You are on page 1of 10

VULKANOLOGI DAN EKSPLORASI PANAS BUMI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

RANGKUMAN PRESENTASI KELOMPOK 8

“Volcanoes: Life, Climate, and Human History”

NAMA KELOMPOK

Rahman Fitra P. (12314058)

Nuresi Rantri D.W.N (12314060)

Aditya Prabowo (12314062)

Aria Widhi B. (12314064)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
1. Gunung Api dan Asal Mula Kehidupan
Gunung api memainkan peranan penting dalam sejarah pembentukan bumi. Para
ilmuan berspekulasi bahwa molekul organik dapat terbentuk di bawah kondisi alami akibat
fenomena seperti petir dan aktivitas vulkanik.
Stanley Miller dan Harold Urey (1953) membuat suatu eksperimen yang merupakan
bagian dari pengujian teori Alexander Oparin dan J.B.S Haldine yang menyebutkan bahwa
keadaan di Bumi masa lalu sangat mendukung terjadinya reaksi kimia yang dapat
mensintesis senyawa organik yang kompleks dari sintesis senyawa yang sederhana.

Gambar 1. Skema percobaan Stanley Miller dan Harold Urey (1953)

Alat percobaan Miller-Urey Terdiri atas bagian yang berupa sebuah tabung tertutup
yang dihubungkan dengan 2 ruangan. Ruangan atas berisi beberapa gas yang
menggambarkan keadaan atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini diberi
percikan listrik yang menggambarkan halilintar dan aktivitas vulkanisme.
Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-
tetesan air dan berakhir pada ruangan pemanas kedua yang menggambarkan
lautan. Beberapa molekul kompleks yang terbentuk di ruangan atmosfer, dilarutkan dalam
tetesan-tetesan air ini dan dibawa ke ruangan lautan tempat sampel yang terbentuk diambil
untuk dianalisis. Miller menganalisis senyawa-senyawa kimia yang terbentuk di dasar
gelas percobaan dan menemukan 3 jenis dari 20 jenis asam amino.
Setelah kematian Miller pada tahun 2007, ilmuwan memeriksa botol kecil yang
digunakan oleh Miller dan menemukan bahwa terdapat lebih dari 20 macam asam
amino yang dihasilkan dalam percobaan ini. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari yang
dilaporkan oleh Miller, dan lebih dari 20 di antaranya muncul secara alami dalam
kehidupan. Lebih lagi, beberapa bukti menunjukkan bahwa atmosfer Bumi purba mungkin
memiliki komposisi yang berbeda dari gas yang digunakan dalam percobaan Miller-Urey.
Bukti-bukti menunjukkan terjadinya letusan vulkanik 4 miliar tahun yang lalu, yang
menghasilkan CO2, N2, H2S, da SO2 ke atmosfer. Percobaan yang menggunakan gas-gas
tersebut dan gas dalam percobaan Miller-Urey berhasil menghasilkan molekul yang lebih
beragam.
Yevgennii Markhinin (1980) kemudian memperkenalkan istilah biovolkanologi
untuk menggambarkan interaksi yang mungkin antara aktivitas vulkanik dan biologi, dan
mendiskusikan bahwa lingkungan kimia dari gunung api primordial pasti menyediakan
perkembangan kehidupan. Dia mengusulkan bahwa sebelum oksigen bebas muncul di
atmosfer bumi, petir yang berasal dari awan erupsi Plinean mungkin telah mengkatalis
formasi molekul organik dari atmosfer prekambian (dari CH4, H2, H2O, CO2, and N2).
Johnson dkk (2008) menggunakan peralatan yang juga dikembangkan oleh Miller
di tahun 1950, steam rich model, dimana kolom erupsi aktif secara elektrik menghasilkan
22 asam amino dan 5 amin. \
Huber & Wachtershauser (2006) berhasil mengamati bentuk kehidupan sederhana
bakteri di lingkungan hidrothermal di bawah gunung laut (hyperthermophilic
environments). Pengamatan ini telah menstimulasi pemikiran baru mengenai kondisi ideal
yang memungkinkan dari setting vulkanik yang bagaimana kehidupan mungkin muncul.

2. GunungApi, Atmosfer, dan Iklim

Sistempendukungkehidupan di bumiterdiridarisiklusalamiahmassa dan energi yang


memilikiketerkaitansatusama lain. Oleh karenaitu, kehidupan di bumitidakakanbertahan
tanpa adanyasiklusalamiahini. Secara holistic, siklus yang
menunjukkanadanyaketerkaitanantarakehidupan dan unsur-
unsuralamdisebutsebagaisiklusbiogeokimia.

Siklushidrologimerupakansalahsatujenissiklusbiogeokimia yang
sangatmenunjukkanketerkaitanantarakehidupan dan unsuralam. Air merupakankomponen
yang sangatpentinguntukkehidupan. Tanpa adanya air,
kehidupanakanlebihcepatberakhirdibandingkan tanpa adanyamakanan.Selainitu
,adabeberapasiklusbiogeokimia yang sangatpentingbagikehidupanyaitusikluskarbon dan
siklus sulfur

2.1 KarbonDioksida

Karbondioksidamerupakansalahsatuunsur yang paling pentingbagikehidupan.


Karbondioksidamerupakanelemenutamadalamproses fotosintesis.
Fotosintesismenghasilkankomponen organic sepertioksigen dan gula yang
digunakansebagaisumberenergimakhlukhidup.Karbondioksidajugadapatmembentukkristalmet
hyl hydratedilautan yang menjadisumberenergibaru. Hal
initerjadikarenalautanbersifatmenahankelarutandarikarbonsehinggaunsurkarbonterpisahdarim
olekul air dan membentukkristal.

Karbondioksidabersifatmenyerapradiasiinframerah dan meradiasikankembali. Oleh


karenaitukarbondioksidamerupakanunsur yang paling berpengaruh di
atmosfertermasukdalamhaliklim. Ketikakadarkarbondioksidadiatmosferterlalubanyak,
makaradiasisinarinframerahdarimatahariakantertahanpermukaansehinggamengakibatkanpeni
ngkatan temperature yang dikenaldenganistilahpemanasanglobal.
Sebaliknyaketikakadarkarbondioksidaterlalusedikitdiatmosfer,
makaterjadipenurunantemperatur yang mengakibatkanterjadinyazamanes. Oleh karenaitu,
kadarkarbondioksidadiatmosferharusterjagadenganproporsi yang
tepatsehinggamendukungkeberlangsugankehidupan.

Walaupunmakhlukhidupmenghasilkankarbondioksidadalam proses respirasinya,


kadarkarbondioksida yang dibutuhkan oleh makhlukhidupjauhlebihbesardaripada yang
dihasilkannya. Hal
inidapatmengakibatkankadarkarbondioksidadiatmosferterusberkurangsehingga lama
kelamaanakanhabis. Menurutpenelitian Holland (1978) denganlajupenghilanganalamiahtanpa
penambahankadar,karbondioksidadiatmosferakanhilanghanyadalamwaktu 10.000 tahun dan
dilautan500.000 tahun.
Dari penelitiantersebutdapatdisimpulkan bahwa
kehidupandibumiharusnyatelahberakhirsejak lama.
Namunhinggasaatinikehidupandibumiterusberjalandengankadarkarbondioksida yang
cukupbahkanlebih. Hal inidapatterjadikarenabumimempunyaisumberkarbondioksida yang
sangatbesaryaituGunungApi.
Produkdariletusangunungapimampumenghasilkankarbondioksidadalamporsi yang
sangatbesarsehinggamampumenggantikankarbondioksida yang hilang.
Gunungapimerupakanpenghasilutamakarbondioksidadalamsikluskarbon. Dari
beberapapenelitiandiketahui bahwa ketikasuper-continentPangeapecah, karenanaiknya
magma dari mantel yang melemahkanlithosfer,
karbondioksidadalamjumlahbesarnaikkepermukaanbumi dan mencapaiatmosfer. Akibatnya
temperature dipermukaanbumimenjadilebihhangat dan mendukungadanayakehidupan. Oleh

karenaitu, letusangunungapidisatusisimerupakanbencanatetapidisisi lain merupakanfaktor


yang mendukungkehidupan.

GambarPeranGunungApidalamSiklusBiogeokimia Global dariKarbonDioksida

2.2 Sulfur

Sulfur merupakan hasil produksi dari gunung api yang terbanyak setelah karbon
dioksida. Meskipun dianggap berbahaya, namun sulfur juga mempunyai manfaat bagi
makhluk hidup karena membantu perkembangan proteinnya. Selain itu, sulfur juga
berguna sebagai komponen penting dari tanah dan airnya. Sulfur dikeluarkan dalam
bentuk SO2 dan akan menjadi partikel debu atau membaur di atmosfer yang berujung
menjadi hujan ataupun embun yang asam.

Sulfur mempunyai siklus yang lebih rumit daripada karbon dioksida karena sifatnya
yang multivalen. Siklus dari sulfur sendiri terbagi menjadi dua, yaitu di darat dan di laut.
Saat di daratan, cadangan sulfur dijaga oleh vegetasi yang tumbuh dan membusuk.
Mikroorganisme merupakan unsur penting dalam memecah komponen sulfur dari materi
organik yang membusuk sehingga dapat digunakan oleh tumbuhan. Sedangkan di lautan,
sulfur dikonsumsi oleh fitoplankton yang kemudian akan dikonsumsi oleh rantai makanan
diatasnya. Selain itu, sulfur juga dibawa ke daratan kembali melalui ombak sebagai
penyubur tanah-tanah disekitar pantai dalam bentuk dimethylsulfide (DMS).

Sulfur juga mempunyai mekanisme alami untuk mencegahnya agar tidak terlalu
banyak di udara yang dapat menyebabkan atmosfer terlalu asam. Pembusukan organik di
rawa yang kurang oksigen tidak sempurna dan banyak dari sulfurnya disimpan dalam
tanaman yang akan menghasilkan endapan batu bara kaya akan sulfur. Di lautan, sulfat
merupakan ion yang paling banyak diurai setelah karbon. Sulfat tersebut akan menguap di
laguna dan teluk yang hangat, disebut juga sabkhas, membentuk mineral sulfat seperti
gipsum dan anhidrit.

Sulfat di udara banyak dikeluarkan oleh erupsi plinian dan erupsi luapan basaltik.
Erupsi tersebut dapat menembus batas antara troposfer dan stratosfer. Erupsi besar yang
terjadi didekat ekuator lebih memungkinkan untuk menyebar ke seluruh dunia karena
adanya trans-hemispheric circulation. Gunung api juga merupakan sumber gas sulfur yang
tidak menyentuh stratosfer. Gunung api cenderung mengeluarkan sulfur melalui aktivitas
fumarolik. Salah satu gunung api yang paling banyak memproduksinya ialah Gunung Api
Kilauea dengan rata-rata mengeluarkan 1250-1500 ton gas sulfur perharinya. Sulfur
tersebut dikeluarkan oleh dua kawah Gunung Kilauea yaitu Kawah Halema’uma’u dan
daerah Rift Pu’u O’o. Diperkirakan produksi tahunan dari gunung api sekitar 1.5 hingga 50
Tg SO2 per tahun.

Bagian bawah stratosfer tidak bisa langsung menyatu dengan udara di dekat
permukaan bumi. Oleh karena itu, asap dari gunung api akan terus ada selama beberapa
tahun (15-20 km jika dekat ekuator, dan 10 km dekat kutub). Akibatnya adalah suhu di
bumi akan menjadi lebih dingin sehingga berpengaruh terhadap perubahan iklim. Karena
letusan gunung api yang dahsyat tidak terlalu sering, ada beberapa kejadian yang
berpengaruh terhadap iklim global. Yang pertama adalah Eldgja fissure yang berada di
Islanda dan mengeluarkan erupsi basaltik pada tahun 934 M. Lebih dari 19 km 3 lava
basaltik keluar selama 3-8 tahun. Salah satu dampaknya adalah kehancuran kerajaan di
Cina karena penyakit dan kelaparan. Selanjutnya adalah letusan Gunung Api
Huaynaputina di Peru bagian selatan yang dianggap sebagai letusan terdahsyat selama 500
tahun terakhir. Letusan tersebut mengeluarkan 20 km3 tefra dan menyelimuti lebih dari
300.000 km2 daerah dengan debu. Selain itu, terdapat pula letusan Gunung Tambora,
Krakatau, dan Pinatubo.

Para peneliti juga memperkirakan bahwa terdapat letusan yang sangat dahsyat terjadi
dan mengakibatkan kepunahan masal. Hal ini dapat dilihat dari waktu terbentukynya
Siberian Traps yang bersamaan dengan musnahnya 90-95 % kehidupan di bumi. Selain itu
saat terbentuknya Deccan Traps di India bagian tengah dan letusan Large Igneous
Province (LIP) dibawah laut saat akhir zaman Cretaceous. Letusan tersebut
mengakibatkan punahnya beberapa dinosaurus dan munculnya mammalia serta burung.

3. Pengaruh Gunung Api terhadap Kesuburan Tanah dan Pertanian

Daerah yang mengalami kesuran yang bersifat renewable biasanya berasosiasi dengan
grey volcaic dari busur magmatik dimana ash falls dengan frekuensi yang banyak
membentuk tanah yang subur dan baik bagi perkembangan tanaman pangan setiap
tahunnya. Batuan dan fragmen batuan megandung hampir semua nutrisi yang dibutuhkan
tanaman dan hewan untuk berkembang, tetapi nutrisi tersebut sebagian besar terkunci di
dalam mineral kristalin atau glass yang tidak bisa terakses secara biologis.
Tanah residu terbentuk pada daerah yang sama dari material asal yang membentuk
akibat proses chemical weathering. Pada dasarnya tanah tersebut terdiri dari 3 horizon
utama (A, B, dan C), dimana perkembangan masing-masing lapisan sangat dipengaruhi
oleh iklim dan jenis batuan. Di lingkungan dengan iklim yang lembab, bagian paling atas
(horizon A) yang subur dapat terbentuk dari bed dari abu vulkanik dalam waktu 100
tahun. Sementara lapisan B yang juga merupakan sumber kesuburan tanah residu
terbentuk 100-500 tahun. Sekuen lapisan yang lengkap (A-B-C) biasanya terbentuk setelah
ribuan tahun, dimana perkembangan dari komponen kaya organik di dalam ash-soil (>= 10
% dari berat karbon) membutuhkan waktu 4000-5000 tahun (Wada & Aomine 1973;
Ugolini & Zasoski 1979). Di lingkungan dengan iklim non-vulkanikk pembentukan
sekuen lengkap tanah residu mungkin membutuhkan waktu 20.000-100.000 tahun agar
memiliki sumber nutrisi primer yang maksimal.
Dalam jangke pendek, letusan gunung api justru memberikan dampak negatif bagi
tanaman pangan atau tanaman pertanian. Abu vulkanik yang baru keluar dan jatuh di area
tanaman akan menyebabkan memberikan efek bakar dan panas pada permukaan tanaman
dalam periode tertentu. Sementara itu, abu vulkanik dan material gunung api yang lain
juga menyebabkan patahnya batang tanaman. Masalah yang tidak kalahpenting dari
beberapa kerugian tersebut adalah terhambatnya proses respirasi dan fotosintesis akibat
tertutupnya daun tanaman oleh material erupsi seperti abu vulkanik.
Gunung api juga memberikan keuntungan bagi para ahli biologi yang mempelajari
ekologi dan rate pertumbuhan hutan. Lava yang mengalir ke area climatic zone yang
dipengaruhi oleh elevasi, temperatur, dan hujan telah memberi keuntungan bagi para ahli
biologi untuk dapat mengevaluasi secara detail dari proses suksesi hutan sebaagai fungsi
dari faktor lingkungan yang berbeda.

4.Gunung Api dan Sejarah Manusia

Gunung api berperan penting dalam evolusi manusia. Manusia modern pertama kali
muncul di African East Rift System, padahal mayoritas primata pada saat itu tinggal di benua
Amerika dan Eurasia. Hal ini dikarenakan aktifitas vulkanik di daerah terisolasi tersebut
sangat aktif sehingga memicu primata yang ada disana untuk mulai berpikir,berevolusi dan
beradaptasi dengan cepat jika ingin bertahan hidup.

Dalam prosesnya, gunung api memberikan dampak positif maupun dampak negatif.
Jika ditinjau dari dampak positifnya, produk gunung api berupa lava pada zaman itu mulai
memicu manusia untuk berinovasi dan berpikir bagaimana cara memanfaatkannya menjadi
sesuatu yang berguna. Hal ini menunjukkan bahwa gunung api berperan dalam evolusi
kecerdasan manusia dan struktur sosial. Di sisi lain terdapat dampak negatif dari gunung api
jika ditinjau dari segi bencana. Erupsi katastropik gunung api hampir memusnahkan populasi
manusia. Contohnya pada saat ultraplinian super-eruption Gunung Toba 75.000 tahun yang
lalu yang menyebabkan perubahan iklim selama beberapa tahun karena banyaknya abu dan
volcanic aerosols yang terinjeksikan ke bagian atas atmosfer.

Hasil studi mitokondria DNA menunjukkan bahwa populasi manusia menurun drastis
pada saat itu dan hanya tersisa beberapa ribu individu manusia yang menjadi leluhur dari
miliyaran manusia yang ada di bumi saat ini. Penurunan populasi tersebut diduga akibat
erupsi katastropik yang menyebabkan perubahan iklim bumi sementara waktu dan kematian
akibat kelaparan.

5.Pengaruh Erupsi Gunung Api Terhadap Kehidupan Sosial

Erupsi gunung api mempengaruhi kehidupan sosial manusia melalui banyak cara.
Dari segi psikologi, erupsi gunung api menimbulkan rasa takut atau respect dari masyarakat
kepada “unknown“, sehingga muncul ritual human sacrifice dan sebagainya. Disisi lain,
gunung api juga membuat banyak orang kagum akan keindahannya, sehingga beberapa
pelukis mengabadikannya melalui lukisan.

Selain itu, erupsi gunung apijuga dapat memicu perang karena orang-orang berebut
untuk mendapatkan obsidian yang berharga untuk dijadikan ujung tombak. Di Alaska,
penduduk menambang sulfur dari kawah untuk menyalakan api (hal ini penting karena daerah
tersebut lembab sehingga sulit untuk menyalakan api menggunakan kayu)dan menggunakan
mata air panas untuk memasak ikan dan sebagainya. Pertambangan magmagenic silver dari
Laurion membantu menyediakan kesejahteraan bagiYunanidalam peperangan Salamis untuk
mengalahkan Persia.

Berikut adalah beberapa contoh erupsi gunung api dan dampaknya dalam kehidupan
manusia.Pertama, erupsi eksplosif Gunung Merapi pada abad ke 8-10 yang menyebabkan
Candi Borobudur terkubur dan menyebabkan budaya Mataram memudar sehingga akhirnya
berefek kepada sejarah manusia. Kedua, erupsi Gunung Santorini yang menyebabkan
punahnya peradaban Minoan dan menginspirasi Plato untuk mendeskripsikan legenda
Atlantis.Ketiga, erupsi yang paling penting selama sejarah manusia yang terkait dengan
arkeologi yaitu erupsi GunungVesuvius yang mengubur kota Pompey dan Herculaneum.
Penemuan artefak dan kota terkubur tersebut menginspirasi banyak pihak seperti ahli
arkeologi, volkanologi, sosiologi, geologi dan sebagainya untuk memahami sejarah budaya
romawi kuno.Dari hasil penelitian terhadap tanaman disana yang dilakukan oleh ahli
volkanologi, sosiologi dan agrikultural, kemungkinan letusan terjadi pada pertengahan musim
panas, bulan Agustus, pada malam hari ketika warga selesai makan. Gambar dibawah ini
menunjukkan adanya dune structure downcurrent yang terbentuk akibat adanya tubuh
manusia yang menghalangi pengendapan pyroclastic density current (PDC) hasil erupsi
Gunung Vesuvius. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gunung api tidak
hanya mengubah sejarah manusia namun juga membantu menjaga dan memberikan
gambaran masa lalu manusia, begitupun seterusnya peran gunung api dimasa mendatang.

Gambar endapan piroklastik hasil erupsi Gunung Vesuvius yang menimbun tubuh manusia.

You might also like