You are on page 1of 28

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA DIARE


WILAYAH KERJA PUSKESMAS I KEMRANJEN

Disusun oleh :
Arifah Mabruroh Prilia G4A016067

Pembimbing Lapangan :
dr. Anggoro Supriyo

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA DIARE


WILAYAH KERJA PUSKESMAS I KEMRANJEN

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh :
Arifah Mabruroh Prilia G4A016067

Telah dipresentasikan dan disetujui


Banyumas, November 2017

dr. Anggoro Supriyo


NIP. 197101122000212 1 002
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Kesehatan menjadi salah satu layanan sosial dasar yang harus dipenuhi
pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang demi terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja dengan upaya preventif, kuratif dan rehabilitatiif.
Puskesmas berperan sebagai unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
dalam pembangunan kesehatan. Puskesmas juga melaksanakan pembinaan
terhadap peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Diare masih menjadi masalah utama di negara maju maupun negara
berkembang. Setiap anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang akan
mengalami episode diare kurang lebih 3 - 4 kali pertahun. Setiap balita di
Indonesia akan mengalami episode diare kurang lebih 1,6-2 kali per tahun.
Hingga sekarang, penyakit diare adalah penyebab kematian utama balita di
dunia, dimana sebanyak 6 juta anak di dunia meninggal setiap tahun karena
diare (Kemenkes RI, 2014).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai
dengan kematian. Pada tahun 2016 terjadi 3 KLB diare yang tersebar di 3
provinsi, 3 kabupaten, dengan jumlah penderita 198 orang dan kematian 6
orang (CFR 3,04%). Angka tersebut masih belum mencapai target, karena
angka kematian (CFR) saat KLB diharapkan <1% (Kemenkes RI, 2016).
Target cakupan pelayanan penderita diare yang datang ke sarana
kesehatan dan kader kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita
diare (insidensi diare dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam
waktu satu tahun). Insidensi diare nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun
2014 yaitu sebesar 270/1000 penduduk, maka diperkirakan jumlah penderita
diare di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 6.897.463 orang,
sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas
kesehatan adalah sebanyak 3.198.411 orang atau 46,4% target (Kemenkes RI,
2016).
Penemuan kasus diare di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebesar 67,7%,
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu 79,8%. Hal ini
menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Kasus yang
diobati di layanan pemerintah maupun swasta belum semua terlaporkan. Untuk
kasus, berdasarkan gender antara laki-laki dan perempuan lebih banyak
perempuan, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih banyak berhubungan
dengan faktor risiko diare, yang penularannya melalui vekal oral, terutama
berhubungan dengan sarana air bersih, cara penyajian makanan, dan PHBS
(Dinkes Jateng, 2015).
Kabupaten Banyumas memiliki angka penemuan penyakit diare sebesar
65,8% pada tahun 2015. Angka ini masih dibawah standar yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 100% (Dinkes
Jateng, 2015). Kasus diare di kabupaten Banyumas dari tahun ke tahun masih
tetap tinggi dibanding dengan kasus penyakit lainnya. Angka kesakitan diare
Kabupaten Banyumas tahun 2014 dan 2015 adalah 214/1000 penduduk (Profil
Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2015).
Jumlah kasus diare di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen tahun 2016
sebesar 602 kasus, dari target sebanyak 755 kasus atau tercapai 79,6%. Hal ini
menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan karena target
harus mencapai 100% (Profil Kesehatan Puskesmas I Kemranjen, 2016). Pada
bulan Januari-September 2017 penemuan kasus diare baru mencapai 52,96%
dari target 100% sampai akhir tahun atau bulan Desember. Berdasarkan
masalah tersebut maka perlu dianalisa mengenai kekurangan dalam
pelaksanaan program-program puskesmas tersebut.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis masalah kesehatan dan mencari metode pemecahan
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum tentang keadaan kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan penemuan penderita
diare di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
c. Mengetahui secara umum hambatan dan cara mengatasi masalah yang
timbul pada proses program penemuan penderita diare di wilayah kerja
Puskesmas I Kemranjen.
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program penemuan penderita
diare di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program penemuan
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Puskesmas
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk memperbaiki
kekurangan yang masih ada.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi
kinerja program penemuan penderita diare, guna perbaikan program serta
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
c. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja
penemuan penderita diare.
d. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja penemuan penderita diare
ke arah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada
masyarakat dan individu di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana pembelajaran dalam menganalisis suatu permasalahan
kesehatan di masyarakat.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan di masyarakat.
II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen merupakan salah satu
bagian dari wilayah Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas,
Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah total 3.571.293 Ha. Wilayah
kerja Puskesmas I Kemranjen terdiri dari 8 desa binaan : Desa Sibalung
(+452.223Ha); Desa Kecila (+417.517Ha); Desa Kedungpring
(+272.672Ha); Desa Sibrama (+278.421Ha); Desa Karangjati
(+172.324Ha); Desa Petarangan (+603.601Ha); Desa Karanggintung
(+480.725Ha); dan Desa Karangsalam (+ 893.800Ha).
Desa terluas di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen adalah Desa
Karangsalam. Desa terkecil adalah Desa Karangjati. Desa yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa Kecila sebesar 1477 per km2 .
Topografi desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen
sekitar 40 % merupakan daerah dataran tinggi/pegunungan.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Kemranjen


Sumber: Profil Puskesmas I Kemranjen 2016
Batas Wilayah Kerja Puskesmas I Kemranjen meliputi :
a. Utara : Kec. Somagede Kab. Banyumas.
b. Selatan : Kec. Nusawunggu Kab. Cilacap
c. Barat : Kec. Kemranjen Kab. Banyumas (Wilayah kerja
Puskesmas 2 Kemranjen)
d. Timur : Kec. Sumpiuh Kab. Banyumas
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan penduduk
Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka Tahun 2016 didapatkan
hasil registrasi penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen
terdiri dari 36.352 yang terdiri dari 18.051 jiwa laki-laki (49.65%)
dan 18.301 jiwa Perempuan (50.34%) tergabung dalam 10.460
Rumah Tangga atau Kepala Keluarga. Jumlah penduduk terbesar adalah
Desa Kecila, sebanyak 6.131 jiwa dan desa yang terendah adalah desa
Karangjati sebanyak 1.795 jiwa.
b. Kepadatan penduduk
Penduduk di wilayah kerja Puskemas I Kemranjen untuk tahun
2016 belum menyebar dan merata. Pada umumnya penduduk banyak
menumpuk di daerah perkotaan dan didataran rendah. Rata-rata
kepadatan penduduk di Kecamatan Kemranjen sebesar 988 jiwa setiap
km2 . Desa terpadat adalah desa Kecila dengan tingkat kepadatan
sebesar 1.477 per km2 , sedangkan kepadatan terendah pada desa
Karangsalam sebesar 623 setiap km2 dikarenakan desa terluas serta
daerahnya pegunungan.
c. Tingkat Pendidikan
Dari data Kemranjen dalam angka tahun 2016 menunjukkan
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan usia 10 tahun keatas menurut
pendidikan yang tidak atau belum pernah sekolah sebesar 3.617
(10,62%), tidak belum tamat SD sebesar 9.712 (28,49%) tamat SD/MI
sebesar 13.315 (39,06 %) tamat SLTP/MTs/sederajat sebesar 4.433
(13%), tamat SMU/ 9 MA/SMK sebesar 2.562 (7,51%),tamat
Akademi/Diploma sebesar 258 (7,57%) dan tamat Universitas sebesar
187 (5,49%).

Gambar 2.2 Penduduk Usia 10 tahun ke atas Menurut Pendidikan


tertinggi yang ditamatkan Tahun 2016 (Sumber: Profil Puskesmas I
Kemranjen 2016)
Dilihat dari Gambar 2.2 menunjukan bahwa tingkat pendidikan di
Kecamatan Kemranjen tergolong masih rendah. Rendahnya tingkat
pendidikan disebabkan karena sosial ekonomi masyarakat yang rendah.
d. Mata Pencaharian Penduduk
Dari data Kecamatan Kemranjen dalam Angka tahun 2016 mata
pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen terdiri
dari : petani (31,54%); buruh tani (23,96%); nelayan (0,04%); pengusaha
(1,66%); buruh industri (3,39%); buruh bangunan (4,67%); (6,63%);
PNS / TNI / POLRI (2,76%); jasa angkutan (1,16%); pensiunan
(1,26%); lain – lain (22,84%). Mata pencaharian penduduk masih
didominasi oleh kaum petani dan kaum buruh petani sebesar 57,5% atau
setengah dari mata pencaharian yang ada.
3. Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas I Kemranjen adalah sebagai berikut :
1) Tenaga Medis
Tenaga medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam
wilayah Puskesmas I Kemranjen ada 4 (empat) orang, yaitu tiga dokter
umum dan satu dokter gigi yang bekerja di Puskesmas I Kemranjen,
sedangkan dokter spesialis belum ada. Menurut standar Peraturan
Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan perkotaan
rawat inap minimal memiliki 2 dokter dan 1 dokter gigi sehingga
Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
2) Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi pada Puskesmas I Kemranjen sebanyak 2 (dua)
orang. Menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014
puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki 2 tenaga
kefarmasian sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
3) Tenaga Bidan
Tenaga kebidanan di Puskesmas I Kemranjen jumlahnya 15 orang.
Menurut standar Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas
kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki 7 bidan sehingga
Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
4) Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas I Kemranjen
jumlahnya ada 14 orang. Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75
tahun 2014, puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki
8 perawat sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
5) Tenaga Gizi
Tenaga gizi di Puskesmas I Kemranjen jumlahnya 1 orang. Standar
Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan
perkotaan rawat inap minimal memiliki 2 tenaga gizi sehingga
Puskesmas I Kemranjen belum memenuhi standar ketenagaan
puskesmas.
6) Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tenaga kesehatan lingkungan ada 1 (satu) orang. Standar Peraturan
Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan perkotaan
rawat inap minimal memiliki 1 tenaga kesehatan lingkungan sehingga
Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar ketenagaan puskesmas.

Tabel 2.1 Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di


Puskesmas I Kemranjen, tahun 2016.
No. Jenis Tenaga PNS PTT Kontrak Jumlah
1. Dokter Umum 1 0 2 3
2. Dokter Spesialis 0 0 0 0
3. Dokter Gigi 1 0 0 1
4. Farmasi 1 1 0 2
5. Bidan 9 5 1 15
6. Perawat 10 0 4 14
7. Ahli Gizi 1 0 0 1
8. Kesehatan Lingkungan 1 0 0 1
9. Kesehatan Lainnya 1 0 1 2
10. Tenaga Strategis lain 5 0 1 6
11. Penjaga malam, CS 0 0 4 4
Sumber: data sekunder Puskesmas I Kemranjen
4. Sarana Kesehatan
Puskesmas I Kemranjen memiliki 1 Puslesmas induk, untuk
mendukung pelayanan kesehatan di Puskesmas, terutama untuk menjangkau
sasaran wilayah selatan, terdapat Puskesmas Pembantu Sibalung. Dan
terdapat Pos Kesehatan Desa (PKD) di semua desa wilayah Puskesmas I
Kemranjen
5. Pembiayaan Kesehatan
Sumber daya pembiayaan Puskesmas berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapadan dan
Belanja Negara (APBN). Untuk tahun 2016 dana yang bersumber dari
APBD sebanyak Rp 2.540.049.494,00 dan yang bersumber dari APBN
sebesar Rp 297.780.000,00 sebagai dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK).

B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat


Program pelayanan kesehatan yang dilakukan Puskesmas sebagai
pelayanan kesehatan dasar harus dilakukan secara cepat, tepat, dan diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi dan sesuai dengan
target yang telah ditetapkan. Tujuan dari program ini adalah
untukmeningkatkan pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil serta
terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Upaya Kesehatan yang dilakukan
di Puskesmas I Kemranjen diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang
sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara lebih cepat, tepat dan
lebih baik, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan sudah dapat
diatasi. Berbagai pelayan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Jumlah Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Kemranjen pada
tahun 2016 sebanyak 579 ibu hamil, adapun ibu hamil yang mendapat
pelayanan K-4 adalah sebesar 552 atau 94,4 % ibu hamil. Dibandingkan
tahun 2015 ibu hamil sebanyak 574 dan yang mendapatkan pelayanan K-
4 sejumlah 547 atau 95,3 %. Disini terjadi penuruanan sebesar 0,9
persen. Upaya – upaya telah dilakukan oleh Puskemas I Kemranjen yang
dibantu bidan-bidan di Desa, namun hal itu menunjukan bahwa kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pada waktu hamil
belum maksimal dalam memberikan motivasi kepada ibu hamil. Standar
Pelayanan Minimal untuk cakupan kunjungan K-4 sebesar 95%. Dengan
demikian Puskesmas I Kemranjen belum memenuhi standar pelayanan
yang diharapkan.
Cakupan ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani pada
tahun 2016 mencapai 121,76%, termasuk di atas standar, karena standar
minimal cakupan ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani sebesar
80%.
b. Persalianan oleh tenaga kerja (NaKes)
Jumlah sasaran ibu yang hamil tahun 2016 sebanyak 531 orang.
Jumlah Ibu hamil tahun 2016 yang persalinannya ditolong Nakes adalah
544 atau sebesar 102,45% persen. Standar Pelayanan Minimal untuk
pertolongan persalinan oleh nakes tahun 2016 sebesar 90 %. Dengan
demikian cakupan persalinan Nakes di wilayah Puskesmas I Kemranjen
tahun 2016 telah memenuhi standar pelayanan minimal.
c. Bayi dan bayi BBLR
Jumlah bayi lahir tahun 2016 sebanyak 561 bayi dan yang
memiliki Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 54 bayi atau
sebesar 9.6 persen dari bayi yang lahir. Bayi BBLR yang ditangani
sebanyak 54 atau 100 % ditangani. Penanganan kasus BBLR berdasarkan
standart Dinas Kesehatan Kabupaten sudah memenuhi target yang
diharapkan.
d. Pelayanan keluarga berencana
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2016 berdasarkan
sumber Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana
Kecamatan Kemranjen sebesar 6097. Jumlah PUS tertinggi di Desa
Kecila sebesar 1029 PUS atau sebesar 16.87 % dari jumlah PUS yang
ada. Standar pelayanan minimal peserta KB aktif yaitu sebesar 70%.
Peserta KB Aktif tahun 2016 sebesar 4725 atau 77.5% dari jumlah
pasangan usia subur yang ada dalam wilayah Kerja Puskesmas I
Kemranjen. Dengan demikian cakupan pelayanan keluarga berencana
sudah memenuhi target.
e. Pelayanan imunisasi
Jumlah desa dalam wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen
sebanyak 8 desa. Desa dikategorikan sebagai desa Universal Child
Immunization (UCI) jika seluruh balitanya telah mendapatkan vaksin
DPT 3, Polio 4, dan Campak. Desa Universal Child Immunization (UCI)
sebanyak 8 atau memenuhi Standard Pelayanan Minimal (SPM) sebesar
100 %. Dengan Demikian Puskesmas I Kemranjen pada tahun 2016 telah
memenuhi target SPM tersebut.
f. Cakupan pelayanan nifas
Cakupan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan nifas tahun
2016 adalah 562 atau 104,1% dengan target pelayanan nifas sebanyak
540. Standard Pelayanan Minimal telah terpenuhi sebesar 90%.
g. Cakupan pelayanan anak balita
Persentase anak balita yang mendapat pelayanan kesehatan
(minimal 8 kali) di Puskesmas I Kemranjen beserta jaringannnya
mendapatkan pelayanan sebesar 99,6%. Standar Pelayanan Minimal
Tahun 2016 sebesar 95 %, hal ini sudah mencapai target yang
diharapkan.
h. Cakupan balita ditimbang
Berdasarkan data yang ada penimbangan balita (F/III/Gizi)
selama tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1) Jumlah seluruh balita (S) = 2608 anak
2) Jumlah balita yang terdaftar dan punya KMS (K) = 2608 anak
3) Jumlah Balita yang ditimbang (D) = 2323 anak
4) Jumlah balita yang naik berat badannya (N) = 1555 anak
5) KEP Total (Gizi kurang + Gizi buruk) = 15 anak
Berdasarkan data diatas, maka jangkauan program penimbangan
(K/S) mencapai 100 % . Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) = 89,07%.
Efek penyuluhan (N/D) = 66,93 %. Tingkat partisipasi masyarakat dan
efek penyuluhan bila dibandingkan dengan SPM masih dibawah
standard. Hal ini disebabkan karena antara lain : anak setelah mencapai
usia 3 > tahun sudah enggan ditimbang dan usianya sudah masuk
sekolah Taman Kanak-kanak (TK). Upaya yang ditempuh antara lain
meningkatkan penyuluhan fungsi Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu Desa
untuk mendapatkan peran serta masyarakat.
i. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
Kasus gizi buruk selama tahun 2016 terdapat 15 kasus dan
semuanya sudah ditindaklanjuti dengan prosedur yang ada.
j. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh
tenaga kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah tahun 2016 sebesar
100%. Hal ini sudah memenuhi Standar Pelayanan Minimal tahun 2016
sebesar 100%.
2. Pelayanan Pengobatan / Perawatan
Jumlah kunjungan rawat jalan yang ada di Puskesmas I Kemranjen
sebesar 25750 di tahun 2015 Cakupan kunjungan pasien sebesar 72.96
persen dari jumlah penduduk dari kunjungan pasien baru dan pasien lama.
Jumlah kunjungan pasien rawat inap sebanyak 633 pasien atau sebesar
1.7% dari jumlah penduduk.
Penyakit tertinggi di Puskesmas I Kemranjen adalah penyakit Infeksi
Akut pada saluran Pernapasan bagian atas sebanyak 5773 penderita pada
tahun 2015 dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 2.1. Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2016
No NAMA PENYAKIT JUMLAH
1 ISPA 6.136
2 Dispepsia 2.512
3 Demam yang tidak diketahui sebabnya 2.149
4 Dermatitis 1.706
5 Myalgia 1.348
6 Hipertensi 1.619
7 Nyeri kepala 1.378
8 Diare dan Gastroenteritis 1.315
9 Artritis 778
10 Diabetes Mellitus 772
Sumber: Profil Puskesmas I Kemranjen 2016

3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
Kasus polio di Puskesmas I Kemranjen tidak
diketemukan/kosong.
b. Pencegahan dan Pemberantasan TB Paru
Data yang diolah tahun 2016 kasus TB Paru (Klinis dan Positif)
sebanyak 23 kasus, sedangkan yang sembuh 17 orang (73,91%), masih
dalam pengobatan 5 orang, dan drop out 1 orang. Standar Pelayanan
Minimal untuk kesembuhan penderita TBC BTA positif adalah >85%.
Angka kesembuhan pasien pada akhir tahun 2016 masih di bawah target,
yaitu 73,91%. Angka ini belum tercapai karena ada 5 pasien yang masih
dalam masa pengobatan. Sedangkan dibandingkan target penemuan
kasus yaitu 39 kasus, penemuan kasus TB Paru baru mencapai 59,25%.
c. Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia pada Balita
Kasus pneumonia balita di Puskesmas I Kemranjen sebanyak 85
kasus dari target penemuan 217 kasus, atau tercapai 39,12%. Standart
Pelayanan Minimal untuk balita dengan pneumonia yang ditangani
100% sudah tercapai tetapi dalam hal penemuan kasus belum
mencapai target. Jumlah perkiraan penderita pneumonia yaitu 10 % X
jumlah balita (2.172) = 217 kasus. Kondisi tersebut dapat diatasi melalui
pertemuan pemantapan program dan pelatihan MTBS (Managemen
Terpadu Balita Sakit) untuk dokter, perawat dan bidan.
d. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV / AIDS
Kasus HIV /AIDS di Puskesmas I Kemranjen tidak
diketemukan/kosong, namun Puskesmas I Kemranjen selalu
mengupayakan pencegahan dengan pendekatan kepada masyarakat
dengan bimbingan atau penyuluhan secara berkelanjutan untuk
mencegah terjadinya kasus dan penularan di wilayah Puskesmas I
Kemranjen.
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD.
Kasus penyakit DBD tahun 2016 tidak diketemukan. Upaya
Puskesmas untuk pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu
(a). Peningkatan surveilance penyakit dan vektor, (b). Diagnosis dini dan
pengobatan dini jika ada kasus (c). Peningkatan upaya pemberantasan
vektor penularan DBD. Dalam rangka pemberantasan penyakit DBD
Puskesmas I Kemranjen beserta lintas sektor telah melaksanakan
langkah-langkah konkrit antara lain: abatisasi selektif, penggerakan PSN
dan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan di setiap desa.
f. Pengendalian Penyakit Malaria
Saat ini tidak ditemukan kasus malaria. Namun Puskesmas
harus tetap mewaspadai kemungkinan munculnya kembali penyakit
tersebut dengan cara penyuluhan tentang pentingnya surveilan migrasi.
g. Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
Kejadian Luar Biasa (KLB) di tahun 2016 tidak ada.
4. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
a. Pelayanan Kesehatan Lingkungan.
Pada tahun 2016 dari 9.430 rumah yang diperiksa sebanyak
1.913 rumah, yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 1.199 atau
62,7% dari jumlah rumah yang diperiksa. Cakupan rumah sehat ini tidak
dapat menggambarkan kondisi rumah sehat seluruh wilayah binaan
kami, mengingat hasil cakupan hanya berdasarkan pada jumlah rumah
yang diperiksa (tidak seluruh rumah diperiksa).
b. Pelayanan Higiene Sanitasi Tempat Tempat Umum dan Pengolahan
Makanan.
Pada tahun 2016 jumlah tempat-tempat umum (TTU) yang
diperiksa kesehatannya sebanyak 30 tempat dari 30 tempat yang ada
(100%). Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 27 buah (90 %) dari jumlah yang diperiksa.
Salah satu tempat pengolahan makanan yaitu rumah makan. Pada
tahun 2016 rumah makan yang sudah memenuhi syarat untuk
higiene dan sanitasi sebesar 60%. Syarat tersebut selanjutnya diproses
untuk mendapatkan sertifikat laik higiene. Rumah makan yang terdapat
di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen sebanyak 5 buah, dan baru 3
yang memenuhi syarat higiene dan sanitasi untuk mendapatkan sertifikat
laik higiene.
5. Perbaikan gizi masyarakat
Berdasarkan data yang ada penimbangan balita (F/III/Gizi) selama
tahun 2016 adalah sebagai berikut :
a. Jumlah seluruh balita (S) = 2608 anak
b. Jumlah balita yang terdaftar dan punya KMS (K) = 2608 anak
c. Jumlah Balita yang ditimbang (D) = 2323 anak
d. Jumlah balita yang naik berat badannya (N) = 1555 anak
e. KEP Total (Gizi kurang + Gizi buruk) = 15 anak
Berdasarkan data diatas, maka jangkauan program penimbangan (K/S)
mencapai 100% . Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) = 89,07%. Efek
penyuluhan (N/D) = 61,69 %.
III. ANALISIS SISTEM DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Sistem
1. Input
a. Man (Tenga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan sebuah indikator penting dalam
mencapai keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga
kesehatan dalam wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen adalah sebagai
berikut :
1) Tenaga Medis
Tenaga medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam
wilayah Puskesmas I Kemranjen ada 4 (empat) orang, yaitu tiga
dokter umum dan satu dokter gigi yang bekerja di Puskesmas I
Kemranjen, sedangkan dokter spesialis belum ada. Menurut standar
Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan
perkotaan rawat inap minimal memiliki 2 dokter dan 1 dokter gigi
sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
2) Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi pada Puskesmas I Kemranjen sebanyak 2 (dua)
orang. Menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun
2014 puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki 2
tenaga kefarmasian sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah
memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
3) Tenaga Bidan
Tenaga kebidanan di Puskesmas I Kemranjen jumlahnya 15
orang. Menurut standar Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014,
puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki 7 bidan
sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
4) Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas I Kemranjen
jumlahnya ada 14 orang. Standar Peraturan Menteri Kesehatan no.
75 tahun 2014, puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal
memiliki 8 perawat sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah
memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
5) Tenaga Gizi
Tenaga gizi di Puskesmas I Kemranjen jumlahnya 1 orang.
Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas
kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki 2 tenaga gizi
sehingga Puskesmas I Kemranjen belum memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
6) Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tenaga kesehatan lingkungan ada 1 (satu) orang. Standar
Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan
perkotaan rawat inap minimal memiliki 1 tenaga kesehatan
lingkungan sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi
standar ketenagaan puskesmas.
b. Money (Pembiayaan kesehatan)
Sumber daya pembiayaan Puskesmas berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Untuk tahun 2016 dana yang bersumber dari
APBD sebanyak Rp 2.540.049.494,00 dan yang bersumber dari APBN
sebesar Rp 297.780.000,00 sebagai dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK). Anggaran untuk program penemuan penderita diare sendiri
belum ada dikarenakan biasanya pendanaan diberikan apabila ada
kegiatan seperti penyuluhan.
c. Material (Sarana Kesehatan)
Puskesmas I Kemranjen memiliki 1 Puskesmas induk, untuk
mendukung pelayanan kesehatan di puskesmas, terutama untuk
menjangkau sasaran wilayah selatan, terdapat Puskesmas Pembantu
(PUSTU) di Desa Sibalung. Terdapat Pos Kesehatan Desa (PKD) di
semua desa wilayah Puskesmas I Kemranjen. Puskesmas I Kemranjen
memiliki kemampuan laboratorium kesehatan, memiliki Ruang Gawat
Darurat, dan memiliki 2 buah ambulans. Selain itu tersedia zink dan
oralit di Puskesmas I Kemranjen.
d. Method
Pelaksanaan cakupan penemuan penderita diare langsung dibina
oleh petugas P2M diare. Program pendataan penemuan diare dilakukan di
dalam Puskesmas dan diluar Puskesmas. Kegiatan di dalam Puskesmas
seperti penemuan kasus diare dilaporkan dari pasien rawat jalan di balai
pengobatan umum, pasien rawat inap, serta data dari Puskesmas
Pembantu di Sibalung. Sementara kegiatan di luar Puskesmas berupa
laporan dari pelayanan kesehatan di Poliklinik Desa (PKD). Untuk
kegiatan penyuluhan dilakukan oleh pihak promkes. Peyuluhan di desa
pernah dilakukan 1x di awal tahun 2017 dengan cara masuk ke acara
warga setempat seperti posyandu, namun kegiatan itu belum pernah
berjalan lagi sampai saat ini.
e. Minute
Proses pelaporan dilakukan 1 kali dalam sebulan dari
tenaga kesehatan kepada pemegang program P2M diare di Puskesmas.
f. Market
Sasaran pelaporan kasus diare ini adalah semua penderita diare dari
semua kelompok usia di seluruh wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
2. Proses
a. Perencanaan
Tahap perencanaan program penemuan dan pendataan penyakit
diare dirasa cukup baik karena ada standar operasional prosedur.
b. Pengorganisasian
Kerjasama yang dilakukan terbatas pada bidan desa (PKD),
Puskesmas Pembantu Sibalung, dan Balai Pengobatan di Puskesmas
Kemranjen I.
c. Pelaksanaan program
Pasien yang memiliki gejala diare datang ke Puskesmas, PKD, dan
dokter umum setempat. Pasien yang terdiagnosis diare di data oleh
tenaga kesehatan terkait kemudian data dilaporkan oleh tenaga
kesehatan setiap 1 bulan sekali sebelum tanggal 10 ke pemegang
program P2M diare di Puskesmas.
d. Pengawasan dan penilaian
Pengawasan terhadap penemuan penderita diare dilakukan oleh
petugas kesehatan lingkungan dibantu oleh bidan desa.
3. Output
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengkanian data dari bulan Januari
hingga September 2017, hanya 52,96% angka cakupan penemuan penderita
diare. Capaian penemuan penyakit diare pada tahun 2016 juga hanya
mencapai 79,6%, sedangkan target penemuan penyakit diare adalah 100%.
4. Outcome
Dampak yang dapat dilihat tentang penemuan penderita diare yang
belum mencapai target 100% di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen
adalah masih didapatkan data pasien diare yang meninggal akibat diare.
Pada tahun 2016 terdapat 1 kasus dan pada awal tahun 2017 juga terdapat 1
kasus kematian akibat diare.

B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT)


Berdasarkan target dari Kementerian Kesehatan Indonesia dan Dinas
Kesehatan Jawa Tengah, target Program Penemuan dan Penanganan Diare
yaitu 100%. Namun, penemuan kasus diare di wilayah kerja Puskesmas I
Kemranjen pada tahun 2016 hanya 79,6% dan pada periode Januari-September
2017 baru mencapai 52,96% dari target 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
program penemuan kasus diare masih di bawah standar yang ditetapkan.
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem,
dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kerja) mengalami
masalah atau tidak. Apabila output bermasalah, penyebab masalah dapat
dianalisis dari input dan proses kegiatan untuk dicari alternatif pemecahan
masalah.
1. Strength
a. Puskesmas I Kemranjen memiliki 3 orang dokter umum, 10 perawat yang
dapat melakukan deteksi dini atau mendiagnosa gejala atau tanda diare di
ruang pemeriksaan umum Puskesmas. Selain itu, Puskesmas I
Kemranjen memiliki 15 bidan yang tersebar merata di setiap desa di
wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen. Terdapat satu pemegang
program P2M diare yang memiliki kapabilitas dalam bidang
penemuan kasus diare.
b. Pendataan yang telah dilakukan rutin setiap bulan.
c. Adanya Puskesmas Pembantu di Sibalung yang mempermudah akses
warga untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan di sekitar wilayah
tersebut.
d. Adanya Pos Kesehatan Desa di setiap desa dan tiap PKD dikelola oleh 1
bidan desa.
e. Puskesmas I Kemranjen memiliki 2 ambulans.
f. Puskesmas I Kemranjen memiliki obat-obatan untuk menangani diare
seperti oralit dan zink.
g. Kepala Puskesmas mampu melakukan kepemimpinan yang efektif dan
bertanggungjawab dalam mengambil kebijakan di puskesmas.
h. Ketegasan petugas P2M dalam perekapan data yang dilakukan setiap
bulan.
2. Weakness
a. Belum terdapat kegiatan pelatihan petugas berupa pelatihan mengenai
penatalaksanaan kasus, manajemen program, promosi atau penyuluhan,
jejaring kemitraan, dan pertemuan evaluasi.
b. Kagiatan promosi kesehatan atau penyuluhan mengenai diare masih
dilakukan bersamaan dengan kegiatan kesling atau promkes.
c. Kegiatan di luar Puskesmas yang berupa kegiatan melihat secara
langsung kondisi rumah penderita diare belum berjalan optimal dan
memiliki kelemahan karena yang home visit hanya dilakukan pada
pasien yang sudah mengalami diare beserta komplikasi seperti kematian
yang terjadi di awal tahun 2017 kemarin, sedangkan skrining lingkungan
sekitarnya secara aktif belum dilakukan.
d. Kegiatan pengambilan data pasien diare dari praktik dokter umum atau
praktik swasta mengalami kesulitan karena belum ada kerjasama yang
terbentuk dari kedua belah pihak.
e. Kurangnya kerjasama lintas sektoral seperti tokoh masyarakat yang
berfungsi untuk meningkatkan motivasi dan pengarahan kepada
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesadaran mengenai
pentingnya memeriksakan diri ke tenaga kesehatan ketika mengalami
gejala.
3. Opportunity
a. Beberapa warga desa bersedia menjadi kader desa untuk ikut serta
membantu terlaksananya program P2M diare.
b. Terdapat kegiatan rutin di tingkat RT atau RW yang dapat digunakan
oleh tenaga kesehatan atau kader untuk menyampaikan penyuluhan
mengenai diare.
c. Adanya pemantauan dari kepala Puskesmas dalam bentuk rapat
koordinasi setiap bulan untuk melakukan monitoring dan evaluasi rutin.
4. Treath
a. Belum ada kerjasama yang baik antara masyarakat dengan tenaga
kesehatan dan kader desa terkait pencatatan penemuan penderita diare.
b. Adanya praktik swasta yang kurang optimal dalam pelaporan data terkait
kejadian penyakit diare karena belum terdapat kerjasama dengan
Puskesmas.
c. Banyak masyarakat desa yang sakit hanya membeli obat ke warung.
d. Kader desa masih belum aktif melaporkan ke pemegang program P2M
diare.
e. Pengetahuan masyarakat dan kader tentang diare dan komplikasinya
masih kurang.
IV. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Aspek Isu Strategis


Ketercapaian program cakupan penemuan kasus diare p a d a t a h u n
2016 dan periode bulan Januari-September 2017 yang masih kurang dari target
merupakan salah satu masalah yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas I
Kemranjen. Berdasarkan hasil kajian tersebut, terdapat beberapa permasalahan
yang berhasil diidentifikasi yang dibagi menjadi faktor internal maupun faktor
eksternal.
Faktor internal yaitu 1 programmer memegang program ini dengan
ranah kerjasama lintas sektoral yang masih kurang maksimal. Selain itu,
motivasi kader yang masih kurang dalam rangka home visit, pelaporan kasus,
dan penyampaian laporan kasus penemuan penderita diare juga masih menjadi
masalah.
Faktor eksternal meliputi kerjasama lintas sektoral terutama dengan
praktik dokter atau bidan swasta yang masih belum baik terkait pendataan dan
pelaporan kasus penemuan diare. Selain itu masyarakat yang masih kurang
paham tentang apa itu diare, apa yang harus dilakukan jika ada anggota
keluarga yang menderita diare, dan tanda-tanda diare yang mengalami
komplikasi masih rendah.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan berdasarkan analisis
SWOT, antara lain :
1. Menjalin kerjasama dengan praktik swasta (dokter, bidan), memberikan
lembar persetujuan untuk melaporkan kasus diare setiap bulannya,
memberikan formulir pengisian data penyakit diare yang datang ke praktik
swasta, untuk selanjutnya formulir tersebut dilaporkan kepada petugas yang
memegang program P2M diare.
2. Menjadwalkan rutin pembinaan kader-kader desa yang berisi pelatihan baik
oleh dokter, pemegang program, atau pihak luar seperti Dinas Kesehatan.
3. Pemberian reward setiap 3 bulan sekali kepada kader desa yang paling
optimal dalam pelaporan kasus diare.
4. Kader atau petugas Puskesmas menyebarkan selebaran atau leaflet
mengenai diare hingga komplikasinya saat ada pertemuan seperti Posyandu,
rapat RT, pertemuan PKK, atau pertemuan rutin lainnya.
5. Menjadwalkan rutin program penyuluhan khusus terkait diare yang
dilakukan oleh petugas P2M, bidan desa, atau kader kepada warga desa
untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap diare.
6. Memberdayakan kader untuk melakukan home visit untuk melakukan
skrining penyakit diare dan mencari faktor risiko dari penyakit diare.
7. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga
kebersihan lingkungan sekitar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Program kesehatan lingkungan yang masih memiliki masalah dalam
pelaksanaan dan pencapaiannya salah satunya adalah program cakupan
penemuan kasus diare.
2. Program P2M diare di Puskesmas 1 Kemranjen yaitu program cakupan
penemuan kasus diare.
3. Beberapa hal yang menjadi dasar ketidaktercapaian program tersebut antara
lain:
a. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang terkait dengan pentingnya
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan saat mengalami diare.
b. Kerjasama lintas sektoral yang belum maksimal.
c. Sistem deteksi penyakit diare yang utama masih dilakukan secara pasif.
d. Kegiatan pengambilan data dari praktek dokter umum mengalami
kesulitan karena belum adanya kerjasama yang terbentuk dari kedua
pihak.

B. Saran
1. Menjadwalkan rutin adanya pembinaan kader-kader desa sekaligus
memberikan pelatihan-pelatihan tambahan.
2. Mengadakan kegiatan penyuluhan terkait penyakit diare dan
komplikasinya, serta terkait PHBS yang terjadwal di tiap desa yang
dilaksanakan oleh petugas P2M, bidan desa, maupun kader desa.
3. Mengoptimalkan kegiatan evaluasi program setiap 1 bulan sekali
yang disebut yang diikuti oleh kepala puskesmas, pemegang program P2M
Diare, dokter, perawat, bidan dan karyawan puskemas.
4. Meningkatkan kerjasama dengan tokoh masyarakat dan praktik swasta.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi


Jawa Tengah tahun 2014. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi


Jawa Tengah tahun 2015. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah

Keputusan Menteri Kesehatan Tahun 2011. Pedoman Penyusunan


Perencanaan Sumber Daya Manusia. Jakarta:Setjen Departemen
Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014.


Pusat Kesehatan Masyarakat. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Banyumas. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas 2014.


Banyumas : Dinkes Banyumas.

Puskesmas I Kemranjen. 2016. Profil Kesehatan Puskesmas I Kemranjen 2016.


Banyumas. Puskesmas I Kemranjen

Subdit Pengendalian Diare & Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI.


2011.

Pengendalian Diare di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

You might also like