You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN POST PARTUM (NIFAS) NORMAL

Oleh:
SITTI MASITHA S SAFI (201510300511032)

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

1
2

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN POST PARTUM (NIFAS) NORMAL

A. Pengertian
Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah 6 minggu (Mansjoer, 2000).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, Abdul Bari, 2007).

B. Periode Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya mencapainya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil/waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

C. Perubahan Fisik
Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan sebelum
hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks, vagina
dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini disebut
dengan involusi uterus yaitu :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan
kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh
darah tertutup karena kontraksi otot.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6
sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama
dengan lochia.
3

5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan


endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
6. Kesembuhan kesempurnaan pada saat akhir masa nifas.

Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu:


1. Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi,
selain itu juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-
5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat,
sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi
plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi plasenta
merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam
kavum uteri, segera setelah persalinan.
Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
1) Involusi Tinggi fundus Berat uterus
2) Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
3) 7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
4) 14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
5) 42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
6) 56 hari (minggu) normal 50gr
4

3. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
4. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena
ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak
kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah
dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis
darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa nifas.

D. Perubahan Psikologis
Pada nifas terdapat tiga fase adaptasi.
1. Taking in (0 – 2 hari)
a. Ibu bersikap tergantung
b. Pasif
c. Fokus pada diri sendiri
2. Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)
a. Tergantung atau tidak tergantung
b. Fokus melibatkan bayi
c. Melakukan peran diri sendiri
3. Letting go (minggu ke 5 – 8)
a. Independen ada peran yang baru
b. Tubuh ibu telah sembuh
5

E. Perawatan dan Hal-Hal yang Terjadi Selama Nifas


Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca
persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8
jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis. Ibu dan
bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan
senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan
dan hari kelima dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus bermutu
tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah.
Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas :
1. Genitalia interna dan eksterna
Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil, yang disebut involusi.
1) Fundus uteri
a. Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.
b. Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.
c. Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat
pada hari ke-5.
d. Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari.
2) Bekas implantasi plasenta
a. Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang
berdiameter 7,5 cm.
b. Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
c. Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
d. Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu.
3) Berat uterus
a. Berat uterus normal kira-kira 30 gram.
b. Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram.
c. Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan.
d. Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan.
e. Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan.
6

4) Pembukaan serviks
a. Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan
konsistensinya lunak.
b. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
segera setelah melahirkan.
c. 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri setelah 2 jam pasca persalinan.
d. 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri setelah 1 minggu.
5) Endometrium
a. Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta.
6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
a. Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus berangsur-angsur kembali seperti semula.
b. Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua
pasca persalinan harus dilakukan latihan senam.
c. Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca
persalinan.
d. Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya
kira-kira setelah 3 minggu.
7) Luka dan infeksi
a. Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka
pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
b. Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila
berlanjut dapat menimbulkan sepsis.
2. Suhu badan pasca persalinan
1) Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi
tidak lebih dari 39 derajat celsius.
2) Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama
melahirkan.
3) Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,, mungkin ada infeksi.
7

3. Nadi
1) Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.
2) Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.
3) Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada penyakit jantung.
4) Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu
badan.
4. Hemokonsentrasi
Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan.
5. Laktasi
Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya
produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca persalinan. Pada hari
pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu,
mengandung banyak protein albumin, globulin dan benda-benda kolostrum.
Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua
mammae hingga tertekan atau memberikan bromokriptin hingga hormon
laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi selama masa laktasi ialah
:
1) Puting rata
a. Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu.
b. Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2) Puting lecet
a. Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan
payudara yang tidak benar dan infeksi monilia.
b. Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar,
puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia
diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet.
c. Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan
dengan tangan atau dipompa.
3) Payudara bengkak
a. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
8

b. Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat,


ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik.
4) Mastitis
a. Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang biasanya
terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
b. Penatalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian
antibiotik dan analgesik, menyusui tidak dihentikan.
5) Abses payudara
a. Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesik.
6) Bayi tidak suka menyusui
a. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga
mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui
diselang-seling dengan susu botol, puting rata dan terlalu kecil atau
bayi mengantuk.
b. Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering,
memijat payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi
terlentang dan bayi ditaruh diatas payudara.
c. Pada bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian dot botol dan
gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI.
d. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI,
usahakan agar bayi terbangun.
6. Mulas
a. Perasaan mulas sesudah partus akibat konntraksi uterus kadang sangat
mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering
pada multipara dibanding primipara.
b. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusuui, dapat pula timbul bila
masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah
dalam kavum uteri.
c. Pasien dapat diberikan analgesik atau sedatif.
9

7. Serviks, uterus dan adneksa


a. Keadaan serviks, uterus, dan adneksa billa ada perdarahan, biasanya
karena involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah baring
untuk menghentikan perdarahan.
b. Bila serviks tampak hiperemis, meradang,, ada erosi dan curiga ke arah
keganasan, lakukan pemeriksaan sitologi.
c. Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik dan
dapat juga dengan bedah beku.
8. Lochea
a. Loochea adalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
b. Hari pertama dan kedua terdapat lochea ruubra atau lokia kruenta, terdiri
dari darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
c. Hari berikutnya keluar lochea sanguinolennta berupa darah bercampur
lendir.
d. Setelah 1 minggu, keluar lochea serosa beerwarna kuning dan tidak
mengandung darah.
e. Setelah 2 minggu, keluar lochea alba yangg hanya berupa cairan putih.
f. Biasanya lochea berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin terjadi
lokiostasis (lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi.
9. Miksi
a. Miksi harus secepatnya dilakukan sendirii.
b. Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan
kateterisasi.
c. Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.
d. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
10. Defekasi
a. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan.
b. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun
di rektum, mungkin terjadi febris.
10

c. Lakukan klisma atau berikan laksan perorral.


d. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi.
11. Latihan senam
Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
a. Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan
menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut.
b. Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh kembali.
c. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan otot seperti
menahan miksi dan defekasi.
d. Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkann badan sambil tangan
berusaha menyentuh tumit.

Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan.


Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan
putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih
apakah ada rektokel, tonus otot sfingter ani dan adanya fluor albus.
Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan
pasca persalinan dan eklampsia puerpurale.

F. Tanda-Tanda Normal pada Lochia


1. Lochia merah
Adalah lochia yang keluar pada 3 – 4 hari pertama yang disebabkan
oleh darah yang berasal dari tempat plasenta.
2. Lochia Serosa
Adalah lochia yang berwarna merah muda keluar pada hari ke 5 – 9
pada masa nifas. Hal ini disebabkan oleh semakin sedikit darah yang
terkandung didalam lochia dan jumlah serum semakin banyak mengandung
banyak leucocytes.
3. Lochia putih
Adalah lochia yang mengandung leucocytes, servical mucus dan
runtuhan dari jaringan penyembuhan.
11

G. Tanda Normal pada Payudara


1. Pada 3 – 4 hari pertama payudara akan menjadi lebih berat dan mengalami
pembesaran.
2. Pembesaran akan berhenti ketika bayi mulai menetek.
3. Bagi ibu yang tidak menyusui, pembesaran akan berhenti dan cenderung
menurun seiring dengan menurunnya produksi ASI yang disebabkan proses
pengeluarannya tidak mendapat rangsangan dari hisapan bayi.

H. Tanda Bahaya Postpartum


1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah/tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
9. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
10. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
11. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

I. Penatalaksanaan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
12

c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya


dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya
b. Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat
membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul
kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan
satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
13

2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.


Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan
sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap
dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
14

3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga


putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 %
kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
15

a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,


pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh
dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran
barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya,
keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini.

J. Elemen Kunci Pelayanan Kesehatan Pascapersalinan


Pada bayi :
1. 6 – 12 jam
a. Nafas
b. Kehangatan
c. Minum
d. Tali pusat
e. Imunisasi
2. 3 – 6 hari
a. Minum
b. Infeksi
c. Tes rutin
3. 6 minggu
a. Berat badan
b. Pemberian minum
c. Imunisasi
4. 6 bulan
a. Tumbuh kembang
b. Weaning
16

Pada ibu
1. 6 – 12 jam
a. Kehilangan darah
b. Nyeri
c. Tekanan darah
d. Tanda bahaya
2. 3 – 6 hari
a. Breast care
b. Suhu/infeksi
c. Lokia
d. Mood
3. 6 minggu
a. Pemulihan
b. Anemia
c. Kontrasepsi
4. 6 bulan
a. Kesehatan umum
b. Kontrasepsi
c. Morbiditas lanjut
(Saifuddin, Abdul Bari, 2008).

K. Pengawasan Kala Akhir Nifas


Setelah persalianan wanita akan mengalami masa pueperium, untuk dapat
mengembalikan alat genetalia interna ke dalam keadaan normal, dengan
tenggang waktu sekitar 42 hari atau 6 minggu atau satu bulan tujuh hari.
Pemeriksaan akhir kala nifas (postpartum) sangat penting karena dapat
digunakan untuk melakukan pemeriksaan khusus sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan Pap Smear untuk mencari kemungkinan kelainan
sitologi sel serviks atau endometrium.
2. Menilai seberapa jauh involusi uterus.
3. Melakukan pemeriksaan inspekulo, sehingga dapat menilai perlakuan
postpartum.
17

4. Mempersiapakn untuk mempergunakan metode KB.


Dalam masyarakat sering terdapat salah mengerti diantaranya :
1. Merasa postpartum akan berjalan dengan normal, sehingga tidak
memerlukan pemeriksaan tambahan.
2. Pemakaian KB memerlukan menstruasi dulu.
3. Khusus untuk kontap wanita, diperlukan hamil lagi.
Salah pengertian masyarakat perlu diperbaikai dengan memberikan
penjelasan untuk meningkatkan kesehatan alat reproduksinya, sehingga cukup
sehat untuk dapat hamil kembali.
1. Pemeriksaan postpartum sangat penting terutama untuk mencari
kemungkinan perlukaan serviks, yang memerlukan pengobatan, yaitu
ditutul dengan nitrasargenti, ditutul dengan albutyl tincura, atau pengobatan
dengan termokauter dan cryosurgery ( membekukan ).
2. Membicarakan tentang keluarga berencana.
3. Bersamaan dengan pemeriksaan postpartum, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan bayi, penimbangan bahkan untuk imunisasi.

L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
1.) Kesehatan umum menanyakan bagaimana perasaan ibu
2.) Tanda vital
a.) Suhu
Peningkatan suhu tubuh masa nifas disebabkan oleh dehidrasi akibat
keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Selain itu disebabkan oleh
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Pada
umumnya suhu tubuh kembali normal setelah 12 jam post partum.
b.) Denyut nadi dan pernapasan
Nadi antara 60 sampai 80 x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit
mengindikasikan adanya infeksi. Pernapasan normal 20 sampai 30
x/menit, beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai 40-50 x/menit.
18

c.) Tekanan darah


Pada beberaapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum,
tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak
ada penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
3.) Payudara
Pada payudara terjadi proses laktasi, dalam hal melakukan pengkajian
fisik dengan perabaan apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar,
atau abses serta bagaimana keadaan puting.
4.) Uterus
Perubahan dalam uterus meliputi involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses ketika uterus kembali kekondisi sebelum hamil
dengan bobot hanya 60 gram.
5.) Kandung kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan karena
reflek penekanan aktivitas yang disebabkan oleh tekanan pada kandung
kemih selama melahirkan. Kehamilan menyebabkan dilatasi dan
peregangan pelvis renalis dan ureter, tetapi akan kembali normal pada
minggu ke empat.
6.) Genetalia/perinium
Setelah persalinan, vagina meregang dan membentuk lorong berdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil, tetapi jarang
kemballi ke ukuran nuli para. Kadang-kadang pada persalinan lama,
ditemukan edema dan memar pada dinding vagina. Rugai terlihat
kembali pada minggu ke tiga, himen muncul sebagai jaringan kecil
yang selama proses sikatrisasi diubah menjadi karunkulae mirtiformis
yang merupakan ciri khas wanita yang pernah melahirkan.
7.) Lochea
Muncul pada hari pertama sampai keempat masa post partum,
warnanya merah dan mengandung darah dari robekan atau luka pada
bekas implantasi plasenta dan serabut dari desidua dan korion.
19

8.) Ekstremitas bawah


Pada pengkajian ekstremitas bawah, lakukan pemeriksaan kaki apakah
ada varises, warna kemerahan pada betis, atau edema.

b. Pengkajian psikologis
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama
masa nifas, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup
sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan.
Depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues. Post partum
blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Pada
sebagian kasus tidak diperlukan terapi yang efektif, kecuali antisipasi,
pemahaman, dan rasa aman. Emosi yang labil ditingkatkan oleh
ketidaknyamanan fisik. Post partum blues umumnya terjadi sekitar hari
ketiga hingga kelima post partum. Seorang wanita yang mengalami
perasaan kehilangan fisik setelah melahirkan dapat menimbulkan duka cita
yang bersifat normal. Tiga tahap duka cita yaitu :
1.) Tahap pertama
Syok yang merupakan respon awal individual terhadap kehilangan.
2.) Tahap kedua
Vase realitas penerimaan fakta kehilangan.
3.) Tahap ketiga
Tahap membuat hubungan baru yang signifikan. Selama periode ini,
orang yang berduka cita menerima kehilangan dan individu kembali
pada keadaan normal.

c. Riwayat kesehatan
Dalam mengkaji riwayat kesehatan ibu perlu mengkaji hal-hal berikut:
1.) Bagaimana perasaannya, termasuk mood (suasana hati) dan
perasaannya menjadi orang tua.
2.) Keluhan atau masalah yang sekarang dirasakan.
3.) Kesulitan dalam berkemih atau defekasi.
20

4.) Perasaannya tentang persalinan dan kelahiran bayinya.


5.) Penjelasan tentang kelahiran: adakah komplikasi, laserasi, episiotomi.
6.) Suplemen zat besi : adakah ia mendapat tablet zat besi.
7.) Pemberian ASI : apakah berhasil,adakah kesulitan.

d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-6 dan minggu
ke-2 sampai minggu ke-6 pasca persalinan :
1.) Melakukan pemeriksaan tanda vital
2.) Melakukan pemeriksaan payudara, periksa apakah terdapat benjolan
dan pembesaran kelenjar atau abses, serta keadaan puting.
3.) Melakukan pemeriksaan abdomen
4.) Melakukan pemeriksaan kaki apakah ada varises, warna kemerahan
pada betis, edema
5.) Melakukan pemeriksaan genetalia, lochea dan perineum

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pasca persalinan,
adanya luka insisi post SC
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
d. Cemas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi
e. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, adanya luka post SC

3. Intervensi :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien
mampu mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
dengan kriteria hasil :Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan,
masukan dan pengeluaran seimbang.
21

Intervensi :
1.) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya
tetap terlentang.
Rasional : dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return
dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2.) Monitor tanda vital.
Rasional : perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat.
3.) Monitor intake dan output setiap 5 - 10 menit.
Rasional : perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi
ginjal.
4.) Evaluasi kandung kencing.
Rasional : kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus.
5.) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya
diletakan diatas simpisis.
Rasional : massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu
pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya
inversio uteri.
6.) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum.
Rasional : trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum
meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi
laserasi pada serviks/perineum atau terdapat hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan
cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera
kolaborasi.
7.) Berikan infus atau cairan intravena.
Rasional : cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular.

b. Nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pasca


persalinan,adanya luka insisi post SC
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit nyeri
klien berkurang dengan kriteria hasil :skala nyeri klien berkurang, wajah
klien tampak rileks.
22

Intervensi :
1.) Beri posisi yang nyaman pada pasien.
Rasional: meningkatkan relaksasi/meminimalkan stimulus.
2.) Berikan kompres hangat di perut klien.
Rasional : vasodilatasi pembuluh darah mengurangi rasa nyeri.
3.) Anjurkan klien tetap untuk menyusui anaknya.
Rasional : mencegah agar payudara tidak bengkak.
4.) Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral.
5.) Kolaborasi,pemebrian analgetik.
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tanda
vital dan gas darah dalam batas normal dengan kriteria hasil : mukosa
bibir,gusi,dan lidahtidak pucat,
Intervensi :
1.) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit.
Rasional : perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada
tanda vital.
2.) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit.
Rasional : dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi
di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu
kulit yang dingin.
3.) Kaji ada/tidak adanya produksi ASI.
Rasional :perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana
diperlukan dalam produksi ASI.
4.) Tindakan kolaborasi :monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar
gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan).
Rasional : berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk
memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan).
23

d. Cemas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, klien
dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dengan kriteria hasil
klien mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang, klien tampak
rileks.
Intervensi :
1.) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan.
Rasional : persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya.
2.) Kaji respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, gemetar).
Rasional : perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon
fisiologis.
3.) Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung.
Rasional : memberikan dukungan emosi.
4.) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan.
Rasional : informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut
yang tidak diketahui.
5.) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya.
Rasional : ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas.

e. Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan, adanya luka post SC


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak
terjadi infeksi dengan kriteria hasil : lokea tidak berbau dan TTV dalam
batas normal.
Intervensi :
1.) Catat perubahan tanda vital.
Rasional : Perubahan tanda vital (suhu) merupakan indikasi terjadinya
infeksi.
2.) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang
lembek, dan nyeri panggul.
Rasional : tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya
bakterimia, shock yang tidak terdeteksi.
24

3.) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea.


Rasional : infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran
lochea yang berkepanjangan.
4.) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi
saluran nafas, mastitis dan saluran kencing.
Rasional : infeksi di tempat lain memperburuk keadaan.
5.) Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah.
Rasional : pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan
dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan
resiko infeksi.
6.) Tindakan kolaborasi.
a.) Berikan zat besi (anemi memperberat keadaan).
b.) Beri antibiotika (pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk
keadaan infeksi).
25

Daftar Pustaka

Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih Bahasa
: Yasmin Asih. Jakarta : EGC

Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi.


Jakarta : Trans Info media

Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan : Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Saifuddin A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Wilkinson, JM 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC


dan Kriteria Hasil Noc, trans. Widyawati, AS at al.EGC, Jakarta

You might also like