You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERWATAN LANSIA PADA Ny.

G DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN GASTRITIS
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam
mempertahankan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salah satu system yang penting
dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat penting dalam proses
metabolisme dan kelangsungan hidup setiap sel di tubuh. Dalam system pencernaan banyak
organ-organ yang penting, salah satunya adalah lambung.
Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan lapisan
mukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar normalnya
fungsinya sangat penting. Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan
pada dinding lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang
tidak normal atau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau mag.
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi,Sylvia A Price hal
422). Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak di jumpai di klinik atau ruang
penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun ini dan
menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Secara garis besar Gastritis dapat di bagi
menjadi beberapa macam berdasarkan pada manifestasi klinis. Berdasarkan pada manifestasi
klinik, Gastritis dapat di bagi menjadi akut dan kronik. Masalah yang sering timbul pada
gastritis umumnya mengalami masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan memberikan
peran dan asuhan yang tepat seperti halnya pada klien dengan gangguan system pencernaan :
Gastritis.
Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Penulis mampu memahami “Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny. G Dengan Gangguan
Sistem Pencerna: Gastritis di Panti Werdha Yayasan Guna Budi Bakti Medan”.
b. Tujuan Khusus
 Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan lansia pada Ny.G dengan gangguan
sistem Pencernaan; Gastritis di Panti Werdha Yayasan Guna Budi Bakti Medan.
 Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia pada Ny.G dengan gangguan
sistem Pencernaan; Gastritis di Panti Werdha Yayasan Guna Budi Bakti Medan.
 Penulis mampu menyusun rencana keperawatan lansia pada Ny. G dengan gangguan sistem
Pencernaan: Gastritis di Panti Werdha Yayasan Guna Budi Bakti Medan.
 Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan lansia pada Ny.G dengan gangguan
sistem Pencernaan; Gastritis di Panti Werdha Yayasan Guna Budi Bakti Medan.
 Penulis mampu mengevaluasi keperawatan lansia pada Ny. G.dengan gangguan sistem
Pencernaan; Gastritis di Panti Werdha Yayasan Guna Budi Bakti Medan.

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


Laporan kasus ini dibatasi pada satu kasus saja yaitu “Asuhan Keperawatan
Lansia Pada Ny. G Dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Pencernaan di Panti Werdha
Yayasan Guna Budi Bakti Medan”, mulai dari tanggal 30 Maret s/d 4 April 2015.

1.4 Metode Penulisan


Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :
a. Studi kasus
- Wawancara : Melakukan tanya jawab secara langsung kepada klien.
bservasi : Melakukan pengamatan langsung mengenai keadaan/kondisi klien selama di Panti
Werdha Yayasan Guna Budi Bakti Medan.
i pustaka : Mempelajari buku-buku yang ada hubungan/ kaitannya dengan penyakit klien

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II : Tujuan teoritis terdiri dari teoritis medis dan teoritis keperawatan
BAB III : Laporan kasus yang teridir dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan
BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari tahap pengkajian, tahap diagnosa keperawatan, tahap
pelaksanaan keperawatan dan tahap evaluasi
BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR MEDIS


2.1.1 DEFENISI

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gastritis adalah segala radang
mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi hal 749).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis,local (Patofisiologi,Sylvia A Price hal 422).

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. (Imu Penyakit Dalam Jilid II). Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran
pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).

Jadi gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat
dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik.Perdarahan mukosa lambung
dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung
pada beberapa tempat. Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :

1.Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritisakut
erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muskularis.
2.Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh
bakterihelicobacter pylori (Brunner dan suddart).

2.1.2 ETIOLOGI

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :

Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol,
merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan
terutama aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh
gangguan mikro sirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis(Mansjoer,
Arif, 1999, hal : 492).

Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol,dan merokok.

Penyebab lain
Diet yang sembarangan, makan terlalu banyak, dan makan yang terlalu cepat dan
makan-makanan yang banyak mengandung bumbu atau mengandung MSG . Faktor psikologi
stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan produksi asam-asam
gerakan peristaltik lambung. Sterss jugaakan mendorong gerakan antara makanan dan
dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula
menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar
tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi
bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan.
Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya

2.1.3 ANATOMI PENCERNAAN


PENCERNAAN MAKANAN (SISTEM PENCERNAAN)
Semua makluk hidup memerlukan makanan untuk menghasilkan energi. Makanan yang
dimakan kemudian harus dicerna agar dapat diserap oleh tubuh. Proses pengelolahan
makanan agar makanan dapat diserap tubuh disebut sebagai proses makanan. Sistem
pencernaan terdiri dari suatu saluran panjang yaitu saluran cerna dimulai dari mulut sampai
anus, dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan seperti kelenjar liur, hati dan prancreas yang
letaknya diluar saluran akan tetapi menghasilkan sekret yang dicurahkan pada saluran
tersebut.

Fungsi dari sistem pencernaan adalah memproses makanan menjadi zat yang mampu
diserap dalam peredaran darah. proses pencernaan dalam tubuh manusia ada dua yaitu;

1. Pencernaan secara mekanis (gerakan), terjadi dimulut. Makanan pada mulanya


dijadikan bagian yang kecil dengan cara dikunyah kemudian dihaluskan lebih lanjut
oleh asam klorida dan enzim-enzim yang lain. Seperti pada pencernaan karbohidrat
oleh mulut yangdibantuoleh gigi dan dicampur dengan enzim ptyalin bersama air
ludah.
2. Pencernaan secara kimia yaitu pencernaan makanan secara kimiawi terjadi
dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim pencernaan merupakan zat kimia yang
berfungsi memecahkan molekul bahan makanan yang kompleks dan besar menjadi
molekul yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana ini memungkinkan
darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut ke seluruh sel yang membutuhkan.

Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, antara lain adalah ;
 Mulut
Mulut merupakan rongga pada permulaan saluran cerna terdiri dari Vestibula yang
berada diantara bibir dan gusi serta rongga mulut yang merupakan ruangan yang berada
dibagian dalam yang dibatasi oleh tulang maksila dan semua gigi. Proses yang pertama kali
terjadi di mulut merupakan proses mekanis dan khemis. Proses mekanis yang terjadi adalah
pengunyahan menggunakan otot masater, otot temporalis, otot pteregoid lateral dan medial
dibantu dengan ludah, gigi dan lidah. Pada cavum oris (rongga mulut) mulai dihaluskan oleh
geligi kita dan enzim Ptyaline yang dihasilkan oleh kelenjar ludah.kelenjar lidah ada 3 yaitu
1).kelenjar parotis 2). kelenjar submandibularis, dan 3). kelenjar sublingualis. Fungsi
kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang mencerna
makanan. Deras aliran saliva diransang oleh adanya makanan dalam mulut. Saliva merupakan
cairan yang bersifat alkali yang mengandung musin dan ptyalin.

 KERONGKONGAN (esofagus).
Merupakan tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm diatas dimulai dari faring sampai
pintu masuk kardiak lambung di bawah. Makanan berjalan dalam esophagus karena kerja
paristaltic, lingkaran serabut otot didepan makanan mengendor dan yang dibelakang makanan
berkontraksi sehingga makanan dapat terdorong ke bawah.

 LAMBUNG (Gaster atau Ventrikel).


Lambung merupakan bagian saluran cerna yang memiliki kapasitas mengembang yang
paling banyak. Lambung dapat menampung 2-3 liter makanan dan cairan. lambung terletak di
tengah epigastrik dan terdiri dari kardia, fundus, corpus dan pylorus.

Fungsi lambung adalah menerima makanan dari esofagus, menampungnya dan berperan
dalam proses pencernaan karbohidrat, protein dan lemak. Kelenjar dalam lapisan mukosa
lambung mengeluarkan sekret yaitu cairan pencerna penting yang berupa getah lambung
(HCl). Getah ini adalah cairan yang tidak berwarna, getah lambung mengandung 0,4% asam
klorida yang mengasamkan makanan. Enzim yang berada pada getah lambung terdiri dari
pepsin, rennin dan lipase.
 HATI
Adalah kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak dibagian atas rongga abdomen
disebelah kanan dan dibawah diafragma. Fungsi dihati berkaitan dengan metabolisme dan
proses detoktifikasi. Proses metabolisme yang diperankan oleh hati antara lain sintesis
protein,penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen serta proses pengolahan fraksi-fraksi
lemak.
Fungsi hati :
1. Tempat pembentukan empedu,
2. Tempat penyimpanan glikogen
3. Metabolisme lemak,
4. Membentuk protein plasma,
5. Memproses beberapa hormon steroid dan vitamin D,
6. Detoktifikasi.
 Empedu
Dihasilkan oleh hati,kemudian dibawa ke kantong empedu untuk dipekatkan. Bila
memakan makanan yang mengandung lemak, empedu akan dikeluarkan untuk membantu
proses pencernaan lemak.
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor desensif yang berperan dalam
menimbulkan lesi pada mukosa lambung

2.1.5 TANDA DAN GEJALA


Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara
satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut antara lain :
 Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika
makan
 Nyeri tekan ringan di epigastrium
 Mual kadang disertai muntah
 Kehilangan selera makan
 Kembung dan terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
 Kadang bisa disertai perdarahan saluran cerna berupa hematomesis dan melena (Sarwono, Ilmu Penyakit
Dalam, hal 127)
2.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk
mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
 Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa
anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
 Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteriH. pylori atau
tidak.
 Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering
terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
 Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen. (www.indofarma.co.id).
2.1.7 KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada
lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi
penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam
mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait
dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue)lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat
disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal. (www.indofarma.co.id).

2.1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS


a) Diet lunak, diberikan sedikit-sedikit tapi sering, hindari bahan-bahan yang merangsang seperti alkohol bumbu
dapur dll.
b) Berikan antasida, kecuali pada gastritis hipotropi dan etropi gaster karna terjadi proses autoimun cukup hanya
diberikan kortikosteroid dan viot B12.
c) Bila rasa nyeri tidak hilang dengan antasida, berikan okstosin tablet 15 menit sebelum makan.
d) Berikan obat antikoligernik bila sekresi asam lambung berlebihan.

2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN


2.1.1 PENGKAJIAN
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : - Kelemahan kelelahan, malaise, cepat lelah
-Insomnia
-Ansietas
b. Sirkulasi
Tanda : -Takirkadia (respon terhadap demam, dehidrasi proses inflamasi dan nyeri
-TD : hipotensi
c. Integritas ego
Gejala : Ansietas, perasaan tak berdaya
Menolak, depresi, eliminasi
d. Makanan/ cairan
Gejala : - Anorexsia, mual/muntah
-Penurunan berat badan

-Tidak toleran terhadap diet/sensitif misal buah segar/sayur, produk susu, makanan
berlemak
e. Higiene
Tanda : - Mampu mempertahankan perawatan diri
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : - Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah
- Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis)
Tanda : - Nyeri tekan abdomen
g. Keamanan
Gejala : - Peningkatan suhu 38,6ᴼ C
h.Interaksi sosial
Gejala : - Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
- ketidak mampuan aktif dalam lingkungan

2.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan GASTRITIS adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung ditandai dengan nyeri abdomen,
nyeri menyebar.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien.
3. Resiko tinggi terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak
melalui rute normal ditandai dengan mual dan muntah.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat ditandai dengan tidak akurat
mengikuti instruksi
2.1.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan I
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung ditandai dengan nyeri abdomen,
nyeri menyebar.
Tujuan :
- Nyeri hilang/terkontrol
- Klien tampak rileks dan mampu tidur/ istirahat dengan tepat
Intervensi dan rasional :
I : Dorongan klien untuk melaporkan nyeri
R : Mencoba untuk menoleransi nyeri, dari pada meminta analgesik.
I : Kaji laporan nyeri. Catat lokasinya, lamanya intensitasnya dan laporkan perubahan
karakteristik nyeri
R : Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/
Terjadinya komplikasi
I : Berikan tindkan yang nyaman misal pijatan punggung, ubah posisi dan aktivitas
Senggang
R : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan
Kemampuan koping
2. Diagnosa keperawatan II

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien di
tandai dengan penurunan berat badan, penurunan lemak subcutan

Tujuan :

- Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran.

Intervensi dan rasional :

I : Timbang berat badan tiap hari

R : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapy

I : Anjurkan istirahat sebelum makan

R : menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan


I : Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut

R : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi

I : Berikan kebersihan oral

R : Mulut yang bersih dapat meningkatkan selera makan

I : Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, platus

R : Mencegah serangan akut/eksaserbagi gejala

3. Diagnosa Keperawatan III


Resiko tinggi terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
banyak melalui rute normal ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan :
Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran mukosa
lembab dan turgor kulit baik.
Intervensi rasional :
I : Awasi masukkan dan pengeluaran, karakter dan jumlah perkirakan kehilangan
yang tidak terlihat misal berkeringat
R: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan penyakit
usus
I : Kaji tanda vital
R: Hipotensi dapat menunjukkan respon atau efek kehilangan cairan
I : Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit,
pengisian kapiler lambat
R: Menunjukkan kehilangan cairan/dehidrasi
I : Ukur berat badan tiap hari
R: Indikator cairan dan status nutrisi
I : Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring, hindari kerja
R: Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan
cairan usus

4. Diagnosa keperawatan IV

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat ditandai dengan tidak


akurat mengikuti instruksi
Tujuan :

- Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan


- Berpatisipasi dalam program pengobatan

Itervensi dan Rasional :

I: Tentukan persepsi klien tentang proses penyakit

R: Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar


individu

I: Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungen faktor yang menimbulkan


gejala dan cara menurunkan faktor pendukung

R: Faktor pencetus/pemberat individu sehingga kebutuhan klien untuk waspada


terhadap makanan, cairan, dan faktor terhadap hidup dapat mencetuskan gejala

I : Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping

R: Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program

I : Dapat meningkatkan motilitas usus, meningkatkan gejala

R: Ingatkan klien untuk mengobservasi efek samping bila steroid diberikan dalam
jangka panjang

I : Steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan mempengaruhi remisi


penyakit namun obat dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi
menyebabkan ritensi cairan

R: Tekankan pentingnya perawatan kulit: mis tekhnik cuci tangan dengan baik dan
perawatan parineal yang baik

I : Menrunkan penyebaran bakter dan resiko iritasi/kerusakan infeksi.

5. Diagnosa keperawatan V
Koping individu tak efektif berhubungan dengan nyeri hebat, kurang tidur, istirahat
ditandai dengan ketidak mampuan mengatasi dan putus asa.
Tujuan :

- Menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk membatasi/mencegah


kejadian berulang.

Intervensi dan rasional :

I : Kaji pemahaman klien/orang terdekat dan metode sebelumnya dalam menerima


proses penyakit.

R: Memampukan perawat untuk menerima lebih nyata tentang masalah saat ini.
anseitas dan masalah lain dapat memepengaruhi penyuluhan kesehatan/belajar
klien sebelumnya.

I : Tentukan stress luar, mis : keluarga, teman, lingkungan kerja atau sosial.

R: stress dapat mengganggu respon saraf otonom dan mendukung eksaserbasi


penyakit, meskipun tujuan kemandirian pada klien tergantung menjadi
penambahan stressor.

I : Bantu klien mengindentifikasikan keterampilan koping efektif secara individu.

R: Penggunaan prilaku yang berhasil sebelumnya dapat membantu klien menerima


situasi/rencana saat ini untuk masa datang.

I : Berikan dukung emosi mis mendengarkan dengan aktif dengan sikap tidak
menghakimi.

R: Membantu dalam komunikasi dan pemahaman titik pandang klien. Menambah


Perasaan klien akan harga diri.

I : Berikan periode tidur/istirahat tanpa gangguan

R: Kelelahan karena penyakit cenderung merupakan masalah berarti, mempengaruhi


kemampuan mengantasinya

I : Dorong menggunakan keterampilan menangani stree mis : tekhnik relaksasi,


visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan napas dalam.

R: Memusatkan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan


Kemampuan koping.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
Klien bernama Ny. G berumur 75 tahun, jenis kelamin perempuan, Agama Budha,
suku Tionghoa, Bangsa Indonesia, belum menikah, klien berpendidikan SD, sebelum ke panti
jompo klien tinggal di Jln. Wahidin Medan, saat ini klien tinggal di panti jompo Guna Budi
Bakti Medan selama + 3 tahun dengan diagnosa medis Gastritis, alasan Ny.G dibawa ke Panti
Jompo karena tidak ada lagi keluarga yang dapat merawat beliau. Keluarga atau orang lain
yang dapat di hubungi yaitu Nn. R (keponakan) bertempat tinggal di Medan. Saat ini klien
tidak memiliki pekerjaan karena klien tinggal di Panti Jompo, pekerjaan klien sebelumnya
juga tidak ada, klien di biayai/dinafkahi oleh saudaranya. Klien memiliki dua orang saudara
kandung, satu kakak dan satu orang adik. Klien terkadang dijenguk oleh anak dari kakaknya.
Pola Nutrisi makan 3 x/hari, nafsu makan ½ porsi dari 1 porsi yang disediakan, jenis
diet MB, klien memiliki kebiasan berdo’a sebelum makan, klien tidak suka makanan yang
lembek/bubur, klien tidak alergi terhadap makanan, klien sering mengeluh tentang makanan.
Klien BAK 5x/ hari, klien tidak mempunyai kebiasaan BAK pada malam hari. Frekwensi
waktu BAB klien adalah 1/ hari dengan konsistensi encer, klien mengeluh susah ke WC
dikarenakan Klien tidak bisa melihat diakibatkan karena Katarak dialami klien, klien dalam
melakukan aktivitas dibantu oleh perawat. Klien mandi 1x / hari yakni pagi hari dengan
menggunakan sabun, klien menggosok gigi 2x/ hari dengan menggunakan pasta gigi, klien
mencuci rambutnya 3x/seminggu dengan menggunakan shampo. Klien tidur malam ± 5 jam
dan tidur siang tidak ada. Klien tidak memiliki kegiatan untuk mengisi waktu luang, klien
banyak menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di depan kamarnya sambil bercerita
dengan teman, klien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan meminum minuman keras.
Dalam satu tahun terakhir klien sering mengeluhkan penyakit gastroenteritis,
dimana klien sering mengeluh sakit perut, tidak nafsu makan. Faktor pencetusnya ialah
gastritis, upaya yang dilakukan ialah mengkonsumsi obat-obatan dari dokter. Riwayat
kesehatan masa lalu, klien mengalami penyakit Katarak pada mata klien dialami klien pada
10 tahun kebelakang, dan klien pernah mengalami penyakit ringan seperti batuk, flu dan
demam serta pusing/pening. Klien tidak mempunyai riwayat alergi, klien juga tidak pernah
mengalami kecelakaan yang fatal.
Dari hasil pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2014,
di peroleh data dengan TD : 100/70 mmHg, RR : 20 x/ menit, HR : 80 x/ menit dan Temp:
37ºC, BB: 55 Kg, sesudah sakit BB turun 50 Kg, TB : 140 cm, keadaan rambut bersih dan
beruban dengan panjang ± 6 cm, mata klien menderita katarak/klien tidak bisa melihat,
keadaan telinga bersih, klien kurang peka terhadap suara (pendengaran kurang baik), mulut,
gigi dan bibir terlihat bersih, keadaan dada simetris, klien mengatakan ada masalah pada
abdomennya, keadaan kulit kering/keriput, klien tidak dapat melakukan aktivitas yang berat
karena klien tidak bisa melihat lagi dan harus dibantu dengan perawat atau temannya.
Klien tidak memiliki masalah kesehatan kronik serta tidak adanya gangguan pada
fungsi kognitif klien. Keadaan status fungsional klien baik dimana klien mampu melakukan
aktivitas secara sendiri/mandiri meskipun ada sedikit bantuan dari perawat, keadaan status
psikologis klien saat ini yaitu klien dalam keadaan normal.
Ruangan tempat tinggal klien rapi dan bersih dengan peneranggan yang cukup,
sirkulasi udara baik, keadaan WC bersih, pembuangan air kotor melalui Saluran pembuangan
tertutup, sumber air minum ialah sumur bor yang di olah menjadi air minum dengan
menggunakan mesin, sampah di buang di tempat sampah, dan tidak ada sumber pencemaran
di daerah tempat tinggal klien.
3.2 ANALISA DATA
No. DATA Fatofisiologi Masalah
1. DS : Klien mengatakan Sindrom dispepsia Gangguan rasa
Gangguan Psikologis cemas
ulu hatinya terasa Gangguan Keseimbangan Cairan nyaman nyeri
panas seperti terbakar Nyeri epigastrium, Mual, Kembung,
dan terasa nyeri Muntah, Anorexia, Hematemesis, melena
DO : - Klien tampak
meringis kesakitan
- Skala nyeri 4
- Nyeri tekan
abdomen (+)
(PALPASI)
- Klien tampak
memegang ulu hatinya
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri
- Vital sign TD :
120/80 mmHg, HR :
78 x/menit, RR
: 20 x/menit, Temp :
38ᴼC
- Hasil perkusi :
perut kembung

2. DS : Klien mengatakan Sindrom dispepsia Konstipasi


Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
sudah sekian hari Gangguan Psikologis cemas
Tidak BAB Gangguan Keseimbangan Cairan
DO : - Perut klien Nyeri epigastrium, Mual, Kembung,
tampak membesar Muntah, Anorexia, Hematemesis, melena
- Bila ditekan
perut terasa keras

3. DS : Klien mengatakan Gangguan


nafsu makan menurun pemenuhan
dan ada perasaan mual nutrisi kurang
DO : - Diet yang dari kebutuhan
disediakan hanya habis tubuh.
1/2 Porsi saja
- Klien tampak
muntah, 1 x/hari
- klien tampak
lemah
- BB sebelum
sakit : 55 kg
- BB sesudah
sakit 50kg
- Pada saat
makan sering terlihat
mual
- Hasil perkusi :
perut kembung
4. DS : - Klien Sindrom dispepsia Gangguan
Nyeri epigastrium, Mual, Kembung,
mengatakan sulit tidur Muntah, Anorexia, Hematemesis, melena pemenuhan
dan Sering terbangun Gangguan Rasa Nyaman Nyeri kebutuhan
pada malam hari Gangguan Psikologis cemas istirahat tidur
DO : - Klien tampak
gelisah
- Tidur siang ± 2
jam/hari
Gangguan
Keseimbangan Cairan
- Tidur malam ±
5 jam/hari
- Klien tampak
pucat
- Tampak sering
menguap di siang hari

5. DS : Klien mengatakan Gangguan


tidak mampu pemenuhan
memenuhi aktivitas sehari -
kebutuhannya secara hari
mandiri.
DO : - Sebagian
aktivitas klien dibantu
oleh Perawat yaitu
makan, BAB,BAK dan
personal hygien
- Klien tampak lemah

3.3 PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi gaster ditandai dengan klien mengatakan dengan pada
uluhatinya terasa panas seperti terbakar, skala nyeri 4.
2. Konstipasi berhubungan dengan kurang minum dan kurang makan makanan yang mengandung serat ditandai dengan klien
mengatakan sudah sekian hari tidah BAB, perut klien tampak membesar, jika perut ditekan terasa keras
3. Gangguan pemenuhan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung ditandai dengan
diet diet yang di sediakan hanya habis ½ porsi, klien muntah 1x/hari, klien tampak lemah vital sign : TD : 120/80 mmHg,
HR : 78x/I, RR : 20 x/I, Temp : 36ᴼC, BB sebelum sakit : 50 kg, BB sesudah sakit 56 kg
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri ditandai dengan klien tampak gelisah,

tidur malam
5. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan aktivitas dibantu oleh oleh

perawat seperti makan, mandi, berjalan, dan klien tampak lemas, serta klien mengalami kebutuhan.
3.4 ASUHAN KEPERAWATAN
DX.
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMEN
KEPERAWATAN
1 Gangguan rasa  Kaji skala nyeri yang
Rasa nyeri hilang  Untuk menentukan  Melakukan p
nyaman nyeri atau berkurang dialami pasien tindakan yang terhadap rasa n
berhubungan dengan Dengan kriteria  Lakukan kompres akan dibuat dirasakan klien
inflamasi gaster hasil hangat pada daerah selanjutnya jenis nyeri sedan
ditandai dengan  Klien tidak lambung  Meningkatkan  Membantu klien m
klien mengatakan meringis  Anjurkan klien mekanisme koping tehnik
dengan pada kesakitan minum dengan air individu pernafasan
uluhatinya 
terasa Ekspresi wajah hangat  Memberikan rasa menarik nafas d
panas seperti ceria  Atur posisi klien nyaman pada klien melepaskannya
terbakar, skala nyeri senyaman mungkin Diharapkan  Mengatur posisi k
dapat
4.  Ukur tanda vital mengurangi rasa fowler
setiap 8 jam nyeri yang di  Mengkolaboraside
 Kolaborasi dengan rasakan. dokter dalam
Dokter dalam obat anti penghi
pemberian antacida
dan penetral asam
lambung
 Alihkan perhatian
klien

2 Konstipasi Konstipasi  Tingkatkan makanan Proses BAB klien Memberikan


berhubungan dengan teratasi ddengan berserat lancar vyang
kurang minum dan kriteria hasil :  Anjur klien banyak Untuk mengandung se
kurang makan Klien sudah bisa minum mengembalikan sayuran dan bua
makanan yang BAB  Kolaborasi dengan keseimbangan  Memberi klien
mengandung 
serat Perut klien tidak dokter dalam cairan didalam minum
ditandai dengan tampak pemberian obat anti tubuh  Mengkolaborasi
klien mengatakan membesar lagi konstipasi dokter dalam
sudah sekian hari  Bila ditekan obat antik
tidah BAB, perut perut perut tidak seperti Dulcola
klien tampak terasa cara supositoria
membesar, jika perut keras lagi
ditekan terasa keras
3 Gangguan Kebutuhan  Anjurkan  Untuk menetralkan
klien  Menganjurkan kli
pemenuhan nutrsi nutrisi terpenuhi minum air hangat asam lambung. air hangat sebel
kurang dari dengan kriteria sebelum makan ± 2 Membantu dalam ± 2 teguk
kebutuhan tubuh hasil : teguk  Memberikan klie
pemenuhan nutrisi.
berhubungan dengan  Nafsu makan Anjurkan  Meningkatkan
klien dalam porsi k
peningkatan asam kembali normal makan dalam porsi keinginan untuk sering dan tet
lambung 
ditandai Diet yang kecil tapi sering makan. keadaan hangat
dengan diet diet yang disajikan habis dan dalam keadaan Mengurangi  Memberikan klien
di sediakan hanya  Mual, muntah hangat peningkatan asam yang bervariasi
habis ½ porsi, klien hilang  Beri klien makanan lambung. monoton.
muntah 1x/hari, klien  Mencegah
yang bervariasi dan  Menganjurkan
tampak lemah vital tidak monoton pemasukan zat-zat mengkonsumsi
sign : TD : 120/80  Anjurkan klien yang mengandung yang tidak me
mmHg, HR : 78x/I, mengkonsumsi asam. asam.
RR : 20 x/I, Temp : makanan yang Meningkatkan nafsu
 Mengkolaborasi
36ᴼC, BB sebelum tidak mengandung makan ahli gizi dalam
sakit : 50 kg, BB asam dan gas makanan yan
sesudah sakit 56 kg  Kolaborasi dengan mengandung asa
ahli gizi dalam  Mengkolaborasi
pemberian dokter dalam
makanan yang vitamin penam
tidak mengandung makan.
asam.

4 Gangguan Kebutuhan  Kaji pemenuhan tidur  Untuk mengetahui  Mencatat pemenu


pemenuhan istirahat tidur klien setiap hari. kebutuhan istirahat klien setiap h
kebutuhan istirahat klien terpenuhi  Beri penjelasan tidur seimbang. tidur siang ± 1
tidur berhubungan dengan kriteria tentang pentingnya  Memotivasi klien malam ± 2-4 jam
dengan adanya nyeri hasil : tidur untuk supaya  Menganjurkan
ditandai dengan Klien dapat tidur kesehatan. berkeinginan tentang p
klien tampak gelisah, dengan nyenyak Ciptakan lingkungan untuk istirahat kebutuhan tid
tidur malam  Tidur siang ± 2 yang tenang, tidur. kesehatan.
jam lingkungan yang Meningkatkan rasa  Menciptakan l
 Tidur malam 7-8 bebas dari nyaman. tenang, lingkun
jam kebisingan  Membantu
dan klien bebas dari kebis
 Keadaan umum suasana mengatasi  Mengkolaborasi
baik panas/sumpek gangguan dokter dalam
 Wajah tampak  Lakukan kompres tidurnya. obat penenang (
segar. hangat sebelum
tidur
 Anjurkan posisi tidur
klien dengan
semi/high fowler
 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian anti
spasmodik

5 Gangguan Aktivias  Pantau aktivitas yang


klien  Mengetahui tingkat Memantau aktiv
pemenuhan aktivitas sehari-hari dapat dapat dilakukan kemampuan klien dapat dilakukan
sehari-hari dilakukan sendiri klien. dalam melakukan  Membantu klie
berhubungan dengan dengan kriteria  Bantu klien dalam aktivitas. beraktivitas
kelemahan fisik hasil : beraktivitas  Mengurangi beban menemani klien
ditandai dengan Makan sendiri  Ajarkan klien dalam kliendalam mandi untuk ba
aktivitas dibantu Ke WC sendiri melakukan beraktivitas. membantu
oleh oleh perawat  Mandi sendiri aktivitasnya 
secara Melatih pergerakan membersihkan
seperti makan,  Berjalan sendiri perlahan dan klien. membantu klie
mandi, berjalan, dan bertahap  Menurunkan kerja pemenuhan nutr
klien tampak lemas, Keadaan umum
 Tingkatkan istirahat dan metabolisme
 Mengajarkan kli
serta klien baik. dan batasi aktivitas oksigen melakukan aktiv
mengalami klien.  Meningkatkan ist
kebutuhan. batasi aktivitas k
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny. G Dengan


Gangguan Sistem Pencernaan; Gastritis di Ruang/Kamar VI Panti Werdha Yayasan Guna
Budi Bhakti Medan selama 1 minggu mulai tanggal 30 Maret s/d 4 April 2015, maka penulis
menemukan persamaan dan perbedaan teori dan kasus dalam peoses keperawatan.

1.1 Tahap Pengkajian


Pengkajian dilakukan mulai tanggal 30 Maret s/d 04 April 2015 , wawancara secara
langsung dengan klien, dan melakukan observasi langsung pada klien. Selama tahap
pengkajian data ini penulis tidak menemukan kesulitan atau hambatan karena klien dapat
memberikan informasi yang penulis butuhkan. Pada prinsipnya dalam pengkajian ini tidak
ditemukan kesenjangan.

4.2. Tahap Diagnosa Keperawatan


Adapun diagnosa pada teori penulis temukan ada lima (5) yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi gaster ditandai dengan klien mengatakan dengan pada
uluhatinya terasa panas seperti terbakar, skala nyeri 4.
2. Konstipasi berhubungan dengan kurang minum dan kurang makan makanan yang mengandung serat ditandai dengan klien
mengatakan sudah sekian hari tidah BAB, perut klien tampak membesar, jika perut ditekan terasa keras
3. Gangguan pemenuhan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung ditandai dengan
diet diet yang di sediakan hanya habis ½ porsi, klien muntah 1x/hari, klien tampak lemah vital sign : TD : 120/80 mmHg,
HR : 78x/I, RR : 20 x/I, Temp : 36ᴼC, BB sebelum sakit : 50 kg, BB sesudah sakit 56 kg
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri ditandai dengan klien tampak gelisah,

tidur malam
5. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan aktivitas dibantu oleh oleh

perawat seperti makan, mandi, berjalan, dan klien tampak lemas, serta klien mengalami kebutuhan.

Sedangkan pada tinjaluan kasus, penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan yaitu :


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan perubahan
diet yang tidak sesuai.
3. Gangguan pemenuhan istrahat tidur berhubungan dengan nyeri, sakit kepala.
4. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
Pada tahap diagnosa, penulis tidak menemukan perbedaan antara teori dan kasus, hanya saja
dalam tinjauan kasus penulis hanya menemukan 5 masalah keperawatan pada klien, dimana
masalah tersebut sudah terdapat dalam tinjauan teoritis.
4.3. Tahap Perencanaan
Setelah informasi dan data klien terkumpul serta penjabaran tentang masalah pasien
telah tersusun dan kebutuhan telah diidentifikasi maka tugas perawat selanjutnya adalah
memenuhi kebutuhan tersebut melalui suatu perencanaan yang baik dalam memenuhi
prioritas yang harus didahulukan, setelah itu perawat dapat menentukan tujuan dan kriteria
hasil.

4.4. Tahap Pelaksanaan


Pada tahap ini penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan dan dapat dilaksanakan baik karena adanya kerjasama yang baik antara klien dan
perawat dan team kesehatan lainnya.

4.5. Tahap Evaluasi


Tahap evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan evaluasi ini dilakukan
setiap hari dan tindakan pengevaluasi ini dilakukan secara berulang dari hari pertama sampai
hari terakhir untuk mendapatkan hasil evaluasi terakhir yang diperoleh.
Dari 5 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus, ditemukan 1 diagnosa yang
belum teratasi, yaitu: gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik dan klien
menderita katarak

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Lansia adalah tua yang rentan terhadap penyakit, terutama gangguan Pencernaan
2. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau local aan berupa Gastritis.
3. Pada tahap perencanaan penulis menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah-masalah yang ditemukan dan kondisi
yang dialami oleh klien.
4. Pada tahap diagnosa keperawatan ditemukan seperti pasien tampak memegangi daerah tengkuk, pasien sering bertanya-

tanya tentang proses dan perawatan penyakitnya, dan klien tampak lemah.
5. Evaluasi keperawatan pada klien lansia dilakukan untuk mengetahui apakah terpenuhi/tidak.

5.2. Saran
1. Pasien lansia yang mengalami gangguan Pencernaan hendaknya mengetahui bahwa penyakit
gastrits rentan pada usia lanjut.
2. Pasien dianjurkan bisa untuk memahami penyakit dari Gastritis.
3. Hendaknya pasien mengerti tentang pencegahan penyakit dan respo terhadap rencana
tindakan yang diberikan oleh perawat.
4. Hendaknya pasien mengerti cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
5. Hendaknya para perawat dan pasien bekerja sama dalam melaksanakan perencanaan
terhadap penyakit sehingga dapat dipenuhi semua rencana tindakan.

You might also like