Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
SITTI MASITHA S SAFI (201510300511032)
1
2
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN POST PARTUM (NIFAS) NORMAL
A. Pengertian
Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah 6 minggu (Mansjoer, 2000).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, Abdul Bari, 2007).
B. Periode Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya mencapainya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil/waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
C. Perubahan Fisik
Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan sebelum
hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks, vagina
dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini disebut
dengan involusi uterus yaitu :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan
kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh
darah tertutup karena kontraksi otot.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6
sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama
dengan lochia.
3
3. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
4. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena
ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak
kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah
dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis
darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa nifas.
D. Perubahan Psikologis
Pada nifas terdapat tiga fase adaptasi.
1. Taking in (0 – 2 hari)
a. Ibu bersikap tergantung
b. Pasif
c. Fokus pada diri sendiri
2. Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)
a. Tergantung atau tidak tergantung
b. Fokus melibatkan bayi
c. Melakukan peran diri sendiri
3. Letting go (minggu ke 5 – 8)
a. Independen ada peran yang baru
b. Tubuh ibu telah sembuh
5
4) Pembukaan serviks
a. Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan
konsistensinya lunak.
b. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
segera setelah melahirkan.
c. 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri setelah 2 jam pasca persalinan.
d. 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri setelah 1 minggu.
5) Endometrium
a. Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta.
6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
a. Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
b. Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua
pasca persalinan harus dilakukan latihan senam.
c. Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca
persalinan.
d. Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya
kira-kira setelah 3 minggu.
7) Luka dan infeksi
a. Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka
pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
b. Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila
berlanjut dapat menimbulkan sepsis.
2. Suhu badan pasca persalinan
1) Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi
tidak lebih dari 39 derajat celsius.
2) Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama
melahirkan.
3) Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,, mungkin ada infeksi.
7
3. Nadi
1) Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.
2) Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.
3) Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada penyakit jantung.
4) Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu
badan.
4. Hemokonsentrasi
Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan.
5. Laktasi
Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya
produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca persalinan. Pada hari
pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu,
mengandung banyak protein albumin, globulin dan benda-benda kolostrum.
Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua
mammae hingga tertekan atau memberikan bromokriptin hingga hormon
laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi selama masa laktasi ialah
:
1) Puting rata
a. Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu.
b. Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2) Puting lecet
a. Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan
payudara yang tidak benar dan infeksi monilia.
b. Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar,
puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia
diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet.
c. Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan
dengan tangan atau dipompa.
3) Payudara bengkak
a. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
8
I. Penatalaksanaan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
12
Pada ibu
1. 6 – 12 jam
a. Kehilangan darah
b. Nyeri
c. Tekanan darah
d. Tanda bahaya
2. 3 – 6 hari
a. Breast care
b. Suhu/infeksi
c. Lokia
d. Mood
3. 6 minggu
a. Pemulihan
b. Anemia
c. Kontrasepsi
4. 6 bulan
a. Kesehatan umum
b. Kontrasepsi
c. Morbiditas lanjut
(Saifuddin, Abdul Bari, 2008).
L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
1.) Kesehatan umum menanyakan bagaimana perasaan ibu
2.) Tanda vital
a.) Suhu
Peningkatan suhu tubuh masa nifas disebabkan oleh dehidrasi akibat
keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Selain itu disebabkan oleh
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Pada
umumnya suhu tubuh kembali normal setelah 12 jam post partum.
b.) Denyut nadi dan pernapasan
Nadi antara 60 sampai 80 x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit
mengindikasikan adanya infeksi. Pernapasan normal 20 sampai 30
x/menit, beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai 40-50 x/menit.
18
b. Pengkajian psikologis
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama
masa nifas, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup
sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan.
Depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues. Post partum
blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Pada
sebagian kasus tidak diperlukan terapi yang efektif, kecuali antisipasi,
pemahaman, dan rasa aman. Emosi yang labil ditingkatkan oleh
ketidaknyamanan fisik. Post partum blues umumnya terjadi sekitar hari
ketiga hingga kelima post partum. Seorang wanita yang mengalami
perasaan kehilangan fisik setelah melahirkan dapat menimbulkan duka cita
yang bersifat normal. Tiga tahap duka cita yaitu :
1.) Tahap pertama
Syok yang merupakan respon awal individual terhadap kehilangan.
2.) Tahap kedua
Vase realitas penerimaan fakta kehilangan.
3.) Tahap ketiga
Tahap membuat hubungan baru yang signifikan. Selama periode ini,
orang yang berduka cita menerima kehilangan dan individu kembali
pada keadaan normal.
c. Riwayat kesehatan
Dalam mengkaji riwayat kesehatan ibu perlu mengkaji hal-hal berikut:
1.) Bagaimana perasaannya, termasuk mood (suasana hati) dan
perasaannya menjadi orang tua.
2.) Keluhan atau masalah yang sekarang dirasakan.
3.) Kesulitan dalam berkemih atau defekasi.
20
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-6 dan minggu
ke-2 sampai minggu ke-6 pasca persalinan :
1.) Melakukan pemeriksaan tanda vital
2.) Melakukan pemeriksaan payudara, periksa apakah terdapat benjolan
dan pembesaran kelenjar atau abses, serta keadaan puting.
3.) Melakukan pemeriksaan abdomen
4.) Melakukan pemeriksaan kaki apakah ada varises, warna kemerahan
pada betis, edema
5.) Melakukan pemeriksaan genetalia, lochea dan perineum
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pasca persalinan,
adanya luka insisi post SC
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
d. Cemas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi
e. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, adanya luka post SC
3. Intervensi :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien
mampu mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
dengan kriteria hasil :Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan,
masukan dan pengeluaran seimbang.
21
Intervensi :
1.) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya
tetap terlentang.
Rasional : dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return
dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2.) Monitor tanda vital.
Rasional : perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat.
3.) Monitor intake dan output setiap 5 - 10 menit.
Rasional : perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi
ginjal.
4.) Evaluasi kandung kencing.
Rasional : kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus.
5.) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya
diletakan diatas simpisis.
Rasional : massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu
pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya
inversio uteri.
6.) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum.
Rasional : trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum
meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi
laserasi pada serviks/perineum atau terdapat hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan
cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera
kolaborasi.
7.) Berikan infus atau cairan intravena.
Rasional : cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular.
Intervensi :
1.) Beri posisi yang nyaman pada pasien.
Rasional: meningkatkan relaksasi/meminimalkan stimulus.
2.) Berikan kompres hangat di perut klien.
Rasional : vasodilatasi pembuluh darah mengurangi rasa nyeri.
3.) Anjurkan klien tetap untuk menyusui anaknya.
Rasional : mencegah agar payudara tidak bengkak.
4.) Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral.
5.) Kolaborasi,pemebrian analgetik.
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.
Daftar Pustaka
Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih Bahasa
: Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan : Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Saifuddin A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo