You are on page 1of 36

Modul 1

Pengertian Pembaruan (Inovasi) Pendidikan

Pengertian Inovasi/Pembaruan

Inovasi merupakan suatu ide, hal -hal yg praktis, metode, cara, barang2 buatan manusia yg diamati
atau dirasakan sebagai sesuatu yg baru bagi seseorg atau sekelompok org (masyarakat).

Adanya inovasi tidak terlepa dengan adanya teknologi dan moderenisasi. Teknolpgi mewujudkan
terciptanya inovasi melalui penerapan ilmu pengetahuan dan moderenisasi yang merupakan wujud
penerapan hasil teknologi dan inovasi tersebut.

Karakteristik inovasi menurut Rogers meliputi : keuntungan relative, kompatibel, kompleksitas,


trialibilities dan dapat diamati.

Inovasi penemuan diadakan untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Kaitan
antara inovasi, teknologi dan modernisasi ial ah diterapkannya inovasi di dalam masyarakat pemakai.

Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan digunakn untuk memecahkan masalah pendidikan atau untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

Inovasi pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari 4 asp ek, yaitu inovasi terhadap tujuan pendidikan,
struktur pendidikan dan pengajaran, isi kurikulum pengajaran serta perubahan terhadap aspek -
aspek pendidikan dan proses.

Beberapa inovasi pendidikan pada tingkat sekolah dasar salah satunya yaitu adanya SD Pam ong
untuk anak terlantar dan putus sekolah.

Latar Belakang Kehadiran Inovasi dalam Bidang Pendidikan

Latar belakang kehadiran inovasi diawali dengan adanya perkembangan masyarakat atau perubahan
social. Perubahan social ini menimbulkan dampak, yaitu adanya perubahan paradigma pendidikan.
Perubahan social menimbulkan adanya perkembangan inovasi pendidikan ditandai dengan adanya 4
revolusi.Paradigma pendidikan selama ini telah mengalami 3 paradigma yaitu, paradigm pengajran
(teaching), pembelajaran (instruction), proses belajar( learning). Munculnya cyber learning sebagai
salah satu inovasi dalam pembelajaran di abad ke -21 merupakan bentuk proses belajar tanpa batas.

Perkembangan Inovasi Pendidikan

Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan individu atau organisasi, mulai sadar atau
tahu adanya inovasi sampai pada menerapkan. Model -model proses inovasi yg berorientasi pada
individu dikemukakan oleh beberapa ahli , yaitu Lavidge dan stainter, Collay, Roger, Robertson,
Shoemaker, Klunglan, Zaltman, dan Brooker.

Model-model proses inovasi pada organisasi dikemukakan oleh Milo, Sherpad, Hage, dan Aiken,
Wilson, Zaltman, Duncan, Holbek. Model proses inovasi dalam organisasimenurut Zaltman,Duncan,
Holbek meliputi 2 tahap , yaitu, tahap pearmulaan, dan tahap penerapan (implementasi).

Tahap permulaan terdiri dari dua langkah yaitu pengeahuan, dan kesadaran; langkah pembentukan
sikap terhadap inovasi dan langkah pengambilan keputusan. Tahap penerapan (implementasi
)meliputi langkah awal mencoba menerapkan sebagian inovasi dan langkah kelanjutan pembinaan
dan penerapan inovasi.
Modul 2

Ruang Lingkup Pembaruan (Inovasi) dalam Bidang Pendidikan

Komponen Dasar Pembaruan (Inovasi)

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Inovasi harus
disebarluaskan. Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi adalah
memahami karakteristik inovasi dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses
penyebaran inovasi ke dalam satu sistem sosial.
Karakteristik inovasi menurut Rogers yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya
penerimaan inovasi adalah, keuntungan relative, kompatibel, kompleksitas, triabilitas,
observabilitas (dapat diamati).

Sedangkan atribut inovasi menurut Zaltman adalah pembiayaan, balik modal, risiko, dan
ketidakpastian, mudah dikomunikasikan, kompatibilitas, kompleksitas, stasus ilmiah, kadar
keaslian, dapat dilihat kemanfaatannya, dapat dilihat batas sebelumnya, keterlibatan, hubunga n
interpersonal, kepentingan umum atau pribadi, penyuluh inovasi.

Sasaran Program Pembaruan (Inovasi) dalam Bidang Pendidikan

Pendidikkan adalah suatu sistem maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang
berhubunngan dengan komponen sistem pendidikan. Contoh-contoh inovasi dalam komponen
pendidikan, antara lain pembinaan personalia, banyaknya personal dan wilayah kerja, fasilitas
fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran yang diperlukan, wawasan dan
perasaan, bentuk hubungan antar bagian, hubungan dengan system yang lain, stra tegi, bahan
belajar, model pembelajaran, seperti quantum teaching, pembelajaran dengan menggunaka n
internet, seperti WEB-CT.

Faktor yang Mempengaruhi Pembaharuan (Inovasi) Pendidikan

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dapat diciptakan inovasi- inovasi baru. Inovasi ini
harus disebarkan agar terjadi perubahan sosial. Usaha penyebaran inovasi ini bukan hal yang
mudah untuk dilaksanakan.
Oleh karena itu, keberhasilan suatu inovasi ditentukan oleh banyak factor, seperti yang
dikemukakan Ibrahim, yaitu estimasi tidak tepat terhadap inovasi, adanya konflik dan
kekurangan motivasi, inovasi yang tidak berkembang karena lambatnya material yang diterima
dan sebab lain, adanya masalah keuangan, adanya penolakan inovasi dari kelompok tertentu,
kurang adanya hubunga n sosial.

Selain faktor-faktor utama penghambat inovasi tersebut di atas, ada faktor lain yang
menghambat inovasi dalam bidang pendidikan, yaitu faktor kegiatan belajar mengajar, seperti
pribadi guru dan siswa yang tidak bisa menerima perubahan, faktor internal dan eksternal,
sistem pendidikan yang berlaku.
Dari hasil penelitian dari beberapa ahli ditemukan beberapa hambatan dalam penyebaran
inovasi, antara lain hambatan geografi, hambatan sejarah, hambatan ekonomi, hambatan
prosedur, hambatan personal, hambatan sosial budaya, dan hambatan politik.
Fullan mengategorikan 3 faktor kunci yang mempengaruhi proses penerapan inovasi dalam
bidang pendidikan, yakni klarakteristik perubahan, karakteristik lokal dan factor eksternal.
Selain hal-hal tersebut di atas, faktor yang mempengaruhi inovasi dalam bidang pendidikan
tentu saja adalah kecepatan adopsi inovasi. Kecepatan adopsi ini dipengaruhi oleh
atribut/karakteristik inovasi, tipe keputusan inovasi, sifat saluran komunikasi yang digunaka n,
ciri-ciri sistem sosial, dan promosi dari agen pembaruan.
Modul 3

Pendidkan dalam Perspektif Globalisasi dan Desentralisasi

Pengertian Globalisasi dan Desentralisasi

Globalisasi bukanlah fenomena yang datang dengan tiba-tiba. Theodore Levitt meramalka n
pertama kali pada tahun 1985. Ia mengamati pesatnya perubahan dalam tatanan ekonomi,
keuangan terutama yang bnerkaitan dengan sector produksi, konsumsi dan investas i.

Kemajuan dibidang teknologi produksi, dan inovasi yang pesat terutama dalam bidang
komunikasi dan transportasi mempermudah Negara-negara maju untuk memperkena lka n
sistem ekonomi mereka ke Negara ketiga atau Negara berkembang. Peran Negara dalam
ekonomi meluntur, sebaliknya privatisasi dalam banyak bidang lebih banyak terjadi.

Globalisasi pada awalnya bergandengan dengan perubahan yang besar dalam bidang ekonomi
dan keuangan. Akan tetapi perubahan ekonomi ini pun pada akhirnya menuntut perubahan
yang juga cukup besar dalam pendidikan.

Globalisasi adalah fenomena yang irreversible, suatu fenomena yang tak mungk in dibalik
arahnya. Globaliasasi membawa manfaat, tetapi globalisasi juga membawa kemadharatan jika
kita tidak siap menghadapinya. Globalisasi menyingkirkan isolasi, membuka peluang untuk
terjadinya pertukaran gagasan, teknologi dan sumberdaya. Namun, glob alisasi, dapat juga
tergelincir menjadi kekuasaan bagi yang kuat mengendalikan yang lemah. Suatu Negara
dituntut untuk memperkuat dirinya melalui bebagai program pemberdayaan, namun pada
waktu yang sama harus menuruti kaidah-kaidah yang terkandung dalam globalisasi, antara lain
pemerintah yang demokratis, terbuka dan mendorong lahirnya peran swasta yang kuat.

Pemberdayaan oleh suatu Negara hanya dapat terjadi dengan baik jika sistem desentralisa s i,
termasuk desentralisasi dalam pendidikan dituangkan dalam praktik. Desentralisasi yang sehat
jika diberikan muatan makna interdependensi, yaitu saling tergantung dan saling isi mengis i
karena keyakinan setiap orang, setiap pihak masing- masing mempunyai kelemahan dan
kekuatan. Sebaliknya desentralisasi menjadi sakit jika diberikan muatan makna independens i
atau kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan tanpa dicampuri atau
memperhatikan kepentingan pihak lain, seolah-olah segala-galanya dapat diselesaikan sendiri.

Implikasi Globalisasi dan Desentralisasi terhadap Pendidik an

Pembaruan pendidikan tidak berlangsung tiba-tiba dan bahkan memerlukan masa ratusan
bahkan ribuan tahun untuk sampai pada pembaruan pendidikan yang kita saksikan saat ini.

Bermula dari hanya untuk melayani tuntutan segelintir orang dari lapisan masyarakat yang
tertentu pula (individual), sampai melayani segenap warga penghuni planet bumi (global).

Pendidikan dengan tujuan yang berfokus pada kepentingan nasiaonal pun, dalam millenni um
ini, juga dinilai tidak memadai. Pendidikan dalam era global harus berisikan isu yang
merupakan agenda global pendidikan. Isu itu yang terutama menyangkut hak asasi manusia,
lingkungan, hak dan perlindungan anak, hak kaum wanita, kesehatan, kemakmura n,
perdamaian, toleransi, harmoni, keberagaman.

Oleh karena itu, basis pendidikan bukan lagi di atas basis yang berkarakter pendidikan semata -
mata. Ingatlah ungkapan orang Afrika, kemudian dikutip juga oleh Hillary Clinton yaitu
”diperlukan seluruh desa hanya untuk mendidik seorang anak”. Ungkapan itu menunjukka n
betapa pentingnya pendidikan dikembangkan dengan basis yang luas, yang memperhatiaka n
dan memasukkan berbagai aspek kehidupan dalam proses pembelajaran. Pada saat itu pulalah,
tuntutan terhadap pembaruan pembelajaran menjadi sesuatu yang irrevers ible, sesuatu yang
tidak terelekkan.

Globalisasi menuntut para pendidik dan semua pihak yang berkepentingan untuk ikut serta
secara aktif. Itu pula pendidikan millennium ini dan yang akan dating disebut juga community
based education. Keyakinan yang menggarisbawahi pendidikan globalisasi adalah mendorong
masyarakat khususnya generasi muda untuk membangun knowledge society, yaitu masyarakat
yang berbasis IPTEK, yang yakin bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi jauh lebih penting
daripada sumber alam walau semelimpah apapun juga.

Pendidikan lebih dari sekedar kendaraan untuk melaju pada jalur ekonomi menuju
kemakmuran. Pendidikan terutama merupakan kendaraan utama untuk pemberdayaan warga
suatu bangsa, untuk mengembangkan institusi demokratis, untuk menciptakan sistem operasi
yang efektif dalam pemerintahan, untuk memerangi ketidakadilan, untuk mengikis kemiskina n
dan penyakit, untuk memelihara identitas kultural dan untuk memperkuat masyarakat yang
berbasiskan kekuatan sipil, bukan militer.

Kunci dari itu semua, yaitu kunci untuk mencapai cita-cita pendidikan sebagaimana dipaparkan
dalam paragraf di atas adalah berkembangnya the strong determination to succed, yaitu
keteguhan hati dan kebulatan tekad untuk berhasil. Itulah tugas utama pendidikan, yang
merupakan salah satu tujuan pembaruan pembelajaran yaitu menumbuhkembangka n
keteguhan dan kebulatan tekad di kalangan anak didik untuk meraih sukses, yaitu sukses yang
bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan hanya akan mencapai hasil yang layak untuk kepentingan bangsa jika bangsa dan
pemerintah di negara itu sadar betul bahwa pendidikan adalah investasi yang utama, yang
keutamaannya melebihi bidang lainnya. Oleh karena itu, tataran politik, ekonomi, keungan,
soial, dan budaya haruslah secara synergic mendukung pembaruan pendidikan.

Dalam era sekarang dan yang akan datang, berfikir dikotomus bukan lagi zamannya. Kita tidak
boleh lagi berfikir bahwa sistem yang sentralistis lebih baik daripada desentralistis atau
sebaliknya atau berfikir nasional dan lokal lebih aman daripada berfikir global atau sebaliknya.
Sistem sentralistis yang sehat berusaha keras agar terjadi desentralisasi pendidikan.
Desentralisasi pendidikan yang kuat dan sehat akan memperkuat pula sistem pendidikan
nasional.

Akhirnya, desentralisasi pendidikan dalam arti praktis yang sesungguhnya haruslah terjadi di
sekolah, di kelas, dan terutama di dalam proses pembelajarannya.
Modul 4

Pembelajaran Berbasis Budaya

Pembelajaran Berbasis Budaya : Pengertian

Pada dasarnya sekolah merupakan tempat kebudayaan karena proses belajar merupakan proses
pembudayaan yakni untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya.

Budaya adalah pola untuk perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya membawa pola
pikir, pola lisan, pola aksi, artifak dan sangat tergantung pada kemampuan seseorang untuk
belajar dan menyampaikan pengetahuannya kepada generasi berikutnya.

Proses pembelajaran budaya terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi
kepada generasi berikutnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkultura s i,
sedangkan adopsi budaya dikenal dengan proses akulturasi. Kedua proses ini berujung pada
pembentukan budaya dalam suatu komunitas.

Pendidikan merupakan proses pembudayaan, proses pembelajaran di sekolah merupakan


proses pembudayaan formal atau proses akulturasi; maka pada saat yang bersamaan pendidikan
merupakan alat untuk konservasi budaya, transmisi budaya dan adopsi budaya serta pelestarian
budaya.

Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan


perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi
siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk -bentuk dan prinsif-
prinsif yang kreatif tentang alam sehingga peran siswa bukan sekedar meniru atau menerima
saja informasi, tetapi berperan sebagai penciptaan makna, pemahaman dan arti dari informa s i
yang diperoleh nya.

Pembelajaran berbasis budaya dibedakan menjadi 3macam, yaitu belajar tentang budaya,
belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya. Landasan teori pembelajaran berbasis
budaya, didasarkan pada teori konstruktivisme dalam pendidikan terutama berkembang dari
hasil pemikiran Vygotsky, pemikiran piaget, serta pemikiran Brooks & Brooks.

Sesuai dengan teori konstruktivisme, proses belajar dalam pembelajaran berbasis budaya tidak
dapat dirancang dengan guru berperan sebagai penceramah, sementara siswa duduk dengan
pasif mendengarkan, mencatat materi pelajaran yang disampaikan guru; melainkanpro ses
belajar difokuskan pada strategi atau cara agar siswa dapat :

1. Melihat keterhubungan antara konsep/prinsip dalam bidang ilmunya, dengan budaya dalam
beragam konteks yang baru;
2. Memperoleh pemahaman terpadu tentang bidang ilmu dan budaya sebagai landasan untuk
berpikir kritis;
3. Berpartisipasi aktif, senang, dan bangga untuk belajar bidang ilmu dalam belajar berbasis
budaya;
4. Menciptakan makna berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal yang dimiliki, melalui
beragam interaksi;
5. Memperoleh pemahaman bahwa ada kaidah keilmuan dalam kehidupan sehari-hari siswa
dalam konteks komunitas budayanya;
6. Memperoleh pemahaman yang integrasi dan keterampilan ilmiah dalam memperseps ika n
segala sesuatu di sekelilingnya, termasuk budaya dan ragam perwujudan budaya.

Model dan Aplikasi Pembelanjaran Berbasis Budaya

Dalam pembelajaran berbasis budaya, 4 hal yang harus diperhatikan.

A. Substansi dan kompetensi bidang ilmu

1. Konsep dan prinsip dalam bidang ilmu.


2. Pengetahuan tentang proses penemuan dan proses penyelesaian masalah dalam bidang
ilmu.
3. Pengetahuan tentang aturan main (rules of the game) yang berlaku dalam bidang ilmu.

B. Kebermaknaan dan proses pembelajaran

1. Tugas yang bermakna bersifat kontekstual karena dirancang dari pengetahuan dan
pengalaman awal siswa berdasarkan contoh-contoh dan penerapan aktivitas sehari-hari pada
konteks komunitas budayanya.

2. Interaksi aktif, yang merupakan sarana terjadinya proses negosiasi dalam penciptaan arti
atau interaksi harus bermakna bagi siswa dan memfasilitasi terjadinya proses penciptaan
makna. Terdapat beragam metode interaksi aktif yang dapat dirancang dalam pembelajaran
berbasis budaya, antara lain:
a. Pembelajaran melalui proyek;
b. Pembelajaran berbasis masalah.

3. penjelasan dan penerapan bidang ilmu secara kontekstual. Dalam penjelasan dan penerapan
bidang ilmu secara kontekstual guru maupun siswa bertumpu pada pengalaman dan
pengetahuan awal siswa dalam konteks komunitas budaya sebagai titik awal proses belajar.
Siswa harus diperkenalkan beragam sumber informasi baik cetak maupun noncetak, media,
alat-alat foto dan juga internet yang membantu mereka membuat analisis.

C. Penilaian Hasil Belajar.

Beragam teknik dan alat ukur hasil hasil belajar digunakan dalam pembelajaran berbasis
budaya yang pada dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam upaya siswa untuk
menunjukkan keberhasilan dalam belajar dengan penciptaan makna dan pemahaman terpadu,
siswa dapat menggunakan beragam perwujudan; misalnya poster, puisi, catatan harian, laporan
ilmiah, tarian, lukisan, ukiran.

D. Peran Budaya.

Budaya dalam berbagai perwujudannya secara instrumental dapat berfungsi sebagai media
pembelajaran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran berbasis budaya, peran budaya dapat
memberikan suasana baru yang menarik untuk mempelajari suatu bidang ilmu yang dipadukan
secara interaksi aktif dalam proses pembelajaran.

Aplikasi pembelajaran berbasis budaya, bedasarkan pada keunggulannya untuk


membelajarkan tentang bidang ilmu bersmaan dengan membelajarkan siswa tentang budaya
dari komunitasnya telah diaplikasikan antara lain melalui berikut ini :

1. Program SUAVE yang dilakukan di California,AS, yaitu program untuk membantu guru
menggunakan benda-benda seni untuk mengajarkan bidang ilmu. Seperti matematika, IPA,
IPS, dan bahasa.
2. Etno matematika di Filipina, yang dilaksanakan oleh UP College Baguino, yaitu Discipli ne
of Mathematics.
3. Pembelajaran science, Environment, Technology and Society (SETS), yaitu pembelajaran
terpadu yang membelajarkan siswa untuk memiliki kemampuan memandang sesuatu secara
terintegratif antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Pembelajaran Inovatif IPA +TORAY, yaitu suatu program inovasi dalam pembelajaran
IPA (pembelajaran Biologi,F isika, dan Kimia).
Modul 5

Pembelajaran Berwawasan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia

Paradigma Pendidikan Demokrasi dan HAM

Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari pendidikan
kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan individu menjadi warga
negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen).

Kualitas personal (desirable personal qualities) yang didambakan itu harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan dirumah, disekolah, dimasyarakat, dan sejauh mungkin dalam pergaulan internasional
sesuai dengan status dan perannya dalam konteks kehidupan itu.

Untuk itulah cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip demokrasi seyogianya dikuasai, diterapkan, dan
disosialisasikan melalui proses pendidikan kewarganegaraan yang bersifat multidimensional
(multidimensional citizenship education).

Guna mencapai semua itu pendidikan demokrasi dan HAM seyogianya mengorganisasikan
pengalaman belajar yang beragam untuk berbagai jalur, jenis, jenjang dan situasi pendidikan, dan
dengan cara melibatkan siswa dalam proses pengambil an keputusan dalam masyarakat.

Oleh karena itu, disarakan agar dalam pendidikan demokrasi dan HAM dikembangkan berbagai
strategi belajar yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah sosial yang secara bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warga negara yang dewasa.

Pendidikan Demokrasi dan HAM melalui Proses Pembelajaran yang Demokratis

Secara pedagogis model Praktik-Belajar Kewargangaraan...Kami Bangsa Indonesia dirancang untuk


memberikan pengalaman belajar kepada para peserta didik langkah-langkah dan metode yang
digunakan di dalam proses politik.

Secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan komitmen peserta didik terhadap
kewarganegaraan dan pemerintahan dengan cara memfasilitasi peserta did ik untuk mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar dapat berpartisipasi secara efektif dan
bermakna; memberikan pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi
kewarganegaraan yang demokratis; mengmbangkan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
warga negara secara demokratis.

Misi dari model ini adalah mendidik para siswa agar mampu untuk menganalisis berbagai dimensi
kebijakan publik, kemudian dengan kapasitasnya sebagai “young citizen” atau warga negara yang
“cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggungjawab”, agar mampu memberi masukan
terhadap kebijakan publik dilingkungannya.

Model pembelajaran “Praktik-Belajar Kewarganegaraan ... Kami Bangsa Indonesia” (PKKBI) yang
memiliki karakteristik substantif dan psikopedagogis bergerak dalam konteks substantif dan sosial
kultural kebijakan publik sebagai salah satu koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahana
interaksi warga negara dengan negara dalam melaksanakan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, partisipatif dan bertanggungjawab, yang secara
kurikuler dan pendagogis merupakan misi utama pendidikan kewarganegaraan.

Model tersebut menerapkan paradigma portofolio-based learning dan portofolio assisted


assessment atau “penilaian berbantuan hasil belajar utuh peserta didik” yang dirancang dalam
desain pembelajaran yang memadukan secara sinergis model -model social problem solving
(pemecahan masalah), social inquiry (penelitian sosial), social involvement (pelibatan sosial),
cooperative learning (belajar bersama), simulated hearing (simulai dengar pendapat), deep dialogue
and critical thinking (dialog mendalam dan berpikir kritis), value clarification (klarifikasi nilai),
democratic teaching (pembelajaran demokratis)”. Dengan demikian, model ini potensial
menghasilkan powerful learning atau belajar yang berbobot dan bermakna yang secara pendagogis
bercirikan prinsip meaningful (bermakna), integrative (terpadu), value-based (berbasis nilai),
challenging (menantang), activivating (mengaktifkan), dan joyful (menyenangkan)”.

Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi strategi pemecahan
masalah dengan langkah-langkah: Indentifikasi Masalah, Pemilihan Masalah, Pengumpulan Data,
Pembuatan Fortofolio, Showcase, dan Refleksi. Sedangkan sajian portofolionya mencakup Panel
Sajian dan File Dokumentasi dikemas dengan menggunakan sistematika Identifikasi dan Pemilihan
Masalah, Alternatif Kebijakan, Usulan Kebijakan, dan Rencana Tindakan. Semntara itu, kegi atan
Show Case didesain sebagai forum dengar pendapat (simulated public hearing).

Fokus perhatian dari model ini adalah pengembangan civic knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), civic dispositions (kebajikan kewarganegaraan), civic skills (keterampilan
kewarganegaraan), civic confidence (kepercayaan diri kewarganegaraan), civic commitmen
(komitmen kewarganegaraan), civic competence, (kompetensi kewarganegaraan) yang bermuara
pada berkembangnya well informed, risend, and responsible decesion making (kemampuan
mengambil keputusan berwawasan, bernalar, dan bertanggung jawab).
Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi inquiri
learning, discoveri learning, problem solving learning, reseach -oriented learning (be;lajar melalui
penelitian, penyingkapan, pemecahan masalah) yang dikemas dalam model Project ala John Dewey.

Langkah-langkah pembelajarannya mencakup berikut ini.

a. Mengidentifikasi masalah kebijakan opublik dalam masyarakat;

b. Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas;

c. Mengumpulkan infirmasi yang terkait pada masalah itu;

d. Mengembangkan fortofolio kelas;

e. Menyajikan fortofolio dihadapn tim juri;

f. Melakukan refleksi pengalaman belajar.


Modul 6

Aplikasi Pembelajaran Terpadu dan Pembelajaran Kelas Rangkap

Aplikasi Pembelajaran Terpadu

Kata kunci dari definisi pembelajaran terpadu adalah integrasi, satu atau beberapa mata pelajaran,
dan memusatkan pembelajaran. Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menerangkan
pembelajaran terpadu adalah pendekatan interdisipliner bidang studi, pendekatan topik -topik dalam
mata pelajaran, pendekatan tematik, pendekatan holistik, pendekatan infusi.

Pendekatan pembelajaran terpadu sudah lama berkembang. Secara konseptual, muncul bersamaan
dengan adanya pergerakan progresivisme pendidikan pada tahun 1930-an. Dengan dukungan dari
berbagai studi perbandingan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana efektifitas pendekatan
terpadu ini maka dari tahun ke tahun konsep kurikulum terpadu makin kuat dan dapat
diterimabanyak kalangan pendidikan.

Alasan yang mendasari penggunaan pembelajaran terpadu oleh sebagaian praktisi pendidikan
karena pembelajaran terpadu sesuai dengan cara pandang siswa dalam memperhatikan aspek
kehidupan, memungkinkan untuk melihat keterkaitan dan hubungan dari setiap mata pelajaran,
dapat memfasilitasi irama proses belajar siswa, serta siswa mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti lingkaran proses belajar mereka sendiri.

Terdapat berbagai model dalam pembelajaran terpadu. Dalam garis rentangannya, model
pembelajaran terpadu ada 10, yaitu model penggalan, model terkait, model sarang, model urutan,
model berbagi, model terjala, model untaian, model terpadu, model lebur, dan model jaringan kerja.
Dalam aplikasi model pembelajaran terpadu dijenjang SD, model umum yang dipraktikkan adalah
model terkait dan terjala.

Hal terpenting dari sebuah implementasi pembaruan pembelajaran, seperti pembelajaran terpadu
ini adalah cara pandang guru yang terbuka dan luwes dalam menyikapinya. Selain itu sikap pantang
menyerah, dan mau terus belajar merupakan modal bagi guru untuk menyikapi pembelajaran
terpadu ini.

Aplikasi Pembelajaran Kelas Rangkap

Pengertian pembelajaran kelas rangkap sesungguhnya, di mana seorang guru atau sekelompok guru
mengelola kelas yang terdapat berbagai siswa dari tingkatan kelas yang berbeda atau usia yang
bervariasi dengan kemampuan yang bervariasi pula dalam satu ruangan untuk tujuan pembelajaran
yang bermakna bagi siswa.

Banyak terdapat berbagai variasi model pembelajaran kelas rangkap. Pada umumnya guru di
Indonesia masih menggunakan pembelajaran kelas rangkap karena alasan ekonomi dan geografis
serta kekurangan guru ataupun siswa di daerah terpencil. Di negara yang lebih maju dengan adanya
kebijakan pendidikan yang sudah stabil, konsep pembelajaran kelas rangkap direncanakan dengan
baik untuk suatu tujuan pembelajaran agar meningkatkan segala aspek perkembangan siswa.

8 komponen yang mendukung kemajuan dari konsep pembelajaran kelas rangkap. Pertama, adan ya
pemahaman tentang kelompok dari variasi perbedaan usia dan kemampuan. Kedua,
Developmentally Appropriate Practice yang menjadi dasar berpikir konsep pembelajaran kelas
rangkap. Ketiga, keluwesan dalam pola kelompok kerja dalam belajar. Keempat, adanya
kesinambungan kemajuan belajar yang berkelanjutan, tersedianya tim kerja guru yang profesional,
penggunaan assessment otentik. Ketujuh, pelaporan secara kualitatif. Kedelapan, keterlibatan orang
tua.
Modul 7

Kebugaran dan Kecerdasan Melalui Bermain

Kebugaran Jasmani Melalui Bermain

Pembelajaran pendidikan di sekolah diharapkan dapat memberikan landasan dasar bagipenataan


awal terbentuknya kebugaran jasmani pada generasi muda dan pembelajaran tersebut
diarahkan pada pembentukan komponen kebugaransecara menyelur uh (multilateral)
dan dikemas melalui beberapa jenis permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk
bergerak memenuhi kebutuhan perkembangan fisik, psikis serta penignkata n perekmbangan
intelektualnya. Dengan demikian pembelajaran tersebut dapat menarik minat siswa, dan
pembelajaran praktek penjas dapat tetap berlangsung meskipun dengan sarana dan prasarana
serta waktu yang sangat terbatas.

Dengan segala kondisi yang terbatas itu upaya untuk membangun kebugaran jasmani,
kecerdasan dan kebutuhan akan bermain anak-anak akan tetap dapat berlangsung dan yang
lebih terpenting akan terbentuk kebiasaan hidup sehat. Guru tidak perlu kehilangan akal dalam
menghadapi keterbatasan sarana an prasarana, bukankah guru dituntut untuk dapat bertindak
secara situasional dan transaksional dalam merancang kegiatan pembelajarannya.

Pentingnya Kecerdasan Kinestetik untuk Anak

Berdasarkan banyak pendapat para ahli tersebut baik ditinjau dari aspek fisiologis maupun
psikologis, dengan aktivitas fisik (olahraga) secara teratur, terukur dan cukup akan diperoleh
manfaat, seperti: meningkatnya kinerja sistem saraf, dengan bertambah banyaknya jumlah
percabangan sel-sel saraf dan sinopsisnya, makin rimbun hubungan antarsel saraf, makin tinggi
pula tingkat kecerdasan (Markam,S.,2005).

Aktivitas fisik juga menuntut sebagian besar tubuh untuk bergerak yang memungki nka n
terjadinya respons terhadap kedua bagian otak. Para peneiti telah melaporkan bahwa
perkembangan otak sebenarnya terjadi ketika anak-anak bergerak dan bermain. Kemungk ina n
besar fungsi otak dan keterampilan motorik berkembang secara beriringan, proses ini tidak
mungkin diperoleh dari aktifitas pembelajaran selain pendidikan jasmani.

Peningkatan kadar hormon endorpin dan norepinephrine berdampak pada kurangn ya


kecemasan anak dalam menghadapai tugas-tugas akademiknya, perasaaan tengan yang
ditimbulkan dari hormon tersebut mendukung kesiapan siswa dalam memecahkan persoalan -
persoalan sulit yang dihadapi secara lebih taktis dan rasional serta memungkinkan lahirn ya ide-
ide besar melalui imajinasinya.

Kerja jantung yang efisien adalah apabila dapat memberikan energi dan oksigen secara optimal
ke seluruh jaringan tubuh, terutama pada otak untuk mendukung seluruh beban kerja yang
dihadapi baik beban fisik maupun psikis sehingga anak tidak cepat mengalami kelelahan dan
dapat menyelaesaikan tugas-tugas di sekolah dan dalam memenuhi kebutuhan bermainnya.

Unsur kebugaran merupakan hal yang penting dalam mendukung performa seseorang baik
sebagai seorang pegawai, siswa, terutama untuk tlet agar tetap berprestasi, tanpa kebugaran
yang baik tidak akan dicapai prestasi yang baik, sedangkan bagi para karyawan dan mahasiswa
serta siswa kebugaran yang baik merupakan prakondisi dalam mendukung etos kerja dan
prestasi akademik yang tinggi.
Modul 8

Pemanfaatan Seni Sebagai Media dalam Pembelajaran di SD

Pendekatan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Seni dalam Pembelajaran Bahasa

Seni ditawarkan sebagai media dalam pembelajaran adalah karena (1) seni dapat berfungs i
sebagai bahasa, (2) seni sangat berkaitan dengan pengetahuan, (3) seni sebagai bagian dari
metode pembelajaran.

Ada 3 cara atau pendekatan seni diintegrasikan ke dalam proses belajar, yakni: belajar tentang
seni (learning about the arts), belajar dengan seni (learning with the arts), dan belajar melalui
seni (learning through the arts).

Kreatifitas dapat dikarakterisasikan sebagi suatu proses alami dan sepanjang hidup di mana
manusia melakukan perjalanan ke suatu tempat yang baru melalui eksplorasi, pemahaman, dan
pengalaman hidupnya. Dalam proses kreativitas terdapat motivasi, refleksi, the making of
conections, transcend previous limitation. Kreativitas bukan hanya milik seorang seniman.
Kenyataannya, ketika kreativitas dihadirkan ke dalam kelas, warga belajar dapat
mentransformasikannya dan terinspirasi untuk mengembangkan gagasan-gagasan, penemuan-
penemuan, dan solusi-solusi yang cemerlang.

Seni dapat memfasilitasi beberapa metode selain untuk memperoleh keterampilan berbahasa,
juga membantu mengembangkan kemampuan berimajinasi, berkreasi, dan berfikir kritis pada
anak didik. Selain seni dapat mendorong kemampuan membaca dan menulis anak didik, anak
juga mampu menjangkau ketertarikan dan kemampuan mereka sebagai pribadi-
pribadi. Piktograf dan menulis kursif melalui gerakan membawa cara-cara yang kreatif ketika
anak didik belajar dan mengaplikasikan kemampuan berbahasa mereka.

Seni dalam Pembelajaran Bidang Ilmu-ilmu Eksakta

Mengombinasikan sains dengan seni akan menciptakan sebauah arena menggairahkan dan
mengejutkan dalam memahami alam semesta dan isinya. Kemungkinan menjelajahi sains
dengan seni merupakan penembusan keterbatasan sains itu sendiri. Ketika anak -anak mulai
manggambar sebuah objek alam, sebenarnya mereka telah mulai melakukan observasi objek
itu sendiri lebih dekat lagi dan ini merupakan keterampilan dasar bagi setiap ilmuwan. Ketika
anak-anak mulai mengungkapkan pengalaman mereka melalui menulis (seperti puisi), mereka
mulai berpartisipasi dalam karya seorang ilmuwan secara serius melalui kontemplasi tentang
misteri alam semesta, beserta isinya. Jadi hubungan antara sains dan seni tidak hanya berkaitan
dengan bekerjanya pikiran tetapi juga imajinasi anak.

Seni dalam Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial dan Sejarah

Seni dalam pelajaran ilmu- ilmu sosial dan sejarah dapat menjadi sebuah elemen utama sebuah
program dalam 2 cara. Pertama, seni menempatkan diri dalam lingkup kesejarahan untuk
beberapa dokumentasi peristiwa-peristiwa, wilayah, kultur, dan masyarakat. Seni merupakan
sebuah tekstual kesejarahan yang kaya yang menawarkan kepada anak -anak keautentika n
suara-suara sejarah . Kedua, seni memberi sebuah framework kegiatan seorang sejarahwan atau
ilmuwan bidang sosial.
Seni dalam Pembelajaran Matematika

Banyak kemungkinan-kemungkinan guru mengintegrasikan seni dan matemat ika.


Menghubungkan keduanya berarti Anda menawarkan kreativitas dan aktivitas yang
menyenangkan dan tidak diragukan akan menarik perhatian anak didik dan selanjut nya
diharapkan anak akan terinspira si untuk mengerjakan konsep-konsep matematika secara serius.
Aktivitas yang berkaitan dengan seni dapat menawarkan beberapa kesempatan kepada anak
didik menjadi terbuka terhadap keajaiban-keajaiban dunia nyata dan penghubung matemat ika
dengan dunia mereka sendiri. Anak-anak akan memahami betapa dunia mereka berputar
dikelilingi oleh konsep-konsep matematika, mereka juga diharapkan akan menjadi tertarik
untuk mengaplikasikan konsep-konsep tersebut.
MODUL 9

PUSAT SUMBER BELAJAR ONLINE

PUSAT SUMBER BELAJAR

A. Pengertian

1. Sumber belajar

Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar
dan manampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan
latar (AECT 1994), Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan
mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83) menyebutkan sumber belajar mencakup
semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si pembelajar agar terjadi prilaku belajar.
Dalam proses belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau
secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang
dimanfaatkan.

Sumber belajar yang beraneka ragam disekitar kehidupan pese rta didik, baik yang didesain maupun
non desain belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Sebagian besar guru
kecenderungan dalam pembelajaran memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber belajar
utama. Ungkapan ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari sekian banyaknya
sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Hal senada juga diperkuat oleh suatu
hasil penelitian mengenai kebutuhan informasi, yang menyatakan bahwa banyak sumber belajar
diperpustakaan yang bel um dikenal dan belum diketahui penggunaannya. Keadaan ini diperparah
pemanfaatan buku sebagai sumber belajar juga masih bergantung pada kehadiran guru, kalau guru
tidak hadir maka sumber belajar lain termasuk bukupun tidak dapat dimanfaatkan oleh peserta
didik. Oleh karena itu kehadiran guru secara fisik mutlak diperlukan, disisi lain sebenarnya banyak
sumber belajar disekitar kehidupan peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.

Dalam kaitan dengan pemanfaatan alam sekitar dalam pembelajaran Science, Richarson dalam
Suthardi, (1981:147) mengemukakan, “Science necessarily begins in the environment in which we
live. Consequently the students study of science should have this orientation”. Dari alam sekitar
peserta didik dapat dibimbing untuk mempelajari berbagai macam masalah kehidupan. Akan tetapi
pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar sangat tergantung pada guru. Ada tiga faktor yang
dapat mempengaruhi usaha pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar yaitu (a) kemauan
guru (b) kemampuan guru untuk dapat melihat alam sekitar yang dapat digunakan untuk
pembelajaran (c) kemampuan guru untuk dapat menggunakan sumber alam sekitar dalam
pembelajaran.

Dalam pemanfaatan sumber belajar, guru mempunyai tanggung jawab membantu peserta didik
belajar agar belajar lebih mudah, lebih lancar, lebih terarah. Oleh sebab itu guru dituntut untuk
memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar. Menurut
Ditjend. Dikti (1983: 38-39), guru harus mampu: (a) Menggunakan sumber be lajar dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan
peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas -tugas penggunaan
sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari send iri bahan dari berbagai sumber. (f)
Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan sumber
belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan penggunaan
sumber belajar secara efektif.

Di samping kemampuan di atas, guru perlu (1) mengetahui proses komunikasi dalam proses belajar,
yang bahannya diperoleh dari teori komunikasi dan psikologi pendidikan, (2) mengetahui sifat
masing-masing sumber belajar, baik secara fisik maupun sifat-sifat yang ditimbulkan oleh faktor lain
yang mempengaruhi sumber belajar tersebut, (3) memperolehnya, yaitu tahu benar dimana lokasi
suatu sumber dan bagaimana cara memberikan pelayanannya. Kemampuan tersebut dimaksudkan
untuk memberikan gambaran bahwa guru perlu me nyadari pentingnya kemampuan-kemampuan
khusus yang dikembangkan bila menginginkan proses belajar mencapai sasaran yang optimal.

2. Pusat Sumber Belajar

Beragamnya jenis sumber belajar, menuntut adanya pengelolaan dan pengorganisasian terhadap
sumber belajar tersebut. Hal ini bertujuan agar sumber belajar mudah untuk diakses dan juga
dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu dibentuklah Pusat Sumber Belajar.
Timbulnya pusat sumber belajar dimungkinkan pula oleh pertumbuhan berikutny a yang berupa
pengakuan akan semakin dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan belajar non -tradisional yang
membutuhkan ruangan belajar tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya belajar mandiri dengan
modul, simulasi dan permainan, dan sebagainya.

Menurut Sukorini (Warsito,2008:215) Pusat sumber belajar merupakan tempat di mana berbagai
jenis sumber belajar dikembangkan, dikelola dan dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan pembelajaran. Merril dan Drob berpendapat bahwa Pusat
sumber belajar merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi yang berhubungan dengan kurikulum
dan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan (Warsito, 2008:215). Dengan demikian, Pusat
sumber belajar merupakan sarana untuk mengelola dan mengembangkan sumber belajar. Pusat
sumber belajar sering disebut juga sebagai media center, yang diartikan sebagai lembaga yang
memberikan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan pengenalan berbagai media pembelajaran. Pusat
sumber belajar dirancang untuk memberikan kemudahan kepada peserta didik baik secara individu
maupun kelompok atau guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. Dengan demikian,
kebutuhan akan sumber belajar dalam proses pembelajaran bisa terpenuhi dengan adanya pusat
sumber belajar.

Pembentukan Pusat sumber belajar juga didasari oleh pentingnya sebuah lingkungan dalam
mendukung proses belajar siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor pendukung siswa
dalam belajar adalah kondisi lingkungan yang nyaman. Dengan adanya Pusat sumber bel ajar, siswa
bisa diorientasikan untuk melakukan proses belajar di tempat tersebut. Dengan demikian, pusat
sumber belajar yang sudah disetting sedemikian rupa agar memberikan kenyamanan pada
penggunanya, dapat membantu siswa dalam proses belajar. Pengembang an sistem pembelajaran
menuntut peningkatan efektifitas kegiatan belajar mengajar dengan memberikan penekanan pada
aktivitas siswa dimana kegiatan belajar di kelas dan pusat sumber belajar merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang terpadu.

Ada beberapa contoh yang merupakan pusat sumber belajar, diantaranya yaitu perpustakaan,
laboratorium, taman belajar dan yang lainnya.

B. Tujuan dan Fungsi PSB

Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis dan terus menerus, yang
akan membantu pengajaran dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang
memungkinkan partisipasi aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar. Di sinilah letak hubungan
yang penting antara pusat sumber belajar dengan pengembangan sistem pembejaran. Segala
sumber dan bahan serta personil yang ada di dalam pusat sumber belajar dimaksudkan untuk
membantu efektifitas dan efisiensi interaksi siswa dan pengajar dalam proses pembelajaran.

Secara umum, tujuan dari Pusat sumber belajar adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kegiatan proses belajar mengajar melalui pengembangan sistem pembelajaran. Hal ini dilaksanakan
dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan kelas tradisional dan untuk
mendorong penggunaan cara-cara yang baru (non-tradisional), yang paling sesuai untuk mencapai
tujuan program akademis dan kewajiban-kewajiban institusional yang direncanakan lainnya.

Selain itu, secara khusus pusat sumber belajar bertujuan untuk :

(1) menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk menunjang kegiatan kelas tradisional. (2)
Mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang paling cocok untuk mencapai tujuan program
akademis dan kewajiban institusional lainnya. (3) Memberikan pelayanan dalam perencanaan,
produksi, operasional, dan tindak lanjut untuk pengembangan sistem pembelajaran yang ada. (4)
Melaksanakan latihan untuk para tenaga pengajar mengenai pengembangan sistem pembelajaran
dan integrasi teknologi dalam proses pembelajaran. (5) Memajukan usaha penelitian yang perlu
tentang penggunaan media pendidikan. (6) Menyebarkan informasi yang akan membantu
memajukan penggunaan berbagai macam sumber belajar dengan lebih efektif dan efesien (7)
Menyediakan pelayanan produksi bahan ajar. (8) Memberikan konsultasi untuk modifikasi da n desai
fasilitas sumber belajar. (9) Membantu mengembangkan standar penggunaan sumber -sumber
belajar. (10) Menyediakan pelayanan pemeliharaan atas berbagai macam peralatan. (11) Membantu
dalam pemilihan dan pengadaan bahan-bahan media dan peralatannya. (12) Menyediakan
pelayanan evaluasi untuk membantu menentukan efektifitas berbagai cara pengajaran.

Dari uraian tujuan khusus di atas, jelaslah bahwa pusat sumber belajar mempunyai peranan yang
cukup menentukan di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Dengan
demikian dari awal hendaklah selalu kita sadari bahwa pusat sumber belajar bukan semata -mata
suatu tempat ataupun gudang penyimpanan berbagai macam peralatan dan bahan pengajaran.

Misi yang pertama dari pusat sumber belajar adalah pengembangan sistem pembelajaran terpadu
yang merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar dan
mengajar. Segala fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan pusat sumber belajar, termasuk pengadaan,
pelayanan perpustakaan bahan pengajaran, dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
misi tersebut.

Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus di atas, pusat sumber belajar mempunyai fungsi dan
kegiatan sebagai berikut :

1. Fungsi pengembangan sistem intruksional

Fungsi ini menolong jurusan atau departemen dan staf tenaga pengajar secara individual di dalam
membuat rancangan (desain) dan pemilihan options (pilihan) untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi proses belajar dan mengajar, yang meliputi :

(1) Perencanaan kurikulum

(2) Identifikasi pilihan program pembelajaran

(3) Seleksi peralatan dan bahan


(4) Perkiraan biaya

(5) Pelatihan bagi tenaga pengajar

(6) Perencanaan program

(7) Prosedur evaluasi

(8) Revisi program

1. Fungsi informasi

Dalam kehidupan sehari-hari orang sering memerlukan informasi, baik untuk keperluan pribadi
maupun untuk keperluan usahanya. Ada beberapa macam sumber informasi, seperti pusat
komputer (puskom), bahan bacaan, radio, televisi, perorangan, lembaga, dan sebagainya. Jika
informasi yang diperlukan hanya sedikit dan yang memerlukannya juga sedikit, maka bahan
informasinya dapat disimpan dalam satu file. Jika yang memerlukannnya lebih banyak, maka perlu
dibentuk perpustakaan lengkap dengan katalognya. Bahkan jika lebih banyak lagi, harus
menggunakan data base computer.

1. Fungsi pelayanan media

Fungsi ini berhubungan dengan pembuatan rencana program media dan pelayanan pendukung yang
dibutuhkan oleh staf pengajar dan pelajar, yang meliputi : (1) Sistem penggunaan media untuk
kelompok besar. (2) Sistem penggnaan media untuk kelompok kecil. (3) Fasilitas dan program belajar
sendiri (individual). (4) Pelayanan perpustakaan media/bahan pengajaran. (5) Pelayanan
pemeliharaan dan peminjaman/sirkulasi. (6) Pelayanan pembelian bahan -bahan dan peralatan

1. Fungsi produksi

Fungsi ini berhubungan dengan penyediaan materi dan bahan pelajaran yang tidak dapat diperoleh
melalui sumber komersial, yang meliputi : (1) Penyimpanan karya seni asli (original atwork) untuk
tujuan pembelajaran. (2) Produksi transparansi untuk OHP. (3) Produksi fotografi (slide, filmstrip,
foto, dan lain-lain) untuk presentasi. (4) Pelayanan reproduksi fotografi. (5) Pemrograman,
pengeditan, dan reproduksi rekaman. (6) Pemrogaraman, pemeliharaan, dan pengembangan syste m
radio dan televisi di kampus.

1. Fungsi administratif

Fungsi ini berhubungan dengan cara-cara bagaimana tujuan dan prioritas program dapat tercapai.
Fungsi ini berhubungan dengan semua segi program yang dilaksanakan dan akan melibatkan semua
staf dan pemakai dengan cara-cara yang sesuai. Hal ini meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :
(1) Supervisi personalia untuk media; (2) Pengembangan koleksi media untuk program
pembelajaran; (3) Pengembangan spesifikasi pendidikan untuk fasilitas baru; (4) Penge mbagan
sistem peminjaman/sirkulasi; (5) Pemeliharaan kelangsungan pelayanan produksi bahan
pembelajaran; (6) Penyediaan pelayanan untuk pemeliharaan bahan, peralatan, dan fasilitas.

Kelima fungsi pusat sumber belajar dengan kegiatan -kegiatan di atas merupakan fungsi dan kegiatan
yang ideal. Seberapa jauh kegiatan yang ideal tersebut dapat dilakasanakan oleh pusat sumber
belajar, akan sangat bergantung pada tujuan program pembelajaran, fasilitas, peralatan yang
dimiliki, staf dan personalia yang ada dalam pusat sumber belajar yang bersangkutan. Namun
demikian dapatlah dipastikan bahwa kelima fungsi diatas akan selalu dijumpai dalam setiap pusat
sumber belajar sebagai suatu lembaga yang berusaha untuk memajukan efektivitas dan efisiensi
kegiatan pembelajaran. Yang berbeda hanyalah kegiatan-kegiatan nyata yang berhubungan dengan
keempat fungsi di atas, sesuai dengan adanya pembatasan -pembatasan yang terdapat pada masing-
masing pusat sumber belajar.

C. Perencanaan PSB

1. Langkah-Langkah Pengembangan PSB.

Menurut Mayer, pengembangan PSB berdasarkan pada empat hal, yaitu : (a) Berorientasi pada
peserta didik yang belajar atau berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik; (b)
Desentralisasi, yaitu penempatan bahan-bahan yang berbentuk media. perangkat lunak dan keras
tersebut disebarkan dimana saja sepanjang proses belajar dapat dilayani, seperti pusat -pusat
belajar, didalam kelas, atau digunakan perorangan dirumah; (c) Bahan -bahan belajar diproduksi dan
dipeliara secara lokal; (d) Program medi a dikembangkan secara terintegrasi dalam proses
intruksional.

1. Sedangkan prinsip pengembangannya, yaitu dapat mencapai tujuan pembelajaran, sesuai


dengan karakteristik peseta didik, dan memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam belajar.

2. Strategi pengembangan PSB dilaksanakan secara bertahap, yaitu:


1) Melakukan analisis kebutuhan dan studi kelayakan PSB disatuan pendidikan.

Pengembangan PSB diawali dengan kegiatan analisis kebutuhan ini merupakan suatu kegiatan ilmiah
yang melibatkan berbagai teknik pengumpulan data berbagai sumber informasi untuk mengetahui
kesenjangan (gap) antara keadaan yang seharusnya terjadi (ideal) dengan keadaan yang senyatanya
terjadi (reality). Langkah-langkah dalam kegiatan analisis kebutuhan meliput tiga tahap, seb agai
berikut : (a) Perancangan, meliputi penentuan fokus analisis kebutuhan penentuan teknik
pengumpulan data, dan pengembangan intrumen; (b) Pelaksanaan, yaitu melakukan pengumpulan
data sesuai dengan teknik; (c) pengumpulan data dan instumen yang telah d itentukan dalam
perancangan dan menganalisisnya; (d) Pelaporan, yaitu melaporkan hasil analisis kebutuhan
tersebut. Isi dari laporan tersebut adalah sumber-sumber belajar yang diperlukan untuk kegiatan
pembelajaran.

2) Mengembangkan sarana fisik PSB berdasarkan fungsi-fungsi yang akan dikembangkan.


Pengalaman menunjukkan, banyak PSB yang sudah berdiri lambat laun mengalami kemunduran
(menjadi tidak fungsional lagi) dikarenakan semata-mata kurangnya perawatan dan upaya untuk
memperbaharui sarana dan prasarana yang dimiliki. Oleh karena itu, ada baiknya dalam
mengembangkan PSB perlu diperhatikan hal -hal berikut : (a) Mengembangkan sarana dan fasilitas
PSB yang berorintasi kepada lima fungsi yang ada di PSB; (b) Mengembangkan sarana dan fasilitas
PSB tidak semata-mata berorintasi pada pencapaian tujuan, tetapi juga untuk pencapaian benitif; (c)
Mengembangkan sarana dan fasilitas PSB yang berorientasi pada pemanfaatan teknologi informasi.

3) Mengembangkan program-program PSB yang berorientasi pada pencapaian tujuan, sosial, dan
benifit. Identifikasi terhadap kebutuhan SDM, program, dan sarana penunjang PSB ini mengacu
kepada lima bidang yang ada dalam PSB. Identifikasi sengaja difokuskan pada standar kebutuhan
minimal masing-masing bidang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran, bahwa untuk
mengembangan suatu PSB dapat dilakukan secara bertahap dengan SDM, program, dan sarana yang
terbatas. Sehingga dalam setiap satuan pendidikan dapat dengan segera mewujudkan PSB
ditempatnya masing-masing. Sebagai contoh untuk mengoperasikan kegiatan PSB agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, minimal diperlukan SDM Profesional dengan kualitas tertentu
yaitu media profesional dan instruksional designer.
D. Pengelolaan PSB

PSB pada pendidikan tinggi maupun di sekolah memiliki kewajiban membantu semua anggota yang
mengunjunginya (Merrill & Drob : 1977). Prinsip -prinsip Pengelolaan PSB adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Pengelolaan Pusat Informasi

Prinsip pengelolaannya adalah sebagai berikut: Laporan -laporan yang diterima dikirim ke unit
fasilitas yang menggunakan sistem komputer (puskom) dan mengadakan persiapan untuk
penerbitannya. Sebagai data dikirim ke unit reproduksi dokumen untuk dibuat microfilm, microfiche
atau fotocopy untuk selanjutnya dikirim ke pusat-pusat referensi tiap fakultas dan sebagian lagi di
cetak di percetakan Universitas.

1. Prinsip Pengelolaan Pelayanan

Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya pelayanan di PSB antara lain adalah :

1. Koleksi, dibina untuk dilayangkan, bukan untuk h iasan atau pajangan, bagaimana
pengembangan serta pengaturannya

2. Fasilitas, bagaimana ragam layanan, sistem, aturan layanan, lokasi penempatan gedung dan
lainnya

3. Pelayan/petugas, sebagai jembatan penghubung dapat berupa seorang ahli, teknisi, ataupun
asisten teknisi

4. Pemakai, perorangan yang memanfaatkan layanan, dapat seorang ahli, pelajar, mahasiswa
atau umum.

Ketiadaan salah satu komponen di atas, atau masing-masing berdiri sendiri tanpa kerja sama yang
baik, maka pelayanan tidak dapat tercipta se bgaimana mestinya. Untuk itu diperlukan pelayanan
dengan karakteristik berikut :

1) Mudah dimengerti, menggunakan car yang mudah dimengerti oleh pengunjung/pemakai


maupun oleh petugas itu sendiri.

2) Efisiensi dan ekonomis, menggunakan bahan pelengkap dengan variasi sedikit mungkin.

3) Kelambatan yang minimal, mengusahakan tidak ada keterlambatan dalam pelayanan


pengunjung.
1. Prinsip Pengelolaan Pengembangan Instruksional

Fungsi PSB sebagai pengembangan bahan instruksional secara umum adalah menolong jurusan, staff
pengajar secara individual di dalam membuat rancangan dan pemilihan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, hal ini meliputi :

1) Perencanaan kurikulum

2) Identifikasi pilihan program instruksional

3) Seleksi peralatan dan bahan

4) Perkiraan biaya

5) Penataran tentang pengembangan sistem instruksional bagi staf pengajar


6) Perencanaan program

7) Prosedur evaluasi

8) Revisi program

Pengembang instruksional yang bekerja di PSB hendaknya memiliki kompetensi dalam bidang
pengelolaan dan telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus, memiliki pengalaman yang
cukup, pengetahuan yang luas, penampilan yang meyakinkan dan menguasai bidang evaluasi.
Apabila dirinci, secara garis besar kompetensi yang harus dimiliki oleh pengembang instruksional
antara lain adalah : memilih proyek pengembangan instruksional, menggali analisis kebutuhan,
merncanakan, menspesifikasi strategi instruksional, sampai memiliki kemampuan untuk
menyebarluaskan pengembangan instruksional.

1. Prinsip Pengelolaan Produksi

Fungsi produksi berkaitan dengan penyediaan materi instruksional yang tidak dapat diperoleh
melalui sumber komersial. Hal ini meliputi :

1) Penyiapan karya seni asli untuk tujuan instruksional,

2) Produksi transparansi, produksi fotografi,

3) Pelayanan reproduksi fotografi,

4) Pemograman, pengeditan, dan reproduksi rekaman pita suara,

5) Pemograman, pemeliharaan dan pengembangan sistem televisi kampus. Penjelasan tentang


produksi ini meliputi keterampilan produksi grafis, audio, fotografi (diam), film (bergerak), tv dan
video dan kombinasi.

Adapun tahapan dalam pengelolaan produksi ini adalah :

(1) Pengidentifikasian dan analsis masalah komunikasi

(2) Perancangan dan produksi pesan

(3) Pengadministrasian fasilitas dan personalia produksi media

E. Pemanfaatan PSB

Pengertian pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar (Seels and
Richey, 1994:14). Menurut Clark, ada lima aspek pemanfaatan yaitu: (1) Media sebagai teknologi
mesin; (2) Media sebagai tutor ; (3) Media sebagai pengubah perilaku ;(4) Media sebagai pemotivasi
belajar ; (5) Media sebagai alat berpikir dan memecahkan masalah. Pengertian sumber b elajar
adalah apa saja (orang, bahan, alat, teknik, lingkungan) yang mendukung serta memungkinkan
memberikan kemudahan dan kelancaran terjadinya belajar, serta memungkinkan terjadinya
interaksi antara pemelajar dengan sumber belajar tersebut. Dengan memper hatikan pengertian dan
tujuan yang telah disampaikan di atas, maka sumber belajar memiliki beberapa pemanfaatan
diantaranya adalah: (a) Sumber belajar dapat meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan
jelas, yaitu dapat mempercepat laju belajar yang dialami oleh peserta didik sehingga setidaknya
dapat mengurangi beban guru dalam proses penyajian materi dan informasi, hal ini mengakibatkan
guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar serta waktu yang digunakan
pun relatif lebih sedikit; (b) Sumber belajar dapat memberikan kemungkinan pembelajaran yang
sifatnya lebih individual (c) Sumber belajar dapat memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pembelajaran; (d) Sumber belajar dapat memungkinkan belajar secara seketika, yaitu sumber bel ajar
dapat mengurangi kesenjangan pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang
sifatnya kongkrit dan memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung; (e) Sumber belajar dapat
memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas.

Penentuan seorang guru dalam pemanfaat penggunaan sumber belajar secara umum, yaitu; (1)
ekonomis atau biaya, misalnya overhead (OHP) beserta transparannya, video/tv beserta kassetnya
dan sebagainya; (b) Teknisi (tenaga), misalnya mengoperasikan slide, video tipe, laboratorium, dan
sebagainya; (c) Bersifat praktis dan sederhana, yaitu mudah dijangkau, mudah dilaksanakan, dan
tidak begitu langka; (d) Bersifat fleksibel, maksudnya sesuatu yang dimanfaatkan sebagai sumber
belajar tidak bersifat paku dan paten, tapi harus mudah dikembangkan, dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan pengajaran, tidak mudah dipengaruhi faktor lain; (e) Relevan dengan tujuan
pengajaran dan komponen-komponen pengajaran lainnya; (f) Dapat membantu efisiensi dan
kemudahan pencapaian tujuan pe ngajaran/belajar; (g) Memiliki nilai positif bagi proses
pengajaran khususnya peserta didik; (h) Sesuai dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah
dirancang atau sedang dilaksanakan.

Memanfaatkan Tablet Untuk Kreativiatas

Saat ini tablet sudah menjadi alat komunikasi kedua setelah handphone, perkembanganyapun luar
biasa cepatnya. dari anak sekolah hingga eksekutif memiliki alat komunikasi ini. tetapi dari sekian
banyak yang memiliki tablet, rata-rata mereka menggunakan tabletnya hanya untuk browsing,
facebook, dan game.

sebenanya tablet memiliki sumber daya dan kemampuan yang sangat bagus, terutama untuk
kalangan pelajar, mahasiswa, pendidik atau orang-orang yang hobinya menulis. nah untuk
mengetahui hal-hal apa saja yang mampu diberikan oleh tablet saya akan berbagi pengalaman
tentang software-sofware yang saya gunakan ditablet saya guna menunjang keseharian saya, jangan
khwatir software-software ini gratis kok.. download aja di playstore. oke mari kita mulai aja:

1. freenote >>>>> sofware tulisan bebas maupun ketik menggunakan keyboard

software ini sangat bermanfaat untuk membuat tulisan bebas atau juga untuk membuat catatan
belajar kita, dengan kelebihan:

1. memiliki model yang unik, gabungan antara tulisan tangan dan keyboard

2. ada ruang khusus untuk menulis sehingga ukuran tulisan kita serasi.

3. untuk menulis, gambar, foto, video, multimedia deh…

4. memiliki kalender dan jurnal untuk kegiatan kita sehari -hari

ini screen picturenya

2. Mindomo (mind mapping) >>>>> software untuk curah ide


software ini memberikan kebebasan kepada kita untuk menuangkan ide -ide yang kita miliki.
menuangkannya langsung pada peta pikiran, mengubahnya menjadi presentasi yang menarik,
berbagi dengan relasi kita, dan dapat dibagikan dengan cloud yang kita miliki.

Mindomo mindmap menyediakan wadah yang sangat berguna, dimana kita bisa berkolaborasi
dengan orang lain dengan berbagi ide dan bekerjasama dalam menuangkan peta pikiran secara
langsung. Tak peduli dimana kita berada, kita dapat menuangkan ide-ide kreatif kita dengan mudah
melalui mindomo ii.

kelebihan fitur-fitur yang di miliki Mindomo:

menarik

- presentasi Interaktif langsung dari peta pikiran kita

– Pemetaan yang tak terbatas dan folder yang dapat diedit, dibagikan dan diekspor

mobile

- kerja secara Offline dan sync

– Sinkronisasi
– Kolaborasi dalam waktu yang bersamaan

menyenangkan

- Beberapa layout (melingkar, konsep, org bagan)

– pengolahan Peta dengan menambahkan ikon , warna, gaya dan tema

– Gambar embedding pada topik mindmap

– Visualisasi catatan, link atau tugas pada topik

– memiliki fungsi Kendali, fungsi membatalkan dan Redo

screen shoot:

untuk sementara ini dulu yang bisa saya bagikan semoga ada manfaatnya, lain waktu saya share
aplikasi-aplikasi yang berguna dan menarik.

Pembelajaran Aktif. Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM)

Pembelajaran masa sekarang ini sudah sepantasnya dilaksanakan dalam kondisi yang mendukung
bagi pelaksanaan pembelajaran baik itu guru ataupun siswa. Di sekolah dasar sel ama ini telah
dikembangkan pola pembelajaran yang menyenang dan menarik (joyful learning), namun
pembelajaran ini bukan hanya sekedar menarik dan menyenangkan tetapi juga harus membawa
perubahan yang bermakna.

Pembelajaran akan bermakna jka ada keterkaitan antara pengetahuan dengan keterampilan (lesson
point) yang didapat oleh murid dan juga pendidik disetiap wktu pembelajaran. Lesson poin akan
berhasil jika pembelajaran menarik sehingga meninggalkan kesan yang bermakna, berkesan dan
bermakna jika proses pembelajaran melibatkan lima indera dan kegiatan yang menarik.
A. Mengapa PAKEM

Sejatinya belajar merupakan proses perubahan dari individu, dan pelaksanaan cenderung individual,
meskipun mayoritas kelas di susun secara klasikal tetapi guru dalam proses m engajar tetap harus
memperhatikan sescara individual, sebab setiap anak memiliki kekhasan sendiri, dan memiliki
tingkat perkembangannya sendiri.

Kedua, di masa sekolah dasar , belajar merupakan proses bersosialisasi, belajar secara bersama dan
memecahkan masalah bersama akan saling menunjang dan saling membelajarkan.

Ketiga, proses pembelajaran sepantasnya didesain dengan suasana yang menarik, kondusif, dan
menyenangkan, yang pada akhirnya peserta didik akan lebih siap dalam proses pembelajaran.

Keempat, belajar merupakan suatu proses yang terus menerus tiada henti, belajar sepanjang hayat,
belajar sesuatu hal sebagai pijakan untuk belajar hal lain lebih lanjut.

Kelima, belajar adalah suatu proses membangun makna, dimana setiap proses belajar harus
bermakna bagi proses tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikis, dalam suasana yang
menyenangkan, baik bagi siswa maupun guru.

Selain itu ada perubahan paradigma dalam pembelajaran yaitu dari Mengajar menjadi Pembelajaran
( teaching —- learning), dan dalam penilaian proses dan hasil belajar harus berlangsung terus
menerus dengan perbaikan-perbaikan pada setiap tahapnya (continous improvement)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pakem merupakan pembelajaran yang didesain
sedemikian rupa sehingga membentuk anak didik yang lebih aktif, mampu mengembangkan
kreativitas sehingga memperoleh hasil pembelajaran yang efektif namun tetap menarik dan
menyenangkan.

Selain itu dengan pelaksanaan PAKEM dapat diciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan
bermakna yang mampu menciptakan siswa yan terampil, berpengetahuan dan sikap untuk hidup.

B. Ciri Pembelajaran PAKEM

Ciri pembelajaran yang disebut PAKEM antara lain menggunakan multi metode dan multi media,
melibatkan semua indera, dengan praktik dan bek erja dalam tim, memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Pembelajaran juga perlu melibatkan multi aspek yaitu logika, kinestika, estetika dan
etika.

Dengan kata lain pembelajaran perlu mengaktifkan siswa dan guru, membuat kreatif pembelajarnya,
hasilnya efektif dan tentu saja semua berlangsung dengan menyenangkan.

C. Komponen Utama PAKEM

1. Kurikulum dan perangkatnya

2. Sarana dan prasarana yang diperlukan

3. Sumber daya Manusia,yaitu, guru dan tenaga kependidikan lainnya

4. Manajemen yang tertib, teratur dan transparan serta akuntabel

5. Didukung penilaian yang berkelanjutan


Semua itu perlu diarahkan pada Standardisasi mutu pendidikan secara berkelanjutan dalam
menghadapi tuntutan lokal, nasional dan global. Juga perlu dukungan secara aktif dari p eran serta
masyarakat dan sistem manajemen berbasis sekolah

D. Aktif, Kreatif dan Menyenangkan

1. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran perlu mengaktifkan semua siswa dan guru,
baik secara fisik ( termasuk segenap indera) maupun mental, bahkan mor al dan spiritual. Misalnya
kalau kelas sedang belajar tentang sifat-sifat air (IPA), lalu ada percobaan atau eksperimen
sederhana, sehingga secara fisik aktif semua indera terlibat, juga berfikir dan menganalisis kenapa
permukaan air selalu datar walaupun wadahnya dimiringkan misalnya, terus dikaitkan dengan
kebesaran Tuhan menciptakan air bagi kesejahteraan hidup manusia, oleh sebab itu perlu dijaga
kelestariannya.

2. Pembelajaran yang kreatif mempunyai makna, tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan
acuan kurikulum, karena kurikulum sekedar dokumen dan rencana, maka perlu dikritisi, perlu
dikembangkan secara kreatif, ada seribusatu jalan untuk mempelajari dan memperdalam satu
kompetensi tertentu. Jadi ada kreativitas pengembangan kompetensi dasar dan juga ada kreativitas
dalam pelaksanaannya di kelas, termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber, bahan dan
sarana untuk belajar. Lingkungan dapat bermakna lingkungan fisik, dan sosial, fisik bisa berupa
lingkungan alam dan gejala alam sedang lingkungan sosial merupakan segala perilaku manusia dan
hubungannya dengan manusia lain, maupun terhadap lingkungan alam. Misalnya pasar, sikap
berlalulintas, pelestarian dan perusakan lingkungan oleh manusia dan sebagainya.

3. Pembelajaran dikatakan efektif jika mencapai sasaran dan tujuan serta banyak hal yang yang
“didapat” oleh siswa, bahkan gurupun pada setiap kegiatan pembelajaran mendapatkan
“pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. Agar kita tahu apakah
pembelajaran di kelas kita efektif atau tidak, setiap akhir pembelajaran perlu kita lakukan evaluasi,
evaluasi yang dimaksudkan disini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi sejenis “perenungan” yang
dilakukan oleh guru dan siswa (refleksi) dan didukung oleh data catatan guru, salah satunya mungkin
hasil latihan/sejenis tes lisan, tulis maupun perilaku. Kemudian barulah kita simpulkan sudahkah
tujuan yang kita tetapkan telah tercapai, seberapa besar pencapaiannya, apa kekurangan dan
kelebihannya serta apa tindaklanjut dan rencana kita berikut nya, yang berupa program perbaikan
dan peningkatan kualitas pembelajaran.

4. Pembelajaran yang menyenangkan harus dimaknai secara luas tidak sekedar menyenangkan,
tetapi pembelajaran juga harus dapat “dinikmati” oleh pembelajarnya. Pembelajaran dapat
dinikmati jika pembelajaran tersebut “mengasyikkan”. Mengasyikkan tidak sekedar menyenangkan
tetapi ada unsur ketekunan, inner motivation, setelah mengetahui sesuatu hal selalu ingin tahu lebih
lanjut, dan mempunyai ketahanan belajar lebih lanjut. belajar itu h arus Menyenangkan,
Mengasyikkan, Menguatkan dan Mencerdaskan. Selain itu siswa harus dilatih Olah Pikir, Olah Hati,
Olah Rasa dan Olah Raga.

Disisi lain pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berfikir, mencoba dan
belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan potensi
positifnya secara optimal. Menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya
sendiri dan mempunyai semangat kompetitif dalam nuansa kebersamaan. Sekolah, guru, serta
media dan sarana yang ada hanya mendukung dan memfasilitasi. Namun, walaupun hanya
memfasilitasi sekolah dan guru serta stakeholder lain termasuk pemerintah haruslah mengupayakan
agar potensi yang ada, serta inner motivation dan kemandirian siswa dapat terben tuk.
Pembelajaran juga perlu memberikan tantangan untuk memotivasi rasa ingin tahu dan belajar lebih
lanjut, kreatif dan inovatif, tekun dan menyadari potensi diri, yang perlu dikembangkan lebih lanjut.
Pembelajaran juga harus memacu semangat kompetitif. J adi tidak sekedar Joyful dalam arti
bersenang-senang dan bergembira bersama saja.

Bagaimana dengan reward and punishment ? Tentu saja penghargaan, apapun bentuknya mulai dari
tanda bintang, sertifikat atau sekedar pujian perlu diberikan dan direncanakan de ngan baik oleh
guru kelas bersama kepala sekolah. Sedangkan “hukuman”, sebaiknya ditiadakan sama sekali, tidak
ada lagi hukuman apapun bentuknya. Tetapi diganti dengan kesepakatan bersama dengan seluruh
anggota kelas “sanksi” apa yang harus di berikan jika melanggar kesepakatan, dilaksanakan secara
demokratis dan transparan, berlaku untuk semua warga kelas/sekolah termasuk guru. Sanksipun
harus dipilih yang memotivasi dan merupakan bagian dari pembelajaran. Misalnya membuat kliping,
menyusun karya tulis/mengarang, memecahkan masalah dan sebagainya. Sanksi juga tidak boleh
memberatkan dan memberikan beban mental.

Lebih bagus lagi kalau kata “sanksi” diganti dengan “konsekuensi”. Dengan demikian semua siswa
menyadari bahwa konsekuensi tertentu harus dilaksanakan bukan dari guru atau hukuman dari
orang lain tetapi memang merupakan konsekuensi yang ditetapkan oleh sistem/kesepakatan yang
telah disepakati bersama. Hal ini dimaksudkan untuk melatih disiplin, mentaati aturan yang
disepakati bersama.

Dengan demikian pembelajaran perlu memperhatikan banyak aspek, termasuk juga bagaimana agar
siswa mampu bekerja dalam tim/kelompok, mampu menampilkan gagasannya secara runtut dan
sistematis baik secara lisan maupun tulis.

Wah !, kalau begitu rumit urusannya pembelajaran i tu!. Sama sekali tidak !, aspek-aspek tersebut
perlu disadari dan dipahami oleh setiap fasilitator atau guru. Jika ada peluang untuk diterapkan,
maka dilaksanakan, tentunya ada aspek tertentu yang dominan pada pembelajaran suatu
kompetensi tertentu. Tentu saja tidak semua aspek harus selalu masuk pada setiap pembelajaran.
Setidaknya pada saat menyusun rencana pembelajaran aspek -aspek tersebut diperhatikan dan
dipertimbangkan. Intinya potensi anak kita kembangkan secara optimal, dan utuh sesuai
kemampuannya, sehingga sesuai harapan menjadi manusia Indonesia seutuhnya.

Joyful Learning hanya sebagian dari Pakem dan Pakem hanya sebagian dari Pembelajaran seutuhnya
yang melibatkan banyak aspek. Jelasnya setiap pembelajaran harus berbasis pada kehidupan.

Pada setiap pembelajaran setidaknya ada dua hal yang perlu dilatihkan dan dikuasai. Pertama
substansi yang dipelajari, seperti misalnya IPA, Matematika, IPS, Bahasa dan sebagainya, yang kita
kenal sebagai subject matter/ matapelajaran. Kedua, Personal Performance/Kinerja, seperti
misalnya, kemampuan berfikir kritis dan analitis, bekerja dalam teamwork, trampil mengemukakan
pendapat secara sistematis, menghargai pendapat orang lain, tekun, disiplin, memahami etika dan
estetika dan sebagainya

Lesson Study

Lesson study adalah metode konvensional di jepang selama berabad -abad, yang telah dimodifikasi
sedemikian rupa sehingga menjadi implikasi yang efektif di akhir tahun 1970. Metode berbasih
praktik tersebut untuk mengembangkan profesionalisme guru dan sikap saling b elajar dengan
metode praktik sebenarnya didalam kelas dan dilakukan oleh para guru itu sendiri. Lesson studi di
bagi menjadi tiga bagian: perencanaan(plan), observasi(do), dan refleksi (see). Dalam sesi
perencanaan, guru ataupun sekelompok guru merencanak an suatu pembelajaran; satu orang
melaksankan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat, sedangkang rekan -rekan yang
lain melakukan observasi; dan selanjutnya guru yang mengajar bersama -sama melakukan refleksi
atas pembelajaran yang diamati, untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini.

Tahapan-tahapan lesson study

Plan

Pada tahap perencanaan (plan) beberapa bagian penting yang perlu didokumentasikan adalah
kegiatan sebagai berikut: (1). prasurvei yang dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi
yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan perbaikan
di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvai karena berdasarkan
pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai
permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran
maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang sudah akan mengetahui kondisi kelas yang
sebenarnya.Diagnosis yang dilakukan oleh guru lain yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang
dijadikan sasaran kegiatan. Mereka perlu melakukan diagnosis atau dugaan – dugaan sementara
mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya
hasil diagnosis, akan dapat ditentukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media pengajaran,
dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasinya lesson study. (3)
Perencanaan kegiatan, dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu
perencanaan

umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang
meliputi keseluruhan aspek yang terkait dengan lesson study. Sementara itu, perencanaan khusus
dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari tahapn k egiatan ke tahapan berikutnya. Oleh karena
itu dalam perencanaan khusus ini tiap kali dapat dilakukan perencanan ulang (replanning). Hal –hal
yang direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran,
teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan
dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar –
mengajar.

Bagi seorang guru tahapan perencanaan ini penting dalam upayanya untuk memperbai ki dan/atau
meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih professional, guru dituntut keberaniannya untuk
mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi – sisi lemah yang masih
terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang dikelolanya . dengan kata lain guru garus
mampu merefleksi, merenung, serta berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam
proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi –sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses
perenungan ini terbuka peluang bagi guru untuk menemukan kelemahan – kelemahan praktek
pembelajaran yang selama ini selalu dilakukan secara tanpa disadari. Oleh karena itu untuk
memanfaatkan secara maksimal potensi lesson study bagi perbaikan proses pembelajaran, guru
perlu memulainya sedini mungkin merasakan adanya persoalan – persoalan dalam proses
pembelajaran.

Dengan kata lain permasalahan yang diangkat dalam lesson study harus benar –benar merupakan
masalah–masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dik elolanya, bukan
permasalahan yang disarankan apalagi ditentukan oleh pihak luar. Permasalahan tersebut dapat
berangkat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil
belajar siswa.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan

• Rancangan pelaksanaan pembelajaran(RPP)

• Lembar kerja siswa (LKS)

Siapa yang merencana

Cara I:

Suatu pembelajaran direncanakan melalui pembahasan bersama di antara para peserta mulai dari
awal sampai akhir. RPP adalah hasil bersama dari semua peserta yang ha dir.

Cara II:

Seorang guru buka-kelas membuat konsep RPP terlebih dahulu dan selanjutnya memberi
kesempatan bagi para peserta lain mengkaji konsep tersebut. Sebagai contoh, seorang guru buka -
kelas bisa mengawali diskusi dengan teman sejawat yang lain deng an mengatakan, “Ini adalah
konsep RPP saya. Tujuannya adalah…”

Pemilihan guru model

Gladi bersih

Jika gladi bersih di pergunakan untuk mencoba RPPnya terlebih dahulu, sebaiknya tidak
menggunakan kelas buka.

Do (open class)

Kegiatan do yang dimaksud di sini adalah aktivitas guru model (dalam melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan (Plan). Jika rencana sudah matang, maka tahapan berikutnya adalah
proses pelaksanaan pembelajaran. Guru penyaji melaksanakan proses pembelajaran di kelas
sebagaimana guru ini melaksanakan pembelajaran sebagaimana yang biasa dilakukan. Dalam proses
pelaksanaan pembelajaran ini, para pengamat mengamati proses pembelajaran, mulai dari
membuka pelajaran, sampai dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metod e dan
media atau alat bantu pembelajaran, dan akhirnya sampai dengan menutup pembelajaran. Para
pengamat melakukan pengamatan dan mencatatnya secara cermat.

Dalam kelas yang dibuka, ada dua hal utama yang perlu diamati:

1) Apakah setiap siswa benar-benar mengikuti pembelajaran

Pada saat mengamati suatu pelajaran, pertama, pengamat harus memperhatikan apakah ada siswa
yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, dan mengapa dia seperti itu.
2) kualitas pembelajaran siswa.

Hal penting lain yang harus anda perhatikan adalah kualitas pembelajaran. Misalnya, bila anda
sedang melihat sebuah kelas yang sangat aktif, yaitu saat para siswa mengerjakan LKS atau menguji
coba tugas tertentu. Kelas tersebut terlihat baik -baik saja. Akan tetapi, Anda perlu bertanya: Apakah
kelas ini menjamin pemahaman dan pembelajaran siswa dengan baik? Tidakkah tugas tersebut
terlalu mudah bagi para siswa? Apakah LKS tersebut bisa mencapai tujuan pembelajaran? Apakah
percobaan yang dirancang sungguh-sungguh dapat membantu para siswa untuk memahami topik
tersebut? Pertanyaan-pertanyaan itu berkaitan dengan kualitas pembelajaran. Para pengamat harus
mengajukan pertanyaan tersebut dalam pengamatan mereka.

Beberapa aturan dasar bagi para pengamat

• Pengamat harus menjaga ketenangan dan tidak ribut mulai dari awal sampai akhir pelajaran.

• Pengamat harus berada dalam ruang kelas ketika mengamati siswa.

• Pengamat harus menahan diri untuk tidak mengajari ataupun berbicara kepada siswa ketika

• mengamati pelajaran.

• Pengamat diharapkan dapat memetik pelajaran berharga dari kelas yang mereka amati serta

• menerapkannya di kelas masing-masing.

See (Refleksi)

Mendiskusikan dan Menganalisis Hasil Observasi

Open class yang sudah dilaksanan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hasil diskusi dan analisis
tersebut dapat dijadikan sebagi bahan masukan untuk perbaikan. sehingga open class menjadi lebih
sempurna. Diskusi dan analisis tentang open class hendaknya memuat tentang:

1) refleksi instruktur.

2) latar belakang anggota kelompok,

3) presentasi tentang data open class,

4) diskusi umum,

5) komentar dari pihak luar.

Ada beberapa catatan dalam diskusi dan analisis, yaitu (1) guru yang mengajar open class agar diberi
kesempatan yang pertama untuk menge mukakan kesulitan yang dialami dalam implementasi secara
aktual di kelas, (2) pelajaran yang disajikan agar dipandang sebagai milik bersama group lesson
study, (3) instruktur/kelompok guru yang menyusun rencana open class agar menjelaskan mengapa
mereka menyusun rencana seperti itu, (4) diskusi harus difokuskan pada data/fenomena/fakta yang
diamati dan dicatat oleh para pengamat, dan (5) diskusi dan analisis open class agar dilakukan
segera pada hari yang sama setelah open class diimplementasikan.

Refleksi dan Penyempurnaan

Dalam merefleksikan lesson study, hal -hal yang perlu dilakukan adalah:

1) mengkaji apa-apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa -apa
yang masih perlu diperbaiki karena tida sesuai dengan renacana,

2) apa yang harus dikerjakan selanjutnya oleh kelompok lesson study?,

3) apakah anggota kelompok lesson study yang lain ingin menguji-cobakan pelajaran ini pada
kelas mereka sendiri?,

4) apa yang berguna bagi anggota kelompok tentang lesson study y ang telah dikerjakan
bersama?,
5) apakah lesson study dapat membantu mengembangkan pengetahuan anggota kelompo
tentang mata pelajaran serta pengetahuan tentang belajar dan perkembangan siswa?,

6) apakah tujuan lesson study menarik bagi semua anggota kelompok?,

7) apakah semua anggota kelompok merasa terlibat dan berguna dalam aktivita lesson study?,
dan apakah pihak luar (di luar anggota kelompok) merasa memperoleh informasi dan tergugah
untuk terlibat?

nah demikian sedikit artiket tentang lesson study.

nb. di rangkum dari :

1. brosur Pelita JICA

2. Panduan Lesson Study bagi MGMP/KKG

3. dari beberapa blog yang membahas LS

Media pembelajaran multimedia interaktif yang baik.

Dalam menyusun perangkat pembelajaran multimedia interaktif, perlu diperhatikan hal-hal yang
dapat membuat proses pembelajaran yang lebih mengasikkan sehingga dapat menarik minat dan
motivasi belajar para penggunanya, baik itu pelajar atau pengguna pembelajaran interaktif tersebut.

Pembelajaran dengan multimedia interaktif merupakan satu proses yang bukan hanya sekadar satu
penggunaan teknologi, bahkan dapat menyediakan potensi pembelajaran baru kepada pengguna
(Stemler 1997). Norhasim et al. (1996) menyatakan bahwa kriteria perangkat lunak pembelajaran
yang baik adalah kefleksibelannya, mudah diupdate, isi atau content bahan yang berkaitan,
kesahihan dan mudah digunakan (User Friendly). Menurut Merril et al. (1996) terdapat empat
kategori utama dalam kriteria persembahan yaitu format layar, navigasi, mudah digunakan dan
interaktif. Adapun pembeuatan perangkat lunak pembelajaran yang baik harus terdiri dari beberapa
hal sebagai berikut :

a) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan hal yang utama dan isinya menyampaikan hal yang perlu
diperhatikan untuk menjelaskan bahwa pembelajaran telah terlaksana. Pernyataan tujuan
mempunyai dampak secara langsung terhadap penilaian pembelajaran siswa atau penbelajar
individu

Menyampaikan tujuan (obyektif) pembelajaran merupakan salah satu hal yang disarankan oleh
gagne (1985) dari sembilan langkah-langkah pengajaran sehingga dapat membuat media
pembelajaran interaktif kita lebih berkesan.

b) Isi / Content

Isi/content dari media pembelajaran interaktif harus diperhatikan karena isi ini yang menentukan
hasil dari pembel ajaran interaktif yang kita buat.

Isi dari pembelajaram interaktif harus mengikuti tuntutan dan pedoman kurikulum dan standar
mutu pembelajaran yang diterapkan oleh pemerintah (Merill et al. 1996)
Materi-materi yang di masukkan sebagai content harus mempe rhatikan urutan dan cakupan
pembelajaran yang alami.

c) Navigasi

Navigasi merujuk pada cara bagaimana pengguna bergerak dalam suatu program pembelajaran yaitu
mengetahui pada posisi mana dia berada (Alessi dan Trollip 2001).

Navigasi dibutuhkan untuk memandu dan mengarahkan pelajar supaya mudah untuk mengambil
informasi yang diinginkan

Stemler (1997) menyatakan lokasi item navigasi perlu konsisten pada keseluruhan program supaya
pengguna tidak mencari -cari tombol navigasi.

d) Interaktif

Komputer memiliki banyak kelebihan sebagai media penyampaian pembelajaran hal ini dikarenakan
sifat komputer yang memiliki keemampan interaktif.

Perangkat pembelajaran interkatif di buat dengan tujuan untuk mempermudah pelajar atau
pengguna, oleh sebab itu petunjuk-petunjuk dalam pembelajaran interaktif diusahakan semudah
mungkin sehingga dapat dihasilkan pembelajaran yang bermakna dan sesuai dengan keperluan
pelajar atau pengguna.

Kelebihan-kelebihan penggunaan pembelajarani interaktif yang utama adalah memberikan


kebebasan pelajar atau pengguna dalam proses pembelajaran baik waktu belajar, memilih materi
yang disukainya terlebih dahulu, dan yang terpenting adalah meninggkatkan kognitif pelajar atau
pengguna.

e) Antar Muka/inteface.

Untuk mempermudah proses pembelajaran denga metode multimedia interaktif perlu diperhatikan
desain antarmuka dari pembelajaran interaktif, karena antar muka adalah tempat berkomunikasinya
antara pelajar dan media pembelajaran.

Desain antarmuka menentukan tingkat penguasaan pelajar atau pengguna terhadap media belajar
interaktif, semakin user freindly antar muka semakin mudah diakses oleh pelajar atau pengguna.

Menurut Alessi dan Trollip (2001) untuk mendapatkan komunikasi antara program perangkat lunak
dengan penguna, layar komputer, dan desainnya, keyboard dan mouse merupakan alat utama yang
digunakan.

f) Hiperlink

Menurut wikipedia indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Hyperlink ) “pranala atau hipertaut


(Inggris: hyperlink) adalah sebuah acuan dalam dokumen hiperteks (hyp ertext) ke dokumen yang
lain atau sumber lain. Seperti halnya suatu kutipan di dalam literatur. Dikombinasikan dengan
sebuah jaringan data dan sesuai dengan protokol akses, sebuah komputer dapat diminta untuk
memperoleh sumber yang direferensikan.

Hyperlink pada media pembelajaran interaktif digunakan untuk menghubungkan konten -konten
yang ada, sehingga konten-konten tersebut terintergrasi menjadi satu kesatuan.
Hyperlink dengan kreatif menghubungkan unsur-unsur yang yang berbeda pada suatu multimedia.
Contohnya saat ada gambar diklik lalu akan tampak paparan yang menjelaskan tentang gambar
tersebut (Microsoft Coorporation 2003).

Pada aplikasi multimedia seperti video atau buku merupakan media pembelajaran yang linier,
dimana sudah diatur pembuka, isi dan penutup. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran harus
runtut tidak bisa melompat dari materi satu ke materi yang lain. Sedangkan saat memproses
informasi otak kita cenderung acak.

Dalam proses pembelajaran ada saatnya kita ingin melompat dari materi satu ke materi yang lain,
atau kita ingin mendahulukan materi yang kita anggap penting bagi diri kita.

Konsep media pembelajaran interaktif ini sangat baik digunakan, dengan berbantuan komputer kita
dapat belajar secara acak sesuai dengan keinginan kita. Untuk memfasilitasi proses pembelajaran ini,
hyperlink sangat berperan dalam perangkat media yang kita ciptakan.

g) Mudah digunakan / User Friendly

Mudah digunakan (user friendly) merupakan hal yang berat dan penting dalam penilaian
pembelajaran berbasis komputer, karena keseluruhan bahan perangkat lunak tidak dapat dilihat
secara fisik.

Mudah digunakan (user freindly) menjadi hal yang utama dan penting dalam proses pembelajaran
yang berbantuan komputer, yang pada kenyataanya semua meteri yang hendak disam paikan tidak
dapat dilihat secara nyata. Sehingga dalam penyusunanya perlu diperhatikan yang berupa petunjuk
dengan bahasa yang mudah, jelas, tepat, dan ringkas. Jika hal ini tidak perhatikan Pengguna akan
mudah tersesat saat mengunakan perangkat lunak pembelajaran, dan tidak dapat bergerak kebagian
lain (Merrill et al. 1996). Oleh sebab itu setiap bagian pilihan perlu disediakan sub menu yang
menghubungkan aktifitas pilihan yang spesifik berdasarkan topik topik yang dipilih.

You might also like