You are on page 1of 13

VULKANOLOGI DAN GEOTHERMAL (TG4243)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

LAPORAN PRESENTASI
GUNUNG KRAKATAU

Disusun oleh:

Giyat Nuraeni 12314026


Rosliani Widia P. 12314028
Haritsari Dewi 12314030
Faris Fawwaz 12314032

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


April 2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gambar I.1 Sketsa Gunung Krakatau

Krakatau, adalah nama sebuah gunung api yang begitu menggema di benak masyarakat
Indonesia. Gunung ini merupakan kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda
antara pulau Jawa dan Sumatra. Dampak dahsyat letusan Krakatau 132 tahun lalu yaitu pada
tanggal 26-27 Agustus 1883, menjadi cerita turun temurun yang begitu fenomenal bagi masyarakat
Indonesia. Kala itu, bencana meletusnya Gunung Krakatau menjadi catatan bencana gunung
meletus terbesar dan paling mematikan sepanjang sejarah peradaban modern manusia. Letusan itu
sangat dahsyat; awan panas dan wave yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa.
Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, wave ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera
Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs,State dan Pulau Rodrigues dekat
Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom Corpuscle yang
diledakkan di Hiroshima dan Metropolis di akhir Perang Dunia II (Richard, 1952).
Dampak yang ditimbulkan bukan hanya tsunami saja, abu letusan Gunung Krakatau menyelimuti
atmosfer menyebabkan berkurangnya intensitas sinar dan cahaya matahari yang jatuh ke
permukaan bumi. Kondisi ini bertahan hingga hampir satu tahun lamanya. Efek jangka panjangnya
adalah matahari terlihat redup selama setahun serta turunnya suhu udara secara global hingga abad
ke-20 (Film Dokumentasi Krakatoa The Last Day (produksi BBC). Letusan
Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari
akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya.
Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York. Ledakan Krakatau ini sebenarnya
masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia,
Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut
meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung
Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang,
telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Gambar I.2 Lokasi Gunung Krakatau

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan
telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang
geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan
tersebut. Berdasarkan letusannya tersebut. Gunung Krakatau dimasukkan ke dalam tipe kaldera
vulkanik dengan cirri-ciri erupsi berupa eksplosif dengan daya letusan yang sangat besar karena
konsentrat magma kental,tekanan gas tinggi, dan dapur magma yang dalam. Ciri khas erupsi tipe
Pelee adalah pembentukan awan pijar (miee ardene). Dalam Data Dasar Gunung Api di Indonesia
hasil rangkuman dari Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan
Umum, dan Direktorat Vulkanologi, Krakatau saat itu melepaskan energi satu juta lebih besar dari
pada bom hidrogen. Dahsyatnya kekuatan ini menimbulkan tsunami yang diperkirakan mencapai
lebih dari 36 meter dan menyebabkan kematian bagi puluhan ribu manusia. Di dalam daftar
Volcanic Explosivity Index (VEI), letusan Gunung Krakatau berada di skala 6 dan 8 yang berarti
letusannya tergolong dahsyat dengan materi vulkanik yang terlempar lebih dari 10 km2. Menurut
erupsi ini akan terulang kembali dalam peride lebih dari 100 tahun. Sehingga dibutuhkan
pengetahuan dasar dalam memitigasi terjadinya erupsi Gunung Krakatau ini.

I.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai gunung krakatau baik kepada peserta kuliah khususnya dan kepada pembaca
(masyarakat) umumnya . Manfaat dari makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca terhadap erupsi dari Gunung Krakatau.
BAB II
Kajian Pustaka

II.1 Sejarah Gunung Krakatau (Sebelum 1883)

Krakatau merupakan salah satu dari gunung api di busur vulkanik Sunda. Gunung api ini dibentuk
oleh subduksi lempeng India-Australia. Terjadi peregangan di tengah Selat Sunda. Regangan ini
berasal dari subduksi lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia dan pergerakan ke arah
kanan dari Sesar Sumatera yang memanjang sampai Selat Sunda. Pergerakan ini menyebabkan
bagian timur Selat Sunda bergerak ke arah tenggara dan bagian baratnya bergerak ke barat laut.

Gambar II.1 Peta krakatau sebelum dan setelah Meletus, Agustus 1883
II.2 Karakteristik dari Gunung Krakatau

Gambar II.2 Setting Tektonik Gunung Krakatau

Pulau Krakatau berlokasi 6,102° LS 105,423 BT tepatnya di Selat Sunda. Pulau ini terdiri dari 3
buah gunung yaitu Gunung Rakata, Danan, dan Perbuatan. Gunung api ini memiliki tinggi 813
meter diatas permmukaan laut yang bertipe gunung Kaldera (Mutya, 2016).
II.3 Erupsi Gunung Api

Gambar II.3 Zona Patahan Gunung Krakatau


a. Fase Awal
Pada tanggal 20 Mei 1883, segumpal asap terlihat naik lebih dari 10 km di atas pulau Krakatau.
Selama musim panas berikutnya kapal militer dan komersial juga melaporkan melihat awan. Pada
bulan Agustus, abu dan batu apung ditemukan dimana-mana di Selat Sunda. Letusan kecil pada
Krakatau dari Mei-Agustus adalah dari gunung berapi Perbuatan dan pada saat letusan utama
Perbuatan telah menghancurkan hampir seluruh pelebaran kaldera di bawah pulau dan membangun
lebih banyak tekanan.

Pada sekitar 1:00 di sore hari, yang pertama disampaikan dalam serangkaian ledakan Krakatau ini
yaitu akan ada terus sepanjang hari sampai letusan klimaks pada tanggal 27 Agustus. Ledakan
pembukaan dihasilkan dan mendefinisikan shockwave yang disiagakan di desa-desa pesisir
terdekat di pulau Jawa dan Sumatera. Sebuah kolom gas vulkanik hitam dengan cepat naik ke
ketinggian lebih dari 25 km di atas Krakatau. Pada jam-jam mendatang karena ledakan intensif
akan mencapai setidaknya 35 km. Kemudian serangkaian tsunami yang dihasilkan oleh dampak
laut dari aliran piroklastik yang datang dari sisi-sisi pulau. Di 5:30 pertama dari empat ledakan
dahsyat mulai di pulau Krakatau. Gelombang tsunami dari pulau berdebar garis pantai dan dekat
abu dan batu apung jatuh berbondong-bondong di pulau-pulau sekitarnya. Pada 06:44 ledakan
besar kedua datang dari Krakatau dimana melepaskan efek yang sama. Akhirnya pada 10:02
ledakan kolosal berlangsung yang meniup pulau terpisah. Perbuatan dan Danan meletus dan jatuh
ke dalam mengosongkan kaldera 250 m di bawah permukaan laut. Menambah ruang kosong itu
Rakata sebagai setengah dari letusan gunung berapi meluncur ke laut menggusur volume besar dan
menghasilkan tsunami besar. Secara total, 23 kilometer persegi pulau jatuh ke 6km kaldera yang
luas. tanah bergetar di bangun dari ledakan yang terdengar lebih dari 4500 km dan diperkirakan
sama dengan ledakan lebih 21.000 bom atom.

b. Fase Klimaks
Setelah ledakan ketiga dan bencana Krakatau, tsunami besar yang dihasilkan oleh air yang
dipindahkan sebagai pulau runtuh ke kaldera. Gelombang ini bergerak dengan kecepatan tinggi
melintasi Selat Sunda mencapai ketinggian sekitar 40m tinggi sebelum membanting ke garis pantai
terdekat. Tsunami kecil telah memukul desa setempat di hari sebelumnya letusan tapi tidak ada
dibandingkan dengan gelombang raksasa ini. Banyak pulau-pulau pesisir kecil yang benar-benar
tenggelam dan sebagai gelombang menghantam pulau daratan Jawa dan Sumatera itu dirusak kota
dan desa sementara melucuti hampir semua vegetasi. Dalam beberapa kasus, seluruh kota-kota
beberapa ribu orang hanyut di flash menghancurkan dan menandatangani mereka pernah ada.
Account ada warga berebut pedalaman bukit untuk melarikan diri dari gelombang. Seringkali
hanya bagian atas kecil bukit akan terhindar oleh arus besar meninggalkan mantan tetangga dalam
perjuangan besar dengan satu sama lain, ketika mencoba untuk mempertahankan posisi aman dari
gelombang.

Banyak kapal di Selat Sunda pada saat letusan bertemu nasib yang sama seperti penduduk desa di
pantai. Banyak yang tertangkap tidak menyadari di torrent dan dibuang di laut. Setelah kapal
tersebut, Berouw (lihat kanan), dilakukan lebih dari satu mil pedalaman dan diendapkan pada 10m
posisi di atas permukaan laut. Namun, beberapa kapal yang cukup beruntung untuk bermanuver
kepala-pertama ke membengkak hanya menerima cedera ringan onboard. Ketika Krakatau
meledak abu panas dan tephra dikirim luas menuruni sisi gunung berapi dan ke Selat Sundra. Aliran
piroklastik ini, pada dasarnya guguran api dan batu, menyerbu melintasi selat untuk jarak sampai
40 km melanda kapal yang lewat dan desa-desa pesisir. Arus perjalanan dengan kecepatan lebih
dari 100 km / jam hanya menyisakan sedikit waktu bagi orang untuk mengungsi dari lonjakan maju.
Arus mampu bergerak cepat dan jarak yang besar karena dua alasan. Aliran piroklastik ini mungkin
telah mencapai suhu lebih dari 700 derajat Celsius, yang darat akan menghanguskan apa saja yang
dilaluinya. Namun, di laut terbuka aliran piroklastik akan berkedip merebus air seperti itu datang
dalam kontak dengan itu memungkinkan seluruh lonjakan naik pada bantalan udara. Kurangnya
gesekan dengan air atau tanah, sering dibandingkan dengan dan meja hoki udara, memungkinkan
aliran untuk bergerak dengan kecepatan tinggi dan untuk waktu yang lama. Itu pantai selatan
Sumatera yang paling terpukul oleh arus. Dari lebih dari 36.000 kematian, sekitar 4500 yang
memberikan kontribusi terhadap aliran piroklastik yang mematikan yang akan tiba hanya setelah
tsunami. Kemungkinan besar 4500 yang bertemu nasib mereka dengan arus telah mencapai tempat
yang tinggi atau tempat penampungan untuk menghindari air bergegas hanya untuk ditelan oleh
api dan abu.
Berikut adalah fakta-fakta singkat beberapa tentang ledakan dan dampaknya.
1. 23 km pulau persegi Krakatau ada pada ketinggian 450m di atas permukaan laut. Ledakan itu
meratakan sebagian pulau untuk 250 m di bawah permukaan laut.
2. Aliran piroklastik perjalanan sejauh 40 km dari pulau mengkonsumsi kapal melintasi api dan
abu.
3. Suara ledakan akhir terdengar lebih dari 4500 km dan ditutupi 1/13 dari permukaan bumi.
4. Letusan dihasilkan tsunami 40m tinggi yang menghancurkan garis pantai terdekat.
5. Korban tewas terakhir dari aliran piroklastik, bom vulkanik, dan tsunami dihitung menjadi
menghancurkan 36.417.

II.4 Tipe dan Material Erupsi

Gambar II.4 Material Hasil Erupsi Gunung Krakatau


Berdasarkan letusan tersebut, gunung Krakatau di masukkan ke dalam tipe Pelee (Pelean Type)
dengan tipe erupsinya berupa eksplosif dengan daya letusan yang sangat besar karena konsentrat
magma kental, tekanan gas tinggi dan dapur magma yang dalam. Ciri khas erupsi tipe Pelee adalah
pembentukan awan pijar (nuee ardene). Di dalam daftar Volcanic Explosivity Index (VEI), letusan
gunung Krakatau berada di skal 6 dari 8 yang berarti letusannya tergolong dahsyat dengan materi
vulkanik yag terlempat lebih dari 10 km2 . Menurut erupsi in akan terulang kembali dalam periode
lebih dari 100 tahun. Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik
dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda
keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai
ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
III. Dampak dan Mitigasi

III.1 Dampak Gunung Krakatau

Sejarah mencatat letusan dahsyat Gunung Krakatau pada Senin, 27 Agustus 1883. Para ilmuwan
menyebut kekuatannya setara dengan 100 Megaton bom nuklir atau setara 13.000 kali kekuatan
bom atom yang meluluh lantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Suaranya menggelegar, terdengar
sampai 2.200 mil (3.500 km) sampai Australia dan 4.800 km di Kepulauan Rodrigues dekat
Mauritius. Langit gelap beberapa hari setelahnya, dua pertiga bagian gunung tenggelam ke dasar
laut, dan menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribuan orang. Ombak pasang
terpantau sampai Selat Inggris. Letusan Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa lewat abu
vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru. Seperti dimuat
situs Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), beberapa partikel abu Krakatau, memiliki ukuran
1 mikron (atau satu per sejuta meter), ukuran yang tepat untuk menghamburkan warna merah,
namun masih memberi peluang bagi warna lain untuk menerobos. Sinar Bulan yang bersinar putih
berubah menjadi biru, kadang hijau. Bulan berwarna biru bertahan bertahun-tahun pasca erupsi.
Kala itu, tak hanya Bulan yang penampakannya berubah. Orang-orang saat itu juga menyaksikan
Matahari berwarna keunguan seperti lavender. Dan untuk pertama kalinya, awan noctilucent, awan
yang sangat tinggi, membiaskan cahaya pada senja ketika matahari telah tenggelam, mengiluminasi
dan menyinari langit dengan sumber cahaya yang tak tampak.

Korban Jiwa
Letusan itu sangat dahsyat, menurut catatan resmi colonial Hindia Belanda, 165 desa dan kota di
dekat Krakatau hancur, dan 132 rusak berat, dan awan panas dan tsunami yang diakibatkannya
menewaskan sekitar 36.000 jiwa (sumber lain menyebutkan 36.417 kematian), meskipun beberapa
sumber memberikan perkiraan lebih dari 120.000. Mereka berasal dari 295 kampung kawasan
pantai mulai dari Merak di Kota Cilegon hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga
Tanjung Layar di Pulau Panaitan Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Ada banyak laporan
didokumentasikan dari kelompok tengkorak manusia yang mengambang di Samudra Hindia di atas
rakit apung vulkanik dan menyapu pantai timur Afrika sampai satu tahun setelah letusan.
Suara Ledakan
Suara letusan itu terdengar 4.830 km (3.000 mil) jauhnya di Alice Springs Australia ke arah timur
dan Pulau Rodrigues dekat Mauritius Afrika, sejauh 4.653 kilometer ke arah barat. Ledakan ini
dianggap sebagai suara paling keras yang pernah terdengar dalam sejarah modern, bahkan dapat
didengar oleh 1/8 penduduk bumi waktu itu. Suara letusan itu dilaporkan begitu keras sehingga
apabila ada orang dalam radius sepuluh mil (16 km), maka mereka akan menjadi tuli. Dengan
perkiraan Volcanic Explosivity Index (VEI) mencapai 6, letusan itu setara dengan ledakan 200
megaton TNT (840 PJ) – kurang lebih 13.000 kali dampak bom nuklir Little Boy (13-16 kt) yang
menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, selama Perang Dunia II, dan empat kali dampak
Tsar Bomba (50 Mt), perangkat nuklir paling kuat yang pernah diledakkan.

Tsunami
Ledakan Krakatau mengakibatkan tsunami yang dahsyat. Sampai sebelum tragedi Tsunami Aceh
tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Di
Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Gelombang tsunami yang ditimbulkan
bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab
yang jauhnya 7000 kilometer. Tsunami (gelombang laut) naik setinggi 40 meter menghancurkan
desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena
letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Perubahan Iklim
Letusan Krakatau menghasilkan musim dingin vulkanik (mengurangi suhu di seluruh dunia dengan
rata-rata 1,2 °C selama 5 tahun). Letusan ini menyebabkan perubahan iklim global. Keesokan
harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi
melihat matahari. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang
menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak
di langit Norwegia hingga New York. Suhu global rata-rata turun sebanyak 1,2 derajat Celsius
sampai satu tahun setelah letusan. Pola cuaca kemudian menjadi kacau selama bertahun-tahun dan
suhu tidak kembali normal sampai 1888.
Material Muntahan
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18
kilometer kubik. Semburan debu vulkanis terdorong hingga ketinggian 80 km (50 mil). Benda-
benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan
sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. Sebanyak 20 juta ton sulfur
dilepaskan ke atmosfer. Letusan tahun 1883 mengeluarkan sekitar 25 km3 (6 mil kubik) batu.

Dampak Fisik Geografi


Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata
di mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter dan
menghancurkan lebih dari dua pertiga dari pulau Krakatau.

Gelombang
Gelombang kejut dari ledakan yang direkam pada barographs seluruh dunia. Beberapa barographs
mencatat gelombang tujuh kali selama lima hari. Empat kali berupa gelombang menjauh dari
gunung ke titik antipodal-nya, dan tiga kali gelombang balik kembali ke gunung. Dengan kata
lain,gelombang itu telah mengelilingi bumi tiga setengah kali putaran.

III.2 Mitigasi Gunung Krakatau


Berdasarkan UU RI nomor 25 tahun 2007 Bab 1 Ayat 1 nomor 9, Mitigasi adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Jadi, mitigasi gunung api memiliki tujuan utama
untuk memperkecil korban jiwa dan harta benda manusia. Semua hal tersebut diatur dalam suatu
manajemen penganggulan bencana. Diharapkan dalam manajemen penanggulangan bencana ini
sesuai dengan UUD 1945 RI yang di dalam pasalnya (UU RI no 24 tahun 2007 Pasal 3) disebutkan
bahwa penanggulan bencana harus berasaskan pada kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan
dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan, keselarasan dan keserasian, ketertiban dan
kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Memang, menurut pakar yang hadir, mitigasi GAK adalah untuk mengurangi volume Gunung
Anak Krakatau yang diartikan sebagai pengurangan jumlah atau volume material yang ada. Oleh
karena itu perlu kajian detail berapa volume GAK itu sendiri. Volume ini tidak hanya yang terlihat
sekarang (daratan) tapi juga yang berada di bawah laut. Perlu diketahui, hasil kajian bathymetri
bahwa daerah terdalam di gugusan Krakatau adalah di bagian Selatan Gunung Anak Krakatau yang
mana memiliki kedalaman lebih dari 180 meter dan semakin berkurang hingga kurang lebih 80
meter di belakang GAK bagian Selatan, demikian akan semakin dangkal di bagian Barat, Utara,
dan Timur dari GAK.Para pakar berencana untuk melakukan mitigasi di bagian Timur Laut GAK,
karena daerah ini sesuai dengan kriteria yang ada. Terlebih, daerah ini adalah daerah “aman” jika
nanti ada aktivitas vulkanik dari GAK.

IV. PENUTUP
Dari karya ilmiah ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Gunung Krakatau terletak di selat sunda, yaitu antara pulau Sumatra dan jawa, yang meletus
pada tanggal 26-27 Agustus 1883.Tipe gunung api kaldera dengan tipe erupsi ultra-plinian.
2. Material yang dierupsikan Si, Fe, S, N, C, Al serta batu-batu apung dan abu vulkanik.
3. Letusan Krakatau menghasilkan musim dingin vulkanik (mengurangi suhu di seluruh dunia
dengan rata-rata 1,2 °C selama 5 tahun), yang menyebabkan perubahan iklim global.
4. Dampak Fisik Geografi menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta
sebagian Gunung Rakata.
5. Mitigasi yang dilkakukan adalah menurunkan volume GAK (Gunung Anak Krakatau) yang
diartikan sebagai pengurangan jumlah atau volume material yang ada.

You might also like