Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, merupakan produk hukum yang menjadi dasar bagi seluruh pemangku kebijakan dalam mengatur tata ruang daerah masing – masing. Dalam undang – undang tersebut termuat berbagai peraturan dan ketentuan terkait penataan ruang, mulai dari perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang semua diatur dalam undang – undang tersbeut. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang juga mengamanatkan kepada seluruh kepala daerah untuk wajib menyusun dan menerbitkan dokumen perencanaan tata ruang setiap daerah. Hal ini dikarenakan dokumen perencanaan tata ruang itulah yang akan dijadikan dasar dalam segala bentuk pembangunan di daerah, pemanfaatan ruang, serta perizinan bagi masyarakat untuk memanfaatkan kekayaan alam di daerah masing – masing. Pada umumnya dokumen perencanaan tata ruang terdiri atas rencana umum tata ruang dan rencana detail tata ruang. Setiap kota yang memiliki rencana umum tata ruang dalam bentuk Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) wajib untuk menyusun rencana detail tata ruang ( RDTR ). Penyusunan RDTR sebuah kota berpatokan dengan RTRW kota tersebut, karena dalam RTRW rencana pemanfaatan ruang perkotaanya masih secara umum dan pembatasan pemanfaatan ruangnya masih belum secara terperinci. Alasan inilah yang menjadikan dasar dokumen RDTR harus disusun dan dimiliki oleh setiap kota, karena apabila sebuah kota tidak memiliki RDTR maka perencanaan sebuah kota akan bersifat multi tafsir. Ketika perencanaan sebuah kota bersifat multi tafsir, maka bukan tidak mungkin apabila pelanggaran – pelanggaran pemanfaatan ruang akan terjadi dan perencanaan tidak berjalan sesuai harapan. Maka dari itu, Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang mengamanatkan kepala daerah untuk menyusun rencana detail tata ruang, dan tidak terkecuali untuk Kota Samarinda. Kota Samarinda merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda juga merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur yang terdiri dari 10 kecamatan. Dengan total kecamatan yang banyak, maka Kota Samarinda wajib memiliki dokumen perencanaan tata ruang, agar pemerataan pembangunan dan pemanfaatan ruang Kota Samarinda sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Pengembangan kawasan strategis di Kota Samarinda dapat terealisasi, jika dokumen rencana detail tata ruang telah tersusun. Kawasan strategis yang dimaksud adalah kawasan yang direncanakan atau yang memiliki ciri perkotaan dan memiliki kegiatan ekonomi yang dapat membantu memutar roda perekonomian Kota Samarinda. Selain itu RDTR Kota Samarinda ini juga dapat dijadikan dasar dalam penentuan zonasi untuk setiap bagian wilayah perkotaan Samarinda yang strategis, sehingga kawasan strategis Samarinda dapat berkembang dan dapat memberika manfaat bagi Kota Samarinda. Peraturan zonasi juga sebagai bentuk pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Samarinda, karena segala bentuk perizinan terakit pemanfaatan lahan, perubahan fungsi lahan, dan pemanfaatan sumber daya alam diterbitkan berdasarkan peraturan zonasi yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Samarinda. Hal ini akan meminimalisir penyalahgunaan fungsi lahan yang ada di Kota Samarinda. Salah satu bagian wilayah perkotaan di Kota Samarinda adalah Kecamatan Sambutan. Kecamatan Sambutan merupakan salah satu kecamatan di Kota Samarinda yang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 2 Tahun 2010. Kecamatan Sambutan berjarak 5 Km dari pusat Kota Samarinda. Berdasarkan Profil Kecamatan Sambutan tahun 2017, Kecamatan Sambutan memiliki luas kecamatan seluas 452.739 Ha dengan berbagai bentuk penggunaan lahan. Tercatat dalam profil kecamatan penggunaan lahan terbesar terlatak pada sektor persawahan dengan luas total 449.976 Ha. Berdasarkan data tersebut, Kecamatan Sambutan dapat menjadi kawasan strategis untuk Samarinda karena memiliki lahan pertanian yang luas, sehingga bukan tidak mungkin Kecamatan Sambutan dapat menjadi kawasan andalan Kota Samarinda terkait ketersediaan bahan pangan, seperti beras. Hal ini didukung oleh data hasil pertanian di Kecamatan Sambutan untuk beras mampu menghasilkan sebanyak 5 ton/Ha. Dengan luas total sawah padi seluas 78 Ha, maka jika dijumlahkan maka akan Kecamatan Sambutan mampu memproduksi beras seberat 390 ton untuk sekali panen. Selain itu pada Kecamatan Sambutan yang terletak tepat di tepi Sungai Mahakam menjadikan hasil perikanan dapat dijadikan sebagai pendorong kemajuan Kota Samarinda. Berdasarkan Profil Kecamatan Sambutan terdapat hasil perikanan untuk jenis ikan air tawar seberat 3 ton/tahun untuk ikan nila dan gurame. Pada Kecamatan Sambutan juga terdapat kegiatan industri, seperti industri galangan kapal dan juga dermaga angkut batu bara. Berdasarkan data – data tersebut, maka Pemerintah Kota Samarinda dinilai perlu untuk menyusun dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Sambutan. Hal ini juga sudah diamanatkan dalam Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan agar pengembangan dan pembangunan untuk sektor strategis yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Samarinda khususnya masyarakat Kecamatan Sambutan dapat terealisasi serta tidak terjadi penyalahgunaan lahan dalam praktek pemanfaatan lahan di Kecamatan Sambutan.
1.2 Dasar Hukum
Sebagai landasan dalam penyusunan RDTR Kota Samarinda Kecamatan Sambutan, diperlukan beberapa dasar hukum seperti berikut.
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan; 5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya; 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; 8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian; 9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan; 10. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran; 11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi; 13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 16. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 17. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 18. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; 19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 20. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 21. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi; 22. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol; 23. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan; 24. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 25. Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2007 tentang Fasilitas Umum; 26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 50/2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota; 1.3 Maksud, Tujuan, dan Sasaran 1.3.1 Maksud Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dimaksudkan untuk menjadi acuan rencana pemanfaatan ruang wilayah kecamatan secara terperinci yang disusun dalam rangka pengaturan zonasi, perijinan dan pembangunan kawasan guna penyiapan perwujudan fisik ruang kawasan perkotaan maupun perdesaan. Dalam hal ini, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah sebagai tindak lanjut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota. 1.3.2 Tujuan Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan gambaran faktual secara umum dan dapat dipergunakan untuk pedoman penyusunan fakta dan analisis. 2. Menyiapkan konsep pembangunan tata ruang yang terintegrasi dengan fungsi Kecamatan Sambutan sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala kota. 3. Mewujudkan rencana tata ruang yang mengakomodir segala kepentingan ekonomi, ekologi, sosial budaya sehingga dapat dijadukan panduan dan arahan bagi pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat Kecamatan Sambutan di Kota Samarinda dalam pemanfaatan ruang secara terencana, terarah, terpadu, dan berkesinambungan dalam membangun wilayah dan masyarakat yang disesuaikan terhadap perkembangan perubahan tata ruang. 4. Merumuskan fungsi tata ruang yang mengintegrasikan antara potensi wilayah dengan daya dukung lahan yang optimal sehingga dapat menjadi rekomendasi lokasi pembangunan berbagai sarana dan prasaran infrastruktur. 1.3.3 Sasaran Sasaran dari penyusunan laporan pendahuluan Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kondisi wilayah perencanaan baik fisik maupun non fisik (ekonomi dan sosial kependudukan) 2. Mengidentifikasi potensi, permasalahan, dan aspirasi masyarakat dalam rangka penataan ruang di wilayah perencanaan sehingga dapat mewujudkan tertib penataan ruang serta tertib pemanfaatan lahan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan. 3. Mengidentifikasi intensitas tata guna lahan, kebutuhan masyarakat dan fungsi kawasan serta daya dukung lahan yang optimal. 4. Mengidentifikasi interaksi sistem kegiatan dengan kepentingan kawasan dan kepentingan masyarakat. 5. Merumuskan struktur, kapasitas dan tingkat pelayanan, sistem tata ruang dan arahan distribusi/sebaran masyarakat serta sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun rancangan rencana.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Wilayah studi ini terletak di Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda, dimana kawasan ini terdiri dari lima kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Atas, Kelurahan Makroman, Kelurahan Sambutan Kelurahan, Kelurahan Sindang Sari, dan Kelurahan Sungai Kapih. Kecamatan Sambutan ini memiliki luas 100,95 Ha dengan batas fisik yang membatasinya ialah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Sungai Pinang dan Samarinda Utara. Sebelah Selatan : Sungai Mahakam. Sebelah Barat : Kecamatan Samarinda Ilir. Sebelah Timur : Kecamatan Anggana – Kutai Kartanegara. Berikut adalah citra satelit dari Kecamatan Sambutan yang dibatasi dengan garis berwarna merah, yang terletak dibagian timur dari pusat pemerintahan Kota Samarinda. Gambar 1.1 Batas Wilayah Kecamatan Sambutan Samarinda Sumber : Citra Satelit 2017 Gambar 1.2 Peta Wilayah Kecamatan Sambutan Samarinda Sumber : Bappeda Kota Samarinda 1.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup kegiatan pada Laporan Pendahuluan Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda adalah sebagai berikut : A. Persiapan penyusunan Laporan Pendahuluan 1. Studi literature yang berkaitan dengan wilayah perencanaan dan bagian wilayah perkotaan (BWP), berupa kebijakan atau peraturan yang sudah ada dan hasil studi atau penelitian. 2. Persiapan teknis, antara lain penyiapan desain survei dan rencana kerja B. Pengumpulan Data Pengamatan, pendataan dan identifikasi dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu : 1. Kebijakan dan tujuan pembangunan kecamatan sesuai dengan RTRW 2. Kondisi fisik dasar 3. Penggunaan dan pemanfaatan lahan 4. Kependudukan 5. Sistem transportasi 6. Sistem utilitas 7. Fasilitas pelayanan umum 8. Ekonomi wilayah 9. Kondisi, jenis, dan tipe bangunan 10. Potensi dan permasalahan yang ada pada wilayah perencanaan C. Pengolahan Data Kompilasi dan analisis hasil pendataan, meliputi : 1. Tinjauan kebijakan dan arah pengembangan wilayah 2. Analisis penetapan BWP dan SBWP 3. Analisis pendudukan 4. Analisis fungsi ruang 5. Analisis peruntukan blok 6. Analisis prasarana transportasi 7. Analisis sistem jaringan pergerakan 8. Analisis utilitas umum 9. Analisis amplop ruang 10. Analisis kelembagaan 11. Analisis pengendalian rencana detai tata ruang D. Rencana Perencanaan lebih rinci yang tertuang dalam Laporan Pendahuluan Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda, antara lain : 1. Rencana fungsi ruang 2. Rencana peruntukan blok 3. Rencana skala pelayanan 4. Rencana sistem pergerakan 5. Rencana fasilitas social dan ekonomi 6. Rencana penataan bangunan dan lingkungan 7. Rencana pengendalian pemanfaatan ruang
1.4.3 Jangka Waktu Kegiatan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) memiliki dimensi waktu perencanaan selama 20 tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun sekali. Jangka waktu pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan pendahuluan RDTR Kecamatan Sambutan Kota Samarinda selama 13 (tiga belas) minggu pada semester 4 (empat) sejak terbitnya Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah Praktek Perencanaan Kota Institut Teknologi Kalimantan pada tahun 2018.
1.5 Sistematika Pelaporan
Sistematika pelaporan Laporan Pendahuluan dalam penyusunan RDTR Kecamatan Sambutan diuraikan dalam beberapa pembahasan, yaitu: BAB I Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang disusunnya RDTR Kecamatan Sambutan, dasar hukum, maksud dan tujuan serta sasaran perencanaan, ruang lingkup studi dan sistematika pelaporan. BAB II Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Sambutan Bab ini berisi tentang tinjauan kebijakan pengembangan wilayah Kecamatan Sambutan dalam skala makro. Tinjauan yang dilakukan dalam bab ini megenai arahan undang-undang, kedudukan kawasan perencanaan dalam konstelasi kebijakan penataan ruang, kebijakan dan strategi penataan ruang, dan tinjauan RTRW Kota Samarinda. BAB III Gambaran Umum Wilayah Pada bahasan ini dijelaskan tentang kajian umum Kecamatan Sambutan yang mencakup aspek gambaran umum wilayah dari segi fisik dasar, pengunaan lahan, sumberdaya manusia, fasilitas pelayanan umum, ekonomi wilayah, transportasi, jaringan utilitas, dan kondisi, jenis, dan tipe bangunan Kecamatan Sambutan. BAB IV Metode Pendekatan Bab ini menjelaskan tentang metode pendekatan perencanaan, serta teknik dan analisis data untuk aspek penetapan BWP, kependudukan, fungsi ruang, peruntukan blok, prasarana transportasi, sistem jaringan pergerakan, utilitas umum, dan fasilitas pelayanan umum yang akan digunakan dalam melaksanakan penyusunan RDTR Kecamatan Sambutan. Termasuk akan diuraikan secara umum gambaran output yang diharapkan dari adanya pekerjaan RDTR Kecamatan Sambutan. BAB V Sistem Pelaporan Pada bahasan ini akan diuraikan tentang sistem laporan dan teknik penyajian laporan terkait.