilmu dan menyelami
kandungan yang terdapat di dalamnya,berarti telah menyibukkan diri dalam hal yang mulia di
sisi Allah.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.Kritik dan Saran dari
Pembaca dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah ini sehingga penulis dapat menghindari
kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb
Daftar Isi
Kata Penghantar....................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................
a. Latar belakang........................................................................ 1
b. Rumusan Masalah.................................................................... 2
c. Tujuan Penulisan..................................................................... 3
BAB 2. ISI ...................................................................................
a. Pengertian......................................................................................... 4
1. Pengertian Khutbah
2. Istilah Khutbah
b. Landasan........................................................................................... 5
1. Al-Quran
2. Hadist
c. Ketentuan....................................................................................... 6
1. Syarat Khutbah
2. Rukun Khutbah
3. Sunah dalam Berkhutbah
BAB 3. PENUTUP............................................................................... 7
a. Kesimpulan................................................................................... 8
b. Saran............................................................................................. 9
Daftar Pustaka..................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Menjelaskan tentang pengertian khutbah
Menjelaskan tentang pelaksanaan khutbah
Menjelaskan landasan berkhutbah
BAB II
ISI
A. Pengertian Khutbah
Definisi secara bahasa
“Khotbah”, secara bahasa, adalah ‘perkataan yang disampaikan di atas mimbar’.
Adapun kata “khitbah” yang seakar dengan kata “khotbah” (dalam bahasa Arab) berarti
‘melamar wanita untuk dinikahi’. “Khotbah” berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata
bentukan dari kata “mukhathabah” yang berarti ‘pembicaraan’. Ada pula yang
mengatakannya berasal dari kata “al-khatbu” yang berarti ‘perkara besar yang
diperbincangkan’, karena orang-orang Arab tidak berkhotbah kecuali pada perkara besar.
Definisi secara istilah
Secara etimologis,khuthbah artinya : pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan
menurut terminologi Islam (istilah syara’),khutbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan
oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-
syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh
(pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Khutbah adalah nasehat dan tuntunan keagamaan
meliputi keimanan, ibadah, pendidikan, kehidupan sosial, dan lain-lain. untuk memperteguh
keimanan serta meningkatkan kualitas ketaqwaan jamaah kepada Allah SWT.
B. Landasan Dalam Berkhutbah
a. Al-Quran
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jumat
maka bersegeralah mengingat Allah SWT dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.s. Al-Jumu’ah:9)
b. Hadist
“Jum’at itu hak yang wajib dikerjakan oleh setiap orang Islam dengan berjamaah,
kecuali empat macam orang, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan orang
sakit.”(riwayat Abu Daud)
C. Ketentuan dalam Berkhutbah
a. Syarat Khutbah
Setiap mengerjakan salat Jumat pasti disertai dengan khotbah yang dilaksanakan sebelum
salat dan setelah masuk waktu zuhur. Tidak sah salat jumat apabila tidak didahului oleh
khotbah. Dalam khotbah salat jumat ini khotib mengingatkan jemaah agar lebih
meningkatakan iman dan takwa kepada Allah SWT serta menganjurkan atau mendorong
jemaah agar beribadah dan beramal shaleh.Khotbah jumat memiliki syarat-syarat antara lain
sebagai berikut :
1. Khotbah harus dilaksanakan dalam bangunan yang dipakai untuk salat jumat
2. Khotbah disampaikan khotib dengan berdiri (jika mampu) dan terlebih dahulu memberi
salam
3. Khotbah dibawakan agak cepat namun teratur dan tertib. Salah satu bentuk pelaksanaan
khotbah yang tertib adalah mengikuti sabagai contoh hadis berikut ini yang
artinya: “Rasulullah SAW berkhotbah dengan berdiri dan beliau duduk diantara dua
khotbah.”(HR Jamaah kecuali Bukhari dan Turmizi)
5. Rukun khotbah dibaca dengan bahasa Arab, sedangkan materi khotbahnya dapat
menggunakan bahasa setempat.
6. Khotbah dilaksanakan setelah tergelincir matahari (masuk waktu zuhur) dan dilaksanakan
sebelum salat jumat.
7. Khotbah disampaikan dengan suara yang lantang dan tegas, namun tanpa suara yang kasar.
Hadis menyebutkan sebagai berikut. Yang artinya : “Bila rasulullah SAW berkhotbah kedua
matanya memerah, suaranya tegas dan semangatnya tinggi bagai seorang panglima yang
memperingatkan kedatangan musuh yang menyergap di kala pagi atau sore.”(HR Muslim
dan Ibnu Majjah)
b. Syarat Khatib
Beberapa syarat untuk menjadi seorang khatib jum’at sebagai berikut :
1.Khatib harus laki-laki dewasa(Baliq)
2.Khatib harus mengetahui tentang ajaran Islam agar khotbah yang disampaikan tidak
membingungkan atau menyesatkan jemaahnya
3.Khatib harus mengetahui tentang syarat, rukun dan sunah khotbah Jumat
4.Khatib harus mampu dan fasih berbicara di depan umum
5.Khatib harus bisa membaca ayat-ayat Al Qur’an dengan baik dan benar
6.Orang yang dipandang terhormat,dihormati,dan disegani.
Beberapa Adab Khatib
1. Mengucapkan salam kepada makmum ketika naik mimbar.
Hal ini berdasarkan hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa setelah naik mimbar, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam. (Dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-
Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 917)
Ini berlandaskan pada hadits al-Hakam bin Hazm al-Kulafi radhiyallahu ‘anhu bahwa ia
menyaksikan/mengikuti Jum’atan bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau
berdiri
(dalam khutbah) bersandarkan pada tongkat atau busur panah. (HR. Abu Dawud dalam
Sunan-nyadanal-Hafizh menyatakannya hasan dalam at-Talkish al-Habir 2/65). Dalam
masalah ini memang ada pebedaan pendapat, sebagian ulama memandangnya tidak perlu. (-
red.)
4. Duduk di antara dua khutbah untuk istirahat sejenak lalu berdiri lagi untuk menyampaikan
khutbah kedua.
Hal ini seperti penuturan sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah dengan berdiri lalu duduk kemudian berdiri.
(Shahih al-Bukhari no. 920)
5. Mengeraskan suara (secara wajar) agar makmum mendengar apa yang diucapkannya.
Pendeknya khutbah menandakan keilmuan khatib yang mendalam, dilihat dari sisi bahwa dia
bisa mengungkapkan sesuatu yang luas dengan kata-kata yang ringkas (padat). Apabila
panjang, tidak sampai memberatkan para makmum atau sampai keluar waktu.(Ahaditsul
Jumu’ah hlm. 355)
Namun, jika sesekali khatib memanjangkan khutbah karena kebutuhan, hal ini tidak
mengapa.
Di antara faedah memendekkan durasi khutbah adalah agar materi khutbah mudah diserap
dan dipahami serta agar makmum tidak bosan mendengarkannya.
7. Dimakruhkan bagi khatib mengangkat kedua tangannya saat berdoa karena apabila Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam hanya berisyarat dengan jarinya ketika berdoa saat khutbah.
Hal ini berlandaskan hadits ‘Umarah bin Ruwaibah radhiyallahu ‘anhu bahwa dia melihat
Bisyr bin Marwan di atas mimbar mengangkat kedua tangannya. ‘Umarah berkata, “Semoga
Allah Subhanahu wata’ala menjelekkan kedua tangannya. Sungguh, aku melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lebih dari melakukan seperti ini -beliau berisyarat dengan
jari
Lain halnya ketika berdoa saat istisqa’ (meminta hujan), karena Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam dahulu mengangkat kedua tangannya sampai terlihat putih ketiaknya.
Demikian pula berkhutbah dengan bahasa yang jelas dipahami sehingga tidak menimbulkan
salah tafsir.
c. Rukun
Rukun khotbah harus dilakukan dengan tertib. Apabila rukun khotbah tidak dilaksanakan
dengan tertib, salat jumat tersebut akan menjadi tidak sah. Adapun rukun khotbah tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Membaca hamdalah
4. Berwasiat atau memberikan nasehat tentang ketakwaan dan menyampaikan ajaran Islam
tentang aqidah, Syariah atau muamalah
5. Membaca ayat Al Qur’an dalam salah satu khotbah dan lebih baik pada khotbah yang
pertama
6. Mendoakan kaum muslim dan muslimat.
d. Sunah
Ketika menyampsaikan khotbah jumat, ada hal-hal yang termasuk ke dalam sunah-sunah
khotbah jumat. Sunah salat jumat adalah sebagai berikut :
1. Khotbah disampaikan diatas mimbar atau di tempat yang sedikit lebih tinggi dari jamaah
salat jumat
2. Khotib menyampaikan khotbah dengan suara yang jelas, terang, fasih, berurutan, sistematis,
mudah dipahami dan tidak terlalu panjang atau terlalu pendek
5. Khotib hendaklah duduk sebentar di kursi mimbar setelah mengucapkan salam pada waktu
azan disuarakan
7. Khotib menertibkan rukun khotbah, terutama salawat nabi Muhammad SAW dan wasiat
takwa terhadap jamaah
Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a.: “Adalah Nabi SAW. berkhutbah pada
hari Jum’at dengan berdiri, kemudian beliau duduk dan lalu berdiri lagi sebagaimana
dijalankan oleh orang-orang sekarang”.
Riwayat Bukhari, Nasai dan Abu Daud dari Yazid bin Sa’id r.a.: “Adalah seruan pada
hari Jum’at itu awalnya (adzan) tatkala Imam duduk di atas mimbar, hal demikian itu berlaku
pada masa Rasulullah SAW. hingga masa khalifah Umar r.a. Setelah tiba masa khalifah
Usman r.a. dan orang semakin banyak, maka beliau menambah adzan ketiga (karena adzan
dan iqomah dipandang dua seruan) di atas Zaura (nama tempat di pasar), yang mana pada
masa Nabi SAW. hanya ada seorang muadzin”.
Riwayat Muslim dari Jabir r.a.: “Pada suatu ketika Nabi SAW. sedang berkhutbah, tiba-
tiba datang seorang laki-laki, lalu Nabi bertanya kepadanya: Apakah Anda sudah shalat? Hai
Fulan! Jawab orang itu : Belum wahai Rasulullah! Sabda beliau: Berdirilah! Shalatlah lebih
dahulu (dua raka’at) (HR. Muslim).
Hikmah Berkhutbah
Khotbah sebenarnya memilki banyak sekali fungsi, baik bagi muslim secara individu
maupun secara sosial kemasyarakatan yakni antara lain sebagai berikut :
1. Memberi pengajaran kepada jamaah mengenai bacaan dalam rukun khotbah, terutama bagi
jamaah yang kurang memahami bahasa Arab
3. Mengajak jamaah untuk selalu berjuang menggiatkan dan membudayakan syariat Islam
dalam masyarakat.
4. Mengajak jamaah untuk selalu berusaha meningkatkan amar ma’ruf dan nahi munkar
Menyampaikan informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan hal-hal yang
bersifat aktual kepada jamaah
5. Merupakan kesempurnaan salat jumat karena salat jumat hanya dua rakaat
6. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah
7. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan amal shaleh dan lebih memperhatikan
yang kurang mampu untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat
8. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan akhlakul karimah dalam kehidupan
pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara
9. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan kemauan untuk menuntut ilmu
pengetahuan dan wawasan keagamaan
10. Mengingatkan kaum muslim agar meningkatklan ukhuwah islamiyah dan membantu sesama
muslim
11. Mengingatkan kaum muslim agar rajin dan giat bekerja untuk mengejar kemajuan dalam
mencapai kehidupan dunia dan akhirat yang sempurna
12. Mengingatkan kaum muslim mengenai ajaran Islam, baik perintah maupun larangan yang
terdapat didalamnya.
13. Memberi perjalanan dan nasehat, minimal seminggu sekali pada kaum muslimin
sesuai dengan rukun khutbah yaitu berwasiat takwa
Daftar Pustaka