You are on page 1of 25

Makalah Discovery Learning (DL)

“Memahami Tentang Keperawatan Keluarga ”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas 3
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Kelas A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
Daftar Nama Kelompok

Risma Hanifah 11151040000006


Kurnia Auliyaa Wati 11151040000009
Nita Rahmawati 11151040000014
Nurul Istiqomah 11151040000019
Rima Fetiani 11151040000021
Annisa Putri Shabira 11151040000026
Rita Afriyani 11151040000027
Maulina Sari 11151040000033
Rachmawati Dewi 11151040000034
Benita Dwininditya 11151040000047
Nurhasanah 11151040000050
John Faisal Noer 11151040000109

[Type text] Page 2


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah Makalah Discovery
Learning 1 (DL) Tentang “Memahami tentang keperawatan keluarga”, ini akhirnya dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Kami sadar bahwasanya masih banyaknya kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Untuk itu kami meminta maaf atas segala kekurangan.
Dengan disusunnya makalah ini kami berharap makalah ini dapat berguna khususnya
bagi kami sebagai penyusun dalam mempelajari dan memahami tentang keperawatan keluarga
Semoga makalah ini dapat dipahami dan dipelajari bagi siapapun yang membacanya. Sekian
kata pengantar yang dapat kami sampaikan akhirul kalam wassalamualaikum. wr.wb.

Ciputat, April 2018

Penyusun

Kelompok 1

[Type text] Page 3


DAFTAR ISI

Daftar Nama Kelompok .......................................................................................................................... 2


KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 4
BAB I ...................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 5
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 5
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
1.3. Tujuan Umum ......................................................................................................................... 6
1.4. Tujuan Khusus ........................................................................................................................ 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 7
2.1. Sejarah Keperawatan Keluarga ............................................................................................... 7
2.2. Definisi.................................................................................................................................... 8
2.3. Tipe atau Jenis Keluarga ....................................................................................................... 10
2.4. Struktur Keluarga .................................................................................................................. 11
2.5. Peran Keluarga ...................................................................................................................... 13
2.6. Fungsi Keluarga .................................................................................................................... 13
2.7. Tahap-tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga ........................................ 15
2.8. Tujuan Keperawatan Keluarga dan Perkembangan Keperawatan Keluarga ........................ 19
BAB III................................................................................................................................................. 24
PENUTUP............................................................................................................................................ 24
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 25

[Type text] Page 4


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan


sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.Keluarga
merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan,
kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan
menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami


kemajuan. Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep
keperawatan di Negara Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah
Belanda yang mendirikan dinas kesehatan rakyat (saat itu disebut BGD). Melalui
kedua dinas tersebut pemerintah beanda merekrut perawat dari penduduk pribumi.
Sejak saat itu banyak sekali istilah-istilah keperawatan Indonesia yang
mengadopsi bahasa Belanda. Sampai sekarang masih sering kita dengar istilah
Belanda tersebut, misalnya nierbeken (bengkok), laken (sprei), bovenlaken (kain
penutup), warm-water zak (buli-buli hangat), liskap (buli-buli dingin), scheren
(gunting/cukur), dll.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Keperawatan Keluarga ?
2. Bagaimana tipe Keperawatan Keluarga ?
3. Bagaimana jenis Keperawatan Keluarga ?

[Type text] Page 5


4. Bagaimana peran Keperawatan Keluarga ?

1.3. Tujuan Umum


1. Dapat menejelaskan definisi Keperawatan Keluarga
2. Dapat menejelaskan dan mengerti tipe Keperawatan Keluarga
3. Dapat mengetahui jenis tipe Keperawatan Keluarga
4. Dapat mengetahui peranan tipe Keperawatan Keluarga

1.4. Tujuan Khusus


Untuk memenuhi tugas Discovery Learning (DL) Modul Keperawatan Komunitas.

[Type text] Page 6


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Keperawatan Keluarga

Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia

Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan


Belanda sampai pada masa kemerdekaan.

1. Masa Penjajahan Belanda


Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada
masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi
yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang
sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial
Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas
Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan
Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena
tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan
adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat
kesehatan penduduk pribumi antara lain:
1) Pencacaran umum
2) Cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
3) Kesehatan para tahanan

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk


lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan
pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo

[Type text] Page 7


(RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit-rumah sakit hampir bersamaan
yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di
Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-
sekolah perawat.

3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)


Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan
dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan
dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh
Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah
sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan
sekolah perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai
didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan
(FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK (Program Studi Ilmu
Keperawatan) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di
Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian
muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.

2.2. Definisi
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan
lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali,
2010).

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan


sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan

[Type text] Page 8


perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.Keluarga
merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan,
kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan
menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui


pertalian darah, adopsi atau perkawinan. (WHO, dalam Harmoko 2012). Keluarga
adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan
yang konsisten dan hubungan yang erat. (Helvie, dalam Harmoko 2012).

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan


perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto, 2007).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekumpulan


orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam satu
rumah.

Dari pengertian diatas tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa


karakteristik keluarga dalah sebagai berikut :

1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi.
2. Anggoata keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial, suami, istri, anak, kakak, adik.
4. Mempunyai tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan sistem.


Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua
individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut.

Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, intelerasi dan interdependensi


untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga
dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu: lingkungan atau masyarakat dan

[Type text] Page 9


sebaliknya sebagai sub sistem dari lingkungan atau masyarakat, keluarga dapat
mempengaruhi masyarakat (suprasistem).

Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam
membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial dan
spiritual. Jadi sangat tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan.
Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan
mewujudkan masyarakat yang sehat.

2.3. Tipe atau Jenis Keluarga


Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :

a. Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah
di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
c. Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah,
anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/ perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/salah satu
bekerja di rumah.
f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

[Type text] Page 10


h. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk menikah.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
l. Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried paret and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
o. Cohibing Cauple
p. Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

(Harmoko, hal 23; 2012)

2.4. Struktur Keluarga


1. Macam-macam struktur keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

[Type text] Page 11


dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami istri. (Nasrul Effendy, 1998)
2. Ciri-ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masingmasing.
(Anderson Carter)

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :


a. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,
terbuka, melibatkan emosi, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi dalam keluarga di
katakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus
pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik
komunikasi berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim

 Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.


 Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
 Selalu meminta dan menerima umpan balik.

2) Karakteristik penerima

[Type text] Page 12


 Siap mendengarkan.
 Memberikan umpan balik.
 Melakukan validasi.

b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau non formal.

2.5. Peran Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal, sifat, dan
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan posisi tertentu. Adapun
macam peranan dalam keluarga antara lain (Istiati, 2010) :

a. Peran Ayah
Sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, ayah berperan
sebagai kepala keluarga, pendidik, pelindung, mencari nafkah, serta pemberi rasa
aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat di lingkungan di mana dia tinggal.
b. Peran Ibu
Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, dimana peran ibu
sangat penting dalam keluarga antara lain sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, sebagai pelindung dari anak-anak saat ayahnya sedang tidak ada dirumah,
mengurus rumah tangga, serta dapat juga berperan sebagai pencari nafkah. Selain itu
ibu juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosial serta
sebagai anggota masyarakat di lingkungan di mana dia tinggal.
c. Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.

2.6. Fungsi Keluarga


Menurut WHO (2010)
1) Fungsi Biologis
 Untuk meneruskan keturunan
 Memelihara dan membesarkan anak
 Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga

[Type text] Page 13


 Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi Psikologis
 Memberikan kasih sayang dan rasa aman
 Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
 Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
 Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi Sosialisasi
 Membina sosialisasi padaanak
 Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah
perkembangan anak
 Meneruskan nilai-nilaike luarga
4) Fungsi Ekonomi
 Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
 Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
 Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan
datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5) Fungsi Pendidikan
 Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
 Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
 Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. Menurut
Friedman (2010) :
a. Fungsi Affective
 Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara
mental saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.
 Mengenal identitasindividu
 Rasa aman
b. Fungsi Sosialisasi Peran
 Proses perubahan dan perkembangan individu untuk
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan.
 Fungsi dan peran dimasyarakat.
 Sasaran untuk kontak sosial didalam atau di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi
 Menjamin kelangsungan generasi dan
kelangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomi
 Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga
 Menambah penghasilan keluarga sampai dengan
pengalokasian dana
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
 Konsep sehat sakit keluarga

[Type text] Page 14


 Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit ® tujuan kesehatan
keluarga ®
keluarga mandiri

Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara (Friedman, 2010). Membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga yaitu :
 Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
 Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga sakit dan yang
tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.
 Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada.
Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Internasional, NANDA, Herman, T, Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi. (2012-
2014). Jakarta : EGC.

Jhonson, R & Leni, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.

2.7. Tahap-tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga


a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi
keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru
tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi
perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan
keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan
makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah
kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.

[Type text] Page 15


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.


2) Menetapkan tujuan bersama;
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang
tua.

b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan
kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar
dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa
belum siap menjadi ayah atau sebaliknya.

Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :

1) Persiapan menjadi orang tua


2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia
5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat
dari anak prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada
tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus
mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan ekerjaan
(punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam
merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara

[Type text] Page 16


menguatkan kerja sama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal, privasi,


dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi
4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (
keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak
memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas
perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di
luar sekolah.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut :

1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar
2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.

e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)


Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya

[Type text] Page 17


keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja


yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center
families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi
kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.
Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah,
pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal.
Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena
anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua
perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap
memelihara hubungan dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.

g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)

[Type text] Page 18


Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan
rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai
aktifitas.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :

1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan
waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban pasangan.

h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas
yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus
dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai
hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi
kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas
utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di
rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknnya.

Tugas perkembangan tahap ini adalah :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan


2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
3) kekuatan fisik, dan pendapatan
4) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
5) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
6) Melakukan life review
7) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian
(harmoko, 2012).

2.8. Tujuan Keperawatan Keluarga dan Perkembangan Keperawatan Keluarga


a. Sejarah Perkembangan Keperawatan Keluarga

[Type text] Page 19


Perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari tokoh
metologi Yunani yaitu: Ascleipius dan Higeia. Berdasarkan mitos Yunani bahwa
Ascleipius adalah seorang dokter yang tampan dan pansai meskipun tidak
disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang ditempuhnya, berdasarkan mitos
orang Yunani bahwa dia dapat mengobati penyakit dan melakukan bedah. Hegeia
adalah asisten Asclepius dan juga merupakan istrinya , dia juga telah melakukan
upaya-upaya kesehatan. Perbedaannya beliau ebih menekankan pada cara
pendekatan atau penanganan masalah kesehatan (Wahit Iqbal Mubarak, 2005).
Berbicara tentang sejarah keperawatan di Indonesia, maka perkembangan
keperawatan di Indonesia dapat dibagi dalam tiga masa yaitu:
1. Keperawatan di masa kuno
Masyarakat Indonesia di masa kuno beranggapan bahwa penyakit itu
disebabkan oleh perbuatan makhluk halus yang jahat.
2. Keperawatan di masa penjajahan
Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia
mengalami kemajuan. Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh
konsep-konsep keperawatan di Negara Belanda. Hal ini tidak terlepas dari
peranan pemerintah Belanda yang mendirikan dinas kesehatan rakyat (saat
itu disebut BGD). Melalui kedua dinas tersebut pemerintah beanda merekrut
perawat dari penduduk pribumi.
Perawat yang dalam bahasa Belanda disebut Velpleeger menjalankan
tugasnya sebagai perawat dengan dibantu oleh penjaga orang sakit yang
disebut Zieken Opposer. Para perawat dan penjaga orang sakit ini difasilitasi
untuk membentuk organisasi profesi. Organisasi profesi perawat pertama
dibentuk di Surabaya pada tahun 1799, organisasi tersebut bernama
Perkoempoelan Zieken Velpleeger / Velpleeger Boemi Poetra (disingkat
PZVB Boemi Poetra). Para perawat ini bekerja Binnen Hospital di Surabaya
untuk merawat staf dan tentara Belanda.
Sejak saat itu banyak sekali istilah-istilah keperawatan Indonesia yang
mengadopsi bahasa Belanda. Sampai sekarang masih sering kita dengar
istilah Belanda tersebut, misalnya nierbeken (bengkok), laken (sprei),
bovenlaken (kain penutup), warm-water zak (buli-buli hangat), liskap (buli-
buli dingin), scheren (gunting/cukur), dll.
3. Keperawatan Indonesia Setelah Kemerdekaan

[Type text] Page 20


Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum tahun 1950: Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang
keperawatan.
2. Tahun 1950: Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah
Penata Rawat (SPR).
3. Tahun 1945-1955: berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya
yaitu Persatuan Djuru Rawat Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh
Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan
Pegawai Dalam Kesehatan.
4. Tahun 1962: berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).
5. Tahun 1955-1974: organisasi profesi keperawatan mengalami
perubahan yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia,
Majeis Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan
Federasi Tenaga Keperawatan.
6. Tahun 1974: Rapat Kerja Nasional tentang pendidikan Tenaga Perawat
Tingkat Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang
mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR).
7. Tahun 1974: Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
8. Tahun 1876: Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula
menyatu dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri
(terpisah) dari rumah sakit.
9. Pada Januari 1983: Dilaksakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I
yang menghasilkan: a) Peranan Independen dan Interdependen yang
lebih terintegrasi dalam peayanan kesehatan; b) Program gelar dalam
pendidikan keperawatan; c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai
suatu profesi yang mempunyai identitas professional berotonomi,
berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan
pendidikan keperawatan.
10. Tahun 1985: Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjanan (S1
Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan
Profesi Keperawatan di Indonesia.

[Type text] Page 21


11. Tahun 1999: Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2
Keperawatan).
12. Tahun 2000: Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan Berupa Peraturan
Menteri Kesehatan.
b. Tujuan Keluarga dan Keperawatan Keluarga

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan


peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,


dan keluarga dari kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan memperhatikan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat
yang dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompk.
3. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
4. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya sibidang kesehatan.
5. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).
c. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga

Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga


adalah meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga dapat meningkatkan
produktifitas dan kesejahteraan keluarga.

a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka sehingga status
kesehatannya meningkat dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara
produktif.

[Type text] Page 22


b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadarn dan kemampuan keluarga dalam hal
ini:
1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan
dasar dalam keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
4. Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit.
5. Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

[Type text] Page 23


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam
peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,


terbuka, melibatkan emosi, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi dalam keluarga di katakan
tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal,
dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.

[Type text] Page 24


DAFTAR PUSTAKA

 Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


 Ali, Z. 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.
 Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan
Praktek. Jakarta : EGC
 Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
 Sudiharto.(2007). Asuhan Keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan
transkultural ; editor, Esty Whayuningsih – Jakarta : EGC
 Istiati. 2010. Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kecemasan pada Lanjut Usia. Phd
Thesis. Surakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
 Wahit Iqbal Mubarak. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
 Internasional, NANDA, Herman, T, Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan dan
Klasifikasi. (2012-2014). Jakarta : EGC.
 Jhonson, R & Leni, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.

[Type text] Page 25

You might also like