Professional Documents
Culture Documents
“MAKP-ANALISA SWOT”
Dosen Pembimbing:
Nurul Aini S. Kep., M. Kep.
Oleh :
Sebuah ruangan interna di RSUD B akan menerapkan metode asuhan keperawatan profesiona
(MAKP). Sebagai persiapan, buatlah analisis SWOT guna menentukan langkah dan strategi
agar tujuan program dapat tercapai dengan optimal. Adapun gambaran situasinya sebagai
berikut:
MISI :
1. Menyelanggarakan pelayanan kesehatan secara profesional dan bermutu, berdaya
saing kuat serta terjangkau oleh masyarakat umum.
2. Menyelanggarakan pengelolaan pelayanan kesehatan secara mandiri dengan
memiliki SDM sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan tekhnologi.
3. Menyelanggarakan manejemen rumah sakit berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan
rumah sakit yang profesional sehingga mampu tumbuh dan berkembang tanpa
meninggalkan fungsi sosial rumah sakit.
MOTTO
KEPERCAYAAN, KESEHATAN DAN KEPUASAN ANDA ADALAH
KEBANGGAN KAMI.
Kepala Ruangan
b. NON-KEPERAWATAN
3. BOR pasien
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur
ruang interna, yaitu 25 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
NO Shift Kelas II Kelas III BOR
1. Pagi 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100=80%
2. Sore 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100=80%
3. Malam 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100=80%
3. Administrasi lengkap
a. Buku injeksi
b. Buku observasi
c. Lembar dokumentasi
d. Buku observasi suhu dan nadi
e. Buku timbang terima
Sarana dan prasarana diruang rawat inap interna wanita RSUD Y cukup baik. Fasilitas
penunjang seperti 4 kamar mandi, 1 tempat parker, dan 1 kantin kondisinya cukup baik.
Tetapi idealnya kamar mandi kelas 2= 1:2 dan klas 3= 1:5,1 tempat parker / ruangan, 1
kantin / ruangan , sehingga perlu ditambah 1 kamar mandi. Ventilasi udara terdapat 10
jendela kondisinya cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh petugas
cleaning service dan kondisi ruangan cukup tenang. Jumlah tabung O2 ada 5 buah, perlu
dikurangi 3, sebab idealnya ada 2 /ruangan. Semua perawat ruangan mampu
menggunakanya dengan baik. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, yang terdiri
dari : 1 buah buku injeksi, 1 buah buku observasi, 20 lembar dokumentasi, 1 buah buku
observasi suhu dan nadi, dan 1 buah buku timbang terima. Nurse station ada 1 di
ruangan, biasanya di gunakan sebagai ruang pertemuan perawat, kadang-kadang perawat
mengobrol dan menggosip di nurse station. Tempat ruang karu tersendiri disebelah ruang
staff dokter sebaiknya dipindah jadi 1 dengan nurse station sebab idealnya ruang karu
jadi 1 dengan nurse station.
b. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pergantian sift
malam ke pagi (07.00) dan pagi ke sore (14.00). Selalu diikkuti oleh semua perawat
yang telah dan akan dinasa, tetapi dari kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh data,
100% perawat menyatakan, pelaksanaan timbang terima kadang-kadang tepat waktu
dengan alasan 7 perawat (63,63%) mengatakan anggota tim belum lengkap, 4 perawat
(36,36%) mengatakan data belum disalin. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh kepala
ruangan. Untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam timbang terima, semua perawat
dapat menyebutkan dengan benar & menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan dalam
timban g terima, meliputi catatan perkembangan kondisi pasien, buku timbang terima,
dll. Sedangkan untuk hal-hal yang perlu disampaikan selama timbang terima, dari 11
perawat han ya 5 perawat (45,45%) yang mencanntumkan agar lebih efisien mereka
langsung menggunakan diagnosa dokter. Dalam setiap timbang terima selalu ada
klarifikasi langsung, tanya jawab dan validitas terhadap semua hal yang ditimabang
terimakan.
100% perawat mengetahui hal-hal prinsip tentang teknik penyampaian
timbang terima ketika didepan pasien yang meliputi: penggunaan volum suara yang
cukup sehingga tidak mengganggu pasien di sebelahnya, sesuatu yang dianggap
rahasia disampaikan dengan bahasa medis,dll. Selalu ada interaksi dengan pasien saat
timbang terima berlangsung, minimal menanyakan apa yang di rasakan pasien saat
ini, semalam bis atidur atau tidak, dll. Lama timbang terima bervariasi tergantung
kondisi pasien, semakin banyak yang akan dilaporkan, semakin lama waktunya,
menurut hasil kuesioner, biasanya tidak lebih dari lima menit untuk tiap pasien.
Pelaporan timbsng terima dicatat terima dicatat dalam buku khusus yang akan
ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menewrima laporan dan
kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan mengadakan
diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan siftbselanjutnya.
Kemudian timabang terima akan ditutup oleh kepala ruangan. Adapun hambatan yang
dikeluhkan perawat adalah 4 perawat (36,36%) mengaku kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan timbang terima 3 perawat (75%) mengeluhkan tentang
proses pendokumentasian yang kurang sistematis dan efisien, 1 perawat (25%)
menjawab lebih suka menulis data pada secarik kertas, sedangkan 5 perawat lainya
(45,45%) menyatakan, hambatan dalam timbang terima adalah ketidakdisiplinan. 2
perawat lainya (18,18%) menyatakan, dokumentasi masih terbatas sehingga rencana
tindakan belum spesifik.
c. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, pelaksanaan ronde keperawatan
di ruang interna wanita belum optimal (dari 81,8% perawat ruangan dan karu), hali ini
dikarenakan jumlah pasien yang lebih banyak dari jumlah perawat. Dan hanya 81,8%
perawat ang tahu tentang ronde keperawatan. Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan
ronde keperawatan cukup mampu dalam melaksanakan tuigasnya. Hal ini dikarenakan
81,8% perwata ruangan mau dan ingin berubah dalam pelaksaaan ronde yang lebih
optimal. Tim yang dibentuk berkisar3-4 orang atau perawat yang dipimpin oleh karu.
Topik dan kasus yang dibahas dalam ronde keperawatn sesuia dengan masalah yang
ada diruangan dan yang lebih memerlukan perhatian khusus, misalnya gangren.
Pelatihan dan diskusi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi di ruangan telah
dilaksanakan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat sekitar 54,5%. Hal ini
dikarenakan kegiatan ruangan yang cukup padat sehingga kesempatan yang ada hanya
terbatas.
Dari hasil observasi, ronde keperawatan dilaksananakan dan diikuti hampir
72,7% perawat ruangan dan 50% dari keluarga pasien yang terlibat. Ronde
dilaksanakan sekitar 15-30 menit sekitar pukul 09.00 dan dibuka oleh karu.
f. Supervisi
Dari observasi yang dilakukan mahaiswa PSIK saat melakukan praktek
manajemen keperawatan didapatkan data bahwa kelengkapan supervisi di ruangan
belum memenuhi standart yang telah di tetapkan. Saat supervisi injeksi IV dengan
kepala ruangan tidak tersedia alas untuk injeksi IV dan sebagaian perawat
mengabaikan persiapan yang harus dilakukan pada pasien.sedangkan format untuk
supervisi ruangan masih belum baku serta di ruangan hanya terdapat format supervisi
untuk injeksi IV. Di ruangan interna wanita, supervisi dilakukan setiap bulan oleh
kepala ruangan.Kepala ruangan secara langsung melakukan supervisi kepada ketua
tim dan ketua tim secara melakukan supervisi kepada perawat pelaksana. Kemudian
melaporkan hasil supervisi perawat pelaksana kepada kepala ruangan dan hasil ini di
jadikan dokumentasi untuk ruangan.
Dari wawancara dan angket dengan kepala beserta perawat ruangan
didapatkan data bahwa 8 (62%) orang pearawat telah memahami tentang supervisi
dan 4 (31%) orang perawat telah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang
supervisi.
Mengingat perlunya perhatian ekstra untuk ruangan, maka kepala ruangan
menyampaikan hasil penilaian dari supervisi kepada perawat secara fair sesuai dengan
hasil yang di dapat. Sedangkan untuk feedback sebagaian perawat mengeluhkan
kurang puas.dan untuk pemecahan masalahdari hasil supervisi belum dilaksanakan
secara optimal. Dari angket yang diberikan mahasiswa didapatkan 7 orang perawat
menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk berubah.
g. Dokumentasi
Dari observasi yang dilakukan, model dokumentasi kepaerawatan yang
digunakan di ruang interna wanita adalah model dokumentasi POR. Dokumentasi
kepearawatan yang dilakukan meliputi pengkajian menggunakan sistem Head To Toe
dan ROS, Serta diagnosa keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam
pengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasiaanya. Sistem
pendokumentasiaanya masih dilakukan secara manual ( belum ada komputerisasi).
Catatan keprawatan berisikan jawaban terhadap nasihat dokter & tindakan mandiri
perawat, tetapi belum semua tindakan didokumentasikan. Dari hasil angket yang
sudah disebarkan didapat 8 perawat(72,7%) mengatakan mengerti cara pengisian
format dokumetasi yang digunakan ruangan dengan benar & tepat. Namun pelatihan
pelatihan tentang cara pendokumentasian keperawatan yang benar masih terus
diadakan.
Dokumentasi Asuhan keperawatan tidak dilaksanakan segera setelah pasien
masuk atau terjadi masalah keperawatan, tetapi kadang kadangdilengkapi saat mau
pulang atau apabila keaadan memungkinkan. Dan dar hasil angket didapatkan 6
perawat (54,5%) mengatakan melakukan dokumentasi segera setelah melakukan
tindakan. Catatan perkembangan pasien kurang berkesinambungan danb kurang
lengkap, serta respon dari pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Dari 20
rekam medis pasien yang ada hanya 12 rrekam medis yang ditulis lengkap dan tepat
waktu
Sedangkan untuk efisiensi dan efektifitas model pendokumentasian dapat
dilihat dari hasil angket yang menyebutkan bahwa 6 perawat (54,5%) mengatakan
model dokumentasi yang digunakan menyita banyak waktu, tetapi ada 8 perawat
(72,7%) mengatakan format yang digunakan sangat membantu dalam melakukan
pengkajian pasien.
LANGKAH 2 (ANALISA DATA / SWOT)
N ANALISA “SWOT” BOBOT RATING BOBOT X RATING
O
1. M1(Man)
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Jenis ketenagaan 0,3 3 0,9 S-W=
S1 keperawatan : 2 3,45-
D3 keperawatan : 4 1,45=
SPK : 7 2
Mahasiswa PSIK : 10
Tata Usaha : 1
Cleanning Service : 3
Ahli gizi : 2
POS : 5
b. Struktur organisasi sudah baik 0,25 4 1
c. Pembagian tugas di ruangan 0,25 3 0,75
secara struktural sudah baik
d. Kinerja perawat di ruangan 0,2 4 0,8
sudah baik
TOTAL 1 3,45
WEAKNES
a. Pelaksanaan pembagian 0,3 3 0,9
tugas belum jelas
b. Sebagian besar perawat 0,2 2 0,4
masih berlatar pendidikan
SPK
c. Perawat merasa 0,5 3 0,15
membutuhkan kesempatan
dan beasiswa untuk
melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
TOTAL 1 1,45
B. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya kebijakan RS untuk 0,45 4 1,8 O-T=
perawat mendapatkan 3,45-
beasiswa dan kesempatan 2,55=
untuk kuliah maupun seminar 1,1
pelatihan keperawatan
b. Adanya mahasiswa PSIK 0,15 3 0,45
yang sedang praktek
c. Adanya kebijakan pemerintah 0,2 4 0,8
tentang profesionalisasi
perawat
d. Perawat mendapatkan 0,2 3 0,6
kesempatan untuk mengambil
cuti 1 x dalam seminggu
TOTAL 1 3,65
THREATENED
a. Tuntutan masyarakat tentang 0,55 3 1,65
perawatan yang profesional
b. Kebijakan memberi 0,45 2 0,9
kesempatan perawat asing
untuk masuk RS
TOTAL 1 2,55
2 M2 (Material)
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Sarana dan prasarana diruang 0,2 4 0,8 S-W=
rawat inap interna sudah cukup 3,0-2,3=
baik. 0,7
b. Setiap pagi dan sore ruangan 0,1 3 0,3
dibersihkan oleh petugas
cleaning service dan kondisi
ruangan cukup tenang.
c. Semua perawat mampu 0,1 3 0,3
menggunakan fasilitas dan
bahan kesehatan yang ada
dengan baik.
d. Kondisi administrasi penunjang 0,1 2 0,2
cukup baik
e. Fasilitas untuk pasien seperti 0,1 4 0,4
tempat tidur, meja pasien, kipas
angin, kursi roda, branchart,
jam dinding, timbangan, dapur,
wastafel dapat mencakup
kebutuhan pasien dan
kondisinya cukup baik
f. Nursing station berada di 0,1 2 0,2
tengah ruangan disebelah ruang
staf dokter dan ruang pasien
kelas 2
g. Terdapat 10 ventilasi udara 0,1 2 0,2
dengan kondisi cukup baik
h. Fasilitas dan bahan kesehatan 0,1 4 0,4
yang ada diruang interna
kondisinya baik kecuali
ambubag dan manometer O2
i. Terdapat administrasi 0,1 2 0,2
penunjang.
TOTAL 1 3,0
WEAKNES
a. Ruang karu tersendiri di 0,35 2 0,7
sebelah ruang staf dokter,
idealnya jadi satu dengan
nurse station
b. Nurse station hanya ada satu 0,1 3 0,3
c. Fasilitas Kamar mandi dan 0,25 2 0,5
WC untuk pasien perlu
ditambah 1 kamar mandi
d. Kamar mandi untuk perawat 0,1 2 0,2
hanya ada 1
e. Fasilitas dan bahan 0,2 3 0,6
kesehatan yang ada di ruang
interna: ember sampah
pasien, lampu darurat,
standart baskom, manometer
O2 lengkap standart O2 dan
thermometer perlu ditambah
TOTAL 1 2,3
B. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Fasilitas untuk pasien: kipas 0,4 3 1,2 O-T=
angin dan brancart perlu di 3,6-3=
kurangi 0,6
b. Fasilitas dan bahan 0,6 4 2,4
kesehatan yang ada di
ruang interna perlu
dikurangi kecuali ember
sampah pasien, lampu
darurat, standart baskom,
manometer O2 lengkap
standart O2
TOTAL 1 3,6
THREATENED
a. Kadang-kadang perawat 1 3 3
mengobrol dan menggosip di
nurse station
TOTAL 1 3
3 M3 (METHOD)
MAKP
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. RS memiliki visi, misi, dan 0,1 2 0,2 S-W=
motto sebagai acuan 2,9 – 2,5
melaksanakan kegiatan = 0,4
pelayanan
b. Sebagian besar perawat 0,2 4 0,8
menyatakan mengerti/
memahami model asuhan
keperawatan yang di
gunakan dan tidak terlalu
membebani kerja
c. MAKP yang di gunakan TIM 0,1 2 0,2
sesuai dengan visi missi
ruangan
d. MAKP yang digunakan 0,1 3 0,3
sudah efektif dan efisien
e. Tidak ada penurunan 0,1 2 0,2
kepercayaan pasien rujukan
dari puskesmas dan klinik
lain
f. Komunikasi antar profesi 0,1 2 0,2
terlaksana cukup baik
g. Rencana askep antar shif 0,2 3 0,6
berkelanjutan didukung
dengan adanya data
dokumentasi
h. Sebagian besar perawat telah 0,1 4 0,4
melaksanakan tugasnya
sesuai standar yang telah di
tetapkan
TOTAL 1 2,9
WEAKNES
a. Kurangnya sumber daya 0,3 2 0,6
yang ada jadi pelayanan
kurang optimal
b. Ketidakseuaian job dis 0,5 3 1,5
dengan lulusan akademik
yang berbeda tingkatannya.
c. Sebagian kecil perawat 0,2 2 0,4
kurang mengetahui
kebutuhan perawatan pasien
yang sedang di alami
TOTAL 1 2,5
B. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Masalah pembiayaan terpusat 0,6 3 1,8 O–T=
langsung. 3–2=1
b. Adanya teguran dari ketua 0,4 3 1,2
TIM tentang kinerja yang
telah dilaksanakan berupa
masukan-masukan
TOTAL 1 3
THREATENED
a. Makin tingginya kesadaran 1 2 2
masyarakat akan pentingnya
kesehatan di buktikan
dengan kritikan yang di
terima oleh ruangan.
TOTAL 1 2
TIMBANG TERIMA
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Timbang terima dipimpin 0,2 2 0,4 S–W=
langsung oleh kepala 2,5 – 2,3
ruangan = 0,2
b. Adanya laporan jaga setiap 0,1 3 0,3
shif
c. Adanya kesiapan perawat 0,1 3 0,3
dalam melakukan timbang
terima
d. Seluruh perawat mengetahui 0,2 2 0,4
prinsip tentang penyampaian
timbang terima
e. adanya interaksi dengan 0,2 3 0,6
pasien saat timbang terima
f. durasi timbang terima 0,1 2 0,2
berfarisai tergantung kondisi
pasien
g. timbang terima di catat 0,1 3 0,3
dalam buku khusus
TOTAL 1 2,5
WEAKNESS
a. Timbang terima dilakukan 2 0,4 2 0,8
kali sehari
b. Isi timbang terima belum 0,3 2 0,6
terdokumentasikan dengan
baik
c. Masih banyak timbang 0,3 3 0,9
terima tentang masalah
medis
TOTAL 1 2,3
B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya interaksi dan 0,6 3 1,8 O–T=
klarifikasi tentang timbang 3,0 – 3,5
terima yang dilakukan = -0,5
b. kepala ruangan mengadakan 0,4 3 1,2
diskusi setelah timbang
terima untuk evaluasi
TOTAL 1 3,0
THREATENED
a. Perawat mengaku kesulitan 0,3 4 1,2
dalam mendokumentasikan
laporan timbang terima
b. Pendokumentasian masih 0,5 3 1,5
terbatas sehingga rencana
tindakan belum spesifik
c. Pelaksanaan timbang terima 0,2 4 0,8
tidak sesuai dengan jadwal
TOTAL 1 2,2
RONDE KEPERAWATAN
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Sebagian besar perawat tahu 0,3 2 0,6 S-W
tentang ronde keperawatan =2,4-4
b. TIM yang di bentuk dalam 0,2 3 0,6 = - 1,6
pelaksanaan ronde
keperawatan mampu dalam
melaksanakan tugasnya
c. Adanya kemauan perawat 0,3 2 0,6
untuk berubah
d. Topik dan kasus yang di 0,2 2 0,6
bahas dalam keperawatan
sesuai dengan masalah yang
ada di ruangan
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS
a. Pelaksanaan ronde 0,6 4 2,4
keperawatan di ruang interna
belum optimal
b. Jumlah tenaga perawat tidak 0,4 4 1,6
seimbang dengan jumlah
pasien
TOTAL 1 4
B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. TIM yang di bentuk berkisar 0,3 3 0,9 O-T=
3-4 perawat dalam yang 2,3-2=
dipimpin oleh karu 0,3
b. Pelatihan dan diskusi terkait 0,7 2 1,4
dengan masalah yang terjadi
di ruangan telah dilaksanakan
TOTAL 1 2,3
THREATENED
a. Adanya tuntutan yang lebih 1 2 2
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelatanan yang
lebih profesional
TOTAL 1 2
PENGELOLAAN LOGISTIK DAN OBAT
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Semua perawat memahami 0,3 3 0,9 S–W=
tentang sentralisasi obat 2,8 – 2,9
b. Adanya ruangan khusus obat 0,15 3 0,45 = -0,1
c. Adanya kemauan perawat 0,25 2 0,75
dalam melakukan sentralisasi
obat
d. Semua perawat selalu 0,3 3 0,9
memberi etiket kepemilikan
tentang cara penyimpanan
obat-obat yang ada
TOTAL 1 2,8
WEAKNESS
a. Pelaksanaan sentralisasi obat 0,1 4 0,4
belum optimal
b. Format sentralisasi obat yang 0,1 2 0,2
ada masih obat oral dan
injeksi
c. Belum ada format 0,25 4 1,0
persetujuan sentralisasi obat
untuk pasien
d. Proses pendokumentasian 0,1 4 0,4
keluar masuknya obat kurang
optimal
e. Perawat tidak 0,35 2 0,7
menginformasikan jumlah
kepemilikan sisa obat yang
belum diberikan
f. Keterbatasan sebagian 0,1 2 0,2
jumlah alat-alat kesehatan.
TOTAL 1 2,9
B. Eksternal faktor(EFAS)
OPPORTUNITY
a. alur penerimaan obat yang 1 3 3 O–T
didapat dari keluarga =3–2
langsung dibawa ke ruang =1
SO.
TOTAL 1 3
THREATENED
a. resiko tuntutan pasien karena 1 2 2
sebagaian perawat tidak
menginformasikan jumlah
sisa kepemilikan obat
TOTAL 1 2
DISCHARGE PLANNING
A. internal faktor (IFAS)
STRENGHT
a. adanya kemauan 0,3 2 0,6 S –W
memberikan discharge =2–3,45
planing pada pasien = -1,45
b. sebagian perawat sudah 0,7 2 1,4
memahami discharge planing
TOTAL 1 2
WEAKNESS
a. Discharge planning sudah 0,2 4 0,8
dilaksanakan akan tetapi
hanya dilaksanakan sebagian
perawat
b. Discharge planing 0,15 3 0,45
dilaksanakan saat pasien
akan pulang dan isinya hanya
penjelasan tentang penyakit
yang di derita psien dan vara
mengatsi penyakitnya jika
sembuh
c. Tidak tersedianya leaflet dan 0,15 4 0,6
brosur saat melakukan
discharge planing
d. Pemberian discharge planing 0,1 4 0,4
hanya secara lisan sehingga
pasien sering lupa tentang
penjelasan yang di berikan
e. Bahasa discharge planing 0,2 3 0,4
hanya kebanyakan bahasa
indonesia
f. Perawat tidak pernah 0,2 4 0,8
melakukan
pendokumentasian setelah
discharge planing
TOTAL 1 3,45
B. Eksternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Tidak disediakan anggaran 1 2 2 O–T
khusus dalam pelaksanaan = 1-1
discharge planing =1
TOTAL 1 2
THREATENED
a. Adanya tuntutan masyarakat 1 1 1
yang lebih tinggi dalam
menerima pendidikan
kesehatan
SUPERVISI
A. Internal Faktor (EFAS)
STRENGHT
a. Kepala ruangan 0,3 2 0,6 S-W=
menyampaikan hasil 2,4-2,3 =
penilaian dari supervisi 0,1
secara fair
b. Kepala ruangan mendukung 0,4 3 1,2
dan melaksanakan supervisi
c. Hasil pelaksanaan supervisi 0,3 2 0,6
telah di dokumentasikan
dengan jelas
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS
a. Mahasiswa PSIK yang 0,3 3 0,9
sedang melakukan praktik
MANKEP belum
memenuhi standar yg telah
ditetapkan
b. Belum mempunyai format 0,35 2 0,7
yang baku dalam
pelaksanaan supervisi
c. Perawat masih belum 0,35 2 0,7
mempunyai motivasi untuk
berubah
TOTAL 1 2,3
B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa Fakultas 0,4 2 0,8 O-T =
Keperawatan yang praktik 2,6-2,3=
manajemen keperawatan 0,3
b. Adanya reward dalam 0,3 3 0,9
bentuk pelatihan dan
sosialisasi tentang supervisi
bagi yang melaksanakan
pekerjaan dengan baik
c. Adanya interaksi yg 0,3 3 0,9
dilakukan oleh kepala
ruangan dengan perawat
berupa wawancara dan
angket
TOTAL 1 2,6
THREATENED
a. Adanya feed back yang 0,3 3 0,9
kurang baik yang
dikeluhkan oleh perawat
b. Persiapan injeksi yang 0,7 2 1,4
dilakukan oleh kepala
ruangan masih belum
optimal
TOTAL 1 2,3
DOKUMENTASI
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Sudah ada format model 0,3 3 0,9 S-W=
dokumentasi keperawatan 2,4-2,9=-
b. Sistem yang di gunakan 0,1 2 0,2 -0,5
dalam model asuhan
keperawatan sudah
menggunakan ROS dan
SOAP
c. Sebagian besar perawat 0,1 3 0,3
mengerti cara mengisi format
pendokumentasian secara
benar dan tepat
d. Pendokumentasian segera 0,1 3 0,3
dilaksanakan setelah
melakukan tindakan
e. Sebagian rekam medis pasien 0,15 2 0,3
ditulis dengan lengkap dan
tepat waktu
f. Perawat mengatakan format 0,2 2 0,4
yang diguankan sangat
membantu dalam melakukan
pengkajian pada pasien
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS
a. Dalam catatan keperawatan 0,1 4 0,4
tindakan belum semua di
dokumentasikan
b. Pendokumentasian tidak 0,2 3 0,6
dilaksanakan segera setelah
pasien masuk
c. Catatan perkembangan psien 0,2 3 0,6
kurang berkesinambungan
dan kurang lengkap
d. Respon pasien kurang 0,3 3 0,9
terpantau dalam lembar
evaluasi
e. Perawat mengatakan model 0,2 2 0,4
dokumentasi yang di
gunakan menambah beban
kerja perawata dan menyita
banyak waktu
TOTAL 1 2,9
B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Pelatihan tentang cara 1 2 2 O-T
pendokumantsian =2-1
keperawatan yang benar =1
masih terus diadakan
TOTAL 1 2
THREATENED
a. Adanya tuntutan masyarakat 1 1 1
untuk mendapatkan
pelayanan yang baik dengan
adanya pendokumentasian
yang tepat
TOTAL 1 1
LANGKAH 3 (DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT PENGKAJIAN)
O
1,5
(-0,1 ; 1) (2 ;1,1)
(-1, 45 ; 1) (0,4 ; 1)
(-0,5 ; 1) 1
(0,7 ; 0,6)
W S
-0,5
(0,2 ; -0,5)
-1
-1,5
-2
Keterangan :
(TT) = Timbang Terima
(MAKP) = Model Asuhan Keperawatan Profesional
(SV) = Supervisi
(SO) = Sentralisasi Obat
(RK) = Ronde Keperawatan
(DK) = Dokumentasi Keperawatan
(SP) = Sarana dan Prasarana
(DP) = Discharge Planning
(SDM) = Sumber Daya Manusia
LANGKAH 4 (IDENTIFIKASI MASALAH)
a. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT maka
kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
2. Pada M2 ruang karu tersendiri di sebelah ruang staf dokter, idealnya jadi satu dengan
nurse station.
3. MAKP yang digunakan sudah efektif dan efisien namun kurangnya sumber daya
tenaga yang ada sehingga mengakibatkan pelayanan kurang optimal.
5. Sebagian perawat tahu tentang ronde keperawatan dan TIM yang dibentuk dalam
ronde keperawatan mampu dalam melaksanakan tugasnya namun pelaksanaan ronde
di ruang interna belum optimal karena jumlah pasien dan perawat tidak seimbang.
7. Sebagian besar perawat sudah memahami discharge planning namun hanya sebagian
yang melaksanakannya dan belum didokumentasikan.
9. Sistem pendokumentasian sudah dilakukan memakai model SOR dan sebagian besar
perawat mengerti cara mengisinya namun seluruh tindakan belum semua
didokumentasikan dan pendokumentasiannya tidak dilaksanakan segera.
b. Prioritas Masalah
Masalah Skor Analisis Swot Prioritas
IFAS EFAS
Dokumentasi -0,5 1 5
M2 0,7 0,6 7
MAKP 0,4 1 8
M1 2 1,1 9
a. Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning hanya dilaksanakan oleh
sebagian perawat dan hanya dilaksakan saat pasien akan pulang dan isinya hanya
penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi penyakitnya jika
kambuh.
b. Dalam melakukan discharge planning perawat tidak pernah memberikan brosur maupun
leaflet pada pasien, sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan
oleh para perawat.
c. Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara yang sudah dilakukan pada
perawat diruangan, didapatkan sebagian kecil perawat belum memahami apa sebenarnya
discharge planning yang benar, dan hanya sedikit perawat yang melakukan discharge
planning.
d. Delapan perawat (72,7%) mengatakan bahwa discharge planning hanya dilakukan saat
pasien akan pulang. Kemudian 7 perawat (63,6%) mengatakan bahwa mereka pernah
diberi tugas untuk melakukan discharge planning akan tetapi perintah untuk melakukan
discharge planning hanya dilakukan berupa perintah lisan oleh kepala ruangan.
e. Dari 7 perawat (63,6%) mengatakan mereka melakukan discharge planning dengan hanya
menggunakan medial lisan, yaitu hanya berbicara dengan pasien dan keluarga pasien,
sedangkan bahasa yang digunakan oleh perawat tersebut kebanyakan adalah bahasa
Indonesia dalam memberikan discharge planning dan sisanya menggunakan bahasa jawa
dalam memberikan discharge planning.
f. Kemudian ada 8 perawat (72,7%) mengatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan
pendokumentasiaan setelah melakukan discharge planning, sedangkan dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan, didapatkan bahwa memang selama ini tidak diberikan
brousur maupun leaflet saat melakukan discharge planning dan juga tidak disediakan
anggaran khusus dalam pelaksanaan discharge planning.