Professional Documents
Culture Documents
G O U T AT H R I T I S
Juni 06, 2017 Asuhan Keperawatan
Gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit, karena terjadinya penumpukan asam urat dalam
tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun,
atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin (Naga 2012, hal 112).
Gout athritis yang biasa disebut sebagai penyakit asam urat merupakan penyakit yang
diakibatkan oleh penumpukan kristal-kristal asam urat, pada persendian yang berasal dari
kelebihan kadar asam urat di dalam darah.
Penyakit Gout Athritis di Indonesia mendudki urutan kedua terbanyak setelah penyakit
osteoartritis (OA), yang biasa dikenal dengan penyakit perkapuran sendi. Pengidap terbanyak
penyakit ini adalah laki-laki usia pertengahan antara 40-50 tahun. Sedangkan kadar asam
urat perempuan umumna tetap rendah, dan baru meningkat setelah menopouse.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan tingginya kadar asam urat di dalam darah.
Umumnya kadar asam urat normal pada laki-laki ialah 3,5 – 7 mg/dl, dan perempuan 2,6 – 6
mg/dl. Namun karena adanya peningkatan asam urat di dalam darah, maka saat dilakukan
pemeriksaan, pasien yang menderita asam urat melebihi angka normal tersebut.
B. Etiologi
Menurut Mansjoer (2012), Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat, karena itu dilihat dari
penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan metabolik.
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat hiperurisemia. Hiperuresemia
pada penyakit ini terjadi karena :
Sedangkan menurut Sustrani (2005), faktor yang berpengaruh sebagai penyebab asam urat
adalah:
1. Faktor keturunan
2. Diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya seperti daging, makanan laut,
kacang-kacangan, bayam, jamur dan kembang kol
3. Akibat konsumsi alkohol berlebihan
4. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama gangguan ginjal
5. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama diuretika
( furosemida dan hidroklorotiazida )
6. Penggunaan antibiotika berlebihan
7. Penyakit tertentu pada darah seperti leukimia dan polisitomia
8. Faktor lain seperti stres, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olah raga berlebihan
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Nyeri hebat pada malam hari, sehingga penderita sering terbangun saat tidur.
2. Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan teraba panas. Keadaan
akut biasanya berlangsung 3 hingga 10 hari, dilanjutkan dengan periode tenang. Keadaan
akut dan masa tenang dapat terjadi berulang kali dan makin lama makin berat. Dan bila
berlanjut akan mengenai beberapa sendi dan jaringan bukan sendi.
3. Disertai pembentukan kristal natrium urat yang dinamakan thopi.
4. Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis.
D. Patofisologi
Peningkatan kadar asam urat di dalam darah dapat disebabkan oleh pembentukan berlebihan
atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya.
Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Secara normal metabolisme purin menjadi
asam urat dapat diterangkan sebagai berikut:
Sintesis purin melibatkan dua jalur yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage
pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui prekursor nonpurin.
Substrat awalnya adalah ribosa-5 fosfat yang diubah melalui serangkaian zat antara menjadi
nukleotida pirin (asam inosinat, asam guanilat, asam adenilat).
Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme kompleks, dan terdapat beberapa enzim
yang mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan
amidofosforibosiltranfarase (amido-PRT).
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin bebasnya,
pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jakur ini melalui zat-zat perantara seperti
jalur de novo.
Basa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk
prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim : hipoxantin
guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransfferase (APRT).
Asam urat terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus
dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi
kemudian diekskresikan di nefron distal, dan dikeluarkan melalui urin.
E. Diagnosis Medik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Bukti adanya kristal urat dari cairan sinovial atau dari topus melalui mikroskop polarisasi
sudah membuktikan, bagaimanapun juga pembentukan topus hanya setengah dari semua
pasien dengan gout.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui normal dan tidaknya fungsi ginjal.
Sementara itu pemeriksaan profil lemak darah dijadikan penanda ada dan tidaknya gejala
aterosklerosis.
Untuk melihat perbedaan jenis arthritis yang terjadi perlu dilakukan kultur cairan sendi.
Dengan mengeluarkan cairan sendi yang meradang maka pasien akan merasakan nyeri sendi
yang berkurang.
Dengan memasukkan obat ke dalam sendi, selain menyedot cairan sendi tentunya, maka
pasien akan lebih cepat sembuh.
Pemeriksaan roentgen perlu dilakukanuntuk melihat kelainan baik pada sendi maupun pada
tulang dan jaringan di sekitar sendi.
F. Penatalksanaan
1. Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati serangan gout
akut, dan untuk mencegah serangan gout Akut di kemudian hari. Obat ini juga dapat
digunakan sebagai sarana diagnosis.
2. Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5 mg setiap jam, sampai gejala-gejala serangan
Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata ada bukti timbulnya efek samping gastrointestinal.
Dosis maksimurn adalah 4-8 rng, tergantung dari berat pasien bersangkutan.
3. Efek samping :Beberapa pasien mengalami rasa mual yang hebat, muntah-muntah dan
diarhea, dan pada keadaan ini pemberian obat harus dihentikan.
4. Gejala-gejala pada sebagian besar pasien berkurang dalam waktu 10-24 jam sesudah
pemberian obat. Kolkisin dengan dosis 0,5-2 mg per hari ternyata cukup efektif untuk
mencegah serangan gout berikutnya secara sempurna atau mendekati sempurna.
5. Penggunaan kolkisin setiap hari cenderung memperingan episode gout berikutnya, kalau
memang serangan gout terjadi lagi. Penggunaan kolkisin jangka panjang tak memperlihatkan
efek samping yang berat.
6. Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk mengobati artritis gout
akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka kolkisin digunakan
sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.
7. Terdapat tiga obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan.
a. Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis 100-400 mg per hari dapat
menurunkan kadar asam urat serum.
b. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya mereka dapat
menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan dengan dernikian meningkatkan
ekskresi asam urat.
8. Hindari makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi. Di antara jenis makanan ini
termasuk jerohan seperti hati, ginjal, roti manis dan otak. Sardin dan anchovy (ikan kecfi
semacarn haring) sebaiknya dibatasi.
9. Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu gerakan sendi, maka
dilakukan pembedahan.
G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan. Untuk itu,
diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga dapat
memberi arah terhadap
a. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui: Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia,
alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawainan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umunya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah sendi yang
mengalami masalah.Untuk mempperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST.
1) Provoking incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah peradangan.
2) Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk.
3) Region,Radition,Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar , dan nyeri terjadi di
sendi yang mengalami masalah.
4) Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang skala
pengukuran 0-4.
5) Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk pada malam hari atau
siang hari.
e. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan penyakit klien dalam
keluarga dan masyarakat. Respon yang di dapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi
nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program
pengobatan dan prognosis penyakit serta peningkatan asam urat terhadap sirkulasi.
Adanya perubahan peran dalanm keluarga akibat adanya nyri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon terhadap konsep diri yang maldaptif.
g. Pemeriksaaan fisik
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi: bila tidak melibatkan sistem pernapasan,biasanya ditemukan kesimetrisan rongga
dada, klien tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
b) Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri dan kanan
c) Perkusi : Suara resona pada seluruh lapang paru
d) Auskultasi : suara napas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya di dapat suara ronki
atau mengi.
2) B2 (Blood): pengisian kapiler kurang dari 1 detik,sering ditemukan keringat dingin,dan
pusing karena nyeri.
4) B4 (Blader) : produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke gijal berupa pielonefritis,
batu asam urat, dan GGK yang akan menimbulka perubahan fungsi pada sistem ini.
5) B5 (bawel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi perlu dikaji
frekuensi, konsistensi,warna, serta nbau feses. Selain itu perlu di kaji frekiensi, konstitensi,
warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung,dan tidak ada
nafsu makan, terutama klien yang memakai obat analgesik dan anti hiperurisemia.
2. Diagnosa Keperawatan
4. Evaluasi
a. Discharge Planning
Selama dirawat di Rumah Sakit, pasien sudah dipersiapkan untuk perawatan dirumah.
Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang harus sudah dipersiapkan/diberikan pada
keluarga pasien ini adalah:
1) Pengertian dari penyakit Arthritis gout.
2) Penjelasan tentang penyebab penyakit.
3) Memanifestasi klinik yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh keluarga.
4) Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat keluarga lakukan.
5) Klien dan keluarga dapat pergi ke Rumah Sakit/Puskesmas terdekat apabila ada gejala yang
memberatkan penyakitnya.
6) Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan pada pasien dalam menaati program
pemulihan kesehatan.
7) Anjurkan pasien untuk diet rendah purin.
Daftar Pustaka
Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua.
Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, dkk (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik edisi 7
volume 2. Jakarta: EGC.
McQueen, F.M., Reeves, Q., & Dalbeth, N. (201). New insights into an old disease: advanced
imaging in the diagnosis and management of gout. Postgrad Med J 2013;89:87–93. doi:10.
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan kelima.Jakarta : Yarsif
Watampone.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Volume 3. Jakarta : EGC.