You are on page 1of 20

— PENDAHULUAN

—Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi
perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur
sekitarnya, atau keduanya.1

—Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit
128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut
terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan.2 Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil
akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.1

—Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien
yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit,
saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.3
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran
hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.2

—Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang
spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta,
dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum.
Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering
perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi.
Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain
laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.1

TINJAUAN PUSTAKA

I. PERDARAHAN POST PARTUM

Definisi

—Perdarahan post partum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah anak
lahir. Pritchard dkk mendapatkan bahwa sekitar 5% wanita yang melahirkan pervaginam
kehilangan lebih dari 1000 ml darah.

Epidemiologi
—Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil,
tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.1 Kadang-
kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga
secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan
akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275
persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3%
berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk
kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.1

—Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat
anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi
dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat
banyak.1

Klasifikasi

—Klasifikasi perdarahan postpartum :1,4,9

1. Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage), yaitu perdarahan
yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention
plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
2. Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage), yaitu–
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.

Etiologi

—Etiologi dari perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi di atas, adalah :1,9

a. Etiologi perdarahan postpartum dini :

1. Atonia uteri

—Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :

 Umur yang terlalu muda / tua


 Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara
 Partus lama dan partus terlantar
 Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar
 Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio plasenta
 Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
2. Laserasi Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi.

3. Hematoma

—Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada
daerah jahitan perineum.

4. Lain-lain

—Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada
pembuluh darah yang tetap terbuka, Ruptura uteri, Inversio uteri

b. Etiologi perdarahan postpartum lambat :

1. Tertinggalnya sebagian plasenta


2. Subinvolusi di daerah insersi plasenta
3. Dari luka bekas seksio sesaria

Diagnosis

—Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang
menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan
jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang
mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan
postpartum selalu ada. 9

—Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan
segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes
karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes
bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan
jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. 9

—Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di
dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri
keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap
yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam. 9

—Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus
didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi
dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam
dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan
adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.9

Pencegahan dan Penanganan

—Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala
II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter
spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan
ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan
yang terjadi.9

—Penanganan umum pada perdarahan post partum :10

 Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)


 Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya
pencegahan perdarahan pasca persalinan)
 Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan)
dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
 Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
 Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi
 Atasi syok
 Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus,
berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40
tetesan permenit.
 Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
 Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
 Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
 Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

II. RETENSIO PLASENTA DAN SISA PLASENTA (PLACENTAL REST)

—Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau
selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase disusul
dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena.9 Perlu dibedakan antara retensio plasenta
dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir
seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan
tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum
primer atau perdarahan post partum sekunder.5

—Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda
yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.6
—Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:

1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus


2. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan

—Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding
uterus bisa karena: 5

1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)


2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai miometrium.

—Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan tidak
adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga, sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.5

—Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :9

 Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan


plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan
lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan
perdarahan
 Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g oral
dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral.
 Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan.
Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
AMV atau dilatasi dan kuretase
 Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas
ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. 5

III. TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI

—Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :7,8

A. PERASAT CREDE’7

—Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi :

1. Syarat : Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong

2. Teknik pelaksanaan
 Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari terletak
pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan permukaan
belakang. setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka uterus
ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk. perasat Crede’ tidak
boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat menimbulkan inversion
uteri
 Perasat Crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara manual.

B. MANUAL PLASENTA

Indikasi

—Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga
persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase,
retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep
tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat
putus.7

Teknik Plasenta Manual

—Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita
diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada
constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini
berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah
satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari
dikuncupkan membentuk kerucut.8

Gambar 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut


—Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks
dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan
mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu,
tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau
mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah
permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada
bagian pinggir plasenta yang terlepas.8

Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

—Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding
uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis
air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap
menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan
uterus (perforasi) dapat dihindarkan.8
Gambar 3. Mengeluarkan plasenta

—Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian
dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya
sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk
memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan
masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada
vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.8

C. EKSPLORASI KAVUM UTERI

Indikasi

—Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta lahir tidak lengkap), setelah operasi
vaginal yang sulit, dekapitasi, versi dan ekstraksi, perforasi dan lain-lain, untuk menetukan
apakah ada rupture uteri. Eksplosi juga dilakukan pada pasien yang pernah mengalami seksio
sesaria dan sekarang melahirkan pervaginam.7

Teknik Pelaksanaan

—Tangan masuk secara obstetric seperti pada pelepasan plasenta secara manual dan mencari sisa
plasenta yang seharusnya dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan dinding uterus. untuk
menentukan robekan dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil
melepaskan plasenta secara manual. 7

IV. SYOK HEMORAGIK

Etiologi

—Syok hemoragik pada pasien obstetrik/ginekologik dapat terjadi karena perdarahan akibat
abortus, kehamilan ektopik terganggu, cedera pada pembedahan, perdarahan antepartum,
perdarahan postpartum atau koagulopati. 11

Klasifikasi

1. Syok ringan, terjadi kalau perdarahan kurang dari 20% volume darah. timbul, penurunan
perfusi jaringan dan organ non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran, volume urin
yang keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin (tidak selalu terjadi asidosis
metabolik).
2. Syok sedang, sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap iskemia
waktu singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oliguri (urin <0,5 ml/kg BB/Jam) dan
asidosis metabolik, tetapi kesadaran masih baik
3. Syok berat, perfusi dalam jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat. mekanisme
kompensasi vasokonstriksi pada organ lainnya sudah tidak dapat mempertahankan
perfusi di dalam jaringan otak dan jantung. sudah terjadi anuria, penurunan kesadaran
(delirium, stupor, koma) dan sudah ada gejala hipoksia jantung. 11

Patofisiologi

—Pada syok ringan terjadi penurunan perfusi darah tepi pada organ yang dapat bertahan lama
terhadap iskemia (kulit, lemak, otot, dan tulang). pH arteri normal. Pada syok sedang terjadi
penurunan perfusi sentral pada organ yang hanya tahan terhadap iskemia waktu singkat (hati,
usus, dan ginjal) terjadi asidosis metabolik. Pada syok berat sudah terjadi penurunan perfusi pada
jantung dan otak, asidosis metabolic berat, dan mungkin terjadi pula asidosis respiratorik. 11

Gejala Klinik

1. Syok ringan, takikardi minimal, hipotensi sedikit, vasokonstriksi darah tepi ringan, kulit
dingin, pucat, basah. urin normal/ sedikit berkurang. keluhan merasa dingin
2. Syok sedang, takikardi 100-120 permenit, hipotensi dengan sistolik 90-100 mmHg,
oliguri/ anuria. keluhan haus
3. Syok berat, takikardi lebih dari 120 permenit, hipotensi dengan sistolik <60 mmHg,
pucat, anuri, agitasi, kesadaran menurun. 11

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD.
Uterine Leiomyomas. In : Williams Obstetrics. 22nd edition. Mc Graw-Hill. New York :
2005.
2. Sheris j. Out Look : Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir. Edisi Khusus. PATH. Seattle :
2002.
3. Winkjosastro H, Hanada . Perdarahan Pasca Persalinan. Disitasi tanggal 21 September
2008 dari : http://http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt12 .html
[update : 1 Februari 2005].
4. Setiawan Y. Perawatan perdarahan post partum. Disitasi tanggal 21 September 2008
http://http://www.Siaksoft.net [update : Januari 2008].
5. Alhamsyah. Retensio Plasenta. Disitasi tanggal 22 September 2008 dari :
http://www.alhamsyah.com [update : Juli 2008].
6. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Perdarahan Pasca Persalinan.. Disitasi
tanggal 22 September 2008 dari : http://.www.Fkunsri.wordpress.com [update : Agustus
2008].
7. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Tindakan Operatif Dalam Kala Uri.
Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
8. WHO. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth : Manual Removal. of
Placenta. Disitasi tanggal 22 September 2008 dari
:http://www.who.int/reproductivehealth/impac/Procedures/
Manual_removal_P77_P79.html. [update : 2003].
9. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum. Dalam : Ilmu
Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
10. Prawirohardjo S. Perdarahan Paca Persalinan. Dalam : Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002.
11. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Syok Hemoragika dan Syok Septik.
Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.

midyuin08
BERHUBUNG SEKARANG SEDANG MUSIM PENDAFTARAN CPNS 2013, SELAIN
INFO TENTANG KEBIDANAN, BLOG INI JUGA MENYEDIAKAN SEDIKIT INFO
TENTANG CPNS 2013

Senin, 07 Februari 2011


askeb perdarahan post partum

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PATOLOGIS


PADA NY “M” DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
DI PUSKESMAS PLUS BARA BARAYA
TGL 18-01- 2011

No. Register :59-01-11


Tgl Partus : 18-01- 2011 Jam :09.15 WITA
Tgl Pengkajian : 18-01-2011 Jam :11.00 WITA
Pengkaji : Tasliyah Noor Ningtiyas
LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. IDENTITAS ISTRI / SUAMI
Nama : Ny “M” / Tn “M”
Umur : 27 tahun / 29 tahun
Nikah/ lamanya : 1 kali/ ± 6 tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP / SMP
Pekerjaan : IRT / Buruh harian.
Alamat : Jl.Kesatuan 4/19.
B. DATA BIOLOGIS
1. Keluhan utama : ibu mengatakan merasa mual disertai pengeluaran darah yang banyak dari jalan
lahir.
2. Riwayat keluhan utama:
a. Pengeluaran darah yang banyak mulai dirasakan segera setelah melahirkan tanggal 18-01-2011 jam :
09.15.
b. Sifat keluhanterus menerus.
c. Ibu merasa demam dan lemah.
3. Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
a. Tidak ada riwayat alergi.
b. Tidak ada riwayat penyakit DM, tumor, hipertensi, PMS, dan TBC.
c. Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti nyeri perut hebat, sakit kepala hebat,
dan kejang.
d. Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alkohol, dan merokok.
e. Ibu memiliki penyakit sindrom nefrotik.
4. Riwayat Reproduksi.
a. Riwayat haid :
Menarche : 15 tahun
Siklus haid : 28-30 hari
Lamanya : 5– 7 hari
Perlangsungan : Normal.
Dismenore : tidak ada
b. Riwayat obstetric
Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang ke dua dan tidak pernah keguguran sebelumnya.
ANC > 4 x di puskesmas plus Bara Baraya.
HPHT : 8-04-2010 HTP : 15 -01-2011.
Selama hamil, ibu tidak pernah merasa sakit perut hebat dan nyeri kepala.
c. Riwayat gynekologi
Ibu tidak pernah menderita penyakit kandungan.
d. Riwayat KB
Ibu pernah menjadi akseptor KB jenis suntikan 3 bulan.
e. Riwayat Persalinan
Kala I pembukaan :
• Ibu masuk dengan pembukaan 3 cm jam 06.00 WITA (18-01-2011).
Kala II
• Pembukaan lengkap 10 cm pu.kul 09.00 WITA.
• Bayi lahir tanggal 18-01-2011 Jam:09.15 WITA.
• Bayi lahir dengan PBK dan segera menangis.
• Jenis kelamin perempuan, BBL :3.400 gram , PB :50 cm. A/s ;8/10.
Kala III
• Penyuntikan oksitoksin dilakukan 2 kali karena setelah 15 menit plasenta belum lahir..
• Plasenta lahir lengkap
Kala IV
• Terjadi perdarahan postpartum karena atonia uteri.
5. Riwayat pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Pola nutrisi.
Kebiasaan
Makan :2 x sehari dengan porsi 1 piring.Menu :nasi ,sayur,lauk pauk, kadang buah .
Minum : minum air putih 7-8 gelas perhari
Perubahan setelah partus,
Tidak ada.
b. Pola eliminasi.
Kebiasaaan :
BAB : 1 x sehari, dengan konsistensi padat, warna kuning kecoklatan.
BAK : 3-4 x sehari, warna kuning, bau amoniak.
Perubahan setelah partus:
BAB dan BAK belum pernah selama melahirkan.
c. Personal hygine
Kebiasaan :
Mandi : 2 x sehari.Pakai sabun mandi.
Gosok gigi : tiap setelah mandi dan sebelum tidur, pakai pasta gigi.
Keramas :2x seminggu ,pakai shampoo.
Pakaian diganti tiap kali sudah mandi.
Perubahan setelah partus:
Ibu belum mandi, gosok gigi, dan keramas
.
d. Istirahat :
Kebiasaan :
Tidur siang : ± 1 – 2 jam sehari.
Tidur malam : ± 7-8 jam sehari.
Perubahan setelah partus
 Ibu belum pernah tidur.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum ibu tidak baik.
b. Kesadaram apatis.
c. TTV
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 86 x / menit.
Pernapasan : 36 x/ menit
Suhu badan : 36 O C.
d.
Kepala
Inspeksi :Rambut hitam lurus,tidak berketombe, tidak rontok.
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah tampak meringis
Palpasi : tidak ada oedema pada wajah.
Mata
Inspeksi : Simetris ki/ka, sklera tampak putih dan konjungtiva merah muda.
Hidung
Inspeksi : Simetris ki/ ka, tidak terdapat polip dan peradangan
Gigi dan mulut
Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada caries dan gigi berlubang,bibir tidak pecah pecah.
e. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
f. Payudara
Inspeksi : Simetris ki / ka, putting menonjol,ASI masih sedikit,tonus otot payudara longgar, putting susu
tidak lecet.
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan.
g. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada luka bekas oprasi, Tampak strie albicans bersama linea nigra,
Palpasi : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, TFU 2 jari di bawah pusat.
h. Genitalia
Inspeksi :Nampak lokia rubra, varises tidak ada..
i. Tungkai bawah
Inspeksi :simetris ki/ka, tidak ada kelainan pada jari kaki dan tanga
Palpasi : Tidak ada varises dan oedema.
Perkusi : refleks patella (+).
C. DATA PSIKOLOGIS.
1. Ibu dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya
2. Ibu tampak tersiksa dengan kondisi yang dialaminya.
3. Anggota keluarga tampak menenangkan anak pertama ibu yang cemas melihat kondisi ibunya.
4. Keluarga memberikan dukungan moril kepada ibu untuk tenang dan tidak cemas.
D. DATA EKONOMI
1. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.
2. Dalam kehidupan sehari hari, ibu dan keluarga hidup sederhana.
E. DATA SPIRITUAL
1. Ibu selalu berdoa agar keadaan ibu, suami, bayinya, dan keluarga senantiasa sehat.
2. Ibu menganggap bahwa bayinya merupakan anugerah Tuhan.
LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Diagnosa: Post Partum hari I, ibu dengan perdarahan post partum karena atonia uteri dan kecemasan.
1. Post partum hari pertama.
DS :
Ibu mengatakan tanggal 18-01- 2011, Jam 09.15 WITA.
Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
DO :
Pengkajian tanggal 18-01-2011 Pukul :11.00 WITA.
Keadaan umum ibu jelek.
TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus jelek (teraba lembek)
Pengeluaran lochia rubra
Analisa dan interpretasi data:
Ibu mengatakan melahirkan tanggal 18-01- 2011, Jam 09.15 WITA dan pengkajian dilakukan tanggal
18-01-2011 Pukul :11.00 WITA.Jadi post partum telah berlangsung 1 hari.
Lochia adalah cairan secret yang bersal dari cavum uteri dan vagina, pada hari 1 dan 2 pasca
persalinan berisi darah segar bercampur sisa sisa selaput ketuban, sel sel desidua, sisa sisa verniks
kaseosa,lanugo, dan mekonium yang disebut Lochia Rubra
(St. Saleha.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, hal 55 dan 56).
Setelah janin lahir, TFU ± 1jrbpst,segera setelah plasenta lahir TFU ± 2 jr bpst.
(Sarwono .Ilmu kebidanan .Edisi III,hal 236-237)
Pada proses involusi yang baik, uterus akan mengecil 1 cm/ hari selama masa nifas sampai uterus
kembali ke keadaan semula sebelum hamil.
(St. Saleha.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, hal 127).
2. Ibu dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri..
Ds :
Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
Ibu merasa lemah dan demam.
Do :
Keadaan ibu lemah.
Wajah pucat, konjungtiva pucat.
TTV
TD : 110 / 60 mmHg
Nadi : 86 x / menit.
Pernapasan : 20 x / menit.
Suhu : 36 °C.
Ekstremitas dingin
Kontraksi uterus tidak baik.
Perdarahan 500 ml.
Analisa dan interpretasi data:
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama
setelah lahirnya bayi.(Williams, 1998)
Gejala klinis perdarahan post partum berdasarkan penyebab atonia uteri yang selalu ada : uterus tidak
berkontraksi dan lembek , perdarahan segera setelah anak lahir.(post partum primer)
Gejala yang kadang kadang timbul : syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
ekstremitas dingin, mual dan lain lain.(www.askep-askeb.com).
3. Kecemasan :
DS : ibu tampak cemas dan pucat.
DO :-

Analisa dan interpretasi data dasar :


Perdarahan yang terjadi pada ibu menyebabkan ibu lemah dan tampak pucat sehingga menyebabkan
ibu cemas dan bingung dengan kondisinya.
LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Masalah potensial : potensial terjadi syok hemoragik / syok hipovolemik.
DS :
Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
Ibu merasa lemah dan demam.
DO :
Keadaan ibu lemah.
Wajah pucat, konjungtiva pucat.
TTV
TD : 110 / 60 mmHg
Nadi : 86 x / menit.
Pernapasan : 20 x / menit.
Suhu : 36 °C.
Ekstremitas dingin
Kontraksi uterus tidak baik.
Perdarahan 500 ml.
Analisa dan interpretsai data:
 Syok adalah kondisi akut yang mengancam kehidupan pasien yang membutuhkan penanganan segera
dan intensif untuk menyelamatkan jiwa pasien. Dalam kondisi syok sirkulasi darah relative
berkurangsecara akut sehingga terjadi penurunan perfusi jaringan. Kondisi ini disebabkan karena
kehilangan darah akibat perdarahan atau akibat dilatasi pembuluh darah.
(Pelayanan kesehatan maternal dan Neonatal :2007, hal 63)
Tanda tanda syok yaitu : pasien tampak ketakutan, gelisah bingung, atau kesadaran menurun sampai
tidak sadar, berkeringat, pucat, nafas cepat (frekuensi > 30 x / menit), nadi cepat dan lemah, ( frekuensi
> 110 x / menit) dan tekanan darah rendah.
(Pelayanan kesehatan maternal dan Neonatal :2007, hal 64)
Perdarahan merupakan sebab utam dari syok yang terjadi dalam praktek kebidanan .Peristiwa
peristiwa dalam praktik kebidanan yang dapat menimbulkan perdarahan sehingga menimbulkan syok
adalah abortus, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, pelepasan plasenta, atonia uteri
potpartum, plasenta previa, rupture dari rahim, dan sebagainya.
( Ilmu kebidanan Edisi III : 2005, hal 681-682)
LANGKAH IV : EVALUASI TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Pemberian cairan intravena untuk menghindari hipovolemia.
LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
Diagnosa: Post Partum Hari I, ibu dengan perdarahan post partum karena atonia uteri.
Masalah actual : Kecemasan
Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya syok hipovolemi
Tujuan : PPH I berlangsung normal
Kriteria :
KU ibu baik
o TTV ibu dalam batas normal :
TD = 110/80-140/90 mmHg.
N = 60-100 x /menit.
S = 36-37º C
P = 20-24 x /menit.
Lokhia dalam keadaan normal (lokhia rubra)
Involusi uterus berjalan normal (TFU 2 jb pst).
kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras).
Ibu dapat beradaptasi dengan kondisinya.
Syok tidak terjadi
Intervensi tanggal 18-01-2011
1. Pemasangan infuse
Rasional : Sebagai pertolongan pertama pada pasien perdarahan postpartum.
2. Jelaskan pada ibu keadaanya
Rasional : Ibu dapat mengetahui dan memahami keadaanya sehingga dapat merasa tenang.
3. Observasi TTV, TFU , kontraksi dan pengeluaran lochia setiap hari.
Rasional: Dengan memantau TFU, kontraksi dan lochia dapat menggambarkan keadaan involusio dan
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
4. Anjarkan ibu cara massase fundus uteri yang baik dan stimulasi putting susu.
Rasional :Untuk merangsang kontraksi uterus sehingga masalah atonia uteri dapat teratasi.
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini .
Rasional : membantu mengeluarkan lokhia serta mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli.
6. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sendiri sedini mungkin.
Rasional : Dengan menyusui bayi sendiri dapat mempercepat proses involusi uteri.
7. Ajarkan ibu HE tentang :
o Makanan bergizi : yang mengandung 4 sehat 5 sempurna.
o Istirahat cukup : 7-8 jam sehari.
o Personal hygine : ganti pembalut setiap hampir penuh.
Rasional : makanan bergizi dan istirahat yang cukup dapat membantu pemulihan ibu dan meningkatkan
produksi ASI , personal hygine dapat mencegah infeksi.
8. Ajarkan ibu cara perawatan payudara.
Rasional : Dengan melakukan perawatan payudara akan membantu dalam pengeluaran ASI.
9. Observasi perdarahan
Rasional : untuk mengetahui apakah perdarahan postpartum masih berlangsung atau telah teratasi.
10. Observasi tanda tanda infeksi
Rasional : Mendeteksi dini adanya infeksi dapat membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
11. Bekerja secara aseptic dan antiseptic.
Rasional : Aseptik mencegah terjadinya kontaminasi jaringan, bahan dan alat steril oleh
mikroorganisme.Sedangkan antiseptic mencegah terjadinya infeksi dengan menghambat tumbuhnya
mikroorganisme pathogen dalam luka.
12. Anjurkan untuk ganti duk setiap kali selesai BAB atau BAK.
Rasional : Duk yang kotor dan basah merupakan tempat yang baik untuk berkembang biaknya pathogen
penyebab infeksi.

LANGKAH VI ; IMPLEMENTASI
Tanggal 18-01-2011 Jam 11.10 WITA.
1. Memasang infuse
Hasil : Infus telah terpasang.
2. Menjelaskan pada ibu keadaanya
Hasil : ibu mengerti dan merasa tenang.
3. Mengobservasi TTV, TFU , kontraksi dan pengeluaran lochia setiap hari.
Hasil :
o Ibu telah diperiksa TTVnya.
TD : 100/ 70 mmHg
Nadi : 86 x / menit
Pernapasan : 20 x /menit
Suhu : 36 °c
o TFU : 2 jrb pst
o Kontraksi jelek (teraba lembek)
o Lokhia rubra (normal).

4. Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri yang baik dan stimulasi putting susu.
Hasil : Ibu mengerti dan melakukan apa yang di ajarkan.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini .
Hasil : ibu belum dapat melakukan mobilisasi dini karena kondisinya yang lemah.
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sendiri sedini mungkin.
Hasil : ibu tidak mampu menyusui anaknya karena masih terbaring lemah.
7. Observasi perdarahan
Hasil : perdarahan total ± 500 ml.
8. Observasi tanda tanda infeksi.
Hasil : Tidak ada tanda tanda infeksi saat ini.
9. Bekerja secara aseptic dan antiseptic.
Hasil : Semua pekerjaan telah dilakukan dengan memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic.
LANGKAH VII : EVALUASI
Tanggal 18-01-2011 jam 11.30 WITA.
1. Perdarahan post partum belum teratasi
2. Infus telah terpasang.
3. KU ibu lemah
4. TTV
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 86 x / menit.
Pernapasan : 20 x/ menit
Suhu badan : 36 O C.
5. Kontraksi uterus mulai membaik.( teraba bundar dan keras)
6. Ibu dirujuk ke RS labuang Baji untuk penanganan lebih lanjut.

PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PATOLOGISnPADA NY “M”


DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
DI PUSKESMAS PLUS BARA BARAYA
TGL 18-01- 2011

No. Register :59-01-11


Tgl Partus : 18-01- 2011 Jam :09.15 WITA
Tgl Pengkajian : 18-01-2011 Jam :11.00 WITA
Pengkaji : Tasliyah Noor Ningtiyas

Data Subjektif (S)


Nama : Ny “M” / Tn “M”
Umur : 27 tahun / 29 tahun
Nikah/ lamanya : 1 kali/ ± 6 tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP / SMP
Pekerjaan : IRT / Buruh harian.
Alamat : Jl.Kesatuan 4/19.

1. Ibu mengatakan merasa mual disertai pengeluaran darah yang banyak dari jalan lahir.
2. Pengeluaran darah yang banyak mulai dirasakan segera setelah melahirkan tanggal 18-01-2011 jam :
09.15.
3. Sifat keluhanterus menerus.
4. Ibu merasa demam dan lemah.
DATA OBJEKTIF (O)
j. Keadaan umum ibu tidak baik.
k. Kesadaram apatis.
l. TTV
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 86 x / menit.
Pernapasan : 36 x/ menit
Suhu badan : 36 O C.
m.
Kepala
Inspeksi :Rambut hitam lurus,tidak berketombe, tidak rontok.
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah tampak meringis
Palpasi : tidak ada oedema pada wajah.
Mata
Inspeksi : Simetris ki/ka, sklera tampak putih dan konjungtiva merah muda.
Hidung
Inspeksi : Simetris ki/ ka, tidak terdapat polip dan peradangan
Gigi dan mulut
Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada caries dan gigi berlubang,bibir tidak pecah pecah.
n. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
o. Payudara
Inspeksi : Simetris ki / ka, putting menonjol,ASI masih sedikit,tonus otot payudara longgar, putting susu
tidak lecet.
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan.
p. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada luka bekas oprasi, Tampak strie albicans bersama linea nigra,
Palpasi : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, TFU 2 jari di bawah pusat.
q. Genitalia
Inspeksi :Nampak lokia rubra, varises tidak ada..
r. Tungkai bawah
Inspeksi :simetris ki/ka, tidak ada kelainan pada jari kaki dan tanga
Palpasi : Tidak ada varises dan oedema.
Perkusi : refleks patella (+)

ASSESMENT (A)
Diagnosa: Post Partum Hari I, ibu dengan perdarahan post partum karena atonia uteri.
Masalah actual : Kecemasan
Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya syok hipovolemi

PLANNING (P)
Tanggal 18-01-2011 Jam 11.10 WITA.
1. Memasang infuse
Hasil : Infus telah terpasang.
2. Menjelaskan pada ibu keadaanya
Hasil : ibu mengerti dan merasa tenang.
3. Mengobservasi TTV, TFU , kontraksi dan pengeluaran lochia setiap hari.
Hasil :
o Ibu telah diperiksa TTVnya.
TD : 100/ 70 mmHg
Nadi : 86 x / menit
Pernapasan : 20 x /menit
Suhu : 36 °c
o TFU : 2 jrb pst
o Kontraksi jelek (teraba lembek)
o Lokhia rubra (normal).

4. Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri yang baik dan stimulasi putting susu.
Hasil : Ibu mengerti dan melakukan apa yang di ajarkan.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini .
Hasil : ibu belum dapat melakukan mobilisasi dini karena kondisinya yang lemah.
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sendiri sedini mungkin.
Hasil : ibu tidak mampu menyusui anaknya karena masih terbaring lemah.
7. Observasi perdarahan
Hasil : perdarahan total ± 500 ml.
8. Observasi tanda tanda infeksi.
Hasil : Tidak ada tanda tanda infeksi saat ini.
9. Bekerja secara aseptic dan antiseptic.
Hasil : Semua pekerjaan telah dilakukan dengan memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic.

You might also like