Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera
di rumah sakit di Indonesia, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.
III.1 Standar Keselamatan Pasien terdiri dari tujuh standar yaitu:
I. Hak pasien
II. Mendidik pasien dan keluarga
III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan
meningkatkan keselamatan pasien
V. Peran kepemimpinan dalam program peningkatan keselamatan pasien
VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagal berikut:
A. Standar I. Hak pasien
Standar : Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan).
Kriteria :
1. Harus ada Dokter penanggung jawab pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas & benar
kepada pasien & keluarganya tentang rencana & hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
B. Standar II. Mendidik pasien dan keluarga
Standar : RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistem & mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tsb diharapkan pasien & keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap & jujur.
2. Mengetahui kewajiban & tanggung jawab pasien & keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4. Memahami & menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
6. Memperlihatkan sikap menghormati & tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
C. Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar : RS menjamin kesinambungan pelayanan & menjamin koordinasi antar tenaga &
antar unit pelayanan.
Kriteria :
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan & saat
pasien keluar dari RS.
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien & kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi
antar unit pelayanan dapat berjalan baik & lancar.
3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
& rujukan, pelayanan kesehatan primer & tindak lanjut lainnya.
4. Terdapat komunikasi & transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman & efektif
D. Standar lV. Penggunaan metoda Standar metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi & program peningkatan keselamatan pasien
Standar : RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriteria :
1. Setiap RS harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, mengacu pada visi,
misi, & tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat, & faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan ”7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS”.
2. Setiap RS harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan:
pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
3. Setiap RS harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD, & secara
proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4. Setiap RS harus menggunakan semua data & informasi hasil analisis untuk menentukan
perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja & KP terjamin.
E. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong & menjamin implementasi program KP secara terintegrasi dalam
organisasi melalui penerapan “7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS ”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko KP &
program menekan atau mengurangi KTD.
3. Pimpinan mendorong & menumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta meningkatkan KP.
5. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
RS & KP.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program KP.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan & program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai
dari KNC “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan KTD ( Adverse event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari RS terintegrasi
& berpartisipasi dalam program KP.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain & penyampaian informasi yang
benar & jelas untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal & eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar & jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA)
“Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) & “Kejadian Sentinel’ pada saat program KP
mulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi & komunikasi terbuka secara sukarela antar unit & antar pengelola
pelayanan di dalam RS dengan pendekatan antar disiplin.
8. Tersedia sumber daya & sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja RS & perbaikan KP, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tsb.
9. Tersedia sasaran terukur, & pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja RS & KP, termasuk rencana tindak lanjut &
implementasinya
F. StandarVI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas
2. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan &
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien.
Kriteria :
1. Setiap RS harus memiliki program pendidikan, pelatihan & orientasi bagi staf baru yang
memuat topik KP sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2. Setiap RS harus mengintegrasikan topik KP dalam setiap kegiatan in-service training &
memberi pedoman yg jelas tentang pelaporan insiden.
3. Setiap RS harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin & kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
G. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar :
1. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal & eksternal.
2. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan & mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data & informasi tentang hal-hal terkait dengan KP.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah & kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
BAB III
TUJUH LANGKAH MENUJU
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
IV.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patien safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessment resiko,
identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
IV.2 Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) dirumah sakit
4. Terlaksananya program - program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan
IV.3 Sembilan solusi keselamatan pasien di rumah sakit
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look alike,sound-alike, mendication
names)
2. Pastikan identitas pasien
3. Komunikasikan secara benar saat serah terima / pengoperan pasien
4. Pastikan tindakan pasien yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan ( hand hygiene ) untuk pencegahan infeksi nosokominal
BAB V
SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
I. PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
A. Tujuan Umum:
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD dan KNC) dan meningkatnya mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.
B. Tujuan Khusus:
1) Rumah Sakit (Internal):
a) Terlaksananya system pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien di
rumah sakit.
b) Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
c) Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat
mencegah kejadian yang sama dikemudian hari.
2) KNKP/KKPRS (Eksternal):
a) Diperolehnya data/peta nasional angka keselamatan pasien ( KTD dan KNC).
b) Diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien bagi rumah sakit lain.
c) Ditetapkannya langkah-langkah praktis Keselamatan Pasien untuk rumah sakit di
Indonesia.
1.2. DEFINISI:
1. Keselamatan / Safety:
Bebas dan bahaya atau risiko (hazard)
2. Hazard / Bahaya:
Adalah suatu “Keadaan, Perubahan atau Tindakan” yang dapat meningkatkan risiko pada
pasien.
a. Keadaan
Adalah semua faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu “Peristiwa
Keselamatan Pasien / Patient Safety Event, Agent atau Personal”
b. Agent
Adalah substansi, obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan.
3. Keselamatan Pasien/ Patient Safety
Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang
potensial akan terjadi(penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis, cacad, kematian,
dll),terkait dengan pelayanan kesehatan.
4. Keselamatan Pasien RS / Hospital Patient Safety:
Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
asisten risiko identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien;
pelaporan dan analisis insiden; kemampuan belajar dan insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
5. Cedera / Harms
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh dapat berupa
fisik, psikologis dan sosial. Yang termasuk Harm adalah “Penyakit, Cedera, Penderitaan,
cacad, dan Kematian”.
a. Penyakit/Disease:
Disfungsi fisik atau psikis.
b. Cedera/lnjury:
Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent/ keadaan
c. Penderitaan/Suffering:
Pengalaman/gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri, malaise, mual, muntah,
depresi, agitasi, dan ketakutan.
d. Cacad/Disability:
Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan aktifitas dan atau
restriksi dalam pergaulan sosial yang berhubungan dengan harm yang terjadi
sebelumnya atau saat ini.
6. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/Patient Safety Incident:
Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi.
7. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD )/Adverse event:
Suatu insiden yang yang mengakibatkan harm/cedera pada pasien akibat melaksanakan
suatu atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
8. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near miss:
Suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), dapat terjadi karena “keberuntungan” (mis., pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena” pencegahan (suatu obat dengan over
dosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum
obat diberikan) , atau “peringanan” (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
9. Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Definisi Kejadian Sentinel ( JCI edisi 5 2014 ). Suatu kejadian tidak diharapkan yang
mengakibatkan kematian atau cedera fisik atau psikologi yang serius. Cedera fisik yang
serius secara khusus mencakup kehilangan anggota tubuh atau fungsinya (cacat/ lumpuh).
Definisi Operasional Kejadian Sentinel termasuk hal-hal dibawah ini namun tidak
terbatas pada :
1. Kematian yang tidak berhubungan dengan proses penyakit alami pasien / kondisi yang
mendasarinya ( misalnya, kematian akibat infeksi post operasi atau emboli paru yang
didapat selama dirawat di Rumah Sakit );
2. Kematian bayi dan bunuh diri;
3. Kehilangan fungsi secara permanen yang tidak berhubungan dengan proses penyakit
alami pasien atau kondisi yang mendasarinya;
4. Salah sisi, salah prosedur operasi dan salah pasien;
5. Penularan penyakit atau penyakit kronik yang fatal, akibat darah atau produk darah
atau transplantasi organ atau jaringan yang terkontaminasi;
6. Penculikan bayi atau tertukarnya bayi ( bayi diberikan pada orang tua yang salah,
perkosaan, kekerasan di tempat kerja seperti penyerangan ( menyebabkan kematian
atau kerugian fungsi secara permanen ), pembunuhan secara sengaja pada karyawan,
tenaga medis, mahasiswa kedokteran, siswa training, pengunjung, atau vendor selama
berada di area/ wilayah Rumah Sakit;
10. Laporan Insiden RS (internal):
Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak
diharapkan (KTD) yang menimpa pasien atau kejadian lain yang menimpa keluarga
pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit.
11. Laporan insiden Keselamatan Pasien KKP-RS/KNKP (Eksternal):
Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-RS/KNKP setiap kejadian tidak diharapkan
(KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) yang terjadi pada PASIEN, telah dilakukan
analisis penyebab, rekomendasi dan solusinya.
12. Faktor Kontributor
Adalah keadaan, tindakan, atau factor yang mempengaruhi dan berperan dalam
mengembangkan dan atau meningkatkan risiko suatu kejadian (misalnya pembagian
tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan).
Contoh:
a. Faktor kontributor di luar organisasi ( eksternal ).
b. Faktor kontributor dalam organisasi (internal), mis., tidak adanya prosedur.
c. Faktor kontributor yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku petugas
yang kurang, lemahnya supervisi, kurangnya team work atau komunikasi ).
d. Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien.
13. Analisis Akar Masalah/Root Cause Analisis (RCA)
Adalah suatu proses berulang yang sistematik dimana faktor-faktor yang berkontribusi
dalam suatu insiden diidentifikasi dengan merekonstruksi kronologis kejadian
menggunakan pertanyaan “Kenapa” yang di ulang hingga menemukan akar penyebabnya
dan penjelasannya. Pertanyaan “kenapa” harus ditanyakan hingga tim investigator
mendapatkan fakta, bukan hasil spekulasi.
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks
Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna Bands risiko.
a. SKOR RISIKO
SKOR RISIKO = DAMPAK x PROBABILITY
Cara menghitung skor risiko:
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko(tabel3):
1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri.
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan.
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pentemuan antara frekuensi dan dampak.
Skor risiko akan menentukan Prioritas risiko, Jika pada asesmen risiko ditemukan dua
insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka untuk memilih prionitasnya,
dapat menggunakan warna Bands risiko.
b. BANDS RISIKO
Band risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna Bands akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan: (Tabel
3)
o Bands Biru dan Hijau : Investigasi sederhana
o Bands Kuning dan Merah : Investigasi Komprehensif /RCA
Warna Bands : Hasil pertemuan antara nilai dampak yang diurut kebawah dan nilai
probabilitas yang diurut ke samping kanan.
Contoh : Pasien jatuh dan tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti mi di RS X terjadi pada 2
tahun yang lalu.
Nilai Dampak : 5 (katastropik) karena pasien meninggal.
Nilai Probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 tahun lalu
Skor risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : merah (ekstrim)
TabeI 3
MATRIKS GRADING RISIKO
Potencial Concequences
Frekuensi/ Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
Likelihood 1 2 3 4 5
Sangat Sering Terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Tiap mgg /bln)
5
Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Bebrp x /thn)
4
Mungkin terjadi Low Moderate High Extreme Extreme
(1-2 thn/x)
3
Jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme
(2-5 thn/x)
2
Sangat jarang sekali (>5 Low Low Moderate High Extreme
thn/x)
1
Tabel 4
TINDAKAN
Can be manage Clinical Manager / Lead Detailed review & urgent Immediate review &
by procedure Clinician should assess the treatment should be action required at
consequences againts cost of undertaken by senior Board level. Director
treating the risk management must be informed
Tabel 5
TABEL ASESMEN RISIKO
Skor
Dampak Probabilitas
Risiko
No Jenis (D) (P) Bands Rangking Penanggung
Insiden (D x P) Tindakan
. Insiden Risiko Jawab
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1-25 L M HE
BAB VIII
PETUNJUK PENGISIAN
LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)
(Internal dan Eksternal)
Contoh:
Pasien mengalami luka bakar saat dilakukan fisioterapi. Petugas fisioterapi adalah petugas yang
baru bekerja di RS X. hasil investigasi ditemukan:
1. Penyebab langsung (direct/ proximate/immediate cause)
Peralatan/sarana/prasarana: intensitas berlebihan pada alat tranducer
Petugas: fisioterapis kurang memahami penggunaan alat
2. Akar penyebab masalah (underlying root cause)
Peralatan/sarana/prasarana: manajemen pemeliharaan/maintenance alat tidak ada
Manajemen (diklat) : tidak pernah diberikan training dan orientasi
3. Rekomendasi/solusi
Bisa dibagi atas:
Jangka pendek
Jangka menengah
Jangka panjang
ALUR PELAPORAN INSIDEN
BAB IX
PENUTUP
Sistem pelaporan insiden dirumah sakit merupakan awal proses analisis dan investigasi
insiden. Diharapkan Buku Pedoman Keselamatan Pasien ini dapat menjadi acuan bagi rumah
sakit untuk melaksanakan system pelaporan dan analisis di Rumah Sakit. Dengan meningkatnya
jumlah laporan insiden akan tergambar budaya dan motivasi untuk meningkatkan keselamatan
pasien dan mutu pelayanan kepada pasien. Hasil analisis insiden akan menjadi pembelajaran
untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali.
V. TIPE INSIDEN
Insiden :
Tipe Insiden :
Sub tipe Insiden :
Why ?
.............. ...................... ...................................
.................................... .........................
................................
Why ?
............................
................................ ..................................................
Cause
Root
............................ .......................................
.....................................
............................
Rekomendasi Tindakan
..................................................
.......................... .................................
LEMBAR KERJA INVESTIGASI SEDERHANA
UNTUK BANDS RISIKO BIRU/HIJAU
LANGKAH 1 & 2 Pilih Proses yang berisiko tinggi dan bentuk TIM
Pilih Proses yang akan dianalisa. Tentukan salah satu Proses / Sub Proses bila prosesnya kompleks.
Judul Proses :
__________________________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Bentuk TIM
Ketua : ____________________________________________________________
Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses
A B C D E F
Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan Modus Kegagalan
Yang Bertanggung
Ukuran Outcome
Kegagalan : Tipe Tindakan /
Manajemen
(DETECTABILITY) ?
Adakah Kontrol yg
Apakah Poin Tunggal
Dukungan
ada sdh efektif ?
kegagalan sistem ?
Probabilitas
Nilai Hazard
Kegawatan
Apakah bahaya
Evaluasi awal POTENSI Tindakan Alasan untuk
Jawab
menyebabkan
Proses ?
(Criticaly)
Kelemahan
mengakhiri
dikontrol
modus PENYEBAB (Kontrol,
kegagalan terima,
sebelum Eliminasi)
ANALISIS HAZARD
TINGKAT BAHAYA
Pengunjung Dievaluasi dan tidak Evaluasi dan Perawatan untuk Kematian; atau
dibutuhkan penanganan 1 atau 2 perawatan 3 atau
penanganan untuk 1 atau 2 pengunjung lebih
pengunjung
Staf: Hanya penanganan Pengeluaran Perawatan 1 atau Kematian atau
ringan tanpa kerugian Medis, 2 staf atau 3 atau perawatan 3 atau
waktu atau tidak kehilangan waktu lebih, terjadi lebih staf
menimbulkan atau ada kecelakaan kerja
kecelakaan kerja kecelakaan kerja
untuk 1 atau 2
staf
Fasilitas atau Kerusakan kurang dari Kerusakan lebih Kerusakan sama Kerusakan sama
Perlengkapan $10,000 atau tanpa dari $10,000 dengan atau lebih dengan atau lebih
Kesehatan menimbulkan dampak tetapi kurang dari dari $100,000 dari $250,000
terhadap pasien $100,000
ANALISIS HAZARD
TINGKAT PROBABILITAS
SKOR HAZARD
TINGKAT BAHAYA
SERING 16 12 8 4
4
KADANG 12 9 6 3
3
JARANG 8 6 4 2
2
HAMPIR 4 3 2 1
TIDAK
PERNAH
1
POHON KEPUTUSAN
DECISION TREE
Gunakan “Pohon Keputusan” utk menentukan apakah modus kegagalan perlu di“Proses
tidak
PROSES
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
TIM :
Ketua :
______________________________________________________________________
Anggota : 1. ________________________ 4. _________________________
2. ________________________ 5. _________________________
3. ________________________ 6. _________________________
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili ? YA TIDAK
Apakah macam-macam & tingkat pengetahuan yang berbeda,
sudah diwakili didalam Tim tersebut? YA TIDAK
Siapa yang menjadi Notulen? ________________________________________
Tanggal dimulai ____________________ Tanggal dilengkapi ________________________
2. …………………………………………………….
3. …………………………………………………….
4. ……………………………………………………
5. ……………………………………………………
- Interview ( Dokter/Staf yang terlibat) :
1. ………………………………………………………
2. ………………………………………………………
3. ………………………………………………………
4. ………………………………………………………
5. ………………………………………………………
LANGKAH 4 PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN
WAKTU /
KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI
TAMBAHAN
Good Practice
MASALAH
PELAYANAN
Faktor
Eksternal diluar
Faktor Staf Faktor Tugas RS Faktor Tim
Faktor Pasien
Faktor
Faktor
Organisasi
Faktor Lingkungan
&
Komunikasi Kerja
KET: Manajemen
Untuk pengisian lihat Faktor Kontributor