You are on page 1of 9

II.

METODE PENELITIAN

Data yang diperlukan untuk menganalisis kelembagaan pengembanganasuransi lingkungan berupa data
primer dan data sekunder. Data primerdiperoleh dari hasil kuisioner melalui wawancara terstruktur dan
pengisiankuisioner oleh

stakeholders

yang berkaitan pengendalian lingkungan akibatpertambangan (emas). Kuisioner penelitian memuat data
tentang : identitasumum responden, persepsi responden terhadap perlunya pengendalianlingkungan,
hak dan kewajiban (

rights

), tanggung-jawab (

responsibility

), manfaatyang dapat diperoleh dari pengendalian lingkungan (

revenue

), dan intensitashubugan antar pemangku kepentingan (

relation

) dalam pengendalian resikolingkungan akibat pertambangan. Data sekunder merupakan data


yangdiperoleh dari hasil penelusuran data yang telah ada sebelumnya dandipublikasikan. Data sekunder
yang diperlukan menyangkut tugas dan fungsipokok dari masing-masing pemangku kepentingan dalam
pengendalianlingkungan, baik secara langsung dan tidak langsung. Sumber data sekunderberasal dari
instansi pemerintah yang menangani lingkungan hidup danpenelusuran melalui fasilitas internet.Sampel
responden dipilih secara purposif dengan pertimbangan bahwaresponden yang benar-benar memahami
permasalahan resiko lingkunganakibat pertambangan emas. Responden terpilih adalah akademisi,
pengelolaasuransi, BAPPEDA, BAPEDAL, dinas yang menanangani pertambangan,kehutanan, dan
lingkungan, pengusaha tambang, serta tokoh masyarakat yangberjumlah 20 orang.

16

Analisis Data

Untuk menganalisis peranan pemangku kepentingan terkait pengendalianlingkungan akibat


pertambangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan4 Rs yang dikembangkan oleh IIED (

International Institute for Environment andDevelopment


) (Dubois, 1998). Kerangka 4R sebagai alat analisis pemangkukepentingan (

stakeholder

) dapat mendefinisikan peranan

stakeholders

yangberkaitan dengan hak-hak/kewajiban yang dimiliki pemangku kepentingan(

rights

), tanggung-jawab yang dimiliki pemangku kepentingan (

responsibility

),hasil/manfaat yang didapatkan pemangku kepentingan (

revenue

), danhubungan antar pemangku kepentingan (

relationship

) sebagaimana disajikanpada Gambar 11.

STAKEHOLDERSROLESRESPONSIBILITIESREVENUESRIGHTSRELATIONSHIP

Gambar 1. Kerangka 4R untuk Mendefinisikan Peranan Stakeholders,(Dubois, 1998).

Kerangka 4R ini membantu dalam menunjukkan permasalahan (

issues

) kritisterkait keterlibatan

pemangku kepentingans

dan juga mengidentifikasi poin-poinpengaruhnya terhadap suatu program atau kebijakan (Dubois,
1998). Tabel 10

menunjukkan struktur dasar dari Kerangka 4R. Khusus untuk

Relationship

antar
pemangku kepentingan

dibuat dalam tabel tersendiri sebagaimana disajikan padaTabel 11.

Tabel 10 mendeskripsikan tanggung-jawab, hak-hak, sertahasil/manfaat dari masing-masing

pemangku kepentingan

dalam merencanakan,merumuskan, menetapkan, dan mengimplementasikan penanggulangandampak


pertambangan emas di Provinsi Lampung sebagai hasil analisis daridata dan informasi yang diperoleh
dari hasil wawancara, kuisioner, danpenelusuran data sekunder. Tabel 11 mendeskripsikan derajat

Relationship

diantara

pemangku kepentingan

yang terlibat dalam penanggulangan dampakpertambangan emas di Provinsi Lampung yang terbagi ke
dalam tiga kategori,

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.1 September. 2009

17

yaitu

Baik, Cukup Baik,

dan

Buruk.

Penilaian

relationship

dilakukan denganmenganalisis bentuk hubungan (formal/informal), frekuensi kontak, dantingkat


konvergensi (

convergence

) atau pertemuan dari pendapat


pemangkukepentingan

Relationship

antar

pemangku kepentingan

juga dipengaruhi olehbeberapa faktor, seperti:

services

(pelayanan/jasa)

, legal/contractual

(hukum/kontraktual)

, market

(dinyatakan dengan

demand and supply

dari barangdan jasa),

information exchange

(pertukaran informasi),

interpersonal

(hubunganantar pribadi)

dan

power

Tabel 1. Kerangka Dasar Pendekatan 4R

Stakeholders Responsibilities Rights Revenues

12345678
Tabel 2.

Relationship Stakeholders

dalam Pengendalian LingkunganPertambangan EmasStakeholder 1 2 3 4 5 6 7 812345678III. HASIL DAN


PEMBAHASAN

Kebijakan pengendalian lingkungan di Provinsi Lampung selama ini dianggapbelum efektif sebagaimana
disajikan pada Gambar 12. Hampir 78% responden

18

melihat bahwa kebijakan yang ada di Provinsi Lampung belum secara efektifmampu mengendalikan
lingkungan hidup akibat kegiatan usaha pertambanganemas. Aspek lingkungan belum diinternalisasikan
dalam kebijakanpembangunan dan kegiatan usaha yang beresiko lingkungan, sehingga potensiresiko
lingkungan masih tinggi. Namun demikian semua pemangkukepentingan memandang bahwa upaya
pengendalian lingkungan pentinguntuk dilakukan.

Gambar 2. Efektifitas Kebijakan Pengendalian Lingkungan di Provinsi,Lampung (Hasil Pengolahan Data


Primer)

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa isu pengendalian lingkungan akibatpertambangan (emas) telah
menjadi isu penting di Provinsi Lampung, tetapiinstrumen pengendaliannya yang paling efektif untuk
diterapkan masih belumdapat ditentukan. Selama ini instrumen kebijakan dalam
pengendalianlingkungan lebih bersifat pengaturan (

regeling

) yang mengacu kepada peraturanperundang-undangan tentang lingkungan hidup yang dikategorikan


sebagaikebijakan yang bersifat

command and control

. Sedangkan kebijakan pengendalianlingkungan yang berbasis instrumen ekonomi lingkungan yang


bersifat insentifatau disinsentif belum ada. Dengan makin berkembangnya pola kegiatan
usahamasyarakat di Provinsi Lampung yang lebih bersifat ekonomi, maka kebijakanpengendalian
lingkungan yang berbasis

renumerative
berupa insentif merupakanpilihan yang harus diterapkan. Pasal 42 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009yang mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerapkaninstrumen ekonomi
lingkungan dalam pengendalian lingkungan merupakantantangan bagi semua pemangku kepentingan,
terutama pemerintah daerahsetempat untuk mengembangkannya. Instrumen kebijakan ekonomi
lingkunganyang perlu dikembangkan dalam pengendalian lingkungan ini adalah asuransi

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 No.1 September. 2009

19

lingkungan. Di dalam tahap awal pengembangan asuransi lingkungan untukpengendalian lingkungan,


khususnya kegiatan pertambangan (emas), perlumemperhatikan kelembagaan yang telah ada diantara
para pemangkukepentingan yang terkait dengan pengendalian lingkungan. Kelembagaanpengendalian
lingkungan ini menjadi landasan pengembangan asuransilingkungan untuk pengendalian resiko
lingkungan akibat pertambangan. Olehkarena itu kajian pengembangan kelembagaan pengendalian
lingkunganmerupakan salahsatu tahapan awal pengembangan kebijakan instrumenasuransi
lingkungan.Kelembagaan pengendalian resiko lingkungan akibat pertambangan emasdianalisis dengan
memperhatikan persepsi dari masing-masing pemangkukepentingan yang dijadikan responden. Analisis
kelembagaan mencakup

rights,responsibilities, revenues,

dan

relationships

sebagaimana disajikan pada Tabel 3sampai dengan Tabel 4.Tabel 3 menunjukkan bahwa dalam
pengendalian resiko lingkungan akibatpertambangan emas terkait dengan penataan kawasan tambang
yang sesuaidengan rencana tata ruang wilayah, sehingga monitoring dan evaluasikesesuaian antara
lokasi pertambangan dengan rencana tata ruang wilayahharus dilakukan. Ketidaksesuaian antara lokasi
pertambangan dengan rencanatata ruang menjadi titik awal permasalahan lingkungan. Instansi
yangmengurus masalah ekonomi (keuangan, industri, dan perdagangan) dapatmemainkan
perananannya untuk mengawasi sampai sejaumana ijin usaha(pertambangan) yang dimiliki sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.Bagi instansi yang mengurus masalah kehutanan dan
lingkungan akanmenerapkan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi lahan eks pertambangan.Masyarakat
memiliki kepentingan terhadap keberadaan pertambangan,terutama mereka yang berada di sekitar
areal pertambangan. Di sampingkeinginan untuk mendapatkan kompensasi nilai finansial, masyarakat
jugamemiliki hak untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan pertambanganagar kerusakan
lingkungan hidup yang terjadi tidak semakin parah. Olehkarena itu pelaku usaha yang bergerak di
kegiatan pertambangan wajibmembayarkan sejumlah dana untuk disetorkan dalam
pengendalianlingkungan. Dengan adanya resiko lingkungan yang berpeluang menimbulkankerugian
ekonomi terhadap masyarakat akibat pencemaran, perusahaanasuransi memiliki kewajiban untuk
mengembangkan asuransi lingkunganhidup. Asuransi lingkungan hidup ini merupakan jaminan yang
ditanggungoleh pihak ketiga (asuransi) atas resiko lingkungan yang timbul akibat kegiatanpertambangan
emas. Instrumen ekonomi lingkungan berupa asuransi inimerupakan jawaban atas resiko lingkungan
yang bersifat

uncertainity

denganpeluang resiko tertentu. Tentunya pengembangan asuransi terkait resiko

20

lingkungan harus didukung oleh riset dari lembaga pendidikan tinggi ataulembaga riset lainnya.

Tabel 3. Hak dan Kewajiban (Rights) Parapihak dalam Pengendalian ResikoLingkungan Pertambangan
Emas

No Kategori Responden

Rights

1 BAPPEDA

Mengatur zona pertambangan sesuai RTRW

Pengendalian kesesuaian implementasi dengan RTRW

Keikutsertaan dalam organisasi pengendalian resikopertambangan


Monitor kepatuhan terhadap Peruntukan wilayah sesuaitata ruang2 Instansi Pemerintah di
bidangKeuangan, Industri, danPerdagangan.

Mengenakan sanksi sesuai aturan

Pengawasan yang baik3 Instansi Teknis Kehutanan danLingkungan.

Dokumen Lengkap

Pemantauan Pelaksanaan Dokumen

Memperoleh dana untuk pelestarian hutan

Pengawasan areal tambang pada kawasan hutan4 Lembaga Adat

Mendapat pembagian hasil tambang sampai batas yangdisepakati minimal 20%


Bertanggungjawab untuk mengawasi pemulihan danmenjaga jangan sampai kerusakan semakin parah5
Lembaga Keuangan Perbankandan Keuangan non Bank(Asuransi)

Mengembangkan asuransi lingkungan6 Lembaga Akademisi

Memberikan Masukan Dalam Pengelolaan Lingkungan7 Pelaku Usaha

Kelangsungan usaha pertambangan

Membayar dana yang diwajibkan untuk disetor

Tanggung jawab dari para pihak dalam pengendalian resiko lingkunganpertambangan emas disajikan
pada Tabel 4, yang meliputi perencanaan danpengendalian ruang, konservasi dan rehabilitasi,
pemantauan kinerjalingkungan hidup perusahaan, penyadartahuan kepada masyarakat, penelitian,dan
pengembangan tanggung-jawab sosial perusahaan (

corporate socialresponsibility

, CSR).

Job BoardAboutPressBlogStoriesTermsPrivacyCopyright We're Hiring! Help Center

Academia © 2015

You might also like