Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Praktikum Mineralogi dilaksanakan untuk melengkapi silabus dan
mengimplementasikan teori dengan praktek, yang diberikan pada acara perkuliahan
Mineralogi di lingkungan Teknik Geologi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS).
Selain itu kegiatan praktikum ini merupakan sarana meningkatkan standar kompentensi dari
mahasiswa untuk menyelaraskan antara teori dan praktek.
BAB II
METODELOGI PENGAMATAN
II.1 ALOKASI WAKTU
Bertempat di laboratorium Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), dan
waktu pelaksanaan :
1. Hari pelaksanaan Selasa, 17 desember 2013 – Senin, 23 desember 2013.
2. Waktu 16:00 WIB sampai selesai.
II.2 ALAT DAN BAHAN
Peralatan dan bahan yang digunakan selama kegiatan praktikum Mineralogi
berlangsung adalah :
1. Alat tulis
2. Pensil warna
3. Sepidol warna
4. Pengaris
5. Busur drajat
6. Kuku manusia
7. Larutan HCL
8. Peraga Kristal
9. Peraga mineral
BAB III
DASAR TEORI
III.1 KRISTALOGRAFI
III.1.1 Pengertian (definisi) Kristal
Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu krustallos yang berarti es atau sesuatu yang
menyerupai es. Kristal merupakan zat padat yang homogen terdiri atas atom-atom yang
tersusun teratur dan berulang (dalam pola tiga dimensi).
Zat padat terbentuk dari Kristal yang mempunyai jarak antara atom satu dan antara lainnya
tertentu sehingga akan membentuk bangun geometri tertentu pula. Bentuk-bentuk geometri
inilah yang merupakan dasar bentuk Kristal suatu zat. Bentuk geometri terkecil dari krsital
disebut sel satuan.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung
pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses
terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Meski proses pendinginan sering
menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk
non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga
atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin biasa disebut
bahan amorf atau seperti gelas. Walaupun terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai
padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan
gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan
ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan. Topik ini
kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.
Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu
material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat
yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk
kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis
ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan
terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal
Bahan padatan, biasannya anisotop mengandung pengertian : tidak termasuk
didalamnya cair dan gas, tidak dapat diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana pleh
proses fisika.
a. Jumlah bidang dari suatu bentuk Kristal tetap
b. Macam bentuk dari bidang Kristal tetap
c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari Kristal tetap
Kristal juga digunakan dalam istilah yang lebih luas yang mengidentifikasikan
perkembangan yang sempurna :
- Euhedral yaitu zat padat kristalin dengan bentuk yang sempurna
- Subhedral yaitu zat padat kristalin dengan bentuk kurang sempurna
- Anhedral yaitu zat padat kristalin dengan bentuk tidak teratur
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan
sifat-sifat fisis lainnya.
Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun
suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari bentuk-
bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu
bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun
dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung
parameter dan parameter rasio.
Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan
dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
III.1.2 Sistem Kristalografi
a. Sumbu dan Sudut Kristalografi
sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat Kristal. Kristal
mempunyai bentuk 3 (tiga) dimensi, yang panjang, lebar dan tebal atau tinggi. sudut
kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu – sumbu kristalografi pada
titik potong (pusat kristal)
Sudut α adalah sudut yang dibentuk antara sumbu b dan c
Sudut β adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan c
Sudut ɤ adalah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan b
b. Sistem Kristal
Sistem kristalografi di bagi menjadi 7 sistem Kristal berdasarkan pada :
Perbandingan panjang sumbu – sumbu kristalografinya
Letak atau sumbu kristalografinya
Nilai sumbu c atau sumbu vertical
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan
yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem
ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena,
halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya
lebih panjang.
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite,
pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama
lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ;
γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk
sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem
Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk
segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmalinedan
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
berbeda.
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda
satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Sfenoid
Doma
Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling
tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti,
pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Pedial
Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
1. Bidang simetri
Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan membelah
kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari
bagian belahan yang lain.
Bidang simetri dinotasikan dengan P (Plane) atau m (mirror).
Bidang simetri dikelompokan menjadi 2:
1. Bidang Simetri Utama
Bidang Simetri Utama ialah merupakan bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu
simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu:
- Bidang simetri utama horisontal dinotasikan dengan h (Bidang ABCD)
- Bidang simetri utama vertikal dinotasikan v (bidang KLMN dan OPQR).
2. Bidang Simetri Tambahan (Intermediet/Diagonal)
Bidang Simetri Diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat hanya melalui satu
sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan diagonal saja dengan notasi
(d).
Gambar disamping memperlihatkan kedudukan 2 buah bidang simetri
tambahan/diagonal pada bentuk kristal Hexahedron (kubus).
Catatan:
Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang simetri utama, baru
dihitung bidang simetri tambahan
2. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalu pusat kristal, dimana apabila
kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros putarannya,maka
pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan kenampakan-kenampakan
seperti semula.
Ada 4 jenis Sumbu Simetri yaitu:
1.Sumbu Simetri Gyre
2.Sumbu Simetri Gyre Polair
3.Sumbu Cermin Putar
4.Sumbu Inversi Putar
3. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai
titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat
kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri
bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang
yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan
hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.
b. Schoenflish
Simbolisasi Scoenflish digunakan untuk menandai atau memberi simbol pada unsur-
unsur simetri suatu kristal. Seperti sumbu-sumbu dan bidang-bidang simetri. Simbolisasi
Schoenflish akan menerangkan unsur-unsur tersebut dengan menggunakan huruf-huruf dan
angka yang masing-masing akan berbeda pada setiap kristal.
Berbeda dengan Herman-Mauguin yang pemberian simbolnya berbeda-beda pada
masing-masing sistemnya, pada Schoenflish yang berbeda hanya pada sistem Isometrik.
Sedangkan system-sistem yang lainnya sama cara penentuan simbolnya.
1. Sistem Isometrik
Pada sistem ini, simbolisasi yang dilakukan hanya terdiri dari 2 bagian, yaitu :
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, apakah bernilai 2 atau 4.
- Bila bernilai 4, maka dinotasikan dengan huruf O (Octaheder)
- Bila bernilai 2, maka dinotasikan dengan huruf T (Tetraheder)
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan dari
alat penguji standar :
Tabel III.3 Alat Penguji Derajat Kekerasan Skala Mohs
Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs
4. Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama
dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya
tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna hitam.
Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
Biotite : Ceratnya tidak berwarna
Orthoklase : Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan, sehingga
dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).
5. Belahan
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang
oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi
bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai
istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat
atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila
terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang
tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan
teratur (Danisworo, 1994).
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah belahan
sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya:
a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.
6. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari
sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak
halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
Concoidal : bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan
pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol.Contoh Kuarsa.
Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit,
hipersten
Even : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,
contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
Uneven : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang
kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
Hackly : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur
dan
runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.
7. Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut
mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf
(Danisworo, 1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a. Bangun kubus : galena, pirit.
b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole.
c. Bangun doecahedon : garnet
Mineral amorf misalnya : chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering
mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi
sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri
sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral
dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat
dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa).
Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut
begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat.
Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler),
struktur bintang (stelated) dan radier.
Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-
individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan
menjadi struktur konsentris, foliasi.
Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain.
Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk
pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
8. Berat Jenis
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum
untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu,
misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air,
misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal
dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.
9. Sifat Dalam
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,
menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah
Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas,
kalsit, pirit.
Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga.
Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah
bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat
kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.
10. Kemagnitan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila
mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral
yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic.
Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada
seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada
magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat
tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan
garis vertikal.
11. Kelistrikan
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau
londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi istilah
semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.
12. Daya lebur mineral
Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan
membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.
LAMPIRAN :
IV KRISTALOGRAFI :
IV MINERALOGI FISIK :