You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES

MELLITUS DUSUN WONOKERTO DESA SUMBERWONO


KECAMATAN BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO

Chusnaeny Hidayah
1414401005

Subject : Asuhan Keperawatan, Keluarga, Diabetes Melitus

Description
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
kadar gula darah tinggi (hiperglikemi) yang diakibatkan kelainan sekresi insulin.
Upaya yang paling penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga
adalah supaya tepat menentukan diagnosa, intervensi dan mencegah terjadinya
komplikasi. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan
keluarga pada anggota keluarga dengan diabetes mellitus.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria
yang diambil 2 klien dengan diagnosa kurang pengetahuan tentang diabetes
mellitus dan ketidakstabilan kadar gula darah. Metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan
format asuhan keperawatan keluarga. Pengkajian menggunakan 2 sumber utama
yaitu klien dan anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus.
Hasil dari studi kasus pada pengkajian di dapat data, klien 1 mengatakan
tidak banyak mengetahui banyak tentang diabetes mellitus. Sedangkan pada klien
2 di dapat data, klien menderita diabetes sudah 2 tahun yang lalu, masih
mengkonsumsi makanan dan minuman manis,tidak pernah melakukan olahraga.
Pada pengkajian fungsi perawatan kesehatan didapatkan kedua responden tidak
mampu mengenal masalah kesehatan. Intervensi dan implementasi yang
dilakukan Health Education kepada keluarga tentang diabetes mellitus dan
perawatan dirumah serta mengajarkan cara senam kaki diabetik. Pada evaluasi di
dapat keluarga mampu melaksanakan 5 tugas keluarga, pada resonden 1 yaitu
adanya peningkatan pengetahuan tentang diabetes mellitus, responden 2 yaitu
mengalami penurunan kadar gula darah.
Oleh sebab itu keluarga harus aktif mencari informasi tentang diabetes
mellitus untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga mencegah terjadinya
komplikasi serta keluarga mengerti bagaimana perawatan lebih lanjut pada
diabetes mellitus.
ABSTRACT

Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by high blood


sugar (hyperglycemia) caused by insulin secretion abnormalities. The most
important effort in doing nursing care in the family is to determine the diagnosis,
intervention and prevent complications. The purpose of this case study is to
conduct family nursing care on family members with diabetes mellitus.
The design used in this research was case study. Criteria that taken was
2 clients with diagnoses of lack knowledge about diabetes mellitus and the
instability of blood sugar levels. Data collection methods used were interviews,
observation and documentation using the family nursing care format. The
assessment used two primary sources of clients and family members who
excperiented diabetes mellitus.
The results of the case study on the study in the obtained data, client 1
said not to know much about diabetes melitus. While the client 2 obtained data,
Client suffered from diabetes since 2 years ago, still consuming sweet foods and
drinks, never do sports. In the assessment of health care function, both
respondents were not able to recognize health problems. Intervention and
implementation that done was gave Health Education to the family about diabetes
mellitus and treatment at home and taught about how to do diabetic foot
exercises. In the evaluation the family were able to carry out 5 family duties, on
the respondent there was an increase in knowledge about diabetes mellitus in,
Respondent 2 there was decreasing the blood sugar levels.
Therefore, families should actively seek information about diabetes
mellitus to maintain the health of all family members to prevent complications and
families understand about how further treatment in diabetes mellitus.

Keywords: Nursing Care, Family, Diabetes Mellitus

Contributor : Eka Diah Kartiningrum, M. Kes


Yudha Laga Hadi Kusuma, S.Psi, M.Kes
Date : 02 Agustus 2017
Type material : Laporan Tugas Akhir
Identifier :-
Right : Open Document
Summary :
Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan
disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius) (Samsudrajat, 2014). Penyakit
tidak menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di Negara maju dan
berkembang (Dinkes Surabaya, 2015). Empat jenis utama penyakit tidak menular
adalah penyakit kardiovaskuler (seperti serangan jantung, hipertensi dan stroke),
kanker, penyakit pernafasan kronis (seperti penyakit paru obstruksi kronis dan
asma), diabetes mellitus (DM), gangguan kecelakaan dan tindak kekerasan
(Simbolon, 2016).
Berdasarkan data WHO (Word Health Organization) 2013 di negara-
negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang
terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh
penyakit tidak menular, sedangkan dinegara-negara maju menyebabkan 13%
kematian (Wijoreni, 2014). Di Indonesia proporsi penyakit menular telah
menurun sepertiganya dari 44% menjadi 26,1% akan tetapi proporsi penyakit
tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi 59,5 %
(Depkes RI, 2012). Salah satunya kenaikan diabetes didorong oleh populasi
Pertumbuhan dan penuaan, ketidakaktifan fisik, dan meningkat Kelebihan berat
badan dan obesitas. Berdasarkan data WHO menyatakan bahwa tahun 2014
terdapat 422 juta orang yang mengidap diabetes. Hasil Riskesdas 2013 Prevalensi
DM di Indonesia tahun 2013 sebanyak 2,1%, lebih tinggi dibandingkan tahun
2007 (1,1%). Tiga provinsi, yaitu Papua, Papua Barat dan Riau terlihat ada
penurunan. Di provinsi lainnya prevalensi DM cenderung meningkat, salah
satunya Jawa Timur menunjukkan kenaikan di tahun 2013 sebanyak 2.3%
sedangkan 2007 sebanyak 1,1%. Diabetes mellitus telah menjadi penyebab 4,6
juta kematian. Data yang diperoleh dari studi pendahuluan yang dilakukan pada
tanggal 21 Mei 2017 di Dusun Wonokerto terdapat 20 orang (7% ) yang terdeteksi
diabetes melitus dari 30 orang yang telah diperiksa. Dari 150 orang hanya
sebagian warga yang rutin berkunjung ke pelayanan kesehatan.
Menurut price & Wilson (2006), Diabetes adalah penyakit metabolik yang
ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan
oleh gangguan sekresi insulin, dan resistensi insulin atau keduanya. Pasien-psien
yang mengalami difisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang
parah yang melibihi ambang ginjal yang normal (konsentrasi glukosa darah
sebesar 160-180 mg/dl/100ml), timbul glukosuria karena tubulus-tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosa ini mengakibatkan
diuresis osmotic yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potassium, dan fosfat. Adanya poliuri dapat menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urin maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negative, berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain yaitu asthenia atau kekurangan energi sehingga pasien
menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein dalam tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat
untuk energi. Hiperglikemia yang lama dapat menyebabkan arterosklorosis,
penebalan membrane basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren. Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronik)
pada Diabetes Melitus akan menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan
berbagai organ, terutama mata, organ, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah
lainnya (Putri, 2013). Diabetes Mellitus bisa dicegah dengan mengendalikan
faktor resiko penyakit tidak menular (Kemenkes, 2010).
Pada saat ini penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus merupakan
penyakit yang sering terjadi di masyarakat sehingga perlu dilakukan tindakan
intervensi dalam kegiatan Program PPTM (Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular). Dengan memperbanyak skrining, penyuluhan kesehatan, perencanaan
makan, rutin melakukan olahraga serta penyiapan logistiknya terutama obat
diharapkan penderita diabetes dalam kondisi stabil (Putri, 2013). Faktor resiko
penyakit diabetes mellitus meliputi obesitas, faktor keturunan, merokok, konsumsi
minuman berakohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas,
stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolestrol, serta menindak lanjuti secara dini
faktor resiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI, 2008)
Dari prevalensi kematian yang disebabkan PTM maka perlu dilakukan
asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes mellitus. Intervensi yang dilakukan
yaitu pengontrolan tekanan darah dan gula darah (GDA), dilakukan penyuluhan
tentang diabetes mellitus, Upaya pengendalian diselenggarakan berdasarkan
permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup berbagai upaya
promotif dan preventif serta pola rujukannya.
Metodologi
Desain yang digunakan pada penelitian adalah studi yaitu untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien keluarga dengan diabetes
mellitus di dusun Wonokerto desa Sumberwono kecamatan Bangsal kabupaten
Mojokerto. Partisipan dalam studi kasus ini adalah 2 keluarga dengan diabetes
mellitus di dusun Wonokerto desa Sumberwono kecamatan Bangsal kabupaten
Mojokerto
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu Wawancara dilakukan
pada klien dan keluarga. Observasi yang dilakukan menggunakan pemeriksaan
fisik dengan metode persistem. Dokumentasi yaitu mencatat hasil wawancara dan
observasi dengan klien, dengan menggunakan format asuhan keperawatan
keluarga.
Uji keabsahan data menggunakan 2 sumber data utama yaitu klien dan
keluarga. Analisa data yang digunakan yaitu dari analisa data hasil pengkajian,
dari analisa data ditegakkan diagnosa keperawatan. Kemudian dibuat intervensi
keperawatan dan dilakukan implementasi. Setelah selesai implementasi dilakukan
evaluasi.
Hasil dan Pembahasan
1. Pengkajian
Pada pengkajian tanggal 15 Juni 2017 keluhan yang muncul dari 2
responden yaitu responden 1, keluarga mengatakan tidak mengetahui
penyakit diabetes mellitus yang diderita Ny. U karena sebelumnya tidak
menderita diabetes mellitus hanya terdapat penyakit hipertensi. keluarga
menganggap itu penyakit yang lazim karena keturunan dari ibunya dan tidak
pernah melakukan hal khusus untuk mengatasinya, hanya membawa ke
perawat desa dan puskesmas terdekat saat sakit Ny. U tidak pernah kontrol
kesehatan dikarenakan anaknya yang sibuk sehingga tidak ada yang
mengantar ke pelayanan kesehatan . Ny. U tidak menjaga pola makannya
yang masih sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis. Ny. U
merupakan penderita diabetes baru sehingga keluarga tidak banyak
mengetahui tentang tanda gejala diabetes mellitus, diet pada penderita
diabetes mellitus. Saat di lakukan pengkajian tingkat pengetahuan keluarga
Ny.U tentang diabetes mellitus sangat rendah dengan hasil 40%.
Menurut penelitian Gistama (2017), pengetahuan mempunyai hubungan
bermakna terhadap gejala diabetes mellitus dengan adanya pengetahuan
tentang proses terjadinya diabetes mellitus maka faktor penyebab, perawatan
yang tepat serta masalah gejala diabetes mellitus yang dihadapi oleh individu
dapat diatasi. Hal ini sependapat dengan teori pengetahuan yang menyatakan
bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku
yang dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia
yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang
berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok,
maupun masyarakat, serta merupaka komponen dari program kesehatan
(Notoatmojo, 2007 dalam Gistama, 2017).
Berdasarkan hasil pengkajian keluhan yang muncul Pada responden 2
Ny.K sudah menderita penyakit diabetes mellitus sejak 2 tahun yang lalu.
Keluarga sudah mengetahui tentang tanda gejala dan diet pada diabetes
mellitus tetapi Ny.K tidak patuh terhadap dietnya. Sebelum bulan puasa
biasanya Ny. K mengkonsumsi nasi merah atau nasi jagung tetapi selama
bulan puasa kembali lagi ke pola yang lama yaitu mengkonsumsi nasi putih,
Ny.U menganggap selama puasa gula darahnya sudah menurun sehingga pola
makannya tidak di jaga. Keluarga masih menyediakan makanan dan minuman
yang manis sehingga gula darah Ny.K semakin meningkat. Selain itu Ny.K
juga jarang berolahraga hanya dirumah mengasuh cucunya. Ny. K setiap
harinya mengkonsumsi obat gliben clamide 5mg, glimepiride 4 mg, molacort
0,5 mg dan voltadek 50 mg.
Hasil penelitian Putri (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan
penyerapan edukasi dengan rerata kadar gula darah (p=0,031). Dan ada
hubungan pengaturan makan dengan rerata gula darah (p=0,017). Dan
hubungan kepatuhan pengobatan dengan rerata kadar gula darah (p=0,003).
Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan di semua variabel.
Dengan penyerapan edukasi yang baik, pengaturan makan, olahraga, dan
kepatuhan pengobatan mempunyai dampak menstabilkan glukosa darah dan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan responden 1 adalah kurang pengetahuan tentang
penyakit diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah diabetes mellitus yang terjadi pada keluarga dan diagnosa
responden 2 adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus.
Diagnosa keperawatan responden 2 adalah ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus.
Berdasarkan hasil penelitian Putri, dkk (2013) pada keluarga yang
memiliki peran keluarga kurang baik masih terdapat pada pasien diabetes
mellitus memiliki gula darah tidak terkendali. Hal ini didapatkan pada pasien
diabetes mellitus yang kurang sadar akan pentingnya kesehatan, dimana
pasien tidak menjaga pola makan, minum obat teratur dan tidak melakukan
olahraga secara teratur. Adanya peran keluarga dalam pengendalian kadar
gula darah akan memberikan perawatan dan motivasi kepada anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus untuk tetap mengendalikan kadar
gula darah.
Dari kedua responden memiliki diagnosa keperawatan yang sama, tetapi
etiologi yang berbeda dari pemeriksaan 5 tugas kesehatan keluarga.
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada kedua responden sama dengan kriteria hasil
berbeda yaitu:
Pada responden 1 setelah dilakukan asuhan keperawatan 5 kali kunjungan
diharapkan pengetahuan keluarga meningkat dengan rasional untuk
mengetahui apakah keluarga sudah mengerti tentang penyakit diabetes
mellitus. Kriteria hasil yang pertama membina hubungan saling percaya
antara keluarga dengan mahasiswa, kedua keluarga mengerti tentang proses
penyakit dengan rasional untuk mengenalkan tanda dan gejala diabetes
melitus, ketiga keluarga dan klien mengetahui pola diet pada penderita
diabetes mellitus dengan rasionalnya untuk mengetahui apakah makanan
yang di makan klien tersebut dapat menyebabkan gula darah meningkat,
keempat klien dan keluarga mengetahui obat-obatan yang digunakan untuk
mengendalikan diabetes mellitus, kelima mencegah terjadinya komplikasi,
keenam beri informasi mengenai pemantauan kadar glukosa secara mandiri
adapun rasionalnya supaya mengetahui gula darah tidak sampai tinggi.
Sedangkan pada responden 2 setelah dilakukan asuhan keperawatan 5 kali
kunjungan diharapkan kadar glukosa darah menurun dengan kriteria hasil
yang pertama memberikan informasi tentang diit diabetes mellitus, kedua
klien dan keluarga mengerti komplikasi pada diabetes mellitus, ketiga
mengajarkan senam kaki diabetik dengan rasional mencegah terjadinya ulkus
pada kaki, keempat menganjurakan klien untuk rajin berolahraga adapun
rasionalnya untuk menurunkan kadar gula darah, kelima kontrol lingkungan
yang mempengaruhi diabetes mellitus (seperti menjauhkan dari makanan dan
minuman manis), Keenam kontrol gula darah secara rutin di puskesmas atau
rumah sakit.
Salah satu tindakan non farmakologis untuk mencegah terjadinya ulkus
adalah senam kaki diabetik. Senam kaki diabeteik bermanfaat untuk
membantu memperbaiki sirkulasi darah atau memperkuat otot-otot kecil kaki
dan mencegah kelainan bentuk kaki. meningkatkan kekuatan otot betis dan
paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi pada pasien diabetes, sehingga
nutrisi lancar ke jaringan tersebut. Kaki diabetes mengalami gangguan
sirkulasi darah neuropati dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani atau
senam kaki sesuai dengan kondisi dan kemampuan tubuh (Soegondo, dkk,
2013).
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup menstimulasi
kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-masalah kesehatan,
menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada (Murwani, 2007).
Berdasarkan intervensi yang direncanakan dan teori terdapat kesesuaian
yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan
mandiri pada anggota keluarga dengan diabetes mellitus dirumah.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada kedua responden dengan masalah
kurang pengetahuan dan ketidakstabilan kadar glukosa darah pada tanggal 19
juni 2017 – 03 juli 2017 adalah menjelaskan tentang pengertian, tanda gejala
dan komplikasi diabetes mellitus, pengobatan pada diabetes mellitus.
Menjelaskan tentang diet pada diabetes mellitus, mengajarkan pada keluarga
dan klien senam kaki diabetik, mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi diabetes mellitus (seperti makanan dan minuman yang manis),
menganjurkan kepada keluarga untuk tidak terlalu stress pada klien.
Makanan memegang peran penting dalam peningkatan kadar gula darah.
Pada proses makan, makanan yang dimakan akan dicerna dan kemudian akan
diubah menjadi glukosa (Nurrahmani,2012). Hasil penelitian ini di dukung
oleh penelitian yang dilakukan Rahmawati (2011) dalam sumangkut (2013)
mengatakan bahwa terdapat hubungan pola makan dan aktivitas dengan kadar
glukosa darah diabetes mellitus. Hasil penelitiannya, peningkatan glukosa
darah pada penderita DM memiliki pola makan kurang baik 87,9%. Hasil
yang didapatkan menunjukkan bahwa ada hubungan pola makan dengan
kejadian dabetes mellitus dengan nilai (p=0,05).
Stress pada diabetes mellitus memiliki hubungan yang sangat erat.
Tekanan kehidupan dan gaya hidup tidak sehat sangat berpengaruh, ditambah
dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan berbagai penyakit yang
sedang diderita menyebabkan penurunan kondisi seseorang sehingga memicu
stress. Stress menyebabkan produksi berlebih pada kortisol, kortisol adalah
suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar gula darah
tinggi. Jika seseorang mengalami stress berat yang dihasilkan dalam
tubuhnya, maka kortisol yang dihasilkan semakin banyak. Kortisol
merupakan musuh dari insulin sehingga membuat glukosa lebih sulit
memasuki sel dan meningkatkan gula darah (Watkins, 2010).
Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep teori bahwa latihan fisik seperti
senam diabeteik merupakan factor dominan dalam usaha pencegahan ulkus
kaki diabetik (Waspadji, dalam Sudoyo AW, dkk, 2006). Senam diabetik
secara rutin secara significan mempengaruhi vaskulerisasi ekstremitas bawah
dan mencegah Peripheral Arterial Disease serta mempertahankan nilai
normal Ankle Brachial Index (Mohler ER,et.al dalam Sudiro, 2014)
Manfaat olahraga bagi penderita diabetes mellitus antara lain menurunkan
kadar gula darah, mencegah kegemukan, mencegah terjadinya komplikasi,
gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, dan hiperkoogulasi darah.
Olahraga secara teratur 3-4 kali seminggu dengan durasi 30 menit dapat
menjaga kebugaran dan menurunkan berat badan (Ilyas, 2009). Menurut
Chaveau dan Kaufman dalam Depkes (2008), latihan fisik pada penderita
diabetes mellitus dapat menyebabkan hidup yang sehat akan menurunkan
gula darah diabetes.
Berdasarkan implementasi dan teori ditemukan kesesuaian yaitu
mengajarkan tindakan mandiri senam kaki diabetik, keluarga mampu
melakukan senam kaki diabetik dengan baik saat diajarkan dan mengerti
tentang pendidikan kesehatan yang diberikan.
5. Evaluasi
Responden 1 keluarga menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan
pengobatan diabetes mellitus, keluarga memahami diet pada diabetes
mellitus. Pengetahuan keluarga Ny. U meningkat menjadi 70%. Ny U
mengatakan memahami pendidikan kesehatan yang diberikan. Klien sudah
membatasi makanan dan minuman yang manis, klien sudah mengerti langkah
senam kaki diabetik serta menyarankan kepada Ny.U untuk tidak terlalu
stress.
Responden 2 keluarga Ny. K mengatakan memahami pendidikan
kesehatan yang diberikan. Keluarga sudah melaksanakan beberapa yang telah
diajarkan seperti mengurangi makanan dan minuman manis, klien sudah
mengerti langkah senam kaki diabetik serta menyarankan kepada Ny.U untuk
tidak terlalu stress. Selain itu Ny.K setiap pagi rutin berolahraga jalan kaki
selama 30 menit.
Hasil penelitian Formosa (2012), menyatakan bahwa pentingnya peran
tenaga kesehatan professional dalam memeriksa dan menilai kaki diabetik,
serta mendidik mereka yang mempunyai penyakit diabetes mellitus untuk
melakukan pencegahan ulkus diabetic dengan melakukan perawatan kaki
diabetik dengan baik. Dengan pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat
dalam mencegah kaki diabetik dapat meningkatkan pengetahuan tentang
perawatan kaki diabeteik sehingga bisa mengubah perilaku pencegahan kaki
diabetik.
Hasil evaluasi menunjukkan pada responden 1 yaitu adanya peningkatan
pengetahuan mengenai diabetes mellitus sedangkan pada responden 2 yaitu
mengalami penurunan kadar gula darah sesuai kriteria hasil yang ditetapkan.
Simpulan
1. Pengkajian
Dari data hasil pengkajian keluhan yang ditemukan pada responden 1 yaitu
keluarga tidak mengetahui penyakit diabetes mellitus yang diderita Ny.U dan
pada responden 2 yaitu klien masih mengkonsumsi makanan dan minuman
manis.
2. Diagnosa keperawatan
Klien 1 memiliki masalah keperawatan kurangnya pengetahuan tentang
diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
maslah diabetes mellitus. Klien 2 memiliki masalah keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang mempengaruhi diabetes
mellitus. Perbedaan etiologic terjadi dipengaruhi oleh ketidakmampuan
keluarga melaksanakan salah satu dari 5 tugas kesehatan keluarga.
3. Intervensi
Pada kedua responden dilakukan intervensi yang berbeda. Pada responden 1
Yaitu menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala dan komplikasi
diabetes mellitus, pengobatan dan batasan diit rendah gula, mengajarkan
kepada keluarga dan klien cara senam kaki diabeteik. Sedangkan pada
responden 2 yaitu memberikan informasi tentang diit diabetes mellitus,
mengajarkan senam kak diabeteik, menganjurkan klien untuk rajin
berolahraga, kontrol lingkungan yang mempengaruhi diabetes mellitus,
menganjurkan kontrol gula darah secara rutin di puskesmas atau rumah sakit.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Ny. U dan Ny. K yaitu
5x kunjungan selama 12 hari sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kedua keluarga telah memahami segala
sesuatu yang telah diajarkan. Termasuk cara senam kaki diabetik.
Menyarankan untuk tidak terlalu stress dan menganjurkan untuk rutin
berolahraga.
Rekomendasi
Di harapkan kepada keluarga mampu mempertahankan dan tetap menerapkan
asuhan keperawatan keluarga pada klien yang mengalami dengan diabetes
mellitus.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Mellitus dan
Penyakit Metabolik
Gistama Didit. 2017. Pengaruh pendidikan kesehatan perawatan kaki terhadap
tingkat pengetahuan dan sikap pada penyandang diabetes mellitus di
Persadia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Kementerian Kesehatan. 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko


Diabetes Melitus.
Murwani. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga konsep dan aplikasi kasus.
Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC. Yogyakarta: Percetakan
Mediaction .
Potter. P. A, Perry. A. G. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Putri, H. 2013. Hubungan peran keluarga dengan pengendalian kadar gula darah
pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Pauh Pandang. Ners
Jurnal Keperawatan Volume. 9. No. 2
Putri, N. 2013. Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2 dengan Rerata
Kadar Gula Darah. Jurnal Berkata Epidemiologi, VOL. 1. No. 2
Samsudrajat, A. 2014. Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Artikel
Ilmiah STIKES Kapuas Raya Sintang
Setiawati, santun & dermawan agus citra. 2008. Asuhan keperawatan keluarga.
Jakarta: Trans info medika

Simbolon, D, Suryani, D, Yandrizal. 2016. Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit


Tidak Menular (PTM). Yogyakarta : Deepublish

Soegondo S, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :


Balai Penerbit FKUI

Sudiro. 2014. Pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan resiko ulkus
kaki diabetik pada pasien DM tipe 2 di perkumpulan diabetik. Jurnal
terpadu ilmu kesehatan, volume 3 no 01

Watkins PJ. 2010. ABC of Diabetes. 5th ed. London : BMJ Publishing Group

Alamat corespondensi
Email : Chusnaeny_naeny@yahoo.com
Alamat : Dusun Keboncandi RT002/RW010 Desa Gununggangsir Kecamatan
Beji Kabupaten Pasuruan
No. Hp : 085755331024

You might also like