You are on page 1of 19

TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Masitawati


NIM : P00320 117 062

1. KONSEP BIO-PSIKOLOGI
Bio-psikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia pada
dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan kakeknya
secara genetik. Ciri-ciri ini nampak melalui aspek tinggi badan, warna kulit, warna mata,
keadaan rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir dan sebagainya. Demikian pula ahli
biopsikologi melihat bahawa sifat dan tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan
daripada induk asal. Sebagai contoh sifat pendiam, talkactive, dominan atau pasif adalah
ciri-ciri sifat alamiah manusia dan tidak dipelajari melalui pengalaman.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan laboratoriumnya tahun 1879 – yang
dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat
ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan
dengan perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di
benua Amerika.

2. PERILAKU MANUSIA

Perilaku pada manusia dapat dibedakan antara perilaku reflektif dan perilaku non
reflektif.Perilaku yang reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara
spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip
mata bila kena sinar , gerak lutut bila kena sentuhan palu, menarik jari bila terkena hp
dan sebagiannya. Reaksi atau perilaku reflektif adalah perilaku yang terjadi dengan
sendirinya.
Skinner seorang ahli psikologi (dalam Notoatmodjo, 2010:20) merumuskan bahwa
“perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar)”. Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme,
respons sehingga teori Skinner ini disebut dengan teori “ S-O-R” (Stimulus, Organisme,
Respons ).

1
Notoatmodjo (2010:21) berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku
manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Perilaku tertutup (covert behavior) .
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan.Bentuk “unobservable behavior” atau “covert
behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)


Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable
behavior”.
Notoatmodjo (2010:25) mengemukakan bahwa perilaku dapat dibatasi sebagai
jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya).Untuk memberikan respon
terhadap situasi di luar objek tersebut.Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa
tindakan). Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
jenis, yaitu :
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.

b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri si subyek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak
perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam
tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat
non fisik, tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku
manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala
budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap
situasi dan suatu rangsangan dari luar.

2
3. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1) Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap
asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis
bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada
orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing,
perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali
bayi menangis.
2) Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy
– shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri
sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa
ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia ga telah mulai memiliki rasa malu
dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan
dari orang tuanya.
3) Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty.
Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan
tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan
tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia
tidak mau berinisatif atau berbuat.
4) Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority.
Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat
aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui
dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena
keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia
menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini
dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5) Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity
Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan
dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk
dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim

3
dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai
penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu
pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap
kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian
peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada
masing-masing anggota.
6) Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy –
isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan
kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar.
Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-
orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk
hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang
dengan yang lainnya.
7) Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation.
Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak
dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas,
kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.
Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin
dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan
kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia
mengalami hambatan.
8) Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair.
Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang
telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan
di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih
memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor
usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini
individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi
pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut,
sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.

4
4. BIO-PSIKOLOGI DAN PROSES SENSORI-MOTORIK
a) Proses sensori manusia
Proses sensori diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu
menyadari akan adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap
dimana individu memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai
mengartikan input tersebut (interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization,
yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input
ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap
input sensorik tadi.
Proses sensori disebut juga pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda
disekitar dengan mempergunakan alat indra. Pengamatan dengan anggapan (respon)
memiliki perbedaan. Respons yaitu proses terjadinya kesan dalam pikiran setelah
stimulus tidak ada. Proses awal dari pengamatan disebut perhatian, sedangkan proses
akhir disebut presepsi yang menyebabkan kita mempunyai pengertian tentang situasi
sekarang atas dasar pengalaman yang lalu. Presepsi merupakan bentuk pengalaman
yang belum disadari sebelumnya sehingga individu belum mampu membedakan dan
melakukan pemisahan apa yang sedang dihayati. Apabila pengalaman tersebut telah
disadari sehingga individu sudah mampu membedakan dan melakukan pemisahan
antara subjek dan objek, disebut “apresepsi” .
Secara fisiologis indra merupakan alat penerima rangsang yang akan
diproses oleh organ-organ tubuh lain yang dibawa ke otak, sedangkan secara
psikologis yang penting adalah kesan yang telah terjadi, setelah ditemukan situasi
yang berarti bagi subjek.
Proses pengamatan (penyerapan atau presepsi) melalui tiga proses yaitu:
1) Fisik, stimulus mengenai alat indra.
2) Proses fisiologis, stimulus diteruskan oleh syarafsensoris ke otak.
3) Proses psikologis, proses dalam otak sehingga individu menyadari apa yang
diterima oleh alat indra.

b) Proses Motorik
Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh
manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan.
Persamaan : setiap terjadi proses dalam tubuh manusia maka akan menghasilkan
gerak. Perbedaan : Motorik tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan, berbeda

5
dengan gerak yang dapat dilihat dan diamati. Proses motorik juga menghasilkan
gerakan yang dinamakan gerakan motorik. Gerakan motorik adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh
tubuh manusia. Pengendalian motorik biasanya digunakan dalam bidang ilmu
psikologi, fisiologi, neurofisiologi maupun olah raga.Pengendalian motorik
mempelajari postur dan gerakan serta mekanisme yang menyebabkannya.
Terdapat berbagai jenis gerakan motorik :
1) Gerak refleks
2) Gerak terprogram
3) Gerakan motorik halus : menulis, merangkai, melukis, berjinjit
4) Gerakan motorik kasar : berjalan, merangkak, memukul, mengayunkan tangan.

5. KESADARAN DIRI

Kesadaran Diri / Self awareness merupakan individu bisa menyadari kelebihan dan
kelemahan, minat dan pilihan, siswa di tuntut untuk pemahaman terhadap
ketidakmampuan yang dimiliki. Karasteristik kesadaran diri meliputi Attention,
Wakefulness, Architecture, Reccal of knowledge, dan emotive. Attention atau perhatian,
dimana pemusatan sumber daya mental ke hal-hal eksternal maupun internal. Individu
memperhatikan suatu objek dari luar dirinya untuk mendapatkan kesadaran tanggung
jawab, selain isyarat-isyarat eksternal, individu dapat mengalihkan perhatian perhatian
kedalam diri dan merenungkan pikiran-pikiran pribadi, memori-memori, cita-cita,
sehingga kesadaran diri akan dapat terbentuk.

Wekefull atau kesiagaan merupakan suatu kondisi mental yang dialami seorang
sepanjang hidupnya, dalam setiap hari. Architecture sebuah asfek struktur fisikologis,
dimana kesadaran bukanlah sebuah proses tunggal yang dilakukan oleh sebuah neuron
tunggal, melainkan dipertahankan melalui sejumlah proses-proses neorologis yang
diasosiasikan dengan interprestasi terhadap fenomena sensorik, sematik, kognitif, dan
emosional, yang ada secara fisik maupun secara imajinatif. Tindakan-tindakan tersebut
tampaknya berlangsung otomatis sebagai hasil dari pengalaman. Tindakan-tindakan lain
memerlukan intervensi sadar dan kompleks.

6
. Kesadaran memampukan manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui
proses recall dan rekognisi terhadap informasi mengenai diri pribadi dan mengenai dunia
ini. Kesadaran diri ini memiliki tiga komponen antara lain:

a) Self knowlege (pengetahuan diri) adalah pemahaman tentang informasi jati diri
pribadi seseorang, individu akan sadar dengan dirinya sendiri, bahwa individu
memiliki kekurangan serta kelebihan, serta dalam kesehariannya individu sadar hal
tersebut adalah dirinya.
b) World knowledge (pengetahuan tentang dunia) merupakan individu mengingat
sejumlah fakta dari memori jangka panjang. Kesadaran akan tanggung jawab dapat
terbentuk dengan mengingat peristiwa-peristiwa di luar dirinya.
c) Activation of knowlege (aktivitas pengetahuan), seorang individu menyadari
tindakan-tindakan orang lain. Kesadaran akan kejujuran individu akan terbentuk
dengan melihat orang lain sebagai contok nyata. Individu akan belajar bagaimana
membentuk suatu kesadaran diri dalam dirinya melalui orang lain.

6. PERSEPSI DAN MOTIVASI

Persepsi
Persepsi adalah proses aplikasi pengetahuan sebelumnya untuk
memperoleh/mengumpulkan dan menginterpretasikan stimulus yang ditangkap panca
indera (sensory register).
Proses Persepsi
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa tahap-tahap persepsi antara lain:
a) Tahap pertama
Merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik,
merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
b) Tahap kedua
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses
diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-
saraf sensoris.
c) Tahap ketiga
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses psikologik, merupakan proses
timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.

7
d) Tahap keempat
Merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan
perilaku.
Motivasi
Motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang
melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis yang
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi
pada diri seseorang.
Proses Motivasi
a) Tahap pertama, keadaan yang mendorong, yang biasa disebut drive. Istilah drive
sering digunakan saat keadaan motif memiliki dasar biologis atau fisiologis. Drive
dipandang sebagai pendorong seseorang untuk bertindak. Drive dapat muncul bila
organisme kekurangan sesuatu atau memiliki kebutuhan. Drive juga bisa muncul
bila ada stimulus dari lingkungan.
b) Tahap kedua, tingkah laku, yang ditimbulkan oleh karena adanya Drive. Sebagai
contoh rasa lapar mendorong manusia untuk mencari makanan. Cepat atau lambat,
bila tingkah laku itu berhasil, maka kebutuhan maupun drive akan berkurang.
Dengan perkataan lain, tingkah laku pencarian makanan oleh manusia, merupakan
alat untuk mendapatkan makanan dan mengurangi dorongan lapar.
c) Tahap ketiga, tingkah laku manusia diarahkan pada tahap ketiga dari siklus
motifasional, yaitu mencapai tujuan. Contoh siklus motivasi ini adalah pada rasa
haus. Kekurangan air pada tubuh menimbulkan kebutuhan dan dorongan (tahap I),
memunculkan tingkah laku mencari air minum (tahap II), yang merupakan tujuan
(tahap III). Minum meredakan kebutuhan air dalam tubuh sehingga rasa haus
terpuaskan, dan siklus motifasional berhenti. Tetapi dengan segera kebutuhan akan
air timbul kembali, maka manusia akan memulai kembali siklus motifasionalnya.

7. EMOSI, STRES DAN ADAPTASI

Emosi

Emosi adalah Manifestasi perasaan atau afek keluar dan disertai banyak komponen

fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama. emosi adalah suatu keadaan perasaan

yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya

8
mungkin terganggu. Bisa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci cinta, antusias,

bosan dan lain-lain sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi pada kita.

Stress

Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu,

sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita. Stress adalah reaksi atau respons tubuh

terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)

Penggolongan stress dari penyebabnya stress dapat digolongkan sebagai berikut :

a) Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,

suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

b) Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,

hormon, atau gas.

c) Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang

menimbulkan penyakit.

d) Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau

sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

e) Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan

pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

f) Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal,

sosial, budaya, atau keagamaan.

Adaptasi

Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam merespons

terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat memengaruhi keutuhan tubuh baik

secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.

9
Adaptasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Adaptasi fisiologis

Indikator adaptasi ini bisa terjadi secara lokal atau umum. Lebih mudah

diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indikator ini

tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan

indikator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan

klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat serta berkonsentrasi.

Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.

b. Adaptasi psikologis

Adaptasi psikologis bisa terjadi secara :

 Sadar, individu mencoba memecahkan atau menyesuaikan diri dengan masalah

 Tidak sadar , menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)

 Menggunakan gejala fisik atau psikofisiologik/psikosomatik.

c. Adaptasi Perkembangan

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan

tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi

tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan

tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran

menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang

berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.

d. Adaptasi Sosial Budaya

Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian

bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor

pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau

keluarga secara keseluruhan.

10
e. Adaptasi Spiritual

Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak

cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat

dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang

stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang

disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi.

Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh

menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa

bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.

8. PROSES BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH

Berpikir adalah proses tingkah laku dengan menggunakan pikiran untuk mencari
makna dan pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau
penyelesaian masalah. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara
mental. Sementara itu, definisi yang paling umum mengenai berpikir adalah
berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang.

Proses berpikir terbagi dalam beberapa langkah di antaranya sebagai berikut.

a) Pembentukan Pengertian
Pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga
tingkatan, yaitu.
1) Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita
perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya kita ambil manusia dari
berbagai bangsa, lalu kita analisa ciri-cirinya, contohnya manusia Indonesia,
ciri-cirinya adalah makhluk hidup, berbudi, berkulit sawo matang, dan
berambut hitam. Sementara, untuk manusia Eropa, ciri-cirinya adalah mahluk
hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau putih, serta bermata biru.
2) Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang
sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak
selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.

11
3) Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan dan membuang ciri-ciri yang tidak
hakiki, serta menangkap ciri-ciri yang hakiki. Contoh ciri-ciri yang hakiki itu
adalah makhluk hidup yang berbudi.
b) Pembentukan Pendapat
Yaitu menggabungkan atau memisahkan beberapa pengertian menjadi suatu tanda
yang khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan menjadi tiga macam, di antaranya.
1) Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan
sesuatu, misalnya Si Abdul itu rajin, Si Dodi itu pandai, dan sebagainya.
2) Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tidak adanya
suatu sifat sesuatu hal, misalnya Si Toni itu bodoh, Si Desi malas, dan
sebagainya.
3) Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang menerangkan
kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal, misalnya hari ini
mungkin hujan, Si Teti mungkin tidak datang, dan sebagainya.
c) Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru
berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu.
1) Keputusan Induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu
pendapat umum. Misalnya: Tembaga di panaskan akan memuai, Perak di
panaskan akan memuai, Besi di panaskan akan memuai, Kuningan di
panaskan akan memuai. Jadi (kesimpulan) semua logam kalau dipanaskan
akan memuai (umum).
2) Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, sehingga
berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya: Semua logam kalau
dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan)
tembaga kalau dipanaskan memuai. Contoh lain: Semua manusia terkena nasib
mati, Si Karto adalah manusia. Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
3) Keputusan Analogis
Keputusan analogis adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang
telah ada. Misalnya: Totok anak pandai, naik kelas (khusus). Jadi
(kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.

12
Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau


ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan.

Berikut ini adalah beberapa strategi pemecahan masalah yang sering digunakan:

a) Trial and Error


Salah satu kemungkinan strategi pemecahan masalah adalah trial and error
sederhana. Akan tetapi, strategi ini biasanya akan menghabiskan waktu lama
sampai kemudian muncul pemecahan masalahnya. Dengan cara ini banyak
masalah dapat pula justru tidak terpecahkan secara sempurna.

Untuk memecahkan masalah-masalah yang sulit, perlu untuk memiliki


beberapa strategi selain trial and error. Strategi yang ada seharusnya dijadikan
pijakan pada pengkategorian dan penggambaran yang akurat dari suatu masalah.
Tetapi hal ini juga harus melalui perhitungan batas ingatan jangka pendek. Kita
harus dapat menyelamatkan informasi dan pekerjaan kita tanpa harus dibatasi oleh
ruang kerja yang terlalu sumpek dengan ingatan jangka pendek. Dengan cara ini
kita akan dapat menggunakan strategi lain selain trial and error

b) Informational Retrieval (mendapatkan kembali informasi)


Dalam beberapa kasus, pemecahan terhadap suatu masalah dapat menjadi
sederhana seperti mengingat kembali informasi (Informational Retrieval) dari
ingatan jangka panjang. Informational Retrieval adalah suatu pilihan penting
ketika suatu pemecahan masalah harus ditemukan dengan cepat. Sebagai contoh
seorang pilot dapat mengingat dengan cepat mengenai hal-hal yang dibutuhkan
untuk menerbangkan maupun mendaratkan pesawat. Ketika seorang pilot
membutuhkan informasi, maka ia tidak punya cukup waktu untuk duduk dan
menghitung jawaban benar karena waktu adalah hal yang esensial. Oleh karena itu
ia gunakan ingatan jangka panjang untuk suatu jawaban segera. Cara yang
digunakan inilah merupakan suatu informational retrieval.

13
c) Algoritma
Semakin kompleks suatu masalah tentu membutuhkan metode yang semakin
kompleks pula. Dalam beberapa kasus kita dapat menggunakan algoritma.
Algoritma adalah metode pemecahan masalah yang menjamin suatu pemecahan
masalah jika tersedia kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkannya.
Sebagai contohnya adalah algoritma untuk memecahkan anagram, yaitu suatu
kelompok huruf-huruf yang dapat diatur kembali menjadi bentuk suatu kata.
Katakanlah kita diberi huruf a, l, dan t. Lalu kita coba alt, atl, lta, tla, tal, dan
akhirnya kita temukan lat (terlambat) sehingga masalahnya terpecahkan. Contoh
lain adalah untuk memindahkan suhu Fahrenheit ke Celcius maka kita dapat
menggunakan rumus = 5/9 x (F-32). Formula ini sebagaimana halnya formula
yang lain merupakan suatu algoritma.

d) Heuristic
Banyak masalah yang dapat kita temukan sehari-hari yang tidak dapat begitu
saja dapat dipecahkan dengan algoritma. Pada bagian ini kita akan belajar
menggunakan strategi lain yang disebut dengan heuristic. Heuristic adalah suatu
hukum yang terutama membantu kita untuk menyederhanakan masalah. Metode
ini meski tidak menjamin suatu pemecahan masalah, tetapi akan mencoba atau
berusaha untuk mencapainya. Suatu metode heuristic mungkin hanya dapat
bekerja dengan baik untuk situasi tertentu, sementara metode yang lain mungkin
hanya digunakan untuk tujuan-tujuan khusus. Akan tetapi, metode heuristic secara
umum dapat digunakan untuk masalah-masalah manusia yang lebih luas.

9. KONSEP BELAJAR

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Definisi
bielajar dapat ditinjau dari sudut-sudut pandang, kuantitatif, institusional dan kualitatif.
Berikut beberapa tujuan belajar, diantaranya:

a) Untuk mendapatkan pengetahuan


Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain tidak
dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ialah yang memiliki

14
kecenderungan lebih besar perkembanganya di dalam kegiatan belajar. Dalam
hal ini peran guru sebagai pengajar lebih menonjol.
b) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih
kemampuan.
c) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus
lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan
mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu
sendiri sebagai contoh.

Jenis – jenis Belajar

a) Belajar Bagian
Belajar bagian yaitu peserta didik belajar dengan membagi-bagi materi pelajaran ke
dalam bagaian –bagian agara mudah memahami makan pelajaran secara keseluruhan .
b) Belajar Deskriftif
Belajar deskriftif yaitu sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi
rangsangan dan kemudian menjadikanya sebagai pedoman dalam berprilaku .
c) Belajar secara global atau keseluruhan
Belajar seara global atau keseluruhan yaitu individu mempelajari keseluruhan bahan
pembelajaran lalu dipelajari secara berulang untuk dikuasai
d) Belajar Insidental
Belajar insidental yaitu, proses yang terjadi sewaktu-waktu tanpa ada petunjuk yang
diberikan oleh guru sebelumnya (slameto)
e) Belajar Instrumental
Belajar instrumental yaitu proses belajar yang terjadi karena adanya hukuman dan
hadiah dari guru saebagai alat untuk mensukseskan aktivitas belajar pendidik .
f) Belajar Intensional
Belajar Intensional yaitu belajar yang memiliki arah , tujuan dan petunjuk yang
dijelaskan oleh guru.
g) Belajar dengan Wawasan
Belajar dengan Wawasan yaitu menurut kohler ialah belajar yang berdasa pada teori
wawasan yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses mengorganisasikan pola-

15
pola prilaku yang terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannyadengan
penyelesaian suatu persoalan ( Slameto ) .
h) Belajar Laten
Belajar Laten yaitu belajar yang ditandai dengan perubahan –perubahan prilaku yang
terlihat namun tidak terjadi dengan segera.
i) Belajar Mental
Belajar Mental yaitu perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjai pada individu
tidak nayata terlihat, melainkn hanya berupa perubahan proses kgnitif drai bahan yang
di pelajari.
j) Belajar produktif
Belajar produktif yaitu belajar dengan transfer maksimum ( Slameto dan Berguis ).
k) Belajar Verbal
Belajar Verbal yaitu belajar dengan materi verbal dengan cara melalui proses latihan
dan proses ingatan .

10. INTELEJENSI DAN KREATIFITAS

INTELEGENSI

Kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri secara tepat terhadap


lingkungan atau untuk berhubungan dengan hal tersebut secara efektif
Faktor-Faktor Inteligensi

a) Menurut Spearman
Ada 2 faktor dalam inteligensi (Teori Dwi Faktor), yaitu

1) Faktor G (General ability)=>Inteligensi


Terdapat pada semua orang

S1 : Penalaran

S S2 : Pemahaman G

S3 : Berhitung

16
2) Faktor S (Special ability)=>Bakat & Minat
Antara orang satu dengan lainnya berbeda

G + S1

G + S2

G + S3

b) Menurut Cyriil Burt


Ada 3 faktor :

Faktor G / General ability

Faktor S / Special ability

Faktor C / Common ability

c) Menurut Thurstone
Membagi menjadi beberapa faktor, tetapi faktor-faktor tersebut saling berkombinasi
antara satu dengan yang lainnya.

Ada 7 faktor, yaitu :

 Faktor M / memory : faktor ingatan


 Faktor V / verbal : kemampuanberbahasa
 Faktor N / number : kemampuan bekerja dengan bilangan
 Faktor W / words fluency : kelancaran mempelajari kata-kata.
 Faktor R / reasoning : kemampuan berfikir logis / pemecahan masalah.
 Faktor P/perceptual : kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat.
 Faktor S/spatial faktor : kemampuan untuk mengadakan orientasi ruang.

KREATIVITAS

Kreativitas adalah istilah yang mengacu kepada bagaimana seseorang berfikir kreatif

Syarat-syarat berfikir kreatif :

 Kreatifitas melibatkan respon atau gagasan yang baru


 Dapat memecahkan persoalan secara realistis

17
 Merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinil, menilai dan
mengembangkannya sebaik mungkin

11. GANGGUAN PRILAKU

a) Personality Disorder

Personality disorder adalah gangguan-gangguan dalam perilaku yang


memberikan dampak atau dinilai negatif oleh masyarakat. Pemahaman ini bersumber
pada masalah perkembangan, yaitu bahwa manusia berkembang dari sejak lahir dalam
suatu proses dimana terjadi interaksi antara dirinya dengan lingkungannya. Proses
inilah yang menyebabkan kondisi di dalam diri seseorang (inner world) menimbuklan
adanya perkembangan kepribadian, termasuk didalamnya tugas-tugas perkembangan
dan moralitas dalam berperilaku.

b) Penyimpangan perilaku

Semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlakudalam


masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat
disebut sebagai perilaku menyimpang .

Menurut jenisnya terdapat dua kategori perilaku menyimpang, yaitu penyimpangan


primer dan penyimpangan sekunder.

1) Penyimpangan Primer (Primary Deviation) Penyimpangan yang dilakukan


seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri
penyimpangan ini bersifat temporer atausementara, tidak dilakukan secara
berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.Contohnya :
menunggak iuran listrik, telepon, BTN dsb. melanggar rambu-rambu lalu
lintas, ngebut di jalanan.
2) Penyimpangan Sekunder (secondary deviation) Penyimpangan yang berupa
perbuatan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai
perilaku menyimpang. Pelaku didominasioleh tindakan menyimpang
tersebut, karena merupakan tindakan pengulangan dari penyimpangan
sebelumnya.

18
12. PEMBENTUKAN SIKAP

Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang
disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasikan
melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada
praktik / tindakan.
Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam:

a) Adopsi
Kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang terjadi berulang - ulang dan terus
menerus, lama - kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan
mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
b) Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal - hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang
dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk
sikap tersendiri pula.
c) Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk
sikap menegenal hal tersebut.
d) Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman - pengalaman yang
traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

19

You might also like