You are on page 1of 4

3.

Tests of Controls (Uji Pengendalian)


Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan efektivitas
kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian yang diterapkan untuk
menilai control risk (risiko pengendalian)
Pengujian tersebut meliputi jenis prosedur audit sebagai berikut :
· Meminta keterangan dari personil klien
· Menguji dokumen, arsip, dan laporan
· Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
· Melaksanakan kembali prosedur klien

4. Substantive Test of Trans actions (Uji Substantif atas Transaksi)


Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk menguji kekeliruan
atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan
keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji moneter (dalam satuan mata uang)
yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan keuangan.
Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi
klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan dalam jurnal dengan benar dan
diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.
5. Prosedur analitik dapat dilaksanakan pada ketiga tahapan audit, yaitu:
• Pada tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor memahami bisnis klien dan
menentukan bukti audit lain yang diperlukan untuk menentukan acceptable audit risk.
• Pada tahap pelaksanaan audit, terutama selama pengujian substantive.
• Pada tahap penyelesaian audit, sebagai pengujian akhir untuk meyakinkan kewajaran hasil
audit.
Pelaksanaan prosedur analitik pada tahap pengujian substantive biasanya lebih fokus dan ekstensif
dibandingkan pada tahap lainnya.
6. Detail Test of Balances (Pengujian Terinci atas Saldo)
Pengujian Terinci atas Saldo merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji moneter
(monetary misstatement) untuk menentukan apakah 9 balance-related audit objective (tujuan audit
terkait dengan saldo) telah terpenuhi.
DTOB berfokus pada saldo akhir buku besar, baik untuk neraca maupun laba-rugi, dengan
penekanan utama pada angka-angka di neraca saldo. Pengujian terinci atas saldo akhir tersebut
penting dalam pelaksanaan audit, karena bahan bukti diperoleh dari sumber yang independen dari
klien sehingga dinilai berkualitas tinggi.
9 Balance-related audit objective (tujuan audit terkait dengan saldo) meliputi:
1. Existence
2. Completeness
3. Accuracy
4. Classification
5. Cut -off
6. Detail tie- in
7. Realizable value
8. Right &obligations
9. Presentation &disclosure
Contoh: meliputi konfirmasi saldo kepada pelanggan untuk piutang dagang, pengujian fisik
persediaan.

7. C. SIKLUS PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH


1. Tahapan Siklus Manajemen Pendapatan Daerah
Tahapan siklus manajemen pendapatan daerah adalah identifikasi sumber, administrasi,
koleksi, pencatatan atau akuntansi, dan alokasi pendapatan.
a. Identifikasi Sumber Pendapatan
Pada tahap identifikasi kegiatan yang dilakukan berupa pendataan sumber-sumber
pendapatan termasuk menghitung potensi pendapatan. Identifikasi pendapatan pemerintah
meliputi:
• Pendataan objek pajak, subyek pajak dan wajib pajak
• Pendataan obyek retribusi, subjek retribusi dan wajib retribusi
• Pendataan sumber penerimaan bukan paja
• Pendataan lain-lain pendapatan yang sah
• Pendataan potensi pendapatan untuk masing-masing jenis pendapatan.

b. Administrasi Pendapatan
Tahap ini sangat penting dalam siklus manajemen pendapatan karena tahap ini akan
menjadi dasar untuk melakukan koleksi pendapatan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
meliputi:
• Penetapan wajib pajak dan retribusi
• Penentuan jumlah pajak dan retribusi
• Penetapan nomor NPWP Daerah dan NPWRetribusi
• Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Surat Ketetapan Retribusi

c. Koleksi Pendapatan
Tahap koleksi pendapatan meliputi penarikan, pemungutan, penagihan dan
pengumpulan pendapatan baik yang berasal dari wajib pajak daerah dan retribusi daerah,
dana perimbangan dari pemerintah pusat maupun sumber lainnya. Khsusus untuk
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dapat digunakan beberapa sistem.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, tata cara pemungutan pajak dilakukan dengan :
1) Self assessment system
Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak daerah yang dihitung,
dilaporkan, dan dibayarkan sendiri oleh wajib pajak daerah. Dengan sistem ini, wajib
pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan membayarkan pajak
terutangnya ke Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) atau unit kerja yang ditetapkan
pemda.
2) Official assessment system
Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang nilai pajaknya
ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota
melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Surat Ketetapan Retribusi yang
menunjukkanjumlah pajak atau retribusi daerah terutang. Wajib Pajak atau Retribusi
Daerah selanjutnya berdasarkan SKP-Daerah dan SKR tersebut membayarkan
pajak/retribusi terutangnya melalui bendahara penerimaan atau bendahara penerimaan
pembantu pada masing-masing instansi pemungut atau pembayaran melalui bank,
kantor pos atau lembaga lain yang ditunjuk pemda.

3) Joint collection
Joint collection system adalah sistem pemungutan pajak daerah yang dipungut oleh
pemungut pajak yang ditunjuk pemda. Contoh joint collection system adalah
pemungutan pajak penerangan jalan oleh PLN, pajak bahan bakar kendaraan bermotor
oleh Pertamina, dsb.

d. Akuntansi Pendapatan
Pada prinsipnya, setiap penerimaan pendapatan harus segera disetor ke rekening
kas umum daerah pada hari itu juga atau paling lambat sehari setelah diterimanya
pendapatan tersebut. Untuk menampung seluruh sumber pendapatan perlu dibuat satu
rekening tunggal (treasury single account), dalam hal ini rekening kas umum daerah.
Tujuan pembuatan satu pintu untuk pemasukan pendapatan adalah untuk
memudahkan pengendalian dan pengawasan pendapatan. Selanjutnya, penerimaan
pendapatan tersebut dibukukan dalam buku akuntansi. Pembukuan tersebut berupa jurnal
penerimaan kas, buku pembantu, buku besar kas dan buku besar penerimaan per rincian
objek pendapatan. Kemudian, buku catatan akuntansi tersebut akan diringkas dan
dilaporkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Pemda harus memastikan bahwa sistem akuntansi pendapatan telah dibangun
dengan baik, sehingga tidak ada pendapatan daerah yang tidak dicatat dalam sistem
akuntansi pemda. Untuk itu, dengan sistem akuntansi pendapatan yang baik maka tidak
perlu lagi terdapat dana non budgeter yang dipermasalahkan transparansi dan
akuntabilitasnya.

e. Alokasi Pendapatan
Tahap terakhir siklus manajemen pendapatan adalah alokasi pendapatan, yaitu
pembuatan keputusan untuk menggunakan dana yang ada untuk membiayai pengeluaran
daerah. Pengeluaran daerah meliputi pengeluaran belanja, yaitu belanja operasi dan belanja
modal maupun untuk pembiayaan pengeluaran yang meliputi pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal daerah, pembayaran utang, dan pemberian pinjaman daerah.

8.
9.
10. a. Bukti audit terdiri dari 9 jenis, dan dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Bukti Akuntansi
Bukti Akuntansi terdiri dari 2 jenis, antara lain:
a. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi merupakan sumber data sebagai dasar pembuatan laporan keuangan, seperti
jurnal, dan sebagainya. Oleh karena itu, catatan akuntansi dipergunakan oleh auditor sebagai bukti
untuk mendukung laporan keuangan yang diperiksa.
b. Bukti Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan bukti yang paling kuat di dalam melaksanakan audit. Sebab, dari
kuat atau lemahnya pengendalian internal lah seorang auditor mendapatkan indikator seberapa
banyak bukti yang harus dikumpulkan. Misalnya, apabila risiko pengendalian internal tinggi, itu
artinya risiko audit yang direncanakan harusnya rendah.
2. Bukti Pendukung / Bukti Informasi Penguat
Bukti Pendukung terdiri dari 6 jenis, antara lain:
a. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter terbagi menjadi beberapa bagian:
· Bukti yang dibuat pihak luar dan dikirim langsung kepada auditor
· Bukti yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien
· Bukti yang dibuat dan disimpan klien
Bukti yang pertama memiliki kredibilitas lebih tinggi dari bukti kedua dan begitu juga dengan bukti
kedua terhadap bukti ketiga.
b. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang diperoleh auditor secara langsung melalui pemeriksaan fisik di
dalam proses audit. Contohnya pemeriksaan fisik persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini
merupakan salah satu bukti yang paling akurat di dalam audit.
c. Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan langsung, misalnya
footing untuk penjumlahan vertikal, dan cross footing untuk penjumlahan secara horizontal.
d. Bukti Rasio/Perbandingan
Bukti rasio merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui penggunaan rasio seperti rasio likuiditas,
profitabilitas, solvabilitas, quick ratio, dan sebagainya.
e. Bukti Spesialis/Surat Pernyataan Tertulis
Bukti surat pernyataan tertulis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui sumber eksternal.
Surat pernyataan tertulis ini misalnya surat teknisi, ahli bangunan yang berhubungan dengan klien.
f. Bukti Lisan/Wawancara
Bukti lisan merupakan bukti yang dikumpulkan oleh auditor secara langsung kepada objek yang ingin
dimintai bukti, misalnya wawancara dan sebagainya.

b. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian (existence or occurance) berhubungan dengan


apakah aktiva atau uang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah
terjadi selama periode tertentu. sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk
jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula, manajemen mambuat
asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan
kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Asersi tentang kelengkapan (completeness) berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh,
manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca
telah mencakup semua kewajiban entitas.
Asersi tentang hak dan kewajiban (rights and obligations) berhubungan dengan apakah aktiva
merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di
neraca mencerminkan nilai perolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan
(leased) dan utang sewa usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.
Asersi tentang penilaian atau alokasi (valuation and allocation) berhubungan dengan apakah
komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva
tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik
dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen
membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih
yang dapat direalisasikan.
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) berhubungan dengan
apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang
diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun. Demikain pula, manajemen mambuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar
biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

You might also like