You are on page 1of 6

POLA CEDERA TORAKS PADA KECELAKAAN LALU LINTAS

YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DI BAGIAN FORENSIK


DAN MEDIKOLEGAL RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU
PERIODE JANUARI 2013- JANUARI 2014

Jessica R. Labora
Erwin G. Kristanto
James F. Siwu

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi - RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: jessicarefanya@yahoo.com

Abstract: Traffic accident is the most frequent cause of death. Chest injury is the third rank in
traumatic cases due to traffic accident. This study aimed to obtain chest injury pattern due to
traffic accident that led to death in the Forensic and Medicolegal Departement at Prof. Dr. R.
D. Kandou Hospital Manado from Januari 2013 to Januari 2014. This was a retrospective
descriptive study. Data were collected from the medical record of traffic accident cases. The
results showed that there were 85 cases of traffic accidents during the time period, however,
only 23 cases had visum et repertum. There were 7 death cases due to chest injuries. Their
ages ranged from 17 to >65 years, mostly at the age of 17-25 years. Males were the most
frequent (71.43%). The most commonly found wounds were opened wounds and blisters
(each was 28.58%), followed by bruises and fractures (each was 14.28%). Pattertns of left and
right injuries of the chest did not differ much. Most victims were drivers (42.8%).
Conclusion: Chest injuries that led to deaths were more frequent among drivers, males, and
aged 17-25 years.
Keywords: chest injury, traffic accident.

Abstrak: Kecelakaan lalu lintas (KLL) masih menjadi salah satu penyebab utama kematian
dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Cedera toraks menduduki peringkat ketiga
terbanyak pada kasus trauma akibat kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola cedera toraks pada kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian di
Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari
2013-Januari 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif. Data
dikumpulkan dari rekam medik seluruh kasus kecelakaan lalu lintas di tahun 2013-2014. Hasil
penelitian memperlihatkan dari 85 kasus korban KLL hanya 23 kasus yang dilakukan visum et
repertum, dan terdapat 7 kasus yang meninggal dengan cedera toraks. Usia korban berkisar 17
sampai dengan >65 tahun, terbanyak pada usia 17-25 tahun serta jenis kelamin laki-laki
(71,43%). Pola luka yang tersering terjadi ialah luka terbuka dan luka lecet (masing-masing
28,58%), diikuti oleh luka memar, dan patah tulang (masing-masing 14,28%). Pola cedera
pada toraks sebelah kiri dan kanan tidak banyak berbeda. Peran korban terutama sebagai
pengemudi (42,8%). Simpulan: Korban KLL dengan cedera toraks yang menyebabkan
kematian paling banyak terjadi pada pengemudi, jenis kelamin laki-laki, dan berusia 17-25
tahun.
Kata kunci: cedera toraks, kecelakaan lalu lintas.

42
Labora, Kristanto, Siwu; Pola Cedera Toraks pada Kecelakaan Lalu Lintas... 43

Toraks adalah daerah pada tubuh manusia sehingga penderita tidak mau bernapas
yang berada diantara leher dan perut (terjadi gangguan ventilasi) dan tidak
(abdomen). Toraks dapat didefinisikan mau batuk (sekret/dahak terkumpul/
sebagai area yang dibatasi di superior oleh tidak bisa keluar). Selain itu dapat
thoracic inlet dan inferior oleh thoracic terjadi flail chest bila patah tulang iga
outlet, dengan batas luar adalah dinding jamak dan segmental (lebih dari 1
toraks yang disusun oleh tulang-tulang tempat).
vertebra torakal, kosta, dan sternum, serta 4. Kompresi pada toraks dapat mengaki-
otot dan jaringan ikat. Pada rongga toraks batkan terjadinya asfiksia traumatika.
terdapat paru-paru dan mediastinum. 5. Luka ”menghisap” pada dinding dada
Mediastinum dibagi menjadi 3 bagian: yang menyebabkan paru mengempis/
superior, anterior, dan posterior. kolaps.
Mediastinum terletak di antara paru-paru
kiri dan kanan dan merupakan daerah Mekanisme trauma toraks meliputi:5,6
tempat organ-organ penting toraks selain 1. Akselerasi: Kerusakan yang terjadi
paru-paru, yaitu: jantung, aorta, arteri merupakan akibat langsung dari
pulmonalis, vena kava, esofagus, trakea.1,2 penyebab trauma. Gaya perusak
Cedera toraks adalah luka atau cedera berbanding lurus dengan massa dan
akibat benda tajam atau tumpul yang percepatan (akselerasi) sesuai dengan
mengenai rongga toraks dan dapat hukum Newton II. Kerusakan yang
menyebabkan kerusakan baik dinding terjadi juga bergantung pada luas
toraks maupun isi kavum toraks yang jaringan tubuh yang menerima gaya
berlanjut sebagai keadaan gawat toraks perusak dari trauma tersebut.
akut. Bahaya utama berhubungan dengan
2. Deselerasi: Kerusakan terjadi akibat
cedera toraks biasanya berupa perdarahan
mekanisme deselerasi dari jaringan.
dalam dan tusukan terhadap organ.3
Biasanya terjadi pada tubuh yang
Cedera toraks dapat meluas dari bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat
benjolan dan goresan yang relatif kecil trauma. Kerusakan terjadi oleh karena
menjadi cedera yang dapat menghancur- pada saat trauma organ-organ dalam
kan jaringan dan organ di bawahnya atau
keadaan masih bergerak dan gaya yang
terjadi trauma penetrasi. Cedera dapat
merusak terjadi akibat tumbukan pada
berupa penetrasi atau tanpa penetrasi dinding toraks/rongga tubuh lain atau
(tumpul). Cedera toraks penetrasi mungkin oleh karena tarikan dari jaringan
disebabkan oleh luka terbuka yang pengikat organ tersebut.
memberi kesempatan bagi udara atmosfir 3. Torsio dan rotasi: Gaya torsio dan
masuk ke permukaan pleura dan rotasi yang terjadi umumnya diakibat-
menganggu mekanisme ventilasi normal. kan oleh adanya deselerasi organ-
Cedera tersebut dapat menyebabkan organ dalam yang sebagian strukturnya
kerusakan serius bagi paru-paru, kavum memiliki jaringan pengikat/terfiksasi.
pleura dan struktur toraks lainnya sehingga 4. Blast injury: Kerusakan jaringan
membatasi kemampuan jantung untuk
terjadi tanpa adanya kontak langsung
memompa darah atau kemampuan paru dengan penyebab trauma, sebagai
untuk pertukaran udara dan oksigen darah.3
contoh: ledakan kendaraan saat terjadi
kecelakaan lalu lintas (KLL). Gaya
PATOFISIOLOGI CEDERA TORAKS merusak di terima oleh tubuh melalui
Patofisiologi cedera toraks meliputi:3,4 penghantaran gelombang energi.
1. Perdarahan.
2. Kerusakan alveoli/jalan napas/ pleura
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
sehingga udara keluar dari jalan napas.
3. Patah tulang iga: timbul rasa nyeri Data yang diperoleh di Bagian
44 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 42-47

Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. Dari seluruh kasus yang masuk di
Kandou Manado memperlihatkan jumlah bagian Forensik dan Medikolegal RSUO
kasus dan kematian akibat KLL pada Prof. Dr. Kandou Manado periode Januari
periode Januari 2013-Januari 2014 ialah 85 2013-Januari 2014, umumnya kasus
kasus. Persentase per bulan berkisar 2,35- tersebut diminta oleh pihak penyidik untuk
15,29% dengan rerata per bulan 7,69%. dilakukan pemeriksaan luar agar diperoleh
Kasus terbanyak terjadi pada bulan Mei data mengenai regio tubuh yang mengalami
2013 dan yang paling sedikit pada bulan cedera serta kepentingan peradilan (Tabel
Desember 2013 (Tabel 1). 2). Hal ini sesuai dengan pasal 133 KUHP
ayat 1 yang menyatakan dalam hal
penyidikan untuk kepentingan peradilan
Tabel 1. Angka kematian akibat kecelakaan menangani seorang korban baik luka,
lalu lintas periode Januari 2013- Januari 2014 keracunan, ataupun mati yang diduga
yang di periksa menurut data di Bagian karena peristiwa yang merupakan tindak
Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R.D pidana, ia berwenang mengajukan permin-
Kandou Manado taan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
Jumlah atau dokter atau ahli lainnya.7-9
Tahun Bulan %
kasus Sesuai data pada Tabel 2, luka terbuka
2013 Januari 4 4,70 serta luka lecet mempunyai persentase
yangsama banyak pada korban KLL. Luka
Februari 7 8,25
lecet adalah luka dangkal terbuka yang
Maret 5 5,89 menimbulkan perdarahan dan kerusakan
April 6 7,05 ujung-ujung saraf di kulit. Luka tersebut
banyak terjadi pada korban akibat KLL
Mei 13 15,29
dengan ukuran yang cukup luas. Luka lecet
Juni 8 9,42 dapat disebabkan karena faktor pengemudi
Juli 8 9,42 serta faktor lingkungan jalan. Posisi serta
keadaan jatuh korban saat terjadi KLL
Agustus 6 7,05
menentukan seberapa luas luka lecet yang
September 3 3,53 dapat terjadi pada tubuh korban.10
Oktober 9 10,58 Terjadinya luka lecet antara toraks sebelah
kiri (57,14%) dan kanan (42,86%) tidak
November 9 10,58
banyak berbeda. Hal ini dapat disebabkan
Desember 2 2,35 selain posisi kecelakaan peran sebagai
2014 Januari 5 5,89 pengendara atau pengemudi sepeda motor
serta orang yang dibonceng maupun
Jumlah 85 100
pejalan kaki juga turut berpengaruh.11

Tabel 2. Distribusi gambaran dan lokasi luka pada korban kasus kecelakaan lalu lintas yang
meninggal dengan cedera thoraks sesuai pola cedera berdasarkan data di Bagian Forensik dan
Medikolegal RSUP Prof. Dr. Kandou Manado periode Januari 2013-Januari 2014
Luka Luka Patah
Luka Lecet Campuran
Terbuka Memar Tulang
Toraks kanan 1 1 - - -
Toraks kiri 1 - 1 1 1
Gabungan toraks
- 1 - - -
kanan dan kiri
Jumlah kasus 2 2 1 1 1
% 28,58 28,58 14,28 14,28 14,28
Labora, Kristanto, Siwu; Pola Cedera Toraks pada Kecelakaan Lalu Lintas... 45

Luka memar adalah luka yang Tabel 3. Jumlah korban meninggal dengan
disebabkan oleh benturan benda yang keras cedera toraks akibat kecelakaan lalu lintas
sehingga terjadi kerusakan pada jaringan berdasarkan jenis kelamin yang masuk di
lunak dan ruptur pada pembuluh darah. Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof.
Dr. Kandou Manado periode Januari 2013-
Pada korban KLL benturan yang terjadi
Januari 2014
biasanya disebabkan oleh benturan dengan
stang stir di kendaraan bermotor. Selain Tahun Laki- Perempuan Tanpa
luka memar, benturan yang terjadi dapat laki keterangan
mengakibatkan perdarahan pada organ 2013 4 0 2
yang terdapat dalam toraks seperti jantung 2014 1 0 0
dan paru-paru. Benturan tersebut juga dapat Jumlah 5 0 2
% 71,43 0 28,57
mengakibatkan fraktur pada beberapa
tulang toraks; yang tersering ialah fraktur
pada tulang iga dan sternum.12 Tabel 4. Jumlah korban meninggal dengan
Data yang diperoleh memperlihatkan cedera toraks akibat kecelakaan lalu lintas
bahwa pola luka yang paling sering terjadi berdasarkan usia yang masuk di Bagian
ialah luka terbuka khususnya luka lecet, Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr.
luka memar dan patah tulang. Ketiga pola Kandou Manado periode Januari 2013-Januari
luka tersebut dapat menyebabkan kematian 2014
pada korban KLL, yang juga dipengaruhi Usia
oleh faktor pengemudi, lingkungan jalan, Jumlah korban %
(Tahun)
serta posisi saat terjadinya kecelakaan.10,12 0-5 Tahun - 0
Korban meninggal akibat KLL 6-11 Tahun - 0
terbanyak ialah laki-laki (Tabel 3). Hal ini 12-16 Tahun - 0
mungkin disebabkan karena populasi laki- 17-25 Tahun 3 42,8
laki yang mengendarai lebih besar dari 26-35 Tahun 1 14,3
perempuan. Selain itu, laki-laki dewasa 36-45 Tahun - 0
dituntut untuk bekerja keras mencari 46- 55 Tahun 1 14,3
nafkah diluar tempat tinggal sehingga laki- 56-65 Tahun - 0
>65 Tahun 1 14,3
laki merupakan objek terbanyak dalam
Tanpa keterangan 1 14,3
menggunakan jalan raya, mengendarai
Jumlah 7 100
kendaraan bermotor, serta khususnya dalam
berlalu lintas. KLL juga dapat terjadi
karena dewasa ini banyak pengendara yang
kurang berkonsentrasi, menggunakan Tabel 5 menunjukkan bahwa peran
telepon genggam, atau dalam keadaan sebagai pengemudi/pengendara merupa-
mabuk. Hal-hal tersebut di atas dapat kan korban paling banyak menyebabkan
mendukung mengapa jenis kelamin laki- kematian pada kasus KLL yang terjadi.
laki mempunyai risiko yang cukup tinggi Dari 7 kasus korban yang meninggal
untuk terjadinya KLL yang dapat dengan cedera toraks pada KLL, 3
menyebabkan kematian. (47,86%) di antaranya merupakan
Data Tabel 4 menunjukkan bahwa pengemudi atau pengendara sepeda motor.
korban KLL yang meninggal denga cedera Hal-hal tersebut dapat disebabkan oleh
toraks terbanyak pada usia 17-25 tahun karena tidak menggunakan helm saat
(30,58%). Usia tersebut merupakan usia mengendarai kendaraan bermotor, tidak
remaja hingga dewasa muda yang masih menggunakan sabuk pengaman dalam
bersekolah/kuliah dengan keinginan serta mengendarai kendaraan atau sebagai
pengaruh dari luar yang cukup besar untuk penumpang dalam mobil, dan juga tidak
dapat mencoba banyak hal baru termasuk mematuhi rambu-rambu serta peraturan
dalam mengendarai kendaraan bermotor lalu lintas yang ada.12-14
dengan cara yang salah. Korban pejalan kaki juga menunjukkan
46 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 42-47

angka yang cukup besar. Hal ini dapat pada jenis kelamin laki-laki, usia 17 hingga
disebabkan oleh pejalan kaki terkadang 25 tahun, dengan pola luka terbuka yaitu
tidak berhati-hati saat menyeberangi jalan luka lecet dan luka memar. Peran korban
utama, tergesa-gesa saat menyeberang dan tersering sebagai pengemudi mobil atau
yang paling sering ialah menyeberang pengendara sepeda motor.
bukan pada jalur penyeberangan yang ada.
Korban pejalan kaki yang meninggal
dengan cedera toraks ini biasanya di SARAN
sebabkan oleh karena arah tabrakan yang 1. Perlu disosialisasikan pengetahuan
terjadi membuat korban terlempar cukup tentang peraturan rambu-rambu lalu
jauh dan mengakibatkan patahnya beberapa lintas, penggunaan helm standar yang
tulang di bagian toraks.12-14 benar, keharusan penggunaan sabuk
pengaman saat mengemudikan ken-
daraan, serta mengontrol kecepatan
Tabel 5. Jumlah korban meninggal dengan saat mengemudi dan mengendara
cedera toraks akibat kecelakaan lalu lintas sepeda motor di jalan raya.
berdasarkan peran korban semula dalam berlalu 2. Diharapkan pihak kepolisian lebih
lintas sesuai data visum et repertum di Bagian
memperhatikan dalam pemberian Surat
Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr.
Izin Mengemudi sesuai persyaratan
Kandou Manado periode Januari 2013-Januari
2014 yang telah ada, pengawasan
penggunaan sabuk pengaman dan
Jumlah penggunaan helm serta sanksi yang
Peran korban semula %
kasus tegas jika melanggar peraturan.
Pengemudi/pengendara 3 42,8 3. Bagi pemerintah hendaknya memper-
sepeda motor
hatikan kelayakan jalan raya
Yang dibonceng sepeda 1 14,3
motor 4. Mensosialisasikan pentingnya dilaku-
Penumpang mobil - 0 kan autopsi untuk menemukan
Pejalan kaki 1 14,3 penyebab pasti dan untuk kepentingan
Tanpa keterangan 2 28,6 peradilan
Jumlah 7 100 5. Orang tua diharapkan tetap melakukan
pengawasan yang ketat bagi anak-anak
dibawah umur untuk tidak
Dalam lembar visum et repertum juga mengendarai kendaraan bermotor
ditemukan kasus yang meninggal dengan
cedera toraks tanpa keterangan mengenai
peran korban sebelum terjadinya KLL. DAFTAR PUSTAKA
Biasanya ini disebabkan oleh karena kor- 1. Newman WA. 2002. Kamus Kedokteran
ban ditemukan sudah tergeletak di pinggir Dorland. Jakarta: EGC, 2002.
atau tengah jalan sehingga saat dilakukan 2. Lukitto P, Rachmad KB, Manuaba TW.
pertolongan tidak diketahui apakah korban Dinding thoraks dan pleura. In:
merupakan pengemudi, penumpang, Karnadihardja W, Sjamsuhidajat R, De
maupun pejalan kaki. 15-19 Jong W, editors. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC; 2004 p. 4040-14.
3. Standar Pelayanan Medis RSUP DR.
SIMPULAN Sardjito, jilid 3 (Edisi 2). Yogyakarta:
Medika Fakultas Kedokteran Universi-
Dari hasil penelitian ini dapat disim- tas Gadjah Mada, 2000; p. 167-172
pulkan bahwa cedera toraks pada kecelaka- 4. Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD.
an lalu lintas yang menyebabkan kematian Peranan Ilmu Forensik dalam Penegak-
di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP an Hukum. Jakarta: 2008; p. 120. ISBN
Prof. Dr. Kandou Manado periode Januari 978-979-8697-02-9.
2013-Januari 2014 terbanyak ditemukan 5. IKABI, ATLS, American College of
Labora, Kristanto, Siwu; Pola Cedera Toraks pada Kecelakaan Lalu Lintas... 47

Surgeon, edisi ke-6, tahun 1997. [cited Kedokteran Forensik dalam Proses
2014 Nov 23]. Available from: http: Penyidikan (Edisi Revisi). Jakarta: CV.
med/linux.blogspot.com/2008/06/traum Sagung Seto, 2008
a-thorax.html?m=1 13. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar
6. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 2). Jakarta: EGC,
Bedah. Jakarta: Penerbit Buku 2004; p.93.
Kedokteran EGC, 1995. 14. Knight B. Forensic Pathology (Second
7. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Edition). New York: Arnold, 1997; p.
Mun’im TWA, Hertian SS, 276
Sampurna B, et al. Ilmu Kedokteran 15. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Medikolegal Fakultas Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia. Pedoman teknik peme-
Universitas Indonesia, 1997. riksaan dan interpretasi luka dengan
8. Afandi D. Visum et Repertum pada korban orientasi medikolegal atas kecederaan.
hidup. Jurnal Ilmu Kedokteran. Jakarta, 2005.
2009;3(2):79-84. 16. Amir A. Rangkaian Ilmu kedokteran
9. Sampurna B, Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik (Edisi 2). Jakarta: Ramadhan,
Forensik dalam Penegakan Hukum. 2005.
Jakarta: Pustaka Dwipar, 2003 17. Soekanto S, Herkutanto, Sampurna B.
10. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik. Visum et Repertum Teknik Penyu-
Semarang: Bagian Kedokteran Foren- sunan dan Pemberian. Jakarta: IND-
sik Fakultas Kedokteran Universitas HILL-CO, 1987.
Diponegoro, 2000. 18. Dahlan S. Pembuatan Visum Et Repertum.
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Semarang: Badan Penerbit Universitas
nomor 43 tahun 1993 tentang prasarana Diponegoro, 1999.
dan lalu lintas jalan. [cited 2014 Nov 19. Herkutanto, Pusponegoro AD, Sudarmo
27]. Available from: http:/hubdat. S. Aplikasi trauma-related injury
dephub.go.id/peraturan-pemerintah/79- severity score (TRISS) untuk
pp-no-43-tahun-1993-tentang- penetapan derajat luka dalam konteks
prasarana-dan-lalu-lintas-jalan medikolegal. J I Bedah Indonesia.
12. Abdul MI, Agung LT. Penerapan Ilmu 2005;33(2):37-43.

You might also like