You are on page 1of 23

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN TERAPI HEMODIALISIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi / Pengertian
Dialisis adalah proses yang menggantikan secara fungsional pada gangguan
fungsi ginjal dengan membuang kelebihan cairan dan akumulasi toksin
endogen atau eksogen. Dialisis paling sering digunakan untuk pasien dengan
penyakit ginjal akut atau kronis (tahap akhir).
(Doenges, 2000)

2. Epidemiologi / Insiden Kasus


Dialisis di Indonesia di mulai pada tahun 1970 sampai sekarang telah
dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Diperkirakan telah lebih dari
100.000 pasien yang akhir – akhir ini menjalani dialisis.

3. Indikasi Tindakan
Pada umumnya indikasi dialisis pada GGK alah bila laju filtrasi glomerulus
(LFG sudah kurang dari 5mL/menit, yang di dalam praktek dianggap demikian
bila (TKK) < 5mL/menit. Keadaan pasien yang hanya mempunyai TKK <
5mL/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai
bila dijumpai salah satu hal berikut :
- Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
- K serum > 6 mEq/L

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

- Ureum darah > 200mg/dL


- pH darah < 7,1
- Anuria berkepanjangan (>5 hari)
- Fluid overload

4. Konsep Fisiologi Tindakan Atau Alat / Pengaruh Terhadap Tubuh


A. Konsep Fisiologi Tindakan
Dialisis adalah suatu proses dimana komposisi zat terlarut dari satu larutan
diubah menjadi larutan lain melalui membran semipermiabel. Molekul-
molekul air dan zat-zat terlarut dengan berat molekul rendah dalam kedua
larutan dapat melewati pori-pori membran dan bercampur sementara
molekul zat terlarut yang lebih besar tidak dapat melewati barier membran
semipermiabel. Proses penggeseran (eliminasi) zat-zat terlarut (toksin
uremia) dan air melalui membran semipermiabel atau dializer
berhubungan dengan proses difusi dan ultrafiltrasi (konveksi).
a. Proses Difusi
Proses difusi adalah proses pergerakan spontan dan pasif zat terlarut.
Molekul zat terlarut dari kompartemen darah akan berpindah kedalam
kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut dapat melewati
membran semipermiabel demikian juga sebaliknya.
b. Proses Ultrafiltrasi
Proses ultrafiltrasi adalah proses pergeseran zat terlarut dan pelarut secara
simultan dari kompartemen darah kedalam kompartemen dialisat melalui
membran semipermiabel. Proses ultrafiltrasi ini terdiri dari ultrafiltrasi
hidrostatik dan osmotik.
1) Ultrafiltrasi hidrostatik
- Transmembrane pressure (TMP)
TMP adalah perbedaan tekanan antara kompartemen darah dan
kompartemen dialisat melalui membran. Air dan zat terlarut
didalamnya berpindah dari darah ke dialisat melalui membran
semipermiabel adalah akibat perbedaan tekanan hidrostatik antara
kompertemen darah dan kompartemen dialisat. Kecepatan
ultrafiltrasi tergantung pada perbedaan tekanan yang melewati
membran.

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

- Koefisien ultrafiltrasi (KUf)


Besarnya permeabilitas membran dializer terhadap air bervariasi
tergantung besarnya pori dan ukuran membran. KUf adalah jumlah
cairan (ml/jam) yang berpindah melewati membran per mmHg
perbedaan tekanan (pressure gradient) atau perbedaan TMP yang
melewati membran.
2) Ultrafiltrasi osmotik
Dimisalkan ada 2 larutan “A” dan “B” dipisahkan oleh membran
semipermiabel, bila larutan “B” mengandung lebih banyak jumlah
partikel dibanding “A” maka konsentrasi air dilarutan “B” lebih kecil
dibanding konsentrasi larutan “A”. Dengan demikian air akan
berpindah dari “A” ke “B” melalui membran dan sekaligus akan
membawa zat -zat terlarut didalamnya yang berukuran kecil dan
permiabel terhadap membran, akhirnya konsentrasi zat terlarut pada
kedua bagian menjadi sama.
B. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
• UF Goal / UFR
• Metoda Heparin
• Lokasi & type AV
• Blood flow rate & lama HD
• Type & luas permukaan dialiser
• Komposisi cairan dialisat
C. Peralatan / Pengaruh Terhadap Tubuh
a. Hemodialisis
Peralatan untuk terapi HD terdiri dari dializer, water treatment, larutan
dialisat (konsentrat) serta mesin HD dengan sistem monitor.
(1) Dializer
Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga terjadi
pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Material
membran dializer dapat terbuat dari Sellulose, Sellulose yang
disubstitusi, Cellulosynthetic, Synthetic. Spesifikasi dializer yang
dinyatakan dengan Koeffisient ultrafiltrasi (Kuf) disebut juga dengan
permiabilitas air. Besarnya permeabilitas membran dializer terhadap air
bervariasi tergantung besarnya pori dan ukuran membran. KUf adalah

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

jumlah cairan (ml/jam) yang berpindah melewati membran per mmHg


perbedaan tekanan (pressure gradient) atau perbedaan TMP yang
melewati membran. Dializer ada yang memiliki high efficiency atau
high flux. Dializer high efificiency adalah dializer yang mempunyai
luas permukaan membran yang besar. Dializer high flux adalah dializer
yang mempunyai pori-pori besar yang dapat melewatkan. Molekul
yang lebih besar, dan mempunyai permiabilitas terhadap air yang
tinggi. Ada 3 tipe dializer yang siap pakai, steril dan bersifat disposibel
yaitu bentuk hollow-fiber (capillary) dializer, parallel flat dializer dan
coil dializer. Setiap dializer mempunyai karakteristik tersendiri untuk
menjamin efektifitas proses eliminasi dan menjaga keselamatan
penderita. Yang banyak beredar dipasaran adalah bentuk hollowfiber
dengan membran selulosa.
(2) Water Treatment
Air yang dipergunakan untuk persiapan larutan dialisat haruslah air
yang telah mengalami pengolahan. Air keran tidak boleh digunakan
langsung untuk persiapan larutan dialisat, karena masih banyak
mengandung zat organik dan mineral. Air keran ini akan diolah oleh
water treatment sistim bertahap.
(3) Larutan Dialisat
 Dialisat Asetat
Dialisat asetat telah dipakai secara luas sebagai dialisat standard
untuk mengoreksi asidosis uremikum dan untuk mengimbangi
kehilangan bikarbonat secara difusi selama HD. Dialisat asetat
tersedia dalam bentuk konsentrat yang cair dan relatif stabil.
Dibandingkan dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat asetat
harganya lebih murah tetapi efek sampingnya lebih banyak. Efek
samping yang sering seperti mual, muntah, kepala sakit, otot
kejang, hipotensi, gangguan hemodinamik, hipoksemia, koreksi
asidosis menjadi terganggu, intoleransi glukosa, meningkatkan
pelepasan sitokin. Adapun komposisi dialisat asetat dan bikarbonat
adalah sebagai berikut:
 Dialisat Bikarbonat

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan


asam dan larutan bikarbonat. Kalsium dan magnesium tidak
termasuk dalam konsentrat bikarbonat oleh karena konsentrasi
yang tinggi dari kalsium, magnesium dan bikarbonat dapat
membentuk kalsium dan magnesium karbonat. Larutan bikarbonat
sangat mudah terkontaminasi mikroba karena konsentratnya
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Kontaminasi ini dapat diminimalisir dengan waktu penyimpanan
yang singkat. Konsentrasi bikarbonat yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya hipoksemia dan alkalosis metabolik yang
akut. Namun dialisat bikarbonat bersifat lebih fisiologis walaupun
relatif tidak stabil. Biaya untuk sekali HD bila menggunakan
dialisat bikarbonat relatif lebih mahal dibanding dengan dialisat
asetat.
(4) Mesin hemodialisis
Mesin HD terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat
dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah
dari tempat tusukan vaskuler kepada dializer. Kecepatan dapat diatur
biasanya antara 200-300 ml per,33 - 8,33 menit. Untuk pengendalian
ultrafiltrasi diperlukan tekanan negatif. Lokasi pompa darah biasanya
terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan dialisat.
Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-390 C sebelum dialirkan
kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun
melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan komplikasi. Sistem
monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas
proses dialisis dan keselamatan penderita.
(5) Tusukan Vaskuler
Tusukan vaskuler (blood access) merupakan salah satu aspek teknik
untuk program HD akut maupun kronik. Tusukan vaskuler merupakan
tempat keluarnya darah dari tubuh penderita menuju dializer dan
selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita. Untuk melakukan dialisis
intermiten jangka panjang, maka perlu ada jalan masuk ke sistem
vaskular penderita yang dapat di andalkan. Darah harus dapat keluar
dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200-400 ml/menit.

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

Teknik-teknik akses vaskuler utama untuk hemodialisis dibedakan


menjadi akses eksternal dan akses internal (Price, 1995).
a) Akses Internal (Permanen)
 Arterio-Venous Fistula (AVF).
AVF di buat dengan teknik bedah melalui anastomosis
langsung dari suatu arteri dengan vena (biasanya arteri radialis
dan vena sefalika pergelangan tangan) pada tangan yang non
dominant. Darah pirau dari arteri ke vana membesar setelah
beberapa minggu. Pungsi vena dengan jarum yang besar akan
lebih mudah di lakukan dan mencapai aliran darah pada
tekanan arterial. Hubungan ke sistem dialisis di buat dengann
menempatkan satu jarum di distal (garis arteri) dan sebuah
jarum lagi di proksimal (garis vena) pada vena yang sudah di
arterialisasi tersebut. Masalah yang paling utam adalah rasa
nyeri pada pungsi vena, terbentuknya aneurisma, trombosis,
kesulitan hemostasis postdialisis, dan iskemia pada tangan
(steal syndrome) (Price, 1995).
 Arterio-Venous Graft (AVG).
Di ciptakan dengan menempatkan ujung kanula dari teflon
dalam arteri (biasanya arteri radialis atau tibialis posterior) dan
sebuah vena yang berdekatan. Ujung-ujung kanula kemudian
dihubungkan dengan selang karet silikon dan suatu sambungan
teflon yang melengkapi pirau. Pada waktu di lakukan dialisis,
maka selang pirau eksternal di pisahkan dan di buat hubungan
dengan dialyzer. Darah kemudian mengalir dari jalur arteri,
melalui dialyzer dan kemudian kembali ke vena. Masalah
utama adalah masa pemakaian yang pendek akibat pembekuan
dan infeksi (rata-rata 9 bulan).
b) Akses eksternal atau kateter
 Kateter vena subklavia
 Kateter vena jugularis
 Kateter vena femoralis
Kateter adalah suatu pipa berlubang yang dimasukkan
kedalamvena subklavia, jugularis, atau vena femoralis yang

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

memiliki akses langsung menuju jantung katetr ini merupakan


akses vaskular sementara. akses ini digunakan jika akses internal
tidak dapat digunakan untuk pengobatan, dan pasien membutuhkan
dialisis darurat. Internal AVF and AFG lebih di pilih untuk di
gunakan dari pada kateter karena AVF dan AVG menurunkan
kemungkinan infeksi, yang sangat penting bagi pasien yang
menjalani terapi hemodialisis yang memiliki daya imun rendah
(Kidney Dialysis Foundation, 2004).
b. Dialisa Peritoneal
Tidak jauh berbeda dengan HD, dialisis peritoneal (DP) juga menggunakan
kateter namun yang dipakai adalah Stylet Catheter (kateter peritoneum)
untuk dipasang pada abdomen masuk dalam kavum peritoneum sehingga
ujung kateter terletak dalam kavum Douglasi.
Cairan dialisat yang digunakan mengandung elektrolit dengan kadar
seperti pada plasma darah normal.
Elektrolit Meq/L Tek Osmosis (mOsm/L)
+
Na 140,0 140,0
Ca++ 4,0 2,0
Mg++ 1,5 0,8
Cl- 102,0 102,0
Laktat 43,5 83,3
Glukosa 15,0 gr/L
291,0 Meq/L 371,6 mOsm/L

Gb 1. Mesin Hemodialisa Gb 2. Catheter & Syringe

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

Gb 3. Cairan dialisat

5.
6. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi Penyebab
Demam  Bakteri atau zat penyebab demam
(pirogen) di dalam darah
 Dialisat terlalu panas
Reaksi anafilaksis yang  Alergi terhadap zat di dalam mesin
berakibat fatal (anafilaksis)  Tekanan darah rendah
Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yang dibuang
Gangguan irama jantung Kadar kalium & zat lainnya yang abnormal
dalam darah
Emboli udara Udara memasuki darah di dalam mesin
Perdarahan usus, otak, mata Penggunaan heparin di dalam mesin untuk
atau perut mencegah pembekuan

B.
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
 Data Subyektif
Keluhan lelah, malaise, riwayat HT lama, penurunan frekuensi
urin/oliguri, penurunan nafsu makan, mual, sakit kepala, penglihatan
kabur, sesak, kulit gatal, cemas
 Data Obyektif
Kelemahan otot, turgor kulit menurun, mukosa kering, hipo/hipertensi,
nadi lemah, kulit pucat, perubahan warna urin/kuning pekat, ascites,
edema, penurunan kekuatan otot, rambut tipis, kulit kering, ekimosis

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi


mengenai prosedur HD
b. Risiko infeksi berhubungan dengan akses langsung pada aliran darah
sekunder akibat akses vaskular
c. Mual berhubungan dengan gangguan biokimia (uremia)
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan ultrafiltrasi,
pembatasan cairan
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pemasukan aliran dgn
cepat selama dialisa
f. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan GI (uremia), pembatasan diet, hilangnya protein selama
dialisis
g. PK: Hipertensi/Hipotensi
h. PK: Hemoragi
i. PK: Ketidakseimbangan Elektrolit

3. Perencanaan
a. Dx : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
informasi mengenai prosedur HD
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 20 menit
diharapkan tingkat pengetahuan pasien meningkat
Kriteria hasil :
 Pasien mampu menjelaskan secara benar pengertian, tujuan,
prosedur, indikasi, dan efek samping dilakukan HD
 Pasien tampak tidak bertanya-tanya
 Pasien tampak kooperatif
Intervensi :
(1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang tindakan yang akan
diberikan
R/ Mempermudah dalam pemberian tindakan keperawatan
(2) Dorong dan berikan kesempatan untuk bertanya
R/ Meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan
keputusan, dan menurunkan ansietas

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

(3) Beikan informasi kepada pasien/orang terdekat tentang HD


yang meliputi :
a) Pengertian HD
b) Tujuan HD
c) Prosedur HD
d) Indikasi HD
e) Efek samping selama dan sesudah dilakukan HD
R/ Memberikan dasar pengetahuan kepada pasien sehingga pasien
dapat memperoleh informasi untuk mengurangi ansietas, menghindari
terjadinya kontaminasi serta menurunkan risiko infeksi, pasien dapat
mengevaluasi efek terapi/kebutuhan, mendukung upaya perawatan diri

b. Dx : Risiko infeksi berhubungan dengan akses langsung pada


aliran darah sekunder akibat akses vaskular
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam
diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
Kriteria hasil :
 Suhu tubuh pasien normal (36,5-37,5˚C)
 Tidak teraba panas, tidak terdapat kemerahan, bengkak, dan
terasa nyeri pada akses vaskular
 WBC dalam batas normal (4, 5 – 10, 9 10e 3/µL)

Intervensi :
Mandiri
(1) Ukur tanda-tanda vital
R/ peningkatan suhu tubuh sebagai manifestasi awal terjadinya reaksi
infeksi
(2) Lakukan teknik aseptik dan gunakan masker selama
pemasangan kateter, ganti balutan dan kapan pun sistem dibuka. Ganti
selang sesuai indikasi.
R/ mencegah introduksi organisme dan kontaminasi lewat udara yang
dapat menyebabkan infeksi.

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

(3) Ganti balutan sesuai indikasi dengan hati- hati tidak mengubah
posisi kateter. Perhatikan kateter,warna,bau,drainase dari sekitar sisi
pemasangan.
R/ lingkungan yang lembab meningkatkan pertumbuhan bakteri.
Kolaborasi:
(4) Awasi jumlah WBC dari keluaran
R/ adanya peningkatan WBC pada awal dapat menunjukkan respon
normal terhadap substansi asing; namun berlanjutnya peningkatan
diduga terjadinya infeksi.
(5) Ambil spesimen darah, keluaran cairan, dan/atau drainase dari
sisi pemasangan sesuai indikasi untuk kultur/sensitivitas.
R/ mengidentifikasi tipe organisme.
(6) Awasi klirens ginjal /BUN,kreatinin
R/ antibiotik dan dosis pilihan akan dipengaruhi oleh fungsi ginjal.
(7) Berikan antibiotik secara sistemik atau dalam dialisat sesuai
indikasi.
R/ mengatasi infeksi, mencegah sepsis.

c. Dx : Mual berhubungan dengan gangguan biokimia (uremia)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam
diharapkan pasien tidak mengalami mual dan muntah.
Kriteria hasil:
 Pasien tidak melaporkan adanya rasa mual atau sakit pada perut
 Tidak ada tanta-tanda peningkatan saliva (meludah / menelan)
 Pasien tidak melaporkan adanya rasa asam di mulut
 Pasien menunjukkan kemauan untuk makan
Intervensi:
Mandiri :
(1) Jauhkan pasien dari benda-benda yang berbau tajam, yang
dapat merangsang mual dan muntah.
R/ benda yang berbau dapat merangsang mual dan muntah
(2) Dorong pasien tirah baring dan/atau pembatasan aktivitas
R/ menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan
kalori

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

(3) Anjurkan pasien untuk memakan manisan


R/ mengurangi rasa asam di mulut
(4) Berikan lingkungan yang nyaman, ventilasi yang cukup
R/ lingkungan yang nyaman dapat menurunkan stres
(5) Beri pilihan makanan yang disukai pasien sesuai indikasi diit
yang dianjurkan.
R/ makanan yang disukai akan merangsang pasien untuk makan
(6) Sediakan makanan/minuman dalam keadaan hangat
R/ makanan dan minuman dalam keadaan hangat akan merangsang
nafsu makan dan mengurangi rasa mual
Kolaborasi :
(7) Berikan obat antiemetik (antimual), ex: ondansentron
R/ untuk mengurangi mual

d. Dx : Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan


ultrafiltrasi, pembatasan cairan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam
diharapkan volume cairan normal
Kriteria Hasil:
 TTV normal (Nadi= 60-100 x/menit, TD= 120/80-140/100
mmHg)
 BB sesuai dengan umur
 Turgor kulit elastis < 2 detik
 Mukosa lembab
 Tidak ada perdarahan
Intervensi:
Mandiri
(1) Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik bila tersedia selama
dialisa
R/ Hipotensi, takikardia, penurunan tekanan hemodinamik
menunjukkan kekurangan cairan
(2) Timbang tiap hari sebelum/sesudah dialisa dilakukan

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

R/ Penurunan berat badan waktu pengukuran dengan tepat adalah


pengukuran ultrafiltrasi dan pembuangan cairan
(3) Inspeksi membran mukosa dan evaluasi turgor kulit
R/ Membran mukosa kering, turgor kulit buruk adalah indikator dari
dehidrasi dan membutuhkan peningkatan pemasukan dalam kekuatan
dialisis.
(4) Kaji adanya perdarahan terus menerus atau perdarahan besar
pada sisi akses, membran mukosa, insisi/luka. Hematemesis/guaiak
feses, drainase gaster
R/ Heparinisasi sistemik selama dialisa meningkatkan waktu
pembekuan dan menempatkan pasien pada risiko perdarahan,
khususnya selama 4 jam pertama setelah prosedur
(5) Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran. Lakukan ini
tiap hari
R/ Membantu mengevaluasi status cairan, khususnya bila
dibandingkan dengan berat badan. Catatan: Haluaran urine adalah
evaluasi tidak akurat dari fungsi ginjal pada pasien dialisa. Beberapa
orang menunjukkan haluaran urine dengan sedikit klirens toksin ginjal,
yang lain menunjukkan oliguria atau anuria
(6) Tempatkan pasien pada posisi telentang/Trandelenburg sesuai
kebutuhan
R/ Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
(7) Hb/Ht
R/ Menurun karena anemia, hemodilusi, atau kehilangan darah aktual
(8) Elektrolit serum dan Ph
R/ Ketidak seimbangan dapat memerlukan perubahan dalam cairan
dialisa atau tambahan pengganti untuk mencapai keseimbangan
(9) Waktu pembekuan, contoh ACT.PT/PTT, dan jumlah trombosit
R/ Penggunaan Heparin untuk mencegah pembekuan pada aliran darah
dan hemofilter mengubah koagulasi dan potensial perdarahan aktif
(10) Berikan cairan IV (contoh garam faal)/volume ekspander
(contoh albumin) selama dialisa sesuai indikasi

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

R/ Cairan garam faal/dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO 3 mungkin


diinfuskan dalam sisi vena hemovolter CAF, bila kecepatan
uktrafiltraso tinggi digunakan untuk membuang cairan ektraselular
dan cairan toksik. Volume ekstapander mungkin dibutuhkan selama
atau setelah hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-tiba atau nyata

e. Dx : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pemasukan


aliran dgn cepat selama dialisa
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam
diharapkan volume cairan normal
Kriteria hasil :
 TTV normal (Nadi= 60-100 x/menit, TD= 120/80-140/100
mmHg)
 Tidak terjadi edema
 Kadar Natrium dalam batas normal ( 135 – 145 mEq/L)
 Turgor kulit baik
 Tidak terjadi dispneu
Intervensi :
Mandiri
(1) Awasi tekanan darah dan nadi, perhatikan hipertensi, nadi kuat,
edema perifer
R/ Peninggian menunjukkan hipervolemia. Kelebihan cairan berpotensi
gagal jantung kongestif/edema paru
(2) Inspeksi membran mukosa dan evaluasi turgor kulit
R/ Membran mukosa kering, turgor kulit buruk adalah indikator dari
dehidrasi dan membutuhkan peningkatan pemasukan dalam kekuatan
dialisis.
Kolaborasi
(3) Perubahan program dialisat sesuai indikasi
R/ Perubahan mungkin diperlukan dalam konsentrasi glukosa dan
natrium untuk memudahkan efisiensi dialisis.
(4) Awasi natrium serum

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

R/ Hipernatremia dapat terjadi meskipun kadar serum dapat


menunjukkan efek pengenceran dari kelebihan volume cairan.
(5) Pertahankan pembatasan cairan sesuai indikasi
R/ Pembatasan cairan dapat menurunkan kelebihan volume cairan

f. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan gangguan GI (uremia), pembatasan diet,
hilangnya protein selama dialisis
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam
diharapkan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
 BB mengalami peningkatan
 Tidak adanya mual muntah
 Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
 Pasien tidak mengalami kesulitan menelan
Intervensi :
Mandiri
(1) Awasi konsumsi makanan/cairan dan hitung masukan kalori per
hari
R/ mengidentifikasi kekurangan nutrisi/kebutuhan terapi
(2) Anjurkan pasien mempertahankan masukan makanan harian,
termasuk perkiraan jumlah konsumsi elekrolit (natrium, kalium, klorida,
magnesium), dan protein
R/ membantu pasien untuk menyadari “gambaran besar” dan
memungkinkan kesempatan untuk mengubah pilihan diet untuk
memenuhi keinginan individu dalam pembatasan yang diidentifikasi
(3) Perhatikan adanya mual-muntah
R/ gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah/menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
(4) Kaji kemampuan untuk mengunyah,merasakan, dan menelan
R/ Lesi mulut, dan proses dialisis dapat menyebabkan disfagia,
penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan
mengurangi keinginan untuk makan.

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

(5) Timbang BB sesuai kebutuhan. Evaluasi BB dalam hal adanya


BB yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran BB dan
antropometrik.
R/ Indikator pemenuhan nutrisi / pemasukan yang adekuat.
(6) Berikan makan sedikit dan frekuensi sering. Jadwalkan makan
sesuai dengan kebutuhan dialisis
R/ Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan. Tipe dialysis
mempengaruhi pola makan, contoh pasien dengan hemodialisa mungkin
tidak makan sebelum/selama prosedur,, karena ini dapat mengubah
pembuangan cairan
Kolaborasi
(7) Rujuk ke ahli gizi
R/ berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan
budaya/pola hidup meningkatkan kerjasama pasien.
(8) Berikan diet tinggi karbohidrat yang meliputi jumlah protein
kualitas tinggi dan asam amino essential dengan pembatasan
natrium/kalium sesuai indikasi
R/ memberikan nutrien cukup untuk memperbaiki energy, mencegah
penggunaan otot, meningkatkan regenerasi jaringan/penyembuhan dan
keseimbangan elektrolit
(9) Berikan multivitamin termasuk asam askorbat, asam folat,
vitamin D, dan tambahan esi sesuai indikasi
R/ menggantikan kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia atau
selam dialisis
(10) Berikan tambahan parenteral sesuai indikasi
R/ hiperalimentasi mungkin diperlukan untuk meningkatkan regenerasi
tubulus ginjal/perbaikan proses penyakit dasar dan untuk memberikan
nutrient bila makan per oral atau enteral dikontraindikasikan
(11) Awasi kadar protein/albumin serum
R/ indikator kebutuhan protein
(12) Berikan antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
R/ menurunkan stimulasi pada pusat muntah
(13) Masukkan/pertahankan selang nasogastrik sesuai indikasi

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

R/ untuk mempertahan intake nutrisi yang adekuat bila terjadi muntah


menetap

g. Dx PK: Hipertensi/Hipotensi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam
diharapkan perawat dapat meminimalkan komplikasi dari
hipertensi/hipotensi
Kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal :
 TD = 110-140/70-90 mmHG
 Nadi = 60-100 x/mnt
 RR = 16-24 x/mnt
 Klien melaporkan tidak mengeluh pusing
Intervensi
(1) Pantau tekanan darah dan bandingkan serta laporkan hasilnya
dengan yang diambil sebelumnya
R/ Mengetahui perubahan status tekanan darah sehingga dapat
mengetahui apakah ada tanda terjadinya syok
(2) Jamin klien mendapat sebanyak mungkin istirahat tanpa
gangguan
R/ Istirahat adekuat meningkatkan relaksasi dan mungkin membantu
menurunkan hipertensi dan menurunkan risiko terjadinya kejang
(3) - Kolaborasi pemberian obat antihipertensi
R/ Medikasi antihipertensi berperan penting dalam penanganan
hipertensi yang berhungan dengan gagal ginjal akut
(4) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam penentuan diet makanan
R/ makanan tertentu mampu meningkatkan tekanan darah

h. Dx PK: Hemoragi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam
diharapkan perawat dapat meminimalisir komplikasi dari
perdarahan
Kriteria hasil :

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

 Tanda-tanda perdarahan (-)


 TTV normal ( N = 60-100 x/menit, TD = 110-140/70-90
mmHg, S = 36,5-37,50 c, dan RR = 16-24 x/menit)
 Sianosis (-)
 CRT < 2 detik
 Akral hangat
 Konjungtiva tidak anemis
 Hb dalam batas normal
Intervensi:
(1) Pantau TTV dan laporkan
R/ mengidentifikasi kondisi pasien
(2) Pantau tanda-tanda perdarahan dan laporkan
R/ mengidentifikasi adanya perdarahan, membantu dalam pemberian
intervensi yang tepat
(3) Pantau tanda-tanda perubahan sirkulasi kejaringan perifer (CRT
dan sianosis) dan laporkan
R/ mengetahui keadekuatan aliran darah
(4) Pantau hemoglobin, hematokrit, jumlah sel darah merah,
trombosit, PT, PTT, dan nilai BUN
R/ Nilai laboratorium ini menggambarkan keefektifan pengobatan
(5) Pemberian obat antikoagulan
R/ Berfungsi untuk proses pembekuan darah sehinggan perdarahan dapat
diatasi
(6) Siapkan pasien untuk transfusi sesuai indikasi
R/ Untuk menanggulangi daripada perdarahan yang terjadi dan
menghindari terjadinya syok hipovolemik serta anemia

i. Dx PK: Ketidakseimbangan Elektrolit


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam diharapkan
perawat dapat mengurangi episodic ketidakseimbangan elektrolit
Kriteria hasil :
 Kadar kalium ( 3,40-4,80 mmol/L)
 Kadar natrium (135,00-147,00 mmol/L)

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

Intervensi :
Hiperkalemia
(1) Pantau tanda dan gejala hiperkalemia (lemah sampai paralisis
flaksid,otot-otot peka rangsang,parestesia,mual,kram abdomen atau diare
,oliguria,perubahan EKG)
R/ Hiperkalemia dapat diakibatkan oleh penuruna kemampuan ginjal
dalam mengeksresikan kalium atau pemasukan kalium yang
berlebihan .Asidosis menyebabkan peningkatan pelepasan kalium dari
sel .Nilai kalium yang berfluktuasi akan berakibat pada transmisi
neurmuskuler dan menyebabkan irama jantung yang tidak teratur serta
menurunkan kerja otot –otot polos saluran pencernaan
(2) Batasi makanan dan cairan yang kadar kaliumnya tinggi serta
batasi airan IV dengan kalium
R/ Kadar kalium yang tinggi membutuhkan penrunan masukan cairan
(3) Lakukan latihan rentang gerak pada ektremitas
R/ Dengan rentang gerak meningkatkan kekuatan otot dan mengurangi
kram
(4) Berikan obat-obatan untuk menurunkan nilai kalium serum
sesuai dengan program dokter atau protocol (Kalsium IV,Natriun
bikarbonat, dan resin penukar kation (kayexalate,hemodialisis)
R/ untuk memblok efek pada otot-otot jantung,untuk menekan kembali
kalium ke dalam sel,untuk memaksa eskresi kalium.
Hipokalemia
(1) Pantau tanda dan gejala hipokalemia( kelemahan ,reflex tendon
dalam hilang atau menurun,hipoventilasi,perubahan tingkat
kesadaran,poiuria,hipotensi,ileus paralitik,perubahan EKG: ada
gelombang U,gelombang T datar atau menurun ,ketidakseimbangan
irama,dan interval QT yang memanjang.,mual ,munta,anoreksia)
R/ hipokalemia disebabkan oleh kehilangan kalium yang berhubungan
dengan mual,muntah,diare,atau pengobatan diuretic atau dari masukan
kalium yang tidak adekuat.
(2) Dorong klien untuk meningkatkan masukan makanan yang
kaya akan kalium

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

R/ peningkatan masukan kalium dalam makanan sehari-hari membantu


dalam penggantian kalium
(3) Jika pengobatan kalium diberikan secara parenteral ( selalu
harus diencerkan ), pada dewasa tidak boleh lebih dari 20 mEq
/jam.Pantau nilai kalium serum selama pengobatan.
R/ kadar berlebihan dapat menyebabkan disritmia jantung
(4) Observasi sisi IV terhadap infiltrasi
R/ Kalium sangat tajam terhadap jaringan
Hiponatremia
(1) Pantau tanda dan gejala dari hiponatremia ( dampak terhadap
SSP bervariasi dari segi letargi sampai koma sakit
kepala,kelemahan,nyeri abdomen,otot-otot kedutan atau
kejang,mal,muntah,diare)
R/ Hiponatremia disebabkan oleh kehilangan natrium melalaui muntah,
diare, atau pengobatan dengan diuretic,pemasukan cairan yang
berlebihan,atau pemasukan natrium yang tidak mencukupi pada diet
sehari-hari .edema seluler disebabkan oleh osmosis,menyebabkan edema
otak,kelemahan otot serta kram.
(2) Untuk klien yang mengalami hiponatremi ,berikan cairan
natrium klorida secara IV dan jangan teruskan pengobatan diuretic,sesuai
program
R/ Intervensi ini mencegah kehilangan natrium berlanjut
(3) Pantau tanda dan gejala tanda hipenatremia dengan kelebihan
beban cairan (haus,penurunan haluaran urine,dampak pada SSP
bervariasi dari agitasi sampai kejang,evaluasi osmolaritas
serum,pertambahan berat badan,edema,nilai tekanan darah ,takikardia
R/ Hipernatremia disebabkan oleh masukan masukan natrium yang
berlebihan atau peningkatan haluaran aldosteron.Air ditarik dari sel
menyebabkan sel dehidrasi dan menimbulkan gejala-gejala pada
SSP.Haus merupakan respon kompensasi untuk mengencerkan natrium
Hipernatremia :
(1) Berikan pengganti cairan sesuai dengan nilai osmolaritas serum
R/ penurunan osmolaritas serum yang cepat dapat menyebabkan edema
otak dan kejang

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2012

(2) Pantau terhadap kejang


R/ kelebihan natrium menyebabkan odema serebral
(3) Pantau masukan dan haluaran seta berat badan
R/ hal ini akan mengevaluasi keseimbangan berat badan
I.
II. DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, N.D. 2009. Hemidialisis; Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal.


Cet Ke-2. Jogyakarta: Mitra Cendikia Press
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton & Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik edisi 4 volume 2.
Jakarta : EGC.
NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009 -
2011. Jakarta : EGC.
Price. 1997. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jilid II. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Vol. 2. Jakarta: EGC.
Sovari, A.A. 2008. Renal Failure, Chronic, & Dialysis Complication, (Online),
(http://emedicine.medscape.com/article/157452-media, diakses pada tgl 1
Maret 2010).
Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, Hemodialysis, (Online), (http://en.wikipedia.
org/wiki/Hemodialysis, Diakses pada tgl 1 Maret 2010).

Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah


WOC Pelaksanaan Tindakan Hemodialisa

Indikasi HD
- Keadaan umum buruk dan gejala klinis
nyata
- K serum > 6 mEq/L
- Ureum darah > 200mg/dL
- pH darah < 7,1
- Anuria berkepanjangan (>5 hari)
- Fluid overload

Pre HD Saat HD Post HD

Kurang pajanan Ultrafiltrasi Terdapat bekas


informasi tinggi/ luka punksi
pembatasan pada akses
cairan vaskular
Defisit
pengetahuan
Risiko infeksi
Risiko
kekurangan
volume cairan
Hilangnya protein
selama dialisis
PK
Hipertensi/
Ketidakseimb
angan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan Ggn biokimia
tubuh (uremia)

Muntah
PK Himoragi
Pemasukan
PK aliran dgn cepat
Ketidakseimba
selama dialisa
ngan elektrolit

Kelebihan
volume cairan

You might also like