You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja
awal ( 10-14 tahun ), masa remaja penengahan ( 14-17 tahun ) dan masa remaja akhir ( 17-19
tahun ).
Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis, psikologis maupun social.
Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan
(psikolososial). Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi belum juga
dianggap sebagai orang dewasa, disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh
orang tua, di sisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan dukungan orang tuanya.
Orang tua tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak
menyadari bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja. Orang tua menjadi
bingung menghadapi labilitas emosi dan perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi
konflik diantara keduanya.
Kondisi yang merupaka stresor bagi remaja antara lain timbul berbagai keluhan fisik
yang tidak jelas penyebabnya, maupun berbagai permasalahan yang berdampak social.
Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada remaja antara lain :
1. Perilaku kekerasan antar pelajar (tawuran)
2. Menyalah gunakan NAPZA
3. Perilaku seksual – kehamilan
4. Bunuh diri
5. Gangguan depresi
6. Gangguan psikotik
7. Gangguan cemas (ansietas)
8. Masalah diit makanan / malnutrisi
9. Gangguan obsesi – kompilsif
Kondisi seperti ini, bila tidak segera diatasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat
berkembang kearah yang lebih negatif. Maka dari itu, kami disini ingin membahas salah satu
gangguan jiwa pada remaja yaitu ”Gangguan Obsesif – Kompulsif”.

B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, kami merumuskan masalah pada asuhan keperawatan
jiwa .

C. Tujuan
Tujuan umum : Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang kesehatan jiwa remaja sehingga dapat
menciptakan lingkuangan yang kondusif untuk perkembangan anak.
Tujuan khusus :
1. Memberikan pembekalan kepada tenaga kesehatan untuk dapat menyampaikan informasi
kepada masyarakat mengenai kesehatan jiwa remaja.
2. Meningkatkan peran serta mahasiswa dalam menangani remaja bermasalah dan upaya
pencegahannya.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa remaja.

D. Manfaat Penyusunan
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan jiwa terutama gangguan jiwa pada anak
dan remaja.

E. Metode Penyusunan
Dalam penyusunan studi kasus ini, penulis menggambarkan metode deskriptif (mula-
mula data/fakta dikumpulkan, dianalisa, kemudian disimpulkan).
Adapun teknik pengumpulan datanya dengan Studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan
menganalisa bahan bacaan dari berbagai referensi sesuai dengan masalah yang dibahas.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Selayang Pandang Gangguan Jiwa Pada Anak Dan Remaja


Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan, remaja adalah usia yang rentan, konsep
diri nya belum matang, masih terlalu mudah meniru perilaku dari idolanya, kemampuan
analisisnya masih rendah, kemampuan kontrol emosi juga masih rendah. Apakah tidak ada
aspek positif dari remaja? tentu saja banyak diantaranya :
a. Spontanitas
Mereka secara spontan melakukan suatu kegiatan tanpa pertimbangan rasiona l dan
analisa berpikir, ketika salah seorang teman mereka merokok dan terlihat "Gentleman" di
mata mereka maka secara mencuri - curi mereka akhirnya merokok. Petualang, mereka
senang sekali bereksplorasi dengan berbagai situasi dan keadaan, ketika sedang hangatnya
friendster mereka makai friendster, ketika lagi demam facebook maka mereka ikut membuat
account facebook.
b. Kebebasan
Mereka menuntut kebebasan dari orangtuanya untuk melakukan apa yang ingin mereka
lakukan, jika kebebasan ini terfasilitasi maka mereka akan menjadi generasi kreatif yang
mampu mengharumkan nama bangsa.
Tetapi tentu saja mereka memiliki beberapa kelemahan :
a. Tawuran, ketika melihat film Only The Strong maka mereka berkeinginan menjadi
jagoan, kemudian mereka mengumpulkan teman - teman mereka dan akhirnya menyerang
kelompok remaja lain untuk menunjukkan eksistensinya.
b. Sex Bebas, kurangnya kontrol orang tua dan terlalu mudahnya akses ke situs - situs
porno membuat mereka memiliki keinginan untuk mencoba, percobaan pertama menjadi
pengalaman menyenangkan akhirnya kecanduan menjadi sebuah pengalaman yang berulang.
c. Penyalahgunaan obat, masa remaja adalah masa transisi, mereka membutuhkan sebuah
pembentukan identitas sehingga ketika ada masalah yang menekan psikologis mereka,
kemudian mereka tidak menemukan seseorang yang mau membantu mereduksi tekanan
psikologis mereka akhirnya mereka melarikan diri ke obat - obatan terlarang, minuman keras
bahkan narkotika.
d. Terlibat kegiatan kriminal ringan, karena mereka masih labil masih mudah dibujuk maka
bujukan untuk melakukan sebuah perbuatan kriminal bisa menjadi ajang pembuktian siapa
mereka, akibatnya mereka harus berurusan dengan aparat akibat kesalahan mereka tersebut.
Masih banyak hal lain yang terjadi pada remaja, salah satu hal menyakitkan yang
menimpa remaja adalah gangguan jiwa, mengapa remaja bisa terkena gangguan jiwa dan apa
penyebabnya?
a. Sibling rivalry, persaingan dengan sudara kandung, "seorang anak yang dibandingkan
dengan sauadara kandungnya secara terus menerus dan dalam jangka waktu lama maka dia
bisa mengalami gangguan konsep diri harga diri rendah"
b. Loneliness, kesepian atau kesendirian adalah sebuah situasi dimana anak tidak memiliki
teman, jarang bermain dengan teman sebaya karena berbagai alasan, diharuskan mengasuh
adik, diminta bekerja oleh orang tua, dipekerjakan oleh orang lain dll, resiko yang mungkin
muncul adalah halusinasi
c. Salah pergaulan, jika anak salah berkumpul dengan grup yang salah maka mereka bisa
melakukan perilaku kekerasan secara kelompok.
d. Karena status orang tua, seorang anak yang memiliki seorang bapak yang ditetapkan
menjadi tersangka kasus korupsi kemudian ditahan maka anak tersebut akan berusaha
menghindar dari sosial atau melakukan isolasi social
Banyak kejadian yang bisa terjadi pada remaja, peran kita sangat dibutuhkan untuk
mencegah hal - hal negatif terjadi pada remaja - remaja yang kita kenal, remaja - remaja yang
kelak akan meneruskan tongkat estafet pembangunan, berikan contoh positif kepada mereka
lewat tayangan sinetron yang mendidik, tayangan televisi yang mendidik, film - film yang
mendidik. Karena semakin gencar bentuk - bentuk penyimpangan memasuki alam bawah
sadar maka ledakan emosi dan gangguan jiwa hanya menunggu waktu.
Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya
tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada
15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya
kurang dari 20% ( keys, 1998 ). Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD / Attention
Deficit-Hyperactivety) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada
anak-anak, dimana indensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang
mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk
memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah sdengan
menggunakan teoi perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan
merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi redartasi mental,
gangguan perkembangan, gangguan eliinasi, gangguan perilaku disruptif, dan gangguan
ansietas. Gangguan yang terjadi pada anak-anak dan juga terjadi pada masa dewasa adalah
gangguan mood dan gangguan psikotik. Gejala-gejala gangguan jiwa pada anak-anak atau
remaja berbeda dengan orang dewasa yang mengalami gangguan serupa.
Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak
1. Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan masalah awal pada tiga area
perkembangan utama : perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
a. Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan sustandar dalam berfungsi,
yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual secarasignifikan berada dibawah rata-rata
(mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang ketrampilan adaptasi atau
lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, ketrampilan sosial, fungsi
dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan
bekerja.
b. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas
dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas
terhadap orang lain, menarik diri dan berhubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam
komunikasi, dan respon yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati
dangerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan
memukul-mukul kepala).
c. Ganguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembanga yang mengarah pada kerusakan fungsional
pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmatika, bahasa, dan artikulasi verbal.
2. Defisit perhatian dan gangguan perilaku disrutif
a. Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD)
Dicirikan dengantingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sekitanya dua
tempat (mis., disekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
b. Gangguan perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang, disuptif, dan kesengajaan untuk tidak patuh, termasuk
melanggar norma dan peraturan social. Sebagian besaranak-anak dengan gangguan ini
mengalami penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian antisocial setelah berusia 18
tahun. Contoh perilaku pada anak-anak dengan gangguan ini meliputi mencuri, berbohong,
menggertak, melarikan diri, membolos, menyalahgunakan zat, melakukan pembakaan,
bentuk vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan seranga fisik terhadap orang lain.
c. Gangguan penyimpangan oposisi
Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih ringan, meliputi perilaku
yangkurang ekstrim. Perilaku dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai
tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku. Perilaku dalam gangguan ini menujukkan
sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah erhadap
frustasi, dan menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya.
3. Gangguan ansietas sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut ke masa
dewasa
a. Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak terjadi pada
anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang terlihat pada orang dewasa.
b. Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai
dengan rasa takut berpisah dari orang yangpaling dekat dengannya. Gejala-gejalanya meliputi
menolak pergi ke sekolah, keluhan somatic, ansietas berat terjadap perpisahan dan khawatir
tentang adanya bahaya pada orang-orang yang mengasuhnya.
4. Skizofrenia
a. Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-gejalanya dapat
meneyrupaigangguan pervasive, seperti autisme. walaupun penelitian tentang skizofrenia
anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai perilaku yang khas (Antai-Otong, 1995b),
seperti beberapa gangguan kognitif dan perilaku, menarik diri secara social, komunikasi.
b. Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama masa remaja
akhir sangat tinggi. Gejala-gejalanya mirip dengan skizofrenia dewasa. Gejala awalnya
meliputi perubahan ekstrim dalamperilaku sehari-hari, isolasi social, sikap yang aneh,
penurunan nilai-nilai akademik, dan mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya.
5. Gangguan mood
a. Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja dibanding pada orang dewasa
(Kelter, 1999). Prevalensi pada anak-anak dan remaja berkisar antara 1% sampai 5% untuk
gangguan depresi. Eksistensi gangguan biolar (jenis manik) pada anak-anak masih
controversial. Prevalensi penyakit bipolar pada remaja diperkirakan 1%. Gejala depresi pada
anak-anak sama dengan yang diobservasi pada orang dewasa.
b. Bunuh diri. Adanya gangguan mood merupakan faktor yang serius untuk bunuh diri. Bunuh
diri adalah penyebab kematian utama ketiga padaindividu berusia 15 sampai 24 tahun. Tanda-
tanda bahaya bunuh diri pada remaja meliputi menarik diri secara tiba-tiba, berperilaku keras
atau sangat memberontak, menyalahgunakan obat atau alkohol, secara tidak biasanya
mengabaikan penampilan diri, kualitas tugas-tugas sekolah menurun, membolos, keletian
berlebihan dan keluhan somatic, respon yang buruk terhadap pujian, ancaan bunuh diri yang
terang-terangan secara verbal, dan membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah
( Newman, 1999)
6. Gangguan penyalahgunaan zat
a. Gangguan ini banyak terjadi ; diperkirakan 32% remaja menderita gangguan
penyalahgunaan zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan alkohol atau zat terlarang lebih
tinggi pada anak laki-laki disbanding perempuan. Risiko terbesar mengalami gangguan ini
terjadi pada mereka yang berusia antara 15 sampai 24 tahun. Pada remaja, perubahan
penggunaan zat dapat berkembang menjadi ketegantungan zat dalam waktu2 tahun
sedangkan pada orang dewasa membutuhkan waktu antara 15 sampai 20 tahun.
b. Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lainya merupakan hal yang banyak terjadi,
termasuk gangguan mood, gangguan ansietas, dan gangguan perilaku disruptif.
c. Tanda-bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah penurunan fungsi sosial
dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya, seperti perilaku menjadi agresif atau
menarik diri dari interaksi keluarga, perubahan kepribadian dan toleransi yang rendah
terhadap frustasi, berhubungan dengan remaja lain yang juga menggunakan zat,
menyembunyikan atau berbohong tentang penggunaan zat.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Gangguan Jiwa Obsesif-Kompulsif


1. Definisi Obsesif – Kompulsi
- Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang menggangu (intrusif).
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40)
- Obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (”Persistent”) timbul, biarpun tidak diketahuinya
bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
(Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116)
- Kompulsi adalah pikiran atau yang disadari, dilakukan dan rekuren, seperti menghitung,
memeriksa, mencari, dan menghindari.
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40 - 41)
- Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kolpulsi menurunkan
kecemasan melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan
gangguan Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan
bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distorik.
- Gangguan obsesif-kompulsi merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaa,
karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada
rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas social yang biasanya, atau ubungan
dengan teman dan anggota keluarga.

2. Etiologi
Tidak ada penyebab tunggal dalam gangguan mental pada anak-anak dan remaja. Berbagai
situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan faktor lingkungan
berkombinasi secara kompleks.

1. Faktor-Faktor Psikobiologik
 Riwayat genetika keluarga
Seperti retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan
bipolar, dan gangguan ansietas.
 Abnormalitas struktur otak
Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter
pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.
 Pengaruh pranatal
Seperti infeksi maternal, kurangnya perawatan pranatal, dan ibu yang menyalahgunakan zat,
semuanya dapat menyebabkan abnormalitas perkembangan saraf yang berkaitan dengan
gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen
pada janin sangat signifikan dalam terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan
saraf lainnya.

2. Faktor-Faktor Somatic (somatogenetik) atau Organobiologis


 Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih
yang berat, sperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi umumnya pengaruh cacat ini pada
timbulnya gangguan jiwa terutama tergsntung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan
menyesuaikan diri trhadap keadaan dirinya yang cacat atau berubah itu. Orang tua dapat
mempersulit penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi berlebihan).
Penolakan atau tuntutan ang sudah diluar kemampuan anak.

3. Dinamika Keluarga
 Sibling Rivalry
persaingan dengan sudara kandung, "seorang anak yang dibandingkan dengan sauadara
kandungnya secara terus menerus dan dalam jangka waktu lama maka dia bisa mengalami
gangguan konsep diri harga diri rendah".
 Disfungsi sistem keluarga
Misalnya kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi yang buruk, kurangnya batasan antar
generasi, dan perasaan terjebak disertai dengan keterampilan koping yang tidak adekuat
antara anggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.
 Penganiayaan anak.
Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya
kurang adekuat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak
berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan
belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).
4. Faktor Sosio-budaya
 Kemiskinan
Perawatan pranatal yang tidak adekuat, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya
kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada
pertumbuhan dan perkembangan normal anak.

 Budaya keluarga.
Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan
kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.
 Loneliness
kesepian atau kesendirian adalah sebuah situasi dimana anak tidak memiliki teman, jarang
bermain dengan teman sebaya karena berbagai alasan, diharuskan mengasuh adik, diminta
bekerja oleh orang tua, dipekerjakan oleh orang lain dll, resiko yang mungkin muncul adalah
halusinasi.

3. Manifestasi klinik / Perilaku


Obsesif dan kompulsif memiliki siri tertentu, secara umum diantaranya :
a. Suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan terus menerus
ke dalam kesadaran seseorang.
b. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan, yang menyebabkan orang melakukan
tindakan kebalikan melawan gagasan atau impuls awal.
c. Obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego (ego-alien) ; yaitu ia dialami sebagai makhlu
asing bagi pengalaman seseorang tenang dirinya seagai makhluk psikologis.
d. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesif atau kompulsi tersebut, orang
biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.
e. Orang yang menderita akibat obsesif dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan
yang kuat untuk menahannya, tetapi kira-kira separuh dari semua pasien memiliki pertahanan
yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80% dari semua pasien percaya bahwa kompulsi
adalah irasional.
f. Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa, demikian juga pada
anak-anak remaja.

4. Psikodinamik
Individu yang mengalami OCD diduga menggunakan empt tipe mekanisme pertahanan :
regresi, isolasi, formasi reaksi, dan undoing. Individu penderita OCD diyakini mengalami
regresi dan menjadi terfiksasi pada tahap anal menurut freud.
Mereka yang mengalami tipe kompulsi rapid an teratur dikatakan berada pada tahap anal
– retentive ; tipe berantakan atau agresif dikatakan berada pada tahap anal – eksplosif.
Misalnya, klien yang tidak ingin merawat orangtuanya yang sakit, tetapi menyadari bahwa
hal tersebut tidak dapat diterima secara social, mengalami regresi ketingkat perkembangan
sebelumnya (anal – retentive) dan melakukan ritual yang memberikan rasa nyaman, misalnya
mencuci atau mengupayakan segala sesuatu menjadi teratur ; mengisolasi peristiwa tersebut
dari emosi dan tidak nyaman dengan emosi (ansietas); menggunakan formasi reaksi untuk
menyingkirkan pikiran tidak mau merawat orang tuanya; dan menjadi seorang “ anak – super
“’, erawat orangtuanya dengan baik dan menjaga kebersihan lingkungan sehingga
menggagalkan (undoing) impuls awal yang tidak dapat diterima untuk mengabaikan
kebutuhan orangtuanya.
Persamaan menarik yang mengaitkan OCD dengan regresi ialah observasi bahwa jika
ritual OCD individu terganggu, ia harus memulai lagi dari awal. Hal ini serupa dengan
orangtua yang ingin mendapatkan pokok cerita kemudian memotong cerita anaknya yang
berusia empat tahun hanya untuk menemukan bahwa anak tersebut harus memulai kembali
cerita tersebut dari awal. Pada akirnya cerita tersebut memakan waktu dua kali lebih lama.
5. Mekanisme Koping
Sigmun freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang
menentukan bentuk dankualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif :

a. Isolasi
Adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari aspek danimpuls yang
mencetuskan kecemasan.
b. Meruntuhkan (UNDOING)
Adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau
menentukan akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls
obsesional yang menakutkan.
c. Pembentukan Reaksi (Raction Fomation)
Pembentukan rekasi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang secara
sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali pola yang terlihat oleh
pangamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.
d. Pikiran Magis
Adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impulas ; yaitu fungsi ego
dan juga fungsi id, dipengaruhi oleh regresi yangmelekat padapikiran magis adalah pikiran
kemahakuasaan.
e. Faktor prepitasi kebanyakan mengarah kepada kejadian ataupun peristiwa yang
menyebabkan stress karena tidak efektifnya koping individu terhadap stress tersebut.
6. Penatalaksanaan
SSRI adalah obat – obatan terkini yang disetujui untk mengobati OCD. Fluvoksamin
(Luvox), paroksetin (paxil), sertralin (Zoloft), dan fluoksetin (Prozac) disetujui untuk
mengobati OCD. SSRI tidak bisa diberikan bersamaan dngan MAOI karena dapat
enyebabkan krisis hipertensi. Pemberian MAIO harus dihentikan tiga sampai lima minggu
sebelum memulai pemberian SSRI untuk menghindari krisis hipertensi. Keberhasilan terapi
OCD dengan menggunakan SSRI memperlihatkan bahwa serotonin berperan dalam proses
penyakit ini.
Antidepresan.
Obat pertama yang ditemukan untuk mengurangi perilaku OCD berulang dan tidak dapat
dikendalikan ialah klomipramin ATS (Anafranil). Obat ini diyakini menghambat reuptake
erotonin edan norepineprin di sinaps. ATS kemungkinan efektif dalam mengobati OCD
karena menyekat reuptake norepineprin dan serotonin. Obat – obatan ini tidak adiktif dan
terapi jangka panjang direkomendasikan. Pemberian MAOI harus dihentikan tiga sampai
lima minggu sebelum memulai pemberian ATS untuk menghindari krisis hipertensi. Ada
periode keterlambatan atau sampai tiga minggu sebelum gejala mulai berkurang. Ansiolitik.
Buspiron ansiolitik (BuSpar) dan klonazepam (Klonopin) adalah satu – satunya obat yang
efektif dalam mengatasi OCD.
7. Perjalanan Penyakit dan Prognosisnya
Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki onset gejala
yang tiba-tiba. Kira-kira 50%-70% pasien memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang
menyebabkan stress. karena banyak pasien tetap marahasiakan gejalanya, maka sering kali
terlambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien dating ntuk perhatian psiaktrik, walaupun
keterlambatan tersebut keungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran atau
gangguan tersebut diantara orang awam dan professional. Perjalan penyakit biasanya lama
tetapi bervariasi ; bebrapa pasien mengalami perjalan penyakit yang berfluktuasi, dan pasien
lain mengalami perjalan penyakit yang konstan.
Kira-kira 20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki gangguan
defresi berat dan bunuh dii adalah resiko bagi semua pasien dengan gangguan obsesif-
kompulsif. Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah (bukannya menahan) pada
kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizarre) perlu perawatan di
rumah sakit, gangguan defresi berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan
yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi dankompulsi dan adanya
gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik
ditandai oleh penyesuaian social dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan
suatu sifat gejala yang episodik. isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan
prognosis.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
OCD biasanya diobati di komunitas. Perawat harus meluangkan waktu yang adekuat,
mungkin dengan beberapa kali kunjungan, untuk mengidentifikasi rentang perilaku OCD.
Untuk pengkajian yang akurat, perawat perlu memperoleh informasi yang spesifik tentang
perilaku OCD untuk menetapkan suatu pola perilaku, termasuk perilaku atau ritual yang
dilakukan, kapan dan berapa kali dilakukan, dan respons klien terhadap perilaku mengurangi
kecemasan ini.
Pengkajian keperawatan harus mencakup hal-hal berikut :
- Deskripsi perilaku
- Kapan perilaku paling sering terjadi
- Peristiwa / perilaku spesifik individu lain yang meningkatkan dan mengurangi perilaku.
- Berapa kali dalam sehari kompulsi terlihat
- Jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap pengulangan ritual. Informasi ini
dapat digunakan untuk mengkaji berapa lama waktu yang diluangkan dari aktivitas hidup
sehari-hari dan nantinya akan membantu untuk menetapkan batasan waktu pelaksanaan ritual.
- Jumlah pengulangan pada setiap set perilaku.
- Bagaimana klien berespons ketika melakukan perilaku mengurangi kecemasan ini.
- Tindakan klien ketika sesuatu atau seseorang menggunakan pelaksanaan ritual.

2. Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan


- Masalah Keperawatan
a. Tidak efektifnya koping individu
b. Gangguan konsep diri : HDR
c. Isolasi social : menarik diri
d. Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik
e. Tidak efektifnya koping keluarga, ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
f. Kerusakan komunikasi verbal
g. Proses pikir waham

- Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu
b. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan harga diri rendah
c. Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan
keluaga merawat klien di rumah
d. Kerusakan komunikasi vebal berhubungan dengan waham
3. Intervensi
- Intervensi keperawatan untuk klien yang mengalami OCD
a. Kembangkan hubungan terapeutik
b. Tawarkan dorongan, dukungan, dan bantuan
c. Jelaskan kepada klien bahwa anda percaya ia dapat berubah
d. Kurangi waktu klien secara bertahap untuk melakukan perilaku ritual
e. Diskusikan fungsi ritual dalam kehidupan klien, tanpa penilaian.
f. Klien menggunakan teknik perilaku imajinasi, relaksasi progresif,menghentikan pikiran, dan
meditasi untuk mengurangi ansietas
g. Klien meminum obat-obatan yang diprogramkan dengan aman
h. Klien mengatakan keinginannya untuk tetap meneruskan terapi
i. Klien melakukan kembali aktivitas social, keluarga dan pekerjaan
j. Keluarga memperlihatkan penurunan partisipasi dalam secondary gain klien yang terkait
dengan perilaku OCD dan meningkatkan perhatian selama aktivitas non-OCD.
4. Evaluasi
a. Klien mengungkapkan perasaannya
b. Klien mau dibantu oleh orang lain
c. Klien memahami bahwa dirinya bias berubah
d. Klien mengikuti
e. Klien mengetahui dan memahami
f. Klien mengikuti anjuran perawat
g. Klien mengikuti anjuran perawat
h. Klien mengerti apa yang terjadi dengan dirinya
i. Klien melakukan aktivitas sesuai biasanya
j. Klien mengerti
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari
satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan
diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan komplusif, atau kedua-duanya, harus ada
hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif-
kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis
pasien dinyatakan beik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan
gejala yang bersifat periodik.

B. SARAN
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa sebagai bekal
ketika praktek belajar lapangan jiwa (PBL Jiwa) di rumah sakit jiwa, dan mampu
melakukannya secara komperhensif dan sesuai teori.
DAFTAR PUSTAKA

Videbeck, Sheila L.2oo1. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Isaac, Ann.2004. Panduan Belajar ; Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik . Jakarta :
EGC

Keliat, Budi Aaan, dkk. 1990. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Doenges, MerilynnE, dkk.2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri edisi 3. EGC

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa Ed.Revisi .Bandung:Refika Aditama.

Hamid, Achir yani S. 1999. Askep Kesehatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta : Widya
Medika.

www.google(teori keperawatan jiwa).com

You might also like