Professional Documents
Culture Documents
diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Limbah
Industri – IL4104
disusun oleh
Perhitungan data:
1000
TSS = 𝑣𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 (𝑎 − 𝑏)𝑥 1000
𝑉𝑜𝑙𝑡ℎ𝑖𝑜 𝑥 𝑁
𝑡ℎ𝑖𝑜 𝑥 1000 𝑥 8
DO = 𝑣𝑜𝑙𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 −2
BOD = ( (D1-D2)-(B1-B2) ) x f x P
COD dihitung dalam suatu persamaan pengukuran spektrofotometri
y= 0,0013x+0,0001
𝑣𝑜𝑙.𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 [𝐻2 𝑆𝑂4 ] 𝑥 14 𝑥 1000
NH3 = 𝑣𝑜𝑙.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan:
a = berat kertas saring awal (gram)
b = berat kertas saring akhir (gram)
Volthio = volume titrasi thiosulfat (ml)
Nthio = normalitas thiosulfat (N) = 0,0129 N
Volbotol = volume botol BOD (ml)
D1 = DO 0 hari contoh air (mg/L)
D2 = DO 5 hari contoh air (mg/L)
B1 = DO 0 hari blanko (mg/L)
B2 = DO 5 hari blanko (mg/L)
f = koreksi seeding = 1
P = angka pengenceran
y = absorbansi
x = konsentrasi COD (mg/L COD)
E. Pembahasan
Pada praktikum ini akan diuji parameter BOD, COD, TSS, pH, dan
NH3 pada limbah industri tahu. Limbah air tahu berasal dari limbah pabrik
tahu di Jalan Sukaresmi No 2 Dago. Pada percobaan ini sampel limbah tahu
dikelompokkan ke dalam tiga jenis sampel yaitu S1, S2, dan S3. S1
merupakan limbah tahu segar, S2 merupakan limbah tahu dari hasil proses
koagulasi dan flokulasi, dan S3 adalah limbah tahu hasil proses koagulasi,
flokulasi, dan filtrasi. Tujuan dari pengelompokkan ini adalah untuk
membandingkan kualitas air limbah industri tahu berdasakan proses
pengolahan yang telah dilakukan. Selanjutnya dari kualitas limbah tahu ini
akan dibandingkan dengan baku mutu efluen air limbah untuk mengetahui
seberapa efektif proses yang telah dilakukan demi mencapai baku mutu
yang telah ditetapkan.
Untuk sampel S1 langsung dapat diukur parameter yang akan diuji
seperti BOD, COD, TSS, pH, dan NH3. Untuk sampel S2 berasal dari
sampel S1 yang melalui proses koagulasi dan flokulasi. Untuk penyiapan
sampel ini dibutuhkan 3 liter air, di mana sampel air akan diencerkan 3 kali
sehingga sampel air bervolume 1 liter dan sisanya 2 liter dari air akuades.
Pada sampel air diukur kekeruhan terlebih dahulu menggunakan
turbidimeter. Disiapkan 6 buah gelas ukur masing masing bervolume 500
ml. Dilakukan uji jartest dengan penambahan PAC dengan dosis yang
bervariasi untuk menentukan dosis optimum. Dilakukan pengadukan cepat
dengan kecepatan pengadukan 100 rpm selama 1 menit dan pengadukan
lambat dengan kecepatan pengadukan 60 rpm selama 15 menit. Kemudian
pada sampel air yang telah dibubuhkan PAC diambil dan diukur kekeruhan
menggunakan turbidimeter. Dosis optimum ditandai dengan penurunan
kekeruhan yang paling signifikan. Diperoleh dosis optimum yaitu 2,25 ml
PAC. Untuk sampel S3, yaitu hasil sampel S2 yang dilakukan filtrasi
dengan menggunakan media antrasit. Sampel S1, S2, dan S3 selanjutnya
dapat dilakukan pengujian parameter kualitas air seperti BOD, COD, TSS,
pH, dan NH3.
Untuk percobaan pengukuran BOD dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut. Disiapkan air pengencer yang berasal dari air keran sebanyak 20
liter di dalam wadah yang besar. Kemudian air pengencer diaerasi selama 1
jam untuk membuat oksigen terlarut (DO) dalam air menjadi jenuh.
Alasannya karena DO dalam air biasanya terbatas, dikhawatirkan jumlah
DO tidak mencukupi dan mewakili pengukuran BOD. Apalagi untuk limbah
industri tahu yang mempunyai kadar senyawa organik yang tinggi sehingga
bakteri membutuhkan banyak oksigen terlarut untuk menguraikan senyawa
tersebut. Pada air pengencer ditambahkan seeding berupa bakteri sebanyak
20 ml yang berasal dari Situ Jatinangor agar dapat menentukan nilai BOD
pada limbah tahu. Buffer fosfat ditambahkan sebanyak 20 ml untuk menjaga
pH air tetap stabil sehingga bakteri dapat hidup di dalam air tersebut.
Ditambahkan FeCl3 dan MgSO4 sebanyak 20 ml sebagai nutrisi dalam unsur
Fe dan S untuk bakteri agar bakteri dapat tumbuh dengan baik dan
melakukan proses oksidasi materi organik dengan baik pula. CaCl2
ditambahkan sebanyak 20 ml untuk menjaga tekanan osmotik cairan agar
sama dengan tekanan osmotik bakteri agar sel bakteri tidak rusak dan dapat
bertahan pada kondisi sampel air.
Dilakukan pengenceran pada sampel air limbah sebanyak 3 set
pengenceran yaitu P/3, P/5, dan P/7 dimana P merupakan nilai COD yang
telah diukur. Kemudian disiapkan botol BOD untuk masing-masing set
pengenceran, blanko, serta sampel S1, S2, dan S3 sehingga totalnya
membutuhkan 20 botol. 1 botol untuk blanko DO 0 hari, 1 botol untuk
blanko DO 5 hari, 9 botol untuk pengukuran DO 0 hari, 9 botol lainnya
untuk pengukuran DO 5 hari. Karena ketersediaan botol terbatas maka
digunakan 10 botol BOD secara bergantian untuk 0 hari dan 5 hari. Sampel
air limbah dimasukkan ke dalam botol secara penuh dan ditutup agar tidak
ada gelembung udara yang masuk. Kemudian diukur volume botol.
Untuk pengukuran DO 0 hari, pada botol BOD yang berisi sampel air
limbah tahu ditambahkan 1 ml MnSO4 agar oksigen dalam air limbah
mengoksidasi Mn2+ dalam suasana basa membentuk endapan MnO2. Alkali
iodida juga ditambahkan sebagai katalisator karena senyawa organik
umumnya sulit untuk bereaksi dan membuat sampel air dalam suasana basa.
Kemudian didiamkan selama 15 menit agar membentuk endapan yang
sempurna. Apabila endapan berwarna coklat berarti dalam sampel air
limbah mengandung oksigen, apabila tidak akan berwarna putih. Warna
coklat pada endapan terbentuk karena beberapa Mn2+ dalam sampel
teroksidasi menjadi Mn4+ dalam bentuk endapan MnO2. Apabila berwarna
putih maka yang terbentuk adalah endapan Mn(OH)2.
Sebagian isi botol dituangkan ke botol erlenmeyer untuk memisahkan
antara endapan dan air sampel, botol erlenmeyer berisi sampel air dan botol
BOD berisi sisa endapan. Pada botol erlenmeyer ditambahkan H2SO4 pekat
20 tetes dan amilum 20 tetes. Penambahan H2SO4 bertujuan untuk
melarutkan endapan dan membebaskan iodium dalam suasana asam
sehingga warna sampel akan berwarna kuning pekat. Penambahan amilum
sebagai indikator adanya oksigen terlarut dan perubahan warna yang terjadi
adalah warna biru gelap. Dilakukan titrasi dengan menambahkan natrium
tiosulfat atau Na2S2O3 untuk mengukur besarnya iodium yang dibebaskan
pada sampel air. Jumlah volume titrasi menyatakan banyaknya iodium yang
bebas sekaligus menyatakan sebagai banyaknya oksigen terlarut dalam
sampel air. Warna sampel yang akan terjadi adalah warna bening. Pada
botol BOD, setelah penambahan H2SO4 langsung dilakukan titrasi terlebih
dahulu sehingga warna yang terbentuk adalah warna kuning jerami. Hal ini
dimaksudkan karena apabila ditambahkan amilum terlebih dahulu maka
akan terbentuk iod amyl yang memiliki ikatan yang kuat karena adanya
endapan sehingga nantinya sulit untuk dilakukan titrasi.
Secara umum reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Mn2+ + 2OH- Mn(OH)2 (presipitat putih)
Mn(OH)2 + ½ O2 MnO2 + H2O (presipitat coklat)
MnO2 + 2I- + 4H+ Mn2+ + I2 + H2O
I2 +S2O3 S4O6 + 2I-
Dari total volume titrasi tersebut dapat diketahui nilai DO 0 hari pada
sampel air. Begitu pula untuk pengukuran DO 5 hari. Dengan demikian
nantinya dapat diketahui nilai BOD pada sampel air. Hasil pengukuran
dapat dilihat pada Tabel 1 diatas.
Untuk percobaan pengukuran TSS, sampel air limbah tahu dilakukan
penyaringan dengan menggunakan kertas saring yang telah dibilas dengan
air dan dipanaskan pada suhu 105°C untuk membebaskan zat-zat yang
menempel pada permukaan kertas saring. Berat kertas saring ditimbang
terlebih dahulu. Kemudian diambil sampel air sebanyak 100 ml dan
dilewatkan pada kertas saring menggunakan pompa suction untuk
mempercepat proses penyaringan. Kertas saring yang berisi endapan
tersebut kemudian dipanaskan pada suhu 105°C di oven selama satu jam
untuk menguapkan air pada kertas saring sehingga cepat kering. Kertas
saring didinginkan pada desikator selama 30 menit untuk menguapkan
panas akibat dari pemanasan pada oven. Setelah didinginkan kemudian
berat kertas saring ditimbang. Selisih dari berat kertas saring tersebut dapat
ditentukan nilai TSS. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1 diatas.
Untuk pengukuran pH pada sampel air, cukup dicelupkan elektrode pH
meter ke dalam sampel air. Elektrode pada pH meter dibilas terlebih dahulu
untuk memastikan tidak ada zat-zat yang menempel padanya dan
mempengaruhi hasil pengukuran. Selanjutnya pada display alat akan
menunjukkan nilai pH. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1 diatas.
Untuk pengukuran COD pada sampel air, diambil sampel air berjumlah
2,5 ml. Kemudian pada sampel air ditambahkan 1,5 ml COD digest dalam
konsentrasi tinggi dan ditambahkan 3,5 ml asam COD (H2SO4 pekat).
Tujuan penambahan COD digest adalah untuk mengoksidasi senyawa
organik dalam sampel air dalam suasana asam. Penambahan asam COD
bertujuan untuk mencegah adanya gangguan nitrit dalam air yang akan
teroksidasi menjadi nitrat dengan cara melarutkan nitrit. Kemudian sampel
air dipanaskan selama 2 jam pada suhu 150°C. Tujuan pemanasan pada
suhu 150°C supaya kalium dikromat akan bekerja secara efektif untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik pada sampel air dalam suhu yang tinggi.
Sampel air dipanaskan selama 2 jam agar senyawa organik habis teroksidasi
oleh kalium dikromat dalam larutan COD digest. Setelah dipanaskan
kemudian didinginkan selama 30 menit untuk menghilangkan uap panas.
Kemudian pada sampel air diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometri. Persamaan yang digunakan untuk mengukur COD yaitu
y= 0,0013x+0,0001 dimana x merupakan nilai COD yang akan dicari dan y
merupakan nilai absorbansi. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1
diatas.
Untuk pengukuran amoniak pada sampel air, diambil sampel air
bervolume 25 ml ke dalam tabung ukur. Disiapkan pula botol erlenmeyer
yang telah ditambahkan asam borat sebanyak 25 ml, 1 tetes metil merah,
dan 1 tetes metil biru. Proses destruksi dan destilasi dilakukan dengan
menggunakan alat bernama vapodest. Tujuan destruksi yaitu untuk
memecahkan senyawa nitrogen menjadi senyawa anorganik. Proses
destruksi dilakukan dalam suasana panas dan asam. Tujuan penambahan
asam borat adalah untuk membuat suasana menjadi asam dalam proses
destruksi dan menangkap gas amonia yang mudah menguap dalam suasana
basa pada proses destilasi. Untuk membuat suasana menjadi basa
ditambahkan NaOH. Pada alat vapodest telah dilengkapi dengan tabung
untuk NaOH dan diinjeksikan secara otomatis. Penambahan indikator metil
merah dan metil biru sebagai indikator untuk menandakan selesainya proses
titrasi yang akan dilakukan. Proses destilasi dilakukan selama 4 menit.
Tujuan destilasi adalah untuk mengubah senyawa anorganik menjadi gas
amonia yang mudah menguap. Kemudian pada erlenmeyer tersebut dititrasi
dengan H2SO4 0,0215 N untuk mengukur gas amonia yang ditangkap yang
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna hijau
menjadi ungu. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1 diatas.
Selanjutnya kualitas air limbah ini akan dibandingkan dengan baku mutu
yaitu SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa Barat.
Tabel 2. Perbandingan Kualitas Limbah Tahu dengan Baku Mutu
Baku Mutu
Kualitas Air
No Parameter Satuan Gol Gol Keterangan
Limbah (S3)
I II
tidak
1 TSS mg/L 26 200 400
memenuhi