Professional Documents
Culture Documents
I. DATA SUBYEKTIF
A. INFORMASI KESEHATAN UTAMA
1. Riwayat Kesehatan yang lalu.
Tk kesadaran, Proses infeksi, Nyeri kepala. Fungsi motorik
dan sensorik.
Riwayat trauma kepala dan Tl belakang.
Penyakit: DM, anemia, Ca, penyakit thyroid, hipertensi.
2. Pengobatan
Anti kejang ( phenytoin, carbamazin, phenobarbital )
Anti nyeri( analgesik) efek GI & kelainan pembekuan.
1
B. RIWAYAT KEPERAWATAN( POLA FUNGSIONAL )
1.Pola Persepsi – Managemen kesehatan
Kebiasaan sehari –hari, komsumsi obat obat rekreasional ?
Pemakaian sabuk pengaman helm.
Hipertensi ? kontrol ?
Dirawat dengan masalah neurologi ?
Pengaruhi aktivitas sehari hari ?
2.Pola Nutrisi – Metabolik
Diet selama 24 jam ?
Masalah mengunyah, menelan, paralisis nervus facialis.
Apakah dapat makan sendiri ?
3. Pola Eliminasi
Inkontinensia bladder dan bowel ?
Tindakan untuk mengotrol inkontinensia ?
Hesistency, urgency dan retensi ?
Menunda buang air besar? Kesulitan ke toilet ?
Obat untuk mengatasi masalah?
4. Pola Aktivitas- Latihan
Pengaruhi aktivitas !
Kelemahan karena masalah neurologi ?
Ketergantungan ADL
5. Pola Istirahat – Tidur
Insomnia/ gangguan tidur ? apa yang dilakukan ?
6. Pola Kognitif
Perubahan memori, vertigo, sensasi panas-dingin, rasa
geli, hilang rasa ? Kesulitan berkomunikasi.
2
7. Pola Konsep Diri
Pengaruhi penilaian diri sendiri ?
3
1. Status mental
a. Penampilan umum dan perilaku.
Postur tubuh, pakaian dan kebersihan, cara bicara .
b. Tingkat kesadaran
Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
Glosgow Coma Scale.
c. Afektif
Agitasi, anger, depresi atau euphoria.
d. Isi Pikir
Ilusi, halusinasi, delusi, paranoid.
e. Kemampuan Intelektual
Periksa ingatan paling baru : suruh klien mengulang
deretan angka seperti biasa atau dengan kebalikan.
4
Periksa ingatan jauh : tanyakan nama ibunya, hari –
hari besar, nama presiden.
b. Nervus Optic
Minta klien membaca kartu snelen, atau membaca
koran.
Gangguan melihat dapat karena adanya kerusakan / lesi
pada saraf optic, chiasma optic dan lobus parietal.
5
Periksa kemampuan akomodasi dengan telunjuk jari
Periksa juga kemampuan membuka kelopak mata.
Bila terjadi ptosis, kelainan pupil dan kelemahan otot
mata dapat menunjukkan kemungkinan terjadi
kerusakan saraf okulomotorik.
d. Nervus Trigeminal ( N . V )
Bekerja sebagai sensorik reflek kornea, kulit wajah,
pengerak otot rahang.
Test dilakukan : sentuh kornea dengan kapas, lakukan
sentuhan halus pada dan sensasi nyeri pada wajah dan
suruh klien mengatupkan gigi pada saat mempalpasi
otot maseter.
6
Periksa gag reflek dengan menekan pharing posterior
atau palatum lunak.
Minta klien menggerakkan lidah
Minta klien bersuara “ Ah “ observasi gerakan palatum
dan faringeal.
Gag reflek penting dikaji pada klien yang mengalami
penurunan kesadaran, lesi batang otak atau penyakit
yang melibatkan otot tenggorokan.
Jika gag reflek lemah atau tidak ada, sangat resiko
terjadi aspirasi makanan atau sekresi lendir.
h. Nervus acesory ( N XI )
Minta klien mengangkat bahu dan memalingkan kepala
kesisi yang ditahan pemeriksa.
tentukan adakah perbedaan antara sisi kanan dan kiri.
3. Fungsi motorik
a. Kekuatan Otot
Kekuatan otot dinilai dengan memberikan suatu tahanan
atau menggunakan gaya gravitasi. Adanya kelemahan
dapat menandakan anya gangguan atau lesi pada traktus
motorik. Nilai skala peringkat kekuatan otot yaitu :
0 : tak ada kontraksi otot.
7
1 : ada tanda kontraksi otot.
2 : mampu bergerak, tapi tidak mampu menahan
gravitasi.
3 : mampu melawan gravitasi tapi tak mampu menahan
tahanan pemeriksa.
4 : mampu melawan gravitasi dan menahan tahanan
ringan.
5 : mampu menahan gravitasi dan tahanan kuat.
Hemiparese ( kelemahan ) dan hemiplegia adalah
gangguan / paralisis salah satu sisi yang terjadi karena
stroke atau yang lain, dimana melibatkan kerusakan
kortek cerebral.
b. Tonus Otot
Ditentukan sebagai tahanan otot pada saat ekstermitas
rilek lalu digerakan secara pasif.
Bila terjadi tahanan selama gerakan pasif menunujkkan
adanya hipertonik ( spastic ), dan bila otot teraba lunak
dan menggantung menunjukkan hipotonus( Flaccid ).
8
c. Koordinasi
Test koordinasi dilakukan melalui berbagai cara, antara
lain yaitu :
Test Romberg
Minta klien berdiri, kaki merapat dan tangan disisi
tubuh dengan mata terbuka kemudian tertutup.
Berdirilah didekat klien, jika klien jatuh dapat segera
memegangi.
Amati goyangan atau arah jatuh klien.
4. Fungsi sensorik
Traktus - traktus sensasi sistem saraf pusat
mengkonduksikan sensasi nyeri, suhu, posisi, vibrasi dan
anya sentuhan lokal yang kasar atau halus. Dalam
9
melakukan test sensasi, mata klien harus tertutup dan klien
kooperatif.
a. Sensasi Nyeri
Berikan tusukan kecil dengan peniti bagian tajam lalu
tumpul pada area kulit, dan mintalah klien
mengatakannya tumpul atau tajam.
Bila mengalami kehilangan salah satu sisi, menunjukkan
adanya lesi pada saraf periferal. Kehilangan sensasi
kontralateral terlihat pada lesi traktus spinotalamik
atau talamus.
b. Sensasi Suhu
Gunakan 2 botol yang berisi air hangat dan air dingin.
Lakukan sentuhan pada kulit secara bergantian dan
mintalah klien mengatakan dingin atau panas.
Test ini dilakukan bila jika test nyeri dan sentuhan
ringan mengalami kelainan.
c. Sentuhan ringan
Gunakan usapan dengan kapas halus diatas kulit dan
mintalah klien untuk mengidentifikasi saat disentuh.
Tempat sentuhan usahakan pada tempat yang
mempunyai kulit halus.
Kehilangan sensasi secara bilateral dapat menandakan
adanya lesi pada medula spinalis
Paresthesia adalah kelaianan sensasi seperti
kesemutan atau gatal.
10
d. Vibrasi
Letakkan garputala yang bergetar diatas tonjolan tulang
dan perhatikan kemampuan klien mengidentifikasi dan
menunjuk letak getaran.
Kehilangan sensori ipsilateral dapat berkaitan dengan
cidera medula spinalis dan neuropathi perifer.
e. Posisi
Gerakkan jari kaki atau tangan klien ke atas dan bawah,
mintalah klien mengatakan posisi terakhirnya.
Kehilangan sensasi kontralateral dapat terjadi pada
adanya lesi di talamus atau lobus parietal.
f. Stereognosis
Gunakan obyek seperti “klip” atau koin untuk
mengidentifikasi melalui sentuhannya.
5. Fungsi Reflek
a. Reflek Fisiologis
Reflek Tendo Bisep
- Fleksikan lengan klien 45o dengan telapak tangan
menghadap ke bawah.
- Letakkan ibu jari anda pada fossa antecubital didasar
tendon bisep.
- Pukullah dengan hamer reflek ibu jari anda, secara
normal terjadi respon fleksi lengan.
11
- Bila tidak respon kemungkinan terdapat lesi setingkat
C5 – C6.
- Bila terjadi hiperreflek, menandakan adanya lesi
diatas C5 – C6.
12
- Minta klien mempertahan posisi seperti pemeriksaan
reflek patella. Dorsofleksikan pergelangan kaki
dengan memegang jari kaki.
- Pukullah tendon achilles tepat diats tumit pada
pergelangan kaki.
- Secara normal akan terjadi plantar fleksi. Bila tida
respon menandakan adanya lesi pada akar saraf
setingkat Sakral 1 dan S2. Bila terjadi hiperreflek
menandakan adanya lesi diatas S1 dan S2.
b. Reflek Patologis
Reflek patologis seharusnya tidak ada pada klien yang
sehat, bila ada menandakan adanya kelainan sistem saraf.
Reflek Babinsky
- Lakukan penggoresan secara cepat pada area lateral
telapak kaki.
- Secara normal akan timbul respon seluruh jari kaki
akan terjadi fleksi. Reflek positif bila ibu jari ekstensi
dan jari yang lain fleksi.
- Reflek positif adanya perdarahan cerebral.
Tanda Brudzinsky
- Posisi klien tidur terlentang.
- Lakukan fleksi leher.
- Secara normal tidak ada respon nyeri, tidak ada fleksi
hip.
13
- Reflek positif ada bila timbul respon nyeri dan ada
fleksi hip, yang dapat menandakan adanya rangsang
meningeal.
Tanda Kernig’s
- atur posisi tidur terlentang, lalu angkatlah salah satu
kaki klien dan kaki yang satu tetap dalam keadaan
ekstensi. Kaki yang diangkat lakukan fleksi diatas
abdomen.
- Bila terjadi respon nyeri leher, fleksi leher,
menandakan tanda Kernig positif.
- Reflek kernig positif menandakan adanya rangsang
meningeal.
B.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
14
Mengosongkan kandung kemih sebelum dilakukan
pemeriksaan
Mengatur posisi pada saat pelaksanaan tindakan: Lutut
dan kepala fleksi.
Mempertahankan posisi datar selama 8-10 jam setelah
pemeriksaan.
Memonitor status neurologi dan tanda vital.
Kontra Indikasi : Adanya peningkatan tekanan intra kranial
dan infeksi area penusukan.
2. Radiologi
15
a. X Ray tengkorak dan spinal
Pemeriksaan bertujuan mendeteksi adanya fraktur, erosi,
kalsifikasi tulang dan kelainan pembuluh darah secra
kasar.
Implikasi keperawatan : menjelaskan tentang prosedur
non invasive dan selama pemeriksaan akan dilakukan
beberapa perubahan posisi.
b. Angiographi Cerebral
Pemeriksaan untuk mengetahui kondisi pembuluh darah
dengan menyuntikkan zat kontras melalui arteri femoralis.
Implikasi Keperawatan :
Penjelasan tentang prosedur invasive dan perlu inform
consent tertulis.
Riwayat alergi yodium, kerang.
Menjelaskan tempat penyuntikan dan penggunaan
anesthesi lokal.
Menjelaskan akan terasa hangat/panas saat kontras
disuntikkan.
Monitoring status neurologi, tanda vital tiap 15-30
menit.
Mempertahankan penekanan pada area penusukan,
observasi perdarahan, pembengkaan.
Monitor bagian distal penusukan meliputi warna kulit,
temperatur, sensasi nyeri, denyut nadi.
Monitor out put urine, kemungkinan terjadi diuresis.
c. CT Scan
16
Pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang baik
tentang perubahan struktur tulang, jaringan cerebral
secara berlapis – berlapis, karena adanya tumor,
perdarahan, hidrocephalus.
Implikasi Keperawatan :
Jelaskan pada klien bahwa prosedur bertujuan
mendeteksi kelainan, bukan mengobati.
Klien akan dilakukan penyuntikan zat kontras jika
diperlukan injeksi kontras.
Riwayat alergi yodium, kerang.
Jelaskan perlu tenang selama dilakukan pemeriksaan.
17
Anjurkan klien melepas jam, perhiasan, jepit rambut.
Medan magnet dapat merusak jam.
Tanyakan adanya alat pacu jantung, pin orthopedik.
e. Electro Encephalographi.
Elektroencephalografi adalah pencatatan impuls listrik
yang dikeluarkan kortek cerebral yang dapat terekam oleh
elektroda yang terpasang pada permukaan kulit kepala.
Implikasi keperawatan :
Jelaskan pemeriksaan ini tidak sebagai pengobatan dan
tidak akan merasakan sengatan listrik.
Pemeriksaan ini tidak dapat membaca pikiran klien.
Kulit kepala harus dibebaskan dari minyak, kotoran,krim
yang dapat mengganggu aliran listrik.
Sumber :
1. Weber, Janet( 1988 ), Nurses Handbook of Health Assesment, JB. Lippicontt Company. Philadelphia.
2. Lewis,at all ( 2000) Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems , Mosby,
Baltimore.
3. Potter, Patricia, ( 1994 ) Pocket Guide to Health Assessment, Mosby – Year Book.
4. Gallo, Hudak, ( 1994 ), Critical Care Nursing: A Holistic Approach , JB Lippincott Company, Philadelphia.
18