Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi maka telah
mempersempit ruang dan watu. Menurut Herakleitos, seorang filsuf
yang berasal dari Yunani,ruang dan waktu adalah bingkai yang di
dalamnya seluruh realitas kehidupan kita hadapi. Kita tidak bisa
mengerti benda-benda nyata apapun tanpa meletakkannya pada
bingkai ruang dan waktu (dalam Cassirer, 1987:63). Lingkungan kita
memang terbatas dan ruang itu ternyata pula penuh dengan hal-hal
abstrak dan konkret yang ditemui dan dialami oleh manusia.
Disamping hal tersebut, ada juga unsur dan wujud yang diwarisi
serta dipelajari dari nenek-moyang. Peradaban selalu dinamis dan
mudah bereaksi terhadap kegiatan yang ada di lingkungan pada
waktu tertentu. Kelompok manusia atau masyarakat dan individu
atau pribadi selalu menginterpretasikan suatu peristiwa yang berbeda
dengan kelompok atau individu dengan latar belakang lain atau yang
berpola piker berbeda. Maksudnya, kita hidup dalam suatu
lingkungan yang membentuk sikap individu, kebudayaan
masyarakat, dan lingkungan alam.
Dalam pandangan para ilmuwan sosial dan humaniora, maraknya
masalah kemanusiaan dan keagamaan membuat dunia semakin lebar
dan mengglobal. Persoalan global ini muncul ketika titik kerumitan
semakin memuncak. Para ahli mulai mencari akar masalah yang
mengglobal itu di dalam wilayahwilayah kehidupan yang mulanya
hampir tidak pernah mendapat prioritas. Dibayangi masalah global
tersebut, maka studi terhadap kehidupan masyaraka terasing ini
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 1
merupakan bagian terkecil dari upaya mencari sendi-sendi dari
bagian bangsa yang terpendam dan hampir dilupakan
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian ,Karakter dan Ciri-Ciri Masyarakat Terasinng
2. Ciri-ciri Pokok Masyarakat Terasing
3. Contoh Masyarakat yang Terasing
4. Contoh Nyata Pembinaan Masyarakat Asing
C. Tujuan Umum
1. Memberikan pemahaman tentang definisi, cirri-ciri, dan criteria
masyarakat terasing
2. Memberikan Pemahaman Tentang Ciri-Ciri Pokok Masyarakat
Terasing
3. Memberikan Pemahaman Tentang Contoh Masyarakat yang
Terasing
4. Memberikan pengetahuan tentang peranan ahli antropologi
dalam pembinaan masyarakat terasing
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 2
BAB II
PEMBAHASAN
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 3
4. Memelihara fakir miskin dan orang-orang terlantar temasuk
terasing (UUD 1945, Pasal 34)
5. Secara khusus membimbing, membina, dan membantu kelompok
masyarakat yang hidupnya masih terasing dan terpencil
(PELITA VI Bidang Kesejahteraan Sosial; UU No. 6/1974 Pasal
4; Keputusan Mentri Sosial RI No. 15/1984 Pasal 235)
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 4
B. Ciri-ciri Pokok Masyarakat Terasing
1. Pandangan Teoritis
Seluruh kelompok masyarakat terasing di Indonesia secara
sosiokultural dapat dibagi kedalam 2 tipe yaitu mereka yang
hidup nomaden berburu meramu (foraging group) dan mereka
yang hidup bertani lading berpindah atau pertanian primitive
(shifting cultivator).
Masyarakat nomaden berburu meramu terdiri dari
kumpulan-kumpulan keluarga yang hidup dari meramu dan
menjerat binatang, mengumpulkan tanaman liar termasuk
menokok sagu, dan menangkap ikan. Mereka hanya hidup
dengan mengandalkan apa yang disediakan alam. Dari sudut
teknologi mereka disebut sebagai masyarakat primitif.
Keluarga pemburu peramu ini tidak menetap, tapi lebih
banyak mengembara kesana kemari dalam satu lingkungan
ekologi yang relative luas.
Ciri-ciri social lain dari masyarakat pemburu peramu ini
adalah pola sosial sama rata, sama rasa, dan sama derajat ; tidak
ada pemimpin dan tidak ada yang dipimpin.
Kelompok pemburu peramu menilai tinggi usaha kerja sama,
namun tetap menhargaii individualitas. Keanggotaan dalam
kelompok yang lebih besar dari keluarga yaitu camp, adalah
bersifat fleksibel tidak mengikat. Praktik pengasuhan anak
adalah sangat permisif; anak diberi banyak kebebasan untuk
berbuat menurut kemauannya, sehingga ampak seolah-olah tidak
ada disiplin. Kelompok-kelompok ini cenderung untuk
menghindari konflk, risiko, dan bahaya. Karena itu kalau
bertemu denganorang yang tidak dikenal mereka akan
menghindar.
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 5
Tipe masyarakat terasing kedua adalah masyarakat yang
sudah mengenal teknogi memproduksi makanan. Mereka hidup
dengan cara pertanian primitive, mengelompok dalam kampong-
kampung kecil yang semi permanen yang jauh dari pusat kota
dan jangkauan komunikasi modern.
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 6
sebagai pedo-man bertingkah laku bagi seluruh anggota
masyarakat.
5. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat
(vested interests)
Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem berlapis-
lapisan, pasti akan ada sekelompok orang-orang yang menikmati
kedudukan dalam suatu proses perubahan.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup
Adanya sikap semacam itu, misalnya dapat saja dialami oleh
suatu masyarakat (bangsa) yang pada masa lalunya pernah
mengalami pengalaman pahit selama berinteraksi dengan
masyarakat (bangsa) lainnya di dunia.
7. Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki
Di kalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa hidup di
dunia itu tidak perlu ngoyo (terlalu berambisi) sebab baik
buruknya suatu kehidupan (nasib/takdir) itu sudah ada yang
mengatur, oleh karena itu harus dijalaninya secara wajar.
8. Hambatan yang bersifat ideologis
Adanya faktor penghambat yang bersifat ideologis, karena
biasanya setiap usaha mengadakan perubahan-perubahan pada
unsur-unsur kebudayaan rohaniah, akan diartikan sebagai suatu
usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang
merupakan dasar bagi terciptanya integrasi dari masyarakat yang
bersangkutan.
9. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Apabila di dalam masyarakat muncul suatu sikap mengagung-
agungkan akan tradisi masa lampau serta menganggap bahwa
tradisi tersebut secara mutlak tak dapat dirubah, maka sudah
dapat dipastikan bahwa pada masya-rakat tersebut akan
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 7
mengalami hambatan-hambatan dalam proses perubahan sosial
budayanya.
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 8
edukatif, pemberian makanan tambahan, sosialisasi dan penanaman
budi pekerti.
Pada bulan Oktober - Nopember 2008, dimulailah pelatihan
bagi ibu-ibu sesuai bakat, minat dan kemampuan untuk membentuk
kelompok usaha. Program pemberdayaan dilakukan dalam waktu 10
tahun, dengan tahapan program yang jelas dan pencapaian program
yang selalu termonitor.
Dalam rangka menjalin kemitraan dengan berbagai pihak
Lions Club Jakarta Monas mengajak masyarakat luas dan Instansi
untuk dapat membantu sebagai donatur maupun sebagai pekerja
sosial dan relawan. Dalam kaitan ini Depsos pada tahun 2008 akan
membantu biaya operasional Taman Balita Sejahtera, sedangkan
Yayasan Dharmais akan membantu dalam pengembangan
masyarakat
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat terasing sangat penting guna
memperbaiki dan meningkatkan tatanan hidup masyarakat
terasing.
Masyarakat Polahi merupakan masyarakat yang liar, ini
dibuktikan dengan model hidup dan hubungan kekerabatan
mereka yang begitu dekat yang jauh dari norma hukum dan
norma agama. Mereka juga tidak mengenal sistem organisasi
kemasyarakatan apalagi adat. Di komunitas Masyarakat Polahi,
tidak dikenal apa yang dinamakan Kepala Masyarakat, atau
pemimpin Masyarakat. Mereka hidup seadanya dan sangat
bersahaja. Berkebun, berburu, memasak, bercengkrama adalah
kegiatan keseharian mereka.
Dengan program pemberdayaan tersebut diatas, diharapkan
mereka dapat hidup secara teratur dan lebih mengenal norma-
norma hukum dan agama yang ada. Dan yang lebih penting
adalah, adanya tenaga profesional yang dapat menangani mereka
secara berkelanjutan guna mengembalikan mereka dalam
kehidupan sosial yang lebih bermoral
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 10
DAFTAR PUSTAKA
http://pls213057-hesty.blogspot.co.id/2014/01/pembinaan-
masyarakat-terasing.html
http://koemalasari.blogspot.co.id/2015/04/makalah-antropologi-
sosial-pembinaan.html
https://brainly.co.id/tugas/6776600
POLTEKKES-KALTIM,ANTROPOLOGI | 11