You are on page 1of 10

http://devamelodica.

com/cara-menghitung-uji-validitas-dan-uji-reliabilitas-instrumen-skripsi-
kuantitatif-dengan-spss/

Setelah pengujian konstruk dan isi selesai, perlu diteruskan dengan Validitas eksternal adalah
validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan kuesioner baru dengan tolok ukur
eksternal yang sudah valid, misal skala pengukur motivasi untuk berprestasi yang diciptakan
oleh Mehrabian (1973) yang sudah teruji kevalidanya. Validitas eksternal ini dilakukan dengan
ujicoba kuesioner tersebut pada populasi yang mempunyai kriteria serupa disarankan sebanyak
30 responden (mendekati kurva normal), setelah data ditabulasi maka pengujian validitas
konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antar skor item kuesioner.

http://panduanskripsi.com/menguji-kualitas-instrumen-penelitian/
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment. Adapun teknik korelasi
product moment adalah sebagai berikut:
Keterangan :
r = koefisien korelasi
N = jumlah sampel
X = skor satu item pertanyaan
Y = jumlah skor item pertanyaan

Responden yang diperlukan untuk melakukan uji validitas biasanya sebanyak 30 responden.
Nilai 30 responden adalah standar minimal. Anda bisa menggunakan lebih dari 30 responden
untuk menguji validitas.

Hasil perhitungan nilai korelasi product moment (r hitung) selanjutnya dibandingkan dengan
nilai r tabel. Nilai r tabel diperoleh dari tabel statistik product moment pada derajat bebas n – 2
dan alpha 5% sebesar 0,3610 untuk jumlah responden sebanyak 30 orang. Adapun kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Jika r hitung > r tabel maka item pertanyaan bersifat valid.
b. Jika r hitung ? r tabel maka item pertanyaan bersifat tidak valid.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/populasi-dan-sampel-2/
METODOLOGI PENELITIAN

POPULASI DAN SAMPEL


21/05/2013 AFID BURHANUDDIN 1 COMMENT
Dalam usaha meningkatkan suasana akademik yang maksimal dikampus, khususnya
untuk mata kuliah metode penelitian dan penulisan skripsi, serta untuk menumbuhkan
rasa pengalaman belajar, menumbuhkan sikap, kemampuan, dan keterampilah
meneliti pada mahasiswa, Metodologi Penelitian merupakan hal yang esensial.

Setiap mata kuliah diharapkan mampu menumbuhkan kegairahan meneliti dan dapat
memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan sikap, kemampuan, dan
keterampilan meneliti pada mahasiswa. Untuk itu, penguasaan mahasiswa sebagai
calon tenaga pengajar terhadap Metodologi Penelitian merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dan dipelajari, dengan penguasaan Metodologi Penelitian
yang optimal, diharapkan para mahasiswa dapat menyertakan metode-metode
penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang yang akan
diajarkan nanti apabila sudah terjun sebagai tenaga pengajar.
Dalam membantu kita memahami tentang Metodologi Penelitian, didalam makalah ini
disajikan bagian dari materi Metodologi Penelitian tersebut, yakni tentang Sampel dan
Populasi.

PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

Dalam kehidupan sehari-hari manusia pernah menghadapi masalah populasi dan


contoh atau sampel dalam suasana yang berlainan yang mungkin tidak disadarinya.
Apabila seseorang melihat suatu kue, lalu dia ingin mengetahui rasa dari kue tersebut,
apakah rasanya manis, asam , gurih, atau pahit, seseorang tersebut tidak perlu
memakan seluruhnya. Seseorang tersebut cukup mengambil seiris, mencicipinya,
kemudian menyimpulkan bagaimana rasa kue tersebut. Disini, perumpamaan kue
adalah populasi, sedangkan irisan kue tersebut adalah contoh atau sampel. Dengan
demikian, yang disebut populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti,
sedangkan contoh atau sampel adalah bagian tertentu dari keseluruhan objek yang
akan diteliti (Sulistiono-Basuki : 2010)

Prof. Dr. Sugiyono (2010) menegaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar dalam
pengertian antara “ populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, populasi di artikan sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah
tertentu dan sebagainya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi keseluruhan karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh obyek/subyek itu. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi itu, apa
yang dipelajari dari sampel, kesimpulan akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menggunakan


istilah situasi sosial, yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku dan aktifitas
yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai
obyek penelitian yang ingin diketahui “ apa yang terjadi” di dalam nya, misalnya
rumah berikut keluarga dan aktifitasnya. Situasi sosial tidak hanya terdiri dari tiga
elemen tersebut, tetapi bisa juga berupa peristiwa alam, binatang, tumbuh-tumbuhan
dan sejenisnya. Sedangkan sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan
responden, tetapi sebagai nara sumber, partisipan, informan, teman dan guru dalam
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik,
tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan
teori.

1. A. Teknik sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Dalam penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d, Prof. Dr. Sugiyono (2010)
menyatakan Secara skematis, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non probability Sampling. Probability
Sampling meliputi: simple random, proportionate stratified random, disproportionate
stratifed random, dan area random. Nonprobability sampling meliputi: sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling
jenuh, dan snowball sampling.

1) Probability sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang


yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Macam-macam teknik ini meliputi:

1. Simple random sampling


Simple random sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

1. Proportionate stratified random sampling


Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen
dan berstrata secara proposional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar
belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya
jumlah pegawai yang lulus S1=45 orang, S2=30 orang, SMK= 800 orang, SMA= 400
orang, SMP= 300 orang, SD= 300 orang. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi
strata pendidikan tersebut.

1. Disproportionate stratified random sampling


Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi
kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai, 3 orang
lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP. Maka
3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 tersebut diambil semuanya sebagai sampel.
Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU,
dan SMP.

1. Cluster sampling ( Area sampling)


Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi,
atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan jadi sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

Misalnya di Indonesia terdapat 30 provinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15


provinsi, maka pengambilan 15 privinsi itu dilakukan secara random,. Tetapi perlu
diingat, karena provinsi-provinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka
pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Provinsi di
Indonesia ada yang penduduknya padat ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan
banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakter
semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi
itu dapat ditetapkan.

Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada
pada daerahn itu ceara sampling juga.
2) Nonprobability sampling

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi


peluang/kesempatan sam bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.

1. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri
dari 100 orang. Dari semua anggota tersebut diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai
dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,
atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan 5, untuk itu
maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya
sampai 100.

1. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-
ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan
penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan
Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau
pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian
dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.

Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang
pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang
anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 orang
anggota sampel tersebut.

1. Sampling ansidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti, hasil datanya
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan yang ditemui
itu cocok sebagai sumber data.

1. Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Misalnya akan melekukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli makanan. Atau penelitian tentang kondisi politik di
suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini
lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.

1. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.

1. Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi
besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi
karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap data yang diberikan, maka peneliti
mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak.

Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball,


misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan
purposive dan snowball.

1. B. Menentukan ukuran sampel


Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
diharapkan 100% yang mewakili populasi adalah sama dengan jumlah populasi itu
sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitan itu akan diberlakukan
untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil
sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya semakin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka semakin besar
kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian?
Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki.
Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana,
waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin
kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan,
maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber
dana.

Berikut ini rumus menghitung ukuran sampel dari populasi yang jumlahnya telah
diketahui:

Cara menentukan ukuran sempel bila sempel tidak berdistribusi normal, misalnya
populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya
berbeda, katakan logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sempel
yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.

Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sempel, misalnya dari
Cochen, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung ukuran sempel,
terdapat sedikit perbedaan jumplahnya. Lalu yang dipakai yang mana? Sebaiknya
yang dipakai adalah jumlah ukuran sempel yang paling besar.

1. C. Contoh Menentukan Ukuran Sempel


Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu. Kelompok
masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokan berdasarkan jenjang
pendidikan, yaitu lulusan S1= 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD
= 50 (populasi berstrata).

Bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5% , maka jumlah sempelnya = 258, Karena
populasi berstrata, maka sampelnya jga berstrata. Stratanya ditentukan menurut
jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-masing sempel untuk tingkat
pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan
dengan cara berikut ini jumlah sempel untuk kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM)
= 83, SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.

S1 = 50/1000 X 258 = 13,90 = 12,9

SM = 300/1000 X 258 = 83,40 = 77,4

SMK = 500/1000 X 258 = 139,0 = 129

SMP = 100/1000 X 258 = 27,8 = 25,8

SD = 50/1000 X 258 = 13,91 = 12,9

Jumlah = 258

Jadi jumlah sempelnya = 12,9 + 77,4 +129 + 25,8 + 12,9 + = 258. Jumlah yang
pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sempel menjadi 13 + 78 + 129 + 26
+ 13 = 259.

Pada perhitungan yang menghasilkan pecahaan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan


ke atas sehingga jumlah sempelnya lebih 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari
258.

Roscoe dalam buku Research Methonds For Business (1982:253) memberikan


saran-saran tentang ukuran sempel untuk penelitian seperti berikut ini:

1. Ukuran sempel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
2. Bila sempel dibagi dalam katagori ( misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta
dan lain-lain) maka jumlah anggota sempel setiap katagori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan Multivariate (korelasi atau
regresi ganda misalnya). Maka jumlah anggota sempel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiaanya ada 5 (independen +
dependen), maka jumlah anggota sempel = 10 X 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang mengunakan kelompok
ekspetrimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sempel masing-masing
antara 10 s/d 20.
5. D. Cara Mengambil Anggota Sempel
Probability sampling adalah teknik sempling yang memberi peluang sama kepada
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sempel. Cara demikian sering disebut
dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.

Pengambilan sempel secara acak random/acak dapat dilakukan dengan bilangan


random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan
undian, maka setiap anggota populasi diberi nomer terlebih dahulu, sesuai dengan
jumlah anggota populasi.

KESIMPULAN

Dalam melakukan suatu penelitian terhadap fenomena sosial, seorang peneliti tidak
dapat bekerja dengan baik tanpa suatu sistematika yang sesuai. Untuk menemukan
jawaban yang sesuai serta memuaskan, peneliti harus memahami kaidah dalam
meneliti.

Dalam makalah ini penulis sedikit memberi penjelasan bagian dari metode penelitian
yaitu tentang populasi dan sampel, dimana pengertian populasi adalah keseluruhan
objek yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah bagian tertentu dari keseluruhan
bojek yang akan diteliti tersebut. Sedangkan secara skematis, teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non
probability Sampling. Probability Sampling meliputi: simple random, proportionate
stratified random, disproportionate stratifed random, dan area random.
Nonprobability sampling meliputi: sampling sistematis, sampling kuota, sampling
aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

Dari penjelasan diatas diharapkan mahasiswa sebagai peneliti dapat memahami dan
mengerti bahwa populasi dan sampel merupakan salah satu metode penelitian yang
penting untuk dipelajari, guna nantinya dalam melakukan suatu penelitian bisa
mendapatkan data yang valid dan terperinci.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyo, Basuki. Metode Penelitian, Jakarta : Penaku, 2010

Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif


dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2012

http://www.statsdata.my.id/2011/12/uji-validitas-dan-reliabilitas.html

You might also like