You are on page 1of 6

Nama : Tri Puspita Roska

GB : 10

ANIES BASWEDAN, BERAWAL DARI “SEKSI KEMATIAN” HINGGA MENJADI


MENTERI
Oleh: Chamid Riyadi, Journalist Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
http://mirajnews.com/id/artikel/tokoh/anies-baswedan-seksi-kematian-sampai-menjadi-menteri/

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK)
mengamanahkan Anies Baswedan menjadi Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan
Menengah Kabinet Kerja periode 2014-2019.

Presiden mengatakan, intelektualitas dan jam terbang Anies tak lagi diragukan. Anies Rasyid
Baswedan Ph.D., lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969; adalah seorang intelektual dan
akademisi. Anies antara lain menginisiasi Gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor
termuda sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007, saat dilantik menjadi Rektor
Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.
Anies merupakan cucu dari pejuang nasional Abdurrahman Baswedan, seorang jurnalis dan
diplomat yang pernah menjabat sebagai Muda Menteri Penerangan pada Kabinet dipimpin
Perdana Menteri Mohammad Natsir. Natsir dan AR Baswedan sama-sama berasal dari Partai
Islam Masyumi.
Kedua orang tua Anies berasal dari kalangan akademis. Ayahnya, Drs. Rasyid Baswedan,
merupakan dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, sementara ibunya, Prof. Dr.
Aliyah Rasyid, M.Pd. merupakan guru besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi,Universitas
Negeri Yogyakarta.
Anies mengatakan, ia demikian akrab dengan sang kakek, politisi terkemuka saat itu, wartawan
pula, yang perpustakaannya penuh buku.
Kakeknya itu juga ikut dalam misi diplomatik RI yang baru merdeka ke Timur Tengah tahun
1947 dipimpin Haji Agus Salim, yang berhasil menjadikan Mesir sebagai negara pertama yang
mengakui Kemerdekaan RI. Kemudian disusul oleh pengakuan Mufti Besar Palestina.
Anies menikah dengan Fery Farhati Ganis, seorang sarjana psikologi dari Universitas Gadjah
Mada pada tanggal 11 Mei 1996. Fery mendapat gelar magister dalam bidang parenting
education dari Northern Illinois University. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Mutiara
Annisa, Mikail Azizi, Kaisar Hakam dan Ismail Hakim.
Anies dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1969 Ia mulai mengenyam
bangku pendidikan pada usia 5 tahun. Saat itu, ia bersekolah di TK Masjid Syuhada, Yogyakarta.
Masjid yang dibangun untuk menghormati para syuhada yang meninggal dalam perang
kemerdekaan.
Menginjak usia enam tahun, Anies masuk ke SD Laboratori, Yogyakarta.
Setelah lulus SD, Anies diterima di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Dia bergabung dengan
Organisasi Siswa Intra Sekolah di sekolahnya, dan menduduki jabatan sebagai pengurus bidang
humas yang dijuluki sebagai “seksi kematian,” karena tugasnya mengabarkan kematian. Anies
juga pernah ditunjuk menjadi ketua panitia tutup tahun di SMP-nya.
Anies Baswedan, menggambarkan keterlambatannya lulus SMA karena mengikuti program
pertukaran pelajar ke Amerika. Lulus dari SMP, Anies meneruskan pendidikannya di SMA
Negeri 2 Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS,
dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus orang Ketua OSIS se-Indonesia.
Hasilnya, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985.
Pada tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan tinggal
selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat. Program ini membuatnya
menempuh masa SMA selama empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.
Sekembalinya ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang jurnalistik. Ia
bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia (TVRI) Yogyakarta,
dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional.
Anies diterima masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia tetap
aktif berorganisasi, bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menjadi salah
satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM.
Di fakultasnya, Anies menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan ikut membidani kelahiran
kembali Senat Mahasiswa UGM setelah pembekuan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Dia terpilih menjadi Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992, dan
membuat beberapa gebrakan dalam lembaga kemahasiswaan.
Anies membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif memosisikan
senat sebagai lembaga legislatif, yang disahkan oleh kongres pada tahun 1993. Masa
kepemimpinannya juga ditandai dengan dimulainya gerakan berbasis riset, sebuah tanggapan
atas tereksposnya kasus BPPC yang menyangkut putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala
Putra.
Anies turut menginisiasi demonstrasi melawan penerapan Sistem Dana Sosial Berhadiah pada
bulan November 1993 di Yogyakarta. Pada tahun 1993, Anies mendapat beasiswa dari untuk
JAL Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas di Sophia University, Tokyo dalam bidang
kajian Asia. Beasiswa ini ia dapatkan setelah memenangkan sebuah lomba menulis mengenai
lingkungan.
Setelah lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM, kemudian
mendapat beasiswa Fulbrightdari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang
keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, University of
Maryland, College Park pada tahun 1997. Ia juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di
universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.
Sesaat setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan
kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University pada tahun 1999. Dia bekerja
sebagai asisten peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya, dan
meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan kepada
mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun 2004.
Dalam berbagai kesempatan, Anies Baswedan selalu mengatakan ada tiga hal yang ia jadikan
pedoman dalam memilih karier. Apakah secara intelektual dapat tumbuh, apakah masih dapat
menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, apakah mempunyai pengaruh sosial.
Anies Baswedan Sebagai Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
Gagasan ini sebenarnya berawal ketika Anies Baswedan masih menjadi mahasiswa UGM sekitar
dekade 1990-an. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak dari seorang mantan rektor UGM
periode 1986-1990: Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri (Pak Koes).
Pada tahun 1950-an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga
Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah,
khususnya di luar Jawa. Dalam beberapa kasus, PTM ini justru mendirikan SMA baru dan
pertama di sebuah kota kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari delapan
orang yang menjadi angkatan pertama PTM ini.
Prof. Koes berangkat ke Kupang dan bekerja di sana selama beberapa tahun. Sepulangnya dari
Kupang, ia mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk kuliah di UGM. Salah satunya adalah
Adrianus Mooy yang di kemudian hari menjadi Gubernur Bank Indonesia. Cerita penuh nilai
dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia Mengajar.
Selepas dari UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Amerika
Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di sana membuatnya memahami bahwa anak-anak
Indonesia membutuhkan kompetensi kelas dunia untuk bersaing di lingkungan global. Tetapi,
kompetensi kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak muda Indonesia harus punya pemahaman
empatik yang mendalam seperti akar rumput meresapi tanah tempatnya hidup.
Semua proses di atas, secara perlahan membentuk ide besar Gerakan Indonesia Mengajar.
Konstruksi dasarnya mulai terumuskan pada pertengahan 2009. Ketika itu, Anies mendiskusikan
dan menguji idenya pada berbagai pihak. Gagasan ini kemudian siap mewujud ketika beberapa
pihak berkenan menjadi sponsor.
Proses untuk mendesain dan mengembangkan konsep Indonesia Mengajar pun dimulai pada
akhir 2009, dengan membentuk tim kecil yang kemudian berkembang hingga menjadi organisasi
seperti sekarang ini. Sampai saat ini pun, Anies Baswedan merupakan salah satu pendiri dan juga
Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.
Beberapa Penghargaan Anies Baswedan
Tingkat Nasional
Harian Rakyat Merdeka menganugerahkan The Golden Awards pada peringatan Hari Ulang
Tahun (HUT) harian ini yang ke 14 pada Juni 2013. Anies dipilih atas inspirasinya di bidang
pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Selain Anies tokoh yang mendapatkan
penghargaan ini adalah Johan Budi SP (Juru Bicara KPK) dan Ignasius Jonan (Dirut PTKAI).
Pada Agustus 2013, Anies Baswedan mendapatkan Anugerah Integritas Nasional dari Komunitas
Pengusaha Antisuap (Kupas) serta dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Penilaian
ini didasari atas survey yang dilakukan pada 2012 tentang persepsi masyarakat terhadap
sejumlah tokoh nasional. Anies terpilih bersama beberapa tokoh lain seperti Komaruddin
Hidayat, Abraham Samad, serta Mahfud MD.
Menurut Ketua Kupas Ai Mulyadi Mamoer, mereka yang terpilih adalah mereka yang jujur,
bertanggungjawab, visioner, disiplin, bisa bekerja sama, adil dan peduli.
Kemudian Dompet Dhuafa memberikan penghargaan Dompet Dhuafa Award 2013 kepada Anies
Baswedan pada Juli 2013. Penghargaan ini diberikan kepada tokoh-tokoh yang dinilai telah
memberikan inspirasi kebajikan bagi masyarakat dan berkontribusi bagi bangsa. Anies
Baswedan menerima penghargaan kategori pendidikan. Ia dipilih karena usahanya melunasi janji
kemerdekaan di bidang pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar.
Anies Baswedan juga menerima penghargaan Tokoh Inspiratif dalam Anugerah Hari Sastra
Indonesia. Penghargaan ini diberikan pada saat perayaan Hari Sastra Nasional pada 3 Juli 2013
di Balai Budaya Pusat Bahasa, Rawamangun, Jakarta. Anies mendapat penghargaan kategori
tokoh inspiratif. Anies dirasa memiliki track record serta kepedulian dalam memperjuangkan
kemajuan untuk Indonesia.
Tingkat Internasional
Gerald Maryanov Award
Pada 2004 Anies Baswedan menerima penghargaan Gerald Maryanov Fellow dari Departemen
Ilmu Politik Universitas Northern Illinois.
100 Intelektual Publik Dunia
Pada 2008 Majalah Foreign Policy memasukkan Anies Baswedan dalam 100 Intelektual Publik
Dunia. Anies merupakan satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar hasil rilis
majalah tersebut. Dalam daftar itu nama Anies sejajar dengan tokoh dunia seperti Noam
Chomsky (tokoh perdamaian), para penerima nobel seperti Shirin Ebadi, Al Gore,Muhammad
Yunus, dan Amartya Sen.
Young Global Leaders
Jiwa kepemimpinan Anies Baswedan juga membuahkan hasil dengan hadirnya nama Anies
dalam salah satu Young Global Leaders pada Februari 2009 yang diberikan oleh World
Economic Forum.
20 Tokoh Pembawa Perubahan Dunia
Setelah mendapat penghargaan 100 Intelektual Publik Dunia, pada April 2010, Anies Baswedan
terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang
versi majalah Foresightyang terbit di Jepang. Dalam edisi khusus “20 orang 20 tahun”, Majalah
ini menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan akan menjadi perhatian dunia. Mereka akan
berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang.
Menurut majalah itu Anies Baswedan dinilai sebagai salah satu tokoh calon pemimpin Indonesia
masa mendatang. Nama Anies berdampingan dengan Vladimir Putin (Perdana Menteri Rusia),
Hugo Chavez (Mantan Presiden Venezuela), David Miliband (Menteri Luar Negeri Inggris),
Rahul Gandi (Sekjen Indian National Congress India), serta Paul Ryan (politisi muda Partai
Republik dan anggota House of Representative AS).
PASIAD Education Award
Anies Baswedan menerima penghargaan dari The Association of Social and Economic Solidarity
with Pacific Countries (PASIAD) kategori Pendidikan dari Pemerintah Turki pada tahun 2010.
Penghargaan ini diberikan kepada pengajar, pelajar maupun individu yang telah berkontribusi
untuk dunia pendidikan. Ia menerima penghargaan ini karena telah membuat anak-anak muda
terbaik untuk mengajar di daerah terpencil yang jauh dari akses pendidikan melalui program
Indonesia Mengajar.
Nakasone Yasuhiro Award
Anies Baswedan menerima Nakasone Yasuhiro pada Juni 2010. Penghargaan ini diberikan
langsung oleh Mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuhiro Nakasone. Penghargaan ini diberikan
kepada orang-orang visioner yang membawa perubahan dan memiliki daya dobrak, demi
tercapainya abad 21 yang lebih cerah. Anies dirasa adalah salah satu sosok visioner tersebut.
Hanya beberapa orang asal Indonesia yang pernah menerima penghargaan bergengsi ini, seperti
Rizal Sukma (Peneliti CSIS) dan Wayan Karna (Dekan ISI Denpasar).
500 Muslim Berpengaruh di Dunia
Penghargaan yang diterima Anies Baswedan juga hadir dari kawasan Timur Tengah. The Royal
Islamic Strategic Studies Center, Jordania, memasukkan nama Anies dalam daftar The 500 Most
Influential Muslims pada Juli 2010. Penghargaan ini diberikan untuk 500 tokoh Muslim paling
berpengaruh di dunia. (T/P010/P2)

You might also like