Professional Documents
Culture Documents
Studi kami memberikan informasi baru kepada pasien tentang pengetahuan dan pemahaman
mengenai tatalaksana gout. Beberapa kekurangan di dalam informasi yang kami berikan telah
diidentifikasi dalam kisaran total populasi termasuk diet yang memicu gout, dosis obat
penurun asam urat dan resiko dari golongan obat yang dapat memperburuk gout dalam
jangka pendek. Meskipun demikian, pasien dengan penyakit gout yang aktif lebih sedikit
mendapat informasi. Sebaliknya, skor rerata untuk motivasi kesehatan, pemahaman terhadap
pengobatan yang diberikan dan kepercayaan terhadap pemberi pelayanan kesehatan terbilang
tinggi. Pasien dengan penyakit gout akut memiliki karakteristik yang unik diantaranya lebih
sering terjadi pada perempuan, laporan konsumsi alkohol yang rendah dan tingginya angka
perawatan oleh pelayanan medis. Kesimpulan yang sempit dapat terjadi karena sedikitnya
pemahaman mengenai beban penyakit gout, penatalaksanaan sebelumnya dan lama terapi
gout sebagai batasan yang potensial bagi pengaplikasian terapi penurun asam urat. Meskipun
demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sub-grup penelitian ini sehingga
penyedia pelayanan kesehatan dapat memberikan penatalaksanaan intensif dalam rangka
mengontrol penyakit gout mereka.
Hanya beberapa studi epidemiologi yang meneliti tentang hubungan antara faktor diet dengan
kadar asam urat dan tingkat keparahan gout. Secara spesifik, terdapat peningkatan resiko
terjadinya gout oleh tingginya angka konsumsi sapi, babi dan makanan laut. Konsumsi
sayuran yang mengandung purine dalam kadar biasa tidak meningkatkan angka resiko
penyakit gout. Meskipun demikian, lebih dari setengah jumlah pasien percaya bahwa
konsumsi sayuran dapat memperparah gout, sedangkan hanya seperempat dari pasien
mengetahui bahwa konsumsi daging dan makanan laut juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya gout. Konsumsi minuman beralkohol sudah banyak diketahui dapat meningkatkan
rekurensi serangan penyakit gout dan terjadi kurang dari 24 jam setelah konsumsi alkohol,
namun, kurang dari setengah jumlah pasien mengetahui hal tersebut.
Dalam studi ini, rendahnya kewaspadaan mengenai kebutuhan akan terapi jangka panjang
dengan obat penurun asam urat serta resiko jangka pendek dari gejala penyakit gout
menjelaskan hasil studi epidemiologi yang lebih luas, bahwa sebagian besar pasien gout tidak
mengonsumsi obat secara rutin di tahun pertama pengobatan. Secara umum, mereka kembali
berobat dalam kurun waktu empat tahun. Rendahnya ketaatan pasien mengonsumsi obat
secara umum dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan efek samping obat, maka dari itu,
pemberian obat generik dengan harga yang lebih terjangkau dapat membuat pasien kembali
mengonsumsi obat penurun asam urat.
Studi yang kami lakukan serupa dengan studi lain di Inggris yang mengidentifikasi
kurangnya tingkat pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai faktor diet dan pengobatan
yang diberikan pada penyakit gout. Meskipun demikian, hasil yang tercantum dalam studi ini
perlu dipresentasikan dengan mengingat beberapa keterbatasan penelitian. Salah satunya
adalah sampel dari pelayanan kesehatan yang terbatas. Kami percaya bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sudah cukup untuk menggambarkan pelayanan kesehatan
dengan pasien gout yang diresepkan obat penurun asam urat. Terdapat keterbatasan dalam hal
diversitas ras dalam populasi penelitian. Sebagai tambahan, kami tidak mempelajari proses
komunikasi antara penyedia layanan dan pasien, kami hanya mempelajari data yang diberikan
oleh pasien, dengan demikian, kami tidak dapat menilai hubungan antara tingkat pendidikan
dengan pemahaman pasien. Kami juga tidak mempelajari hubungan antara sumber informasi
kesehatan yang diterima pasien dan hubungannya dengan kemampuan pasien memahami
instruksi yang diberikan oleh penyedia pelayanan kesehatan.