You are on page 1of 7

GAJALA KLINIS

Dalam minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umunya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot anoreksia, mual, muntah. Obstipasi
atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis pada pemeriksaan fisik hanya di
dapatkan peningkatan suhu badan.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam bradikardi
relatif, lidah typhoid (kotor di tengah tepi dan ujung merah dan tremor) hepatomegali,
meteorismus, gangguan kesadarn berupa samnolen, sampai koma, sedangkan roseolae jarang
di temukan orang Indonesia.

V. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan Leukosit
Pada kebanyakan kasus typhoid, jumlah lekosit pada sedraan darah tepi berada dalam batas-
batas normal, malahan kadang-kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi
atau infeksi sekunder oleh karena itu pemeriksaan leukosit tidak berguna untuk diagnosis
typhoid.
 Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering kali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya thphoid
abdominalis, kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.

VI. PENATALAKSANAAN

1. Pemberian antibiotik (Klorain Ferikol, Kotrimaoxsasal, Amphicillin), untuk menghentikan


dan memusnahkan penyebaran kuman.
2. Istirahat dan perawatan professional bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Klien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari mobilisasi di lakukan bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan
klien dalam perawatan perlu di perhatikan, karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi
urin.
3. Diet dan terpai penunjang (Simtomatis dan Suportif)
Pertama klein di beri diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai
tingkat kesembuhan klien, juga perlu pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk
mendukung keadaan umum klien. Di harapkan dengan menjaga keseimbangan dan
homeostasic system umum akan tetap berfungsi dengan optimal.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Merupakan tindakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam upaya
memperbaiki atau memelihara klien sampai ketahap optimal melalui suatu pendekatan yang
sistematis untuk mengenal klien untuk memenuhi kebutuhannya.
I. Pengumpulan Data
a. Identitas
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat tangaal MRS, suku /
bangsa Dx medis.
b. Keluahan Utama
Biasanya pada penyakit typhoid keluhannya demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare.
c. Riwayat Keasahatn
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Yang perlu di kaji yaitu sejak kapan mulai sakit, keadaan klien saat di rawat, pernah berobat
apa saja sampai MRS dan biasanya panas sekitar lebihh dari satu minggu.
 Riwayat Kesehatan Dahulu.
Penyakit yang pernah diderita klien sebelmunya.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada tidaknya anggota ke;luarga yang memiliki penyakit menurun atau menular.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Perubahan penatalaksana yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatan sehingga dapat
menimbulkan masalah perawatan diri.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Meliputi makanan yang di sukai atau tidak di sukai, selera dari klien jam makan berapa kali
sehari, adanya mual muntah, penurunan nafsu makan selama sakit keadaan lidah kotor dan
rasa pahit waktu makan sehingga mempengaruhi status nutrisi.
3. Pola Aktivitas dan Latihan
Biasanya klien typhoid apabila panas terus menerus naik turun, nyeri perut, mual muntah,
lemah dan terpasang infus sehingga perlu untuk mengurangi aktivitas.
4. Pola Istirahat dan Tidur
Kebiasaan klien sebelum tidur, lama tidur siang dan malam mengalami gangguan karena
nyeri kepala, pusing, dan mual muntah, suhu tubuh meningkat.
5. Pola Eliminasi
Kebiasaan dalam BAB di dapatkan diare atau konstipasi, sedangkan kebiasaan BAK akan
terjadi retensi bila dehidrasi karena panas yang tinggi, konsumsi cairan tidak sesuai dengan
kebutuhan.
6. Pola Reproduksi dan Seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada klien yang telah / sudah menikah akan terjadi
perubahan.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Di dalam perubahan konsep diri itu bisa berubah bila kecemasan dan kelemahan tidak
mampu dalam mengambil sikap.
8. Pola Sensory dan Kognitif
Adanya lidah kotor dan rasa mual muntah akan mengganggu indera perasa serta perubahan
kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat diri.
9. Pola Penanggulan Stres
Stress timbul apabila seorang klien tidak efektif dalam mengatasi penyakitnya.
10. Pola hubungan interpersonal.
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta
mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Tubulnya distres dalam spiritual pada klien, maka klien akan menjadi cemas dan takut akan
kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
biasanya klien typhoid mengalami badan lemah, panas, nyeri perut, mual, muntah, pusing
obstipasi atau diare, nafsu makan turun, kembung, nyeri otot.
2. Pemeriksaan kepala dan leher
Meliputi keadaan rambut, kepala simetris atau tidak, ada tidaknya benjolan kepala panas atau
tidak, mata simteris atau tidak. Keadaan sclera pupil reflek terhadap cahaya, hidung simetris
atau ada tidaknya polip, epistaksis mulut, biasanya klien thypoid lidahnya kotor, bibir kering,
pendengaran normal, leher simteris serta tidak ada pembesaran kelenjar teroid.
3. Dada dan abdomen
Biasanya klien typhoid, dada normal, bentuk simteris, pola nafas teratur, di daerah abdomen
di teumkan nyeri tekan bagian kanan bawah.
4. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan dan tidak terdapat cuping hidung.
5. Sistem kardiovaskuler
Biasanya klein typhoid di temukan tekanan darah normal / meningkat akan tetapi bisa di
dapatkan Tachicardi, saat klien mengalami peningkatan suhu tubuh.
6. Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit meurun, pucat berkeringat banyak, akral hangat.
7. Sistem muskulos keletal
Pada klien typhoid harus bedrest total, sehingga apabila tidak ada latihan akan terjadi
kelemahan otot atau kontarktur.
8. Sistem geniot lurinaria
Pada klien thypoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih klien bisa mengalami
penurunan (kurang dari normal). Normalnya ½ - 1 CC/kg BB/jam.
9. Sistem endokrin
Pada klien thypoid tidak ada gangguan pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.
10. Sistem persyaratan
Pada klien thypoid tidak ada gangguan kesadaran atau apatis, samnolen dan koma.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan darah tepi dapat di temukan leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia,
mungkin terdapat anemia dan tromsositopenia ringan.
Dari pemeriksaan widal, tites anti bodi terhadap antigen O yang bernilai ≥ 1/200 atau
peningkatan ≥ 4 kali antara masa akut konvalensens mengarah kepada demam tifoid,
meskipun dapat terjadi positif maupun negatif palsu akibat adanya reaksi silang antara
spesres salmonella. Diagnosis pasti di tegakkan dengan meneukan kuman s.typhii pada
brakan empedu yang dimabil dari darah pasien .

ANALISA DATA
1. DS : klien mengatakan perutnya terasa mual.
DO : Keadaan klien tampak lemah
T= 120/80 N = 80 X/mnt
S = 36 RR = 20 X/mnt
Masalah :
Nutrisi
Kemungkian penyebab :
- Mual muntah dan nafsu makan menurun.
2. DS : klien mengatakan badannya terasa panas.
DO : KU lemah, Febris (+).
T= 120/80 N = 80 X/mnt
S = 38oC RR = 20 X/mnt
Masalah :
Peningkatan suhu rendah
Kemungkian penyebab :
- Iinfeksi kuman salmonella typhii
3. DS : pasien mengatakan kepalanya terasa pusing.
DO : KU lemah
T= 120/80 N = 80 X/mnt
S = 36 RR = 20 X/mnt
Masalah :
- Istirahat / tidur
Kemungkinan penyebab :
- Nyeri kepala, pusing dan mual muntah, suhu tubuh meningkat.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses salmonella typhi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
4. Potensial terjadinya perforasi berhubungan dengan invasi dan salmonella typhi.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
6. Potenisal terjadinya penularan berhubungan dengan sifat kuman salmonella.
III. PERENCANAAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
o Tujuan : tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
o KH : - Suhu tubuh normal
- Klien tidak lemas.
o Rencana Tindakan :
1. Lakukan pendekatan terhadap klien dan keluarga.
2. Jelaskan penyebab terjadinya peningkatan suhu tubuh.
3. Observasi tanda- tanda vital.
4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan meyerap keringat juga anjurkan minum
sedikit tapis sering ± 3 liter/hari.
5. Kompres pada daerah ketiak, lipatan paha dahi dan belakang kepala.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti piretik dan anti biotik.
o Rasional :
1. Hubungan yang baik dengan klien dan keluarga akan mempermudah tindakan yang akan
dilakukan.
2. Penjelasan yang benar akan menambah pengetahuan klien.
3. Untuk mengetahui perubahan atau gejala dini yang timbul pada klien.
4. Agar penguapan suhu tubuh lebih lancar.
5. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan panas dan mempercepat penurunan suhu.
6. Untuk menurunkan panas dan mencegah infeksi.

IV. IMPLEMENTASI
Adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana perawatan, meliputi tindakan yang
direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter, dan ketentuan rumah sakit.
( Lismidar, 1990)
V. EVALUASI
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan.
(Effendi, 1995)

DAFTAR PUSTAKA

1. Noer Sjaifoellah H. M Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi Ketiga, FKUI, Jakarta, 1996.
2. Masjoer Arief, dkk, Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Edisi ketiga Media Aesculapius, FKUI, 2001.
3. Carpenito Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2001.
4. Doenges Marlynn E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta,

You might also like