Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Arifah Mabruroh Prilia G4A016067
Pembimbing Lapangan :
dr. Anggoro Supriyo
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Arifah Mabruroh Prilia G4A016067
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Kesehatan menjadi salah satu layanan sosial dasar yang harus dipenuhi
pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang demi terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja dengan upaya preventif, kuratif dan rehabilitatiif.
Puskesmas berperan sebagai unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
dalam pembangunan kesehatan. Puskesmas juga melaksanakan pembinaan
terhadap peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Diare masih menjadi masalah utama di negara maju maupun negara
berkembang. Setiap anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang akan
mengalami episode diare kurang lebih 3 - 4 kali pertahun. Setiap balita di
Indonesia akan mengalami episode diare kurang lebih 1,6-2 kali per tahun.
Hingga sekarang, penyakit diare adalah penyebab kematian utama balita di
dunia, dimana sebanyak 6 juta anak di dunia meninggal setiap tahun karena
diare (Kemenkes RI, 2014).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai
dengan kematian. Pada tahun 2016 terjadi 3 KLB diare yang tersebar di 3
provinsi, 3 kabupaten, dengan jumlah penderita 198 orang dan kematian 6
orang (CFR 3,04%). Angka tersebut masih belum mencapai target, karena
angka kematian (CFR) saat KLB diharapkan <1% (Kemenkes RI, 2016).
Target cakupan pelayanan penderita diare yang datang ke sarana
kesehatan dan kader kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita
diare (insidensi diare dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam
waktu satu tahun). Insidensi diare nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun
2014 yaitu sebesar 270/1000 penduduk, maka diperkirakan jumlah penderita
diare di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 6.897.463 orang,
sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas
kesehatan adalah sebanyak 3.198.411 orang atau 46,4% target (Kemenkes RI,
2016).
Penemuan kasus diare di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebesar 67,7%,
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu 79,8%. Hal ini
menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Kasus yang
diobati di layanan pemerintah maupun swasta belum semua terlaporkan. Untuk
kasus, berdasarkan gender antara laki-laki dan perempuan lebih banyak
perempuan, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih banyak berhubungan
dengan faktor risiko diare, yang penularannya melalui vekal oral, terutama
berhubungan dengan sarana air bersih, cara penyajian makanan, dan PHBS
(Dinkes Jateng, 2015).
Kabupaten Banyumas memiliki angka penemuan penyakit diare sebesar
65,8% pada tahun 2015. Angka ini masih dibawah standar yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 100% (Dinkes
Jateng, 2015). Kasus diare di kabupaten Banyumas dari tahun ke tahun masih
tetap tinggi dibanding dengan kasus penyakit lainnya. Angka kesakitan diare
Kabupaten Banyumas tahun 2014 dan 2015 adalah 214/1000 penduduk (Profil
Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2015).
Jumlah kasus diare di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen tahun 2016
sebesar 602 kasus, dari target sebanyak 755 kasus atau tercapai 79,6%. Hal ini
menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan karena target
harus mencapai 100% (Profil Kesehatan Puskesmas I Kemranjen, 2016). Pada
bulan Januari-September 2017 penemuan kasus diare baru mencapai 52,96%
dari target 100% sampai akhir tahun atau bulan Desember. Berdasarkan
masalah tersebut maka perlu dianalisa mengenai kekurangan dalam
pelaksanaan program-program puskesmas tersebut.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis masalah kesehatan dan mencari metode pemecahan
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum tentang keadaan kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan penemuan penderita
diare di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
c. Mengetahui secara umum hambatan dan cara mengatasi masalah yang
timbul pada proses program penemuan penderita diare di wilayah kerja
Puskesmas I Kemranjen.
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program penemuan penderita
diare di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program penemuan
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Puskesmas
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk memperbaiki
kekurangan yang masih ada.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi
kinerja program penemuan penderita diare, guna perbaikan program serta
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
c. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja
penemuan penderita diare.
d. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja penemuan penderita diare
ke arah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada
masyarakat dan individu di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana pembelajaran dalam menganalisis suatu permasalahan
kesehatan di masyarakat.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan di masyarakat.
II. ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen merupakan salah satu
bagian dari wilayah Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas,
Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah total 3.571.293 Ha. Wilayah
kerja Puskesmas I Kemranjen terdiri dari 8 desa binaan : Desa Sibalung
(+452.223Ha); Desa Kecila (+417.517Ha); Desa Kedungpring
(+272.672Ha); Desa Sibrama (+278.421Ha); Desa Karangjati
(+172.324Ha); Desa Petarangan (+603.601Ha); Desa Karanggintung
(+480.725Ha); dan Desa Karangsalam (+ 893.800Ha).
Desa terluas di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen adalah Desa
Karangsalam. Desa terkecil adalah Desa Karangjati. Desa yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa Kecila sebesar 1477 per km2 .
Topografi desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen
sekitar 40 % merupakan daerah dataran tinggi/pegunungan.
A. Analisis Sistem
1. Input
a. Man (Tenga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan sebuah indikator penting dalam
mencapai keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga
kesehatan dalam wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen adalah sebagai
berikut :
1) Tenaga Medis
Tenaga medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam
wilayah Puskesmas I Kemranjen ada 4 (empat) orang, yaitu tiga
dokter umum dan satu dokter gigi yang bekerja di Puskesmas I
Kemranjen, sedangkan dokter spesialis belum ada. Menurut standar
Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan
perkotaan rawat inap minimal memiliki 2 dokter dan 1 dokter gigi
sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
2) Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi pada Puskesmas I Kemranjen sebanyak 2 (dua)
orang. Menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun
2014 puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki 2
tenaga kefarmasian sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah
memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
3) Tenaga Bidan
Tenaga kebidanan di Puskesmas I Kemranjen jumlahnya 15
orang. Menurut standar Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014,
puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki 7 bidan
sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
4) Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas I Kemranjen
jumlahnya ada 14 orang. Standar Peraturan Menteri Kesehatan no.
75 tahun 2014, puskesmas kawasan perkotaan rawat inap minimal
memiliki 8 perawat sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah
memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
5) Tenaga Gizi
Tenaga gizi di Puskesmas I Kemranjen jumlahnya 1 orang.
Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas
kawasan perkotaan rawat inap minimal memiliki 2 tenaga gizi
sehingga Puskesmas I Kemranjen belum memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
6) Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tenaga kesehatan lingkungan ada 1 (satu) orang. Standar
Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan
perkotaan rawat inap minimal memiliki 1 tenaga kesehatan
lingkungan sehingga Puskesmas I Kemranjen sudah memenuhi
standar ketenagaan puskesmas.
b. Money (Pembiayaan kesehatan)
Sumber daya pembiayaan Puskesmas berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Untuk tahun 2016 dana yang bersumber dari
APBD sebanyak Rp 2.540.049.494,00 dan yang bersumber dari APBN
sebesar Rp 297.780.000,00 sebagai dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK). Anggaran untuk program penemuan penderita diare sendiri
belum ada dikarenakan biasanya pendanaan diberikan apabila ada
kegiatan seperti penyuluhan.
c. Material (Sarana Kesehatan)
Puskesmas I Kemranjen memiliki 1 Puskesmas induk, untuk
mendukung pelayanan kesehatan di puskesmas, terutama untuk
menjangkau sasaran wilayah selatan, terdapat Puskesmas Pembantu
(PUSTU) di Desa Sibalung. Terdapat Pos Kesehatan Desa (PKD) di
semua desa wilayah Puskesmas I Kemranjen. Puskesmas I Kemranjen
memiliki kemampuan laboratorium kesehatan, memiliki Ruang Gawat
Darurat, dan memiliki 2 buah ambulans. Selain itu tersedia zink dan
oralit di Puskesmas I Kemranjen.
d. Method
Pelaksanaan cakupan penemuan penderita diare langsung dibina
oleh petugas P2M diare. Program pendataan penemuan diare dilakukan di
dalam Puskesmas dan diluar Puskesmas. Kegiatan di dalam Puskesmas
seperti penemuan kasus diare dilaporkan dari pasien rawat jalan di balai
pengobatan umum, pasien rawat inap, serta data dari Puskesmas
Pembantu di Sibalung. Sementara kegiatan di luar Puskesmas berupa
laporan dari pelayanan kesehatan di Poliklinik Desa (PKD). Untuk
kegiatan penyuluhan dilakukan oleh pihak promkes. Peyuluhan di desa
pernah dilakukan 1x di awal tahun 2017 dengan cara masuk ke acara
warga setempat seperti posyandu, namun kegiatan itu belum pernah
berjalan lagi sampai saat ini.
e. Minute
Proses pelaporan dilakukan 1 kali dalam sebulan dari
tenaga kesehatan kepada pemegang program P2M diare di Puskesmas.
f. Market
Sasaran pelaporan kasus diare ini adalah semua penderita diare dari
semua kelompok usia di seluruh wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen.
2. Proses
a. Perencanaan
Tahap perencanaan program penemuan dan pendataan penyakit
diare dirasa cukup baik karena ada standar operasional prosedur.
b. Pengorganisasian
Kerjasama yang dilakukan terbatas pada bidan desa (PKD),
Puskesmas Pembantu Sibalung, dan Balai Pengobatan di Puskesmas
Kemranjen I.
c. Pelaksanaan program
Pasien yang memiliki gejala diare datang ke Puskesmas, PKD, dan
dokter umum setempat. Pasien yang terdiagnosis diare di data oleh
tenaga kesehatan terkait kemudian data dilaporkan oleh tenaga
kesehatan setiap 1 bulan sekali sebelum tanggal 10 ke pemegang
program P2M diare di Puskesmas.
d. Pengawasan dan penilaian
Pengawasan terhadap penemuan penderita diare dilakukan oleh
petugas kesehatan lingkungan dibantu oleh bidan desa.
3. Output
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengkanian data dari bulan Januari
hingga September 2017, hanya 52,96% angka cakupan penemuan penderita
diare. Capaian penemuan penyakit diare pada tahun 2016 juga hanya
mencapai 79,6%, sedangkan target penemuan penyakit diare adalah 100%.
4. Outcome
Dampak yang dapat dilihat tentang penemuan penderita diare yang
belum mencapai target 100% di wilayah kerja Puskesmas I Kemranjen
adalah masih didapatkan data pasien diare yang meninggal akibat diare.
Pada tahun 2016 terdapat 1 kasus dan pada awal tahun 2017 juga terdapat 1
kasus kematian akibat diare.
A. Kesimpulan
1. Program kesehatan lingkungan yang masih memiliki masalah dalam
pelaksanaan dan pencapaiannya salah satunya adalah program cakupan
penemuan kasus diare.
2. Program P2M diare di Puskesmas 1 Kemranjen yaitu program cakupan
penemuan kasus diare.
3. Beberapa hal yang menjadi dasar ketidaktercapaian program tersebut antara
lain:
a. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang terkait dengan pentingnya
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan saat mengalami diare.
b. Kerjasama lintas sektoral yang belum maksimal.
c. Sistem deteksi penyakit diare yang utama masih dilakukan secara pasif.
d. Kegiatan pengambilan data dari praktek dokter umum mengalami
kesulitan karena belum adanya kerjasama yang terbentuk dari kedua
pihak.
B. Saran
1. Menjadwalkan rutin adanya pembinaan kader-kader desa sekaligus
memberikan pelatihan-pelatihan tambahan.
2. Mengadakan kegiatan penyuluhan terkait penyakit diare dan
komplikasinya, serta terkait PHBS yang terjadwal di tiap desa yang
dilaksanakan oleh petugas P2M, bidan desa, maupun kader desa.
3. Mengoptimalkan kegiatan evaluasi program setiap 1 bulan sekali
yang disebut yang diikuti oleh kepala puskesmas, pemegang program P2M
Diare, dokter, perawat, bidan dan karyawan puskemas.
4. Meningkatkan kerjasama dengan tokoh masyarakat dan praktik swasta.
DAFTAR PUSTAKA