You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat
kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Jika pembangunan kesehatan telah
berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak langsung akan terjadi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan salah satu misi
Departemen Kesehatan, yaitu ”meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani”1,2
Keberhasilan pembangunan kesehatan mempunyai peran penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Program
pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini masih diprioritaskan pada upaya
peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling
rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal. Hal ini
ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB).2
AKI mencerminkan risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan
melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,
keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai
komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri2
AKI pada tahun 2012 sebanyak 359/100.000 kejadian, sedangkan capaian
target Sustainable Development Goals (SDG’s), AKI menjadi 306/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2019, perlu dilakukan upaya terobosan yang efektif
dan berkesinambungan. Pada tahun 2000 Departemen Kesehatan telah
merencanakan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS). Upaya percepatan
penurunan AKI tersebut dilaksanakan melalui empat strategi, yaitu: 1.
Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi, 2. Kerja sama
lintas program, lintas sektor terkait dan masyarakat termasuk swasta, 3.
Pemberdayaan perempuan, keluarga dan pemberdayaan masyarakat, dan 4.
Meningkatkan surveilence, monitoring-evaluasi KIA dan pembiayaan.2-3

1
Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada
kehamilan resiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap
ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan
nifas normal. Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung
pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan di
dalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah
yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan
berjalan baik.4
AKI salah satunya dapat disebabkan karena anemia. Anemia pada populasi
ibu hamil menurut kriteria anemia yang ditentukan WHO dan pedoman Kemenkes
1999, adalah sebesar 37,1 persen dan prevalensinya hampir sama antara bumil di
perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Hal ini menunjukkan angka tersebut
mendekati masalah kesehatan masyarakat berat (severe public health problem)
dengan batas prevalensi anemia ≥40 persen.4 Anemia defisiensi besi merupakan
anemia yang sering terjadi pada ibu hamil. Angka kejadiannya dapat mencapai
sebesar 18,9-41,3% ibu hamil.8
Selain pemeriksaan rutin yang wajib dilaksanakan oleh ibu hamil, perlu
dilaksanakan pendekatan keluarga atau yang disebut dengan pendekatan
kedokteran keluarga agar setiap penatalaksanaan pasien dalam hal ini ibu hamil
dapat lebih komprehensif dan berkesinambungan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan pada ibu hamil 39 minggu dengan kehamilan pertama usia 29
tahun (multigravida).
1.3 Manfaat
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi
mahasiswa agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung
kepada pasien ibu hamil.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kehamilan Risiko Tinggi


Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya komplikasi bagi ibu danjanin yang dikandung selama masa kehamilan,
melahirkan atau nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
normal. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok risiko tinggi
cenderung akan mengalami mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi baik pada
ibu maupun pada bayi.5
Penentuan kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita
hamil untuk menentukan apakah memiliki keadaan atau cirri-ciri yang
menyebabkan ibu atau janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian.
Cara menentukan kehamilan risiko tinggi terdiri dari 2 cara yaitu dengan cara
skoring dan cara kriteria.5,6
a. Cara skoring.6
 Kelompok Faktor Risiko I:
Ada – Potensi – Gawat – Obstetrik/APGO dengan 7 Terlalu dan 3
Pernah. Tujuh terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua
sekunder, umur ≥ 19 tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2
tahun, tinggi badan rendah ≤ 145 cm dan 3 Pernah adalah riwayat
obstetri jelek, persalinan sebelumnya mengalami perdarahan
pascapersalinan dengan infuse/transfuse, uri manual, tindakan
pervaginam, bekas operasi sesar. (masing-masing memilki skor 4)
 Kelompok Faktor Risiko II:
Ada – Gawat – Obstetrik/AGO – penyakit ibu, preklampsia ringan,
hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang,
dan letak lintang.(masing-masing memiliki skor 4, kecuali letak
lintang dan letak sungsang dengan skor 8)
 Kelompok Faktor Risiko III:
Ada – Gawat – Darurat – Obstetrik/AGDO; perdarahan antepartum
dan preeklampsia berat/eklampsia (masing-masing memiliki skor 8)

3
Berdasarkan jumlah skor, ada 3 kelompok risiko:
1. Kelompok Non risiko tinggi (KRR) – jumlah skor 2, selama hamil
tanpa faktor risiko (FR).
2. Kelompok Risiko Tinggi (KRT) – jumlah skor 6 – 10, dapat
dengan FR tunggal dari kelompok FR I, II, atau III, dan dengan FR
ganda 2 dari kelompok FR I dan II.
3. Kelompok Risiko Sangat Tinggi (KRST)–jumlah skor ≥ 12, ibu
hamil dengan FR ganda dua atau tiga dan lebih.
Tabel 1. Kartu Skor Poedji Rochjati
I II III IV
Triwulan
KEL Masalah / Faktor Resiko SKOR
NO. I II III.1 III.2
F.R
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥19 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 19 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
Kurang Darah b. Malaria,
11 TBC Paru d. Payah Jantung 4
Kencing Manis (Diabetes) 4
Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 18 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

b. Cara Kriteria6

4
Apabila dalam anamnesis dan pemeriksaan ibu hamil didapatkan satu
atau lebih faktor risiko (kriteria) maka dapat digolongkan sebagai ibu
hamil dengan risiko tinggi.Sedangkan apabila tidak terdapat faktor
risiko digolongkan sebagai faktor risiko rendah. Faktor-faktor risiko
atau kriteria ibu hamil risiko tinggi adalah:
1. Kondisi ibu, yaitu :
- Primigravida usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 19 tahun
- Usia kehamilan lebih dari 42 minggu
- Berat badan ibu tergolong obesitas
- Ukuran lingkar lengan atas ibu hamil kurang dari 19,5 cm
- Tekanan darah systole lebih dari 130 mmHg dan diastole antara
lebih dari 95 mmHg
- Jumlah kelahiran anak lebih dari 5
- Jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun
2. Penyakit, yaitu :
- Terdapat riwayat asma
- Terdapat riwayat hipertensi
- Terdapat riwayat diabetes melitus
- Terdapat riwayat sakit kronik lainnya
3. Riwayat persalinan, yaitu :
- Riwayat persalinan prematur
- Riwayat perdarahan
- Riwayat operasi
- Riwayat penyulit persalinan

II.2 Anemia pada Kehamilan


Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningakatan produksi eritroprotein. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel
darah merah ( eritrosit ) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.

5
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau
hemoglobin.7-8
Dalam kehamilan, kadar hemoglobin yang dapat dikategorikan anemia
adalah apabila kadarnya <11 g/dl atau kadar hematokrit <19% pada trimester I
dan III. Sedangkan pada trimester II, apabila kadar hemoglobin di bawah
10,5g/dl.8,9
Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering mengalami anemia. Ketika
ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki cukup sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen ke jaringan.Selama kehamilan, tubuh
memproduksi lebih banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi. Jika tidak
mendapatkan cukup zat besi atau zat gizi lain tertentu, tubuh mungkin tidak
mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat
tambahan darah.Anemia dapat membuat sang ibu merasa lelah dan lemah. Jika
anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko
komplikasi serius, seperti kelahiran prematur atau berat lahir rendah.8
Penyebab anemia pada kehamilan dan jumlahnya tergantung pada beberapa
faktir seperti geografi, etnis, status nutrisi, status zat besi dan suplemen besi
prenatal. tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi.Penyebab mendasar anemia
nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat,
bertambahnya zat gizi yang hilang, dan kebutuhan yang berlebihan. Anemia
dalam kehamilan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi, selanjutnya
penyebab tersering yang pertama adalah anemia megaloblastik yang dapat
disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12.9
II.2.1 Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang sering terjadi pada ibu
hamil. Angka kejadiannya dapat mencapai sebesar 18,9-41,3% ibu hamil.Anemia
ini ditandai dengan penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, saturasi
transferrin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang
turun.8
Pencegahan terhadap anemia ini dapat dilakukan dengan pemberian 60 mg
tablet besi selama 6 bulan sesuai rekomendasi WHO. Pemberian suplementasi
besi setiap hari pada ibu hamil hingga minggu ke-28 kehamilan pada ibu yang
belum pernah mendapat suplementasi dan pada ibu non-anemia dapat menurunkan

6
prevalensi anemia pada kehamilan dan BBLR.8 Namun, perlu diwaspadai pula,
pemberian suplementasi besi yang mengakibatkan kadar Hb meningkat dapat
meningkatkan komplikasi seperti kecil masa kehamilan, SGA (small-for-
gestasional age), BBLR, sindrom hipertensi akibat kehamilan, persalinan
prematur, dan kematian perinatal.9,10
II.2.3 Komplikasi
Kondisi anemia pada kehamilan merupakan kondisi serius yang harus
segera ditangani. Hal ini dapat mengakibatkan beberapa komplikasi seperti
abortus spontan, kematian janin dalam uterus, retardasi pertumbuhan intrauterin
(IUGR-Intrauterin growth retardation), dan persalinan prematur.10
II.3 Ante Natal Care (ANC)
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini faktor risiko maka pada semua ibu hamil perlu
dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan
4 kali selama kehamilan Satu kali pada Triwulan I (K1), satu kali pada Triwulan
II, dua kali dalam Triwulan III (K4)11
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan
berakhir dengan:
a. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas
tanpa trauma fisik meupun mental yang merugikan.
b. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
c. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya
d. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti
keluarga berencana setelah kelahiran bayinya.
Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil; dalam strategi pendekatan risiko,
kegiatan skrining merupakan komponen penting dalam pelayanan kehamilan,
yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada
ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan
persiapan rujukan terencana bila diperlukan.11
Melalui kegiatan ini beberapa faktor risiko yang ada pada ibu hamil
telahdapat dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi
yang akan terjadi. Oleh karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang

7
kali sehingga dapat ditemukan secara dini faktor risiko yang berkembang pada
umur kehamilan lebih lanjut.11

II.4 Kedokteran Keluarga12


Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter
harus memahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga
makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik,
sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota
keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah
sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga.
Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah
tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas
hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga
perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota
keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan,
kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh
terhadap kualitas hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku
yang meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan
pola perilakuk dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai
proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah
yang berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:

8
 Proses dinamika dalam keluarga
 Potensi keluarga
 Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
 Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya
dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi
ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga
sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi
kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.

Pendekatan Kedokteran Keluarga14


Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,
terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga
agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga
dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam
pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota
keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat
dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi
kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran
perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik,
yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan
keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu
pelayanan terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.

9
BAB III
HASIL KUNJUNGAN RUMAH

III.1 Identitas Pasien dan Keluarga


A. Identitas Pasien
 Nama : Ny. HM
 Jenis kelamin : Perempuan
 Usia : 29 tahun
 Status Pernikahan : Menikah
 Alamat : Dusun Ngadiwinatan 1, Desa Karanganyar,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. Identitas Kepala Keluarga


 Nama : Tn. UK
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 Umur : 32 tahun
 Status Pernikahan : Menikah
 Alamat : Dusun Ngadiwinatan 1, Desa Karanganyar,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Buruh, Kaur Perangkat Desa

III.2 Karakteristik Kedatangan Pasien ke Puskesmas Borobudur


Pasien datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 13 Oktober 2017.
Pasien datang karena ingin memeriksakan kandungannya yang ke 8 kali, pasien
mengaku hamil 39 minggu. Pasien mengaku terkadang merasakan pusing dan
lemas, pasien merasa sedikit terganggu jika melakukan aktifitas harian seperti
menyapu, mengepel, masak, mencuci dan aktifitas lainnya. Pasien datang diantar
oleh suami.

III.3 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan


A. Anamnesis

10
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 Oktober 2017
pukul 14.00 - pukul 15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Ngadiwinatan 1,
Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama: lemas sejak 2 hari yang lalu
b. Keluhan Tambahan: pusing sejak 2 hari yang lalu.
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh pusing dan lemas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
diawali lemas terlebih dahulu dirasakan saat pagi hari, lalu siang hari
merasakan pusing. Pasien merasa sedikit terganggu jika melakukan
aktifitas harian seperti menyapu, mengepel, masak, mencuci dan
aktifitas lainnya. Sebelum pasien menikah pasien juga terkadang
merasakan hal serupa sejak usia 20 tahun tetapi tidak pernah
memeriksakan dirinya ke dokter karena pasien merasa masih dapat
melakukan aktifitas harian walaupun sedikit terbatas. Saat hamil anak
pertama dan anak kedua, pasien juga mengaku mengalami gejala
serupa. Pasien menyangkal memiliki riwayat sakit kurang darah,
kanker darah, thalasemia maupun hemophilia, pasien menyangkal
adanya mimisan, muntah darah, perdarahan dari jalan lahir, pasien
tidak merasakan kenceng-kenceng, keluar air dari jalan lahir (-), gerak
janin (+). Suntik TT (+).
Riwayat Haid : Menarche pertama usia 14 tahun. Lama: haid 5 hari,
ganti pembalut 2-3 kali dalam 1 hari. Siklus 28 hari, teratur. HPHT :
12/01/2017. TP : 19/10/2017. UK: 39 minggu.
Riwayat Perkawinan :Pasien menikah satu kali selama 7 tahun.
Riwayat Obsetri:G3P2A0 :
1. An pertama, laki-laki, 7 tahun, BBL : 2700 gram,
2. An Kedua, Perempuan, 4 tahun, BBL : 3200 gram,
3. An Ketiga, Hamil Ini
Riwayat ANC : Baru melakukan ANC sebanyak 8 kali selama
kehamilan /TT (+).
Riwayat KB : Pasien belum pernah menggunakan KB sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit jantung(-), Riwayat alergi disangkal, Riwayat
hipertensi disangkal, Riwayat kencing manis disangkal, Riwayat asma
disangkal.
e. Riwayat Penyakit Keluarga :

11
Riwayat penyakit darah seperti anemia, thalasemia dan kelainan darah
lainnya disangkal. Riwayat alergi disangkal, Riwayat hipertensi
disangkal, Riwayat kencing manis disangkal, Riwayat penyakit jantung
disangkal.
f. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien seorang ibu rumah tangga. Pasien
memiliki 1 orang suami yang bekerja sebagai buruh. Pasien memiliki
rumah pribadi, tinggal bersama suaminya. Penghasilan suami Rp
2.000.000,00. Pembiayaan kesehatan dengan BPJS. Kesan sosial
ekonomi cukup.

B. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 14 Oktober 2017 pukul 14.15 di rumah pasien
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital:
 Tekanan darah : 129/97mmHg
 Nadi : 102x/menit
 Suhu : 36,7 oC
 Pernapasan : 21x/menit,reguler
 TB : 155 cm
 BB : BB Sebelum hamil : 80,3 kg ; BB sekarang : 87 kg
 LILA : cm

 Status Generalis:
 Kepala : normocephal
 Mata : Conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
 Telinga : Normotia, serumen -/-, sekret -/-
 Hidung : Sekret (-)
 Mulut : mukosa lembab, sianosis (-), stomatitis angularis
(-), atrofi papil lidah (-)
 Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
 Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
 Thorax : Simetris, retraksi otot pernafasan (-), sela iga
melebar (-), venektasi dinding dada (-)
 Cor
I : Iktus Cordis tak tampak

12
Pa : Iktus Cordis teraba di SIC V 2 cm lateral LMCS, kuat
angkat, tidak melebar.
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Aus : SJ I – II normal, bising tidak ada, gallop (-)
 Pulmo
I : Simetris, statis, dinamis
Pa : Vocal fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Aus : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
 Abdomen :
I : cembung, venektasi (-)
Au : Bising usus dalam batas normal
Pe : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), nyeri alih (-) ,
 Ekstremitas Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cappilary Refill <2”/<2” <2”/<2”
Koilonychia -/-
 Status Obstetrik:
Abdomen :
TFU : 30 cm diatas simfisis pubis
DJJ : - (tidak dilakukan)
His :-
Leopold : Janin 1 hidup intrauterine, letak mobile
Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher : tidak dilakukan
 Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang :
 Hb : 9,5 mg/dL
 Protein urine : -

III.4 Diagnosis Kerja

13
 G3P2A0, 29 tahun, hamil 39 minggu, janin tunggal intrauterine dengan
Anemia pada kehamilan dan pre eklapmsia ringan

III.5 Rencana Penatalaksanaan


o Medikamentosa :
 Tablet Fe (tablet besi)
 Asam Folat
 Vitamin B kompleks
o Non medikamentosa :
 Pasien dianjurkan mengkonsumsi obat secara teratur.
 Pasien dianjurkan mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk
memenuhi kebutuhan gizi ibu dan kebutuhan gizi bayi.
 Pasien dianjurkan untuk beristirahat cukup.
 Pasien dianjurkan untuk tidak beraktivitas fisik berlebih.
 Apabila timbul keluhan (mual muntah berlebihan, kenceng-kenceng,
keluar air atau darah dari jalan lahir) segera memeriksakan diri ke
bidan atau puskesmas.
 Pemeriksaan kehamilan secara berkala (1 minggu sekali).
III.6 Hasil Penatalaksanaan Medis
Pada saat kunjungan (14 Oktober 2017 pukul 14:00) pasien dalam
keadaan baik, tidak ada keluhan apapun.
Faktor pendukung :
- Pasien menjaga kesehatan dengan makan makanan bergizi serta
istirahat yang cukup
Faktor penghambat :
- Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang anemia
Indikator keberhasilan :
- Pasien dan suami pasien memiliki pengetahuan mengenai keluhan
pasien agar lebih memperhatikan dan memberikan dukungan kepada
pasien dan meningkatkan konsumsi pola makan dengan gizi
seimbang.

III.7 Tabel Permasalahan pada Pasien


Tabel 2. Masalah kesehatan dan rencana pembinaan
No. Risiko & masalah kesehatan Rencana pembinaan Sasaran
1. Pasien anemia  Edukasi pasien tentang Pasien dan

14
pentingnya minum tablet Fe keluarga
(tablet besi) agar teratur
konsumsi obat.

III.8 Identifikasi Lingkungan Rumah


Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Dusun Ngadiwinatan 1, Desa Karanganyar,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Dengan ukuran rumah 8 x 11
m2, bentuk bangunan 1 lantai. Saat ini, rumah tersebut ditempati oleh 5 orang.
Secara umum gambaran rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu dan
ruang keluarga, dan 1 dapur di bagian belakang rumah sekaligus ruang
makan.
Atap rumah belum memiliki langit-langit, dinding terbuat dari batu bata
yang sudah diplester dan dicat. Lantai rumah sudah diberi ubin. Kebersihan
di dalam rumah cukup baik. Pencahayaan dan sirkulasi di dalam rumah baik.
Jendela terdapat pada depan rumah (ruang tamu dan kamar tidur). Secara
umum kondisi dalam rumah terasa agak lembab. Tata letak barang di rumah
cukup rapi tetapi berdebu.
Sumber air minum berasal dari sumur gali terlindung yang kemudian
dimasak. Rumah memiliki kamar mandi dan jamban sendiri. Pasien mandi
dan buang air besar menggunakan kamar mandi dan jamban sendiri. Sampah
dibuang ke kebun lalu dibakar dan terkadang langsung dibuang ke sungai,
tidak tersedianya tempat pembuangan sampah di luar rumah.
Kebersihan dapur kurang, tidak ada lubang asap di dapur, namun asap
bisa keluar dari sela lubang pintu dapur yang tidak rapat. Tidak ada tempat
pembuangan sampah sehingga sampah hanya dibuang ke kebun lalu dibakar.

8m

15
11m
Gambar 1. Denah Rumah T

U S
B

16
Tabel 3. Indikator Rumah Sehat

Skor rumah pasien


Indikator Variabel Skor
(tanda )
Lokasi a. Tidak rawan banjir 3 
b. Rawan banjir 1
Kepadatan rumah a. Tidak padat (>8m2/ orang) 3 
b. Padat (<8m2/ orang) 1
Lantai a. Semen, ubin, keramik, kayu 3 
b. Tanah 1
Pencahayaan a. Cukup 3
b. Tidak cukup 1 
Ventilasi a. Ada 3 
b. Tidak ada 1
Air bersih a. Air kemasan 3
b. Ledeng/ PAM 3
c. Mata air terlindung 2
d. Sumur pompa tangan 2
e. Sumur terlindung 2 
f. Sumur tidak terlindung 1
g. Mata air tidak terlindung 1
h. Lain-lain 1
Pembuangan kotoran a. Leher angsa 3 
kakus
b. Plengsengan 2
c. Cemplung/ cubuk 2
d. Kolam ikan/ sungai/ kebun 1
e. Tidak ada 1
Septic tank a. Jarak > 10 meter 3 
b. Lainnya 1
Kepemilikan WC a. Sendiri 3 
b. Bersama 2
c. Tidak ada 1
SPAL a. Saluran tertutup 3 
b. Saluran terbuka 2
c. Tanpa saluran 1
Saluran got a. Mengalir lancer 3 
b. Mengalir lambat 2
c. Tergenang 1
d. Tidak ada got 1
Pengelolaan sampah a. Diangkut petugas 3
b. Ditimbun 2
c. Dibuat kompos 3
d. Dibakar 2 
e. Dibuang ke kali 1
f. Dibuang sembaragan 1
g. Lainnya 1
Polusi udara a. Tidak ada 3 
b. Ada gangguan 1
Bahan bakar masak a. Listrik, gas 3 
b. Minyak tanah 2

17
c. Kayu bakar 1
d. Arang/ batu bara 1
Total skor 38

Penetapan skor kategori rumah sehat:


a. Baik : Skor 35-42 (>83%)
b. Sedang : Skor 29-34 (69-83%)
c. Kurang : Skor <29 (<69%)
Pada rumah pasien termasuk ke dalam kategori rumah dalam kondisi
baik.
III.9 Karakteristik Demografis Keluarga
Alamat pasien di Dusun Ngadiwinatan 1, Desa Karanganyar Kecamatan
Borobodur, Magelang. Daerah tempat tinggal pasien merupakan daerah perdesaan
yang cukup teratur dan dengan lingkungan yang cukup bersih. Pasien tinggal
bersama suami.

III.10 Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah

Tabel 4. Daftar Anggota Keluarga Satu Rumah


No Nama Kedudukan J Umur Pendidikan Pekerjaan Keter
dalam Keluarga K (th) anga
n
1 Tn. UK KK L 32 Tamat SLTA Buruh Sehat
2 Ny. HM Istri (Pasien) P 29 Tamat SLTA Ibu Rumah Tangga Sehat
3 An. AA Anak L 7 Belum Sekolah - Sehat
4 An. FK Anak P 4 Belum Sekolah - Sehat
5 Tn. K Ayah Pasien L 69 Tamat SD - Sehat

Tn. K 60 Ny. N Tn. W 69 Ny. R 67

m 1977 m 1971

Tn. UK 32

Ny. HM 29

m 2009 Nn G 24 Nn. J 20
Tn. B 25 Tn. E 23 Tn. D 21

An.AA 7 An.FK 4

18
Gambar 2. Genogram Keluarga Pasien
Sumber: Pasien, tanggal 14 Oktober 2017
Keterangan :

: Laki – laki
: Perempuan
Pasien
:

Tinggal serumah
:
Bayi yang di kandung

III.11 Family Gap


Pasien Suami
pasien

Anak
Ayah ke 1
pasien
Keterangan :
: Fungsional
Anak ke 2 (Hubungan dekat)
: Disfungsional
: Acuh tak acuh

III.12 Bentuk dan Siklus Keluarga


Bentuk keluarga ini ialah keluarga extended family, yaitu keluarga yang
disertai sanak keluarga lainnya, menurut garis vertikal (Ibu, bapak, kakek, nenek,
menantu, cuci, cicit) yang berasal dari pihak suami atau dari pihak istri.

Komponen APGAR
Tabel 5. Skoring APGAR
Skor

Komponen Indikator
0 1 2

Adaptation Saya puas dengan keluarga saya karena suami sudah menjalankan V
kewajiban sesuai dengan seharusnya
Partnership Saya puas dengan suami saya karena dapat membantu
V
memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi
Growth Saya puas dengan kebebasan yang diberikan suami saya untuk V
mengembangkan kemampuan yang saya miliki
Affection Saya puas dengan kasih sayang yang diberikan suami saya V

19
Resolve Saya puas dengan waktu yang disediakan suami saya untuk V
menjalin kebersamaan V

Klasifikasi :
Skor 8-10 : Fungsi keluarga sehat
Skor 4-7 : Fungsi keluarga kurang sehat
Skor 0-3 : Fungsi keluarga tidak sehat
Kesimpulan : fungsi keluarga sehat

III.13 Sumber Daya Keluarga (FAMILY SCREEM)


Tabel 6. Family Screem
Sumber Patologis
Pasien, suami ibu dan ayah
SOCIAL pasien memiliki waktu untuk Tidak ada
berkumpul bersama
Pasien melakukan kegiatan di
lingkungan tempat tinggalnya
CULTURAL Tidak ada
sesuai dengan kebudayaan
Jawa yang berlaku.
Karena kepercayaan tidak
Pasien dan suami Islam dan
boleh membatasi anak dalam
RELIGIOUS selalu menjalankan ibadah
Islam, maka keluarga tidak
dengan taat dan ikhlas.
menggunakan KB
Pasien bersama Suami bekerja
sebagai buruh. Suami pasien
ECONOMIC adalah tulang punggung Tidak ada
keluarga yang membiayai
kehidupan pasien.
Pasien tidak melanjutkan
Pasien hanya mengikuti pendidikan karena masalah
EDUCATION
pendidikan SLTP biaya, sementara pasien sangat
ingin bersekolah.
Jarak dari tempat tinggal ke
Puskesmas tidak terlalu dekat.
MEDICAL Tidak ada
Jika sakit pasien memiliki
kartu BPJS untuk berobat
III.14 Perjalanan Hidup Keluarga (FAMILY LIFE LINE)

Tahun Usia Pasien Peristiwa Severity of Illness


1971 - Pernikahan Tn. W dan
Ny. R (orang tua suami
pasien)
1977 - Pernikahan Tn. K dan
Ny. N (orang tua
pasien)
1985 Kelahiran suami pasien
1988 0 tahun Kelahiran Ny.HM
(Pasien)
2008
20 tahun Pasien setelah pulang Pasien mengalami stress
bekerja membantu ayah emosional ringan,
pasien mengalami khawatir penyakitnya
lemas dan pusing tetapi dapat berakibat buruk
pasien istirahat sebentar terhadap pasien.

20
dan keluhan membaik.

2009 21 tahun Ibu pasien wafat karena


penyakit jantung
Jan 2010 22 tahun Pernikahan pasien
dengan suami pasien
Nov 2010 22 tahun Kelahiran anak pertama
pasien
April 2013 25 tahun Kelahiran anak kedua
pasien

2017 29 tahun Pasien mengalami


keluhan lemas dan Pasien mengalami stress
pusing memeriksakan emosional ringan,
kehamilannya ke khawatir penyakitnya
puskesmas, dan dapat berakibat buruk
mengetahui jika pasien terhadap pasien.
mengalami kekurangan
darah.

III.15 Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)

No Indikator PHBS Ya Tidak


Persalinan di keluarga anda di tolong oleh tenaga kesehatan
1 terampil yang dilakukan di fasilitas kesehatan (bukan di
rumah sendiri) 

2 Pemeriksaan kehamilan minimal selama 4 kali selama


hamil 
3 Pemberian ASI eksklusif saja pada bayi sampai usia 6bulan 
Balita ditimbang secara rutin (minimal 8 kali setahun) √
4
5 Keluarga biasa makan dengan gizi seimbang 
6 Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari 
7 Keluarga biasa BAB di jamban sehat 
8 Membuang sampah pada tempatnya sehari-hari 
9 Menggunakan lantai rumah kedap air (bukan tanah) 

10 Apakah keluarga anda biasa melakukan aktifitas fisik


minimal 30 menit perhari? 
11 Tidak merokok 

12 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah


BAB 
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari 

14 Membeli/menyimpan /menjual minum-minuman keras (bir,


alkohol, arak, anggur)/narkoba? 

21
15 Anggota JPK/Dana Sehat/Asuransi
Kesehatan/JAMKESMAS (peserta JKN/BPJS)? 

16 Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)


seminggu sekali? 

Interpretasi
Skor 0-5 : Sehat Pratama
Skor 6-10 : Sehat Madya
Skor 11-15 : Sehat Utama
Skor 16 : Sehat Paripurna
Pada keluarga ini mendapat skor 12
Kesimpulan : Perilaku Rumah Tangga Utama

III.16 Diagnostik Holistik


a. Aspek I : keluhan : tidak ada pada pasien,
kekhawatiran : pasien hamil anak ketiga di usia 29 tahun,
harapan : dapat melahirkan dengan selamat dan anak sehat.
b. Aspek II : G3P0A0, 29 tahun, hamil 39 minggu,
Janin tunggal intrauterine
Presentasi kepala, letak punggung kanan
Dengan Anemia pada kehamilan dan pre eklampsia ringan
c. Aspek III : umur (29 tahun),
Perilaku berobat “self medication”
d. Aspek IV : Pasien memiliki kamar mandi dan jamban keluarga.
e. AspekV: derajat fungsional 2 (pasien masih dapat melakukan pekerjaan
ringan sehari-hari).

III.17 Pengelolaan Komprehensif


a. Promotif
Upaya promotif dilakukan dengan memberikan edukasi kepada pasien
untuk mengonsumsi makanan bergizi dan jenis makanan yang bervariasi.
b. Preventif
Pengelolaan preventif yaitu dengan menyarankan pasien untuk melakukan
pemeriksaan USG dan rutin melakukan ANC untuk melihat kesejahteraan
janin.
c. Kuratif
Upaya kuratif dilakukan dengan pemberian tablet Fe dan juga vitamin B
kompleks kepada pasien.
d. Rehabilitatif
Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi nifas pasien atau setelah
melahirkan baik dari sisi fisik maupun psikis. Dalam hal ini perlu edukasi

22
kepada suami dan keluarga untuk meberikan dukungan dan membantu
pasien mempersiapkan mental dan jasmani dalam mengurus anak di usia
muda serta mengembalikan kondisi pasien sehingga dapat beraktivitas
seperti sebelumnya.

III.18 Identifikasi Fungsi Keluarga


1. Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan pasien dan melihat KTP, diperoleh
keterangan bahwa pasien berusia diatas 18 tahun sehingga pasien dapat
dikategorikan kehamilan pada fase rentang hamil terbaik.
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suami. Pasien tidak bekerja, hanya
mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga. Suaminya bekerja sebagai
buruh. Pasien mempunyai kepribadian yang cukup terbuka, tidak cepat
tersinggung, dan ramah terhadap orang lain. Bila ada masalah dalam
rumah tangga, dibicarakan dan dirundingkan berdua dengan suami tanpa
campur tangan pihak lain.
3. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh suaminya.
Pendapatan suami perbulan kurang lebih Rp. 2.500.000. Uang tersebut
dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti listrik dan makan, sisanya
ditabung untuk biaya calon anak. Pasien mempunyai kartu BPJS agar
persalinannya yang sekarang tidak menggunakan biaya pribadi.
4. Fungsi Pendidikan
Pasien bersekolah sampai SMA.
5. Fungsi Religius
Pasien sejak kecil menganut agama Islam, suami juga menganut
agama yang sama dan taat beribadah.
6. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di Dusun Ngadiwinatan 1, Desa
Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Komunikasi
pasien dengan tetangga baik. Pasien aktif dalam kegiatan di lingkungan
dengan tetangga sekitar, seperti arisan, pengajian yang diadakan oleh ibu-
ibu di lingkungan tempat tinggalnya.

23
7. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien menerima kehamilan di usianya yang sekarang dan
mengharapkan anaknya dapat lahir sehat dan selamat. Pasien berencana
melahirkan di bidan puskesmas.

III.19 Pola Makan Keluarga


Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Penderita biasanya makan di rumah.
Jenis makanan dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi makanan sebagai
berikut: nasi, lauk (tahu, tempe, ikan, telur), sayur hijau, dll, air minum biasanya
air putih atau teh. Pasien mengkonsumsi ayam, kira-kira seminggu/dua minggu
sekali. Pasien dan keluarga mengaku jarang mengkonsumsi susu.

III.20 Perilaku Kesehatan Keluarga


Pasien seorang ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-harinya mengurus
pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan
rumah. Bila ada anggota keluarga yang sakit, yang pertama dilakukan adalah
mengobati sendiri dengan obat warung, apabila tidak sembuh maka baru
diperiksakan ke bidan desa atau Puskesmas, pembiayaan dengan BPJS. Apabila
ada waktu luang, keluarga hanya menghabiskan waktu bersama berkumpul di
rumah, ataupun ke rumah saudara yang tinggal di desa tersebut, sesekali rekreasi
dan olahraga. Pasien dan keluarga tidak memiliki hobi khusus.

III.21 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


1. Faktor Perilaku
Pasien seorang ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-harinya
mengurus pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian
dan membersihkan rumah. Pasien tidak pernah melakukan olahraga.
Setiap hari pasien mengkonsumsi makanan yang diolah sendiri sebanyak
3 kali/ hari. Jika keluar rumah selalu menggunakan alas kaki jika
berpergian. Pasien sering menggunakan kendaraan bermotor seperti
motor. Pasien tidak merokok.
Keluarga yang tinggal serumah mengkonsumsi makanan yang
dimasak dirumah. Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan
keluarga langsung berobat ke bidan desa atau Puskesmas. Pasien dan

24
keluarga sudah menjadi peserta BPJS. Pasien aktif dalam ikut serta
kegiatan Posyandu dan aktivitas sosial seperti arisan maupun pertemuan
RT.
2. Faktor Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang tidak terlalu padat penduduk. Atap
rumah belum memiliki langit-langit, dinding terbuat dari batu bata yang
sudah diplester dan dicat. Lantai rumah sudah diberi ubin. Kebersihan di
dalam rumah cukup baik. Pencahayaan dan sirkulasi di dalam rumah
baik. Sumber air minum berasal dari mata air yang kemudian dimasak.
Rumah memiliki kamar mandi dan jamban sendiri. Pasien mandi dan
buang air besar menggunakan kamar mandi dan jamban sendiri. Sampah
dibuang ke kebun lalu dibakar dan terkadang dibuang ke sungai, tidak
tersedianya tempat pembuangan sampah di luar rumah.
3. Faktor sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Puskesmas Borobudur yang berjarak ±10 km, waktu
perjalanan yang ditempuh dengan kendaraan sekitar 20 menit. Bidan desa
terdekat berjarak sekitar 1 km dari rumah.
4. Faktor keturunan
Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat alergi, riwayat diabetes
mellitus, hipertensi, dan sakit jantung.

III.22 Diagram Realita yng ada pada Keluarga

Genetik G3P2A0, 29 thn, hamil 39 minggu

Yankes Status Lingkungan


Kesehatan
Puskesmas Borobudur 10 km Dinding permanen, ventilasi kamar kurang,
Bidan desa 1 km memiliki kamar mandi dan jamban keluarga,
kebersihan dapur kurang baik, tidak
Perilaku memiliki langit-langit atap.
Pasien baru melakukan ANC 8x, suntik
TT (+)

Gambar 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Dalam Keluarga

25
III.23 Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tabel 4. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Keluarga
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Hasil Kegiatan
yang terlibat
Melakukan anamnesis dan
14 Oktober Mendapatkan diagnosis kerja
pemeriksaan fisik kepada pasien Pasien
2017 pasien dan penyebab
di rumah pasien
 Memberikan penjelasan
 Pasien dan keluarga suami
kepada pasien dan keluarga
pasien dapat memahami
pasien mengenai pentingnya
penjelasan yang diberikan,
ANC dan rencana persalinan
dan setuju untuk dilakukan
di tenaga kesehatan (RS atau
ANC (K4) dan persalinan
spesialis kandungan)
di tenaga kesehatan (RS
atau spesialis kandungan)
 Menganjurkan agar
 Pasien dan keluarga
mengkonsumsi makanan yang
menyetujui mengkonsumsi
bergizi untuk membantu
makanan yang bergizi
memenuhi kebutuhan gizi ibu
untuk membantu
dan bayi
memenuhi kebutuhan gizi
ibu dan bayi
 Menganjurkan kepada pasien
 Pasien dan keluarga
agar menjaga higiene sanitasi Pasien dan
14 Oktober memahami dan setuju
dan kesehatan pribadi keluarga
2017 untuk menjaga higiene
sanitasi dan kesehatan
 Menganjurkan kepada pasien pribadi
dan keluarga agar rajin
 Pasien dan keluarga
membuka jendela rumah
memahami dan setuju
minimal 1 jam setiap pagi dan
untuk membuka jendela
sore
rumah minimal 1 jam
setiap pagi dan sore
 Edukasi pasien agar teratur
 Pasien memahami tentang
minum tablet Fe dan asam
pentingnya minum tablet
folat
Fe dan asam folat teratur
 Pasien dan keluarga
memahami tentang
 Edukasi pasien tentang
kehamilan resiko tinggi,
kehamilan resiko tinggi,
persalinan, perawatan
persalinan, perawatan nifas,
nifas, dan perawatan bayi
dan perawatan bayi

III.24 Kesimpulan Pembinaan Keluarga


a. Tingkat pemahaman:
Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik.
b. Faktor pendukung :

26
- Penderita dan keluarga mau menerima informasi yang diberikan, merasa
ingin tahu, dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan
tentang antenatal care dan pola hidup sehat untuk ibu hamil.
- Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk hidup sehat.
c. Faktor penyulit : -
d. Indikator keberhasilan : pasien mengetahui risiko bila tidak dilakukan
ANC dan persalinan di tenaga kesehatan (RS atau spesialis kandungan)
pada kehamilan yang sekarang.

27
BAB IV
ANALISIS KASUS

IV.1 Analisis Kasus


Pasien adalah ibu rumah tangga. Biaya kehidupan sehari-hari didapat dari
suami yang bekerja sebagai buruh. Pasien tinggal di daerah pemukiman penduduk
yang tidak terlalu padat dan termasuk pemukiman biasa. Kondisi rumah pasien
termasuk dalam kategori rumah sehat. Saat ini pasien mengeluh Pasien datang
karena ingin memeriksakan kandungannya yang pertama kali pasien mengaku
hamil 39 minggu. Pasien mengaku terkadang merasakan pusing dan lemas, pasien
sedikit terganggu jika melakukan aktifitas harian seperti menyapu, mengepel,
masak, mencuci dan aktifitas lainnya. Pasien datang diantar oleh suami..

IV.2 Analisis Home Visit


Pada hasil home visit yang telah dilakukan, pasien tinggal dengan suami,
kedua anak serta ayah dari suami pasien. Sehari hari suami pasien bekerja sebagai
buruh dan pasien merupakan ibu rumah tangga.
Dalam hasil penilaian family assestment tools, pasien tinggal bersama
suami, anak laki-laki, anak perempuan, serta ayah dari pasien dalam satu rumah
dengan bentuk keluarga extended family. Hubungan pasien dengan keluarga cukup
baik. Fungsi keluarga pasien dinilai dengan perangkat APGAR dan keluarga
pasien termasuk dalam keluarga yang memiliki fungsi keluarga sehat dengan skor
9, berikut adalah uraian penjelasannya :
1. Continuing Care
Pasien telah mendapatkan satu kali kunjungan rumah untuk
mengontrol perkembangan penyakit dan kesehatan pasien terkait faktor
resiko kebiasaan dan perilaku yang dapat memperburuk maupun
memperingan penyakitnya.
2. Patient Centered, family focused, and community oriented
Pasien telah melibatkan keluarga satu rumah kepada ibu dan ayah,
seta suami terhadap penyakit yang di derita pasien.

3. Emphasis of preventive medicine


Pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi adalah dengan makan
dengan dengan pola gizi seimbang dan minum tablet Fe sesuai anjuran.

28
4. Collaborative and coordinative care
Dalam penanganan pasien yang dilibatkan adalah dokter dan bidan.
Namun bagian dari promosi kesehatan juga dapat turut serta ikut
melakukan promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu
hamil.
5. Patient advocacy
Pasien telah dijelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,
penjelasan tentang penyakitnya sesuai kebutuhan pasien

29
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien ibu hamil 29 tahun G3P2A0 hamil 39 minggu
multigravida dan anemia yang termasuk kehamilan resiko tinggi dilakukan
pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
R/Fe tab no. XXX
 1 dd tab 1
Terapi edukasi :
o Pasien dianjurkan mengkonsumsi tablet besi dan asam folat secara
teratur
o Pasien dianjurkan memperbanyak konsumsi makanan yang bergizi
agar kebutuhan nutrisi ibu dan bayi terpenuhi
o Pasien dianjurkan untuk memperbanyak istirahat
o Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Antenatal Care
secara teratur ke puskesmas atau rumah sakit terdekat, untuk
mengontrol kehamilan dan merencanakan persalinan.
o Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan protein urin,
golongan darah dan kadar hemoglobin untuk mendeteksi risiko
yang mungkin dimiliki.
o Apabila timbul keluhan (mual muntah berlebihan, kenceng-
kenceng, keluar air atau darah dari jalan lahir) segera
memeriksakan diri puskesmas atau rumah sakit.
o Pasien dianjurkan melakukan knee-chest position 2 kali sehari
masing-masing 15 menit hingga menjelang kelahiran.
o Memberikan edukasi kepada pasien untuk mendaftarkan BPJS dan
melakukan persalinan kepada tenaga kesehatan yang terlatih
(dianjurkan dokter spesialis kandungan).
o Menganjurkan ibu memasang KB setelah melahirkan untuk
mencegah kehamilan.

30
 Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
1. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga tentang kehamilannya, meliputi
faktor risiko yang ada pada pasien dan penatalaksanaannya.
2. Memotivasi pasien dan keluarga untuk bersama-sama memperhatikan
kehamilan pasien
3. Memotivasi pasien untuk mempersiapkan persalinan pasien baik dari
psikologis maupun finansial, salah satunya dengan mengikuti program BPJS
V.2 Saran
Untuk menurunkan angka kematian ibu terutama akibat kehamilan
risiko tinggi diperlukan pendekatan keluarga dalam menatalaksana pasien
secara komprehensif. Tenaga kesehatan perlu berupaya lebih keras dalam
mengubah sikap terhadap pemahaman penggunaan kontrasepsi.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan


Tahun 2015-2019. Kementrian Kesehatan RI:2015.
2. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. 2009. Pedoman Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi dengan stiker: Dalam
rangka mempercepat penurunan AKI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
3. Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable
Development Goals (SDGs). Kementrian Kesehatan RI:2015
4. Kementerian Kesehatan RI. Info DATIN Pusat Data dan Informasi
Kementrerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI:2014.
5. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan ed III.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. 2006
6. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Ed 3. Jakarta :2011;Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
7. Rochjati, P. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil (Pengenalan Faktor Risiko
Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi), Pusat Safemotherhood Lab/SMF
Obgin RSU dr. Soetomo/FK UNAIR, Surabaya, 2003
8. Kementrian Kesehatan RI. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Kementrian Kesehatan. 2013
9. Suswadi. Penyulit Kehamilan dan Persalinan pada Wanita Usia Tua.
[thesis]. Semarang: Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi. Universitas Diponegoro; 2000.
10. Hariadi R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya: Himpunan
Kedokteran Fetomaternal Perkumpuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia;
2004.
11. Maulana, M. Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta: Katahati. 2008
12. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip
Pencegahan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014

32
LAMPIRAN

33
Lampiran 1. Kartu Skor Poedji Rochyati

34
35
36

You might also like