You are on page 1of 13

ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan Frekuensi Makan Protein Hewani dengan Status Gizi Berdasarkan


BB/U Pada Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2
Penilaian BB menurut U P Value
Total
Frekuens Gizi Baik Gizi Buruk Gizi Kurang
i n % n % n % n %
Kurang 20 95,2 1 4.76 0 0 21 100.0 0.08
Cukup 26 76.47 1 2.94 7 2.94 34 100.0
Total 46 83.63 2 3.63 7 12.72 55 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan protein hewani
yang kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi baik berdasarkan BB/U
sebanyak 20 orang (95.2%) dibandingkan dengan status gizi buruk 1 orang (4.76%) dan
status gizi kurang (0%). Sedangkan frekuensi makan protein hewani yang cukup juga
cenderung tinggi balita dengan status gizi baik sebanyak 26 orang (76,47 %) dibandingkan
dengan status gizi buruk 1 orang (2.94%) dan gizi kurang 7 orang (2.94). Berdasarkan uji
statistik dapat diketahui bahwa p value 0.08 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara frekuensi makan dengan status gizi balita berdasarkan BB/U.

2. Hubungan Frekuensi Makan Protein Hewani dengan Status Gizi Berdasarkan


TB/U Pada Balita Umur 6-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

TB menurut U P Value
Penilaian
Pendek Sangat Total
Frekuens Normal
Pendek
i
n % n % N % n %
0.31
Kurang 15 71.4 3 14.3 3 14.3 21 100.0
Cukup 20 58.8 11 32.4 3 8.8 34 100.0
Total 35 63.6 14 25.5 6 11 55 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan protein hewani
yang kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan TB/U
sebanyak 15 orang (71.4%) dibandingkan dengan status gizi pendek 3 orang (14.3%) dan
status gizi sangat pendek (14.3%). Sedangkan frekuensi makan protein hewani yang cukup
juga cenderung tinggi balita dengan status gizi normal sebnyak 20 orang (58.8 %)
dibandingkan dengan status gizi pendek 11 orang (32.4%) dan status gizi sangat pendek 3
orang (8.8%). Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa p value 0.31 (p>0.05), artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan dengan status gizi balita
berdasarkan TB/U.
3. Hubungan Frekuensi Makan Protein Hewani dengan Status Gizi Berdasarkan
BB/TB Pada Balita Umur 6-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

BB menurut TB P Value
Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal
kurus
i
n % n % n % n % n %
Kurang 5 11.62 3 6.97 35 81.3 0 0 43 100.0
0.29
9
Cukup 1 8.3 1 8.3 9 75 1 8.3 12 100.0
Total 6 10.9 4 7.27 44 80 1 1.81 55 100.0
0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan protein hewani
yang kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan
BB/TB sebanyak 35 orang (81.39%) dibandingkan dengan status gizi gemuk 5 orang
(11.62%), dan status gizi kurus 3 orang (6.97%). Sedangkan frekuensi makan protein hewani
yang cukup juga cenderung tinggi balita dengan status gizi normal sebanyak 9 orang (75 %)
dibandingkan dengan status gizi gemuk 1 orang (8.3%), status gizi kurus 1 orang (8.3%,
dan status gizi sangat kurus 1 orang (8.3%). Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa
p value 0.29 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan
dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB.

4. Hubungan Frekuensi Makan Protein Hewani dengan Status Gizi Berdasarkan


IMT/U Pada Balita Umur 6-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

IMT menurut U P Value


Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal
kurus
i
n % n % n % n % n %
Kurang 5 11.62 4 9.3 34 79.0 0 0 43 100.0
0.29
6
Cukup 1 8.3 1 8.3 9 75 1 8.3 12 100.0
Total 6 10.9 5 9.09 43 78.1 1 1.8 55 100.0
0 8

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan protein


hewani yang kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal
berdasarkan IMT/U sebanyak 34 orang (79.06%) dibandingkan dengan status gizi
gemuk 5 orang (11.62%), dan status gizi kurus 3 orang (6.97%). Sedangkan frekuensi
makan protein hewani yang cukup juga cenderung tinggi balita dengan status gizi
normal sebanyak 9 orang (75 %) dibandingkan dengan status gizi gemuk 1 orang
(8.3%), status gizi kurus 1 orang (8.3%, dan status gizi sangat kurus 1 orang (8.3%).
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa p value 0.29 (p>0.05), artinya tidak
ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan dengan status gizi balita
berdasarkan IMT/U.

5. Hubungan Frekuensi Makan Protein Nabati dengan Status Gizi Berdasarkan


BB/U Pada Balita Umur 6-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

Penilaian BB menurut U P Value


Total
Frekuens Gizi Baik Gizi Buruk Gizi Kurang
i n % N % N % n %
Kurang 39 82.97 2 4.25 6 12.76 47 100.0 0.83
Cukup 7 87.5 0 0 1 12.5 8 100.0
Total 46 83.86 2 3.63 7 12.72 55 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan protein nabati
yang kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi baik berdasarkan BB/U
sebanyak 39 orang (82.97%) dibandingkan dengan status gizi buruk 2 orang (4.25%) dan
status gizi kurang 6 orang (12.76%). Sedangkan frekuensi makan protein nabati yang cukup
juga cenderung tinggi balita dengan status gizi baik sebnyak 7 orang (87.5 %) dibandingkan
dengan status gizi buruk (0%) dan gizi kurang 1 orang (12.5%). Berdasarkan uji statistik
dapat diketahui bahwa p value 0.83 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara frekuensi makan dengan status gizi balita berdasarkan BB/U.

6. Hubungan Frekuensi Makan Protein Nabati dengan Status Gizi Berdasarkan


TB/U Pada Balita Umur 6-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

TB menurut U P Value
Penilaian
Pendek Sangat Total
Frekuens Normal
Pendek
i
N % n % N % n %
0.54
Kurang 29 61.7 12 25.53 6 12.76 47 100.0
Cukup 6 75 2 25 0 0 8 100.0
Total 35 63.63 14 25.45 6 10.90 55 100.0
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa frekuensi makan protein nabati yang
kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan TB/U
sebanyak 29 orang (61.7%) dibandingkan dengan status gizi pendek 12 orang (25.53%) dan
status gizi sangat pendek 6 orang (12.76%). Sedangkan frekuensi makan protein nabati yang
cukup juga cenderung tinggi balita dengan status gizi normal sebnyak 6 orang (75%)
dibandingkan dengan status gizi pendek 2 orang (25%) dan status gizi sangat pendek (0%).
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa p value 0.54 (p>0.05), artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara frekuensi makan protein nabati dengan status gizi balita
berdasarkan TB/U.

7. Hubungan Frekuensi Makan Protein Nabati dengan Status Gizi Berdasarkan


BB/TB Pada Balita Umur 6-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

BB menurut TB P Value
Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal
kurus
i
n % n % n % n % n %
Kurang 6 12.7 3 6.38 37 78.7 1 2.12 47 100.0
0.65
6 2
Cukup 0 0 1 12.5 7 87.5 0 0 8 100.0
Total 6 10.9 4 7.27 44 80 1 1.81 55 100.0
0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan protein nabati
yang kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan
BB/TB sebanyak 37 orang (78.72%) dibandingkan dengan status gizi gemuk 6 orang
(12.76%), status gizi kurus 3 orang (6.38%) dan status gizi sagat kurus 1 orang (2.12%)..
Sedangkan frekuensi makan protein nabati yang cukup juga cenderung tinggi balita dengan
status gizi normal sebanyak 7 orang (87.5 %) dibandingka),status gizi kurus 1 orang
(12.5%), status gizi sangat kurus (0%) dan status gizi gemuk (0%). Berdasarkan uji statistik
dapat diketahui bahwa p value 0.65 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara frekuensi makan protein nabati dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB.

8. Hubungan Frekuensi Makan Protein Hewani dengan Status Gizi Berdasarkan


IMT/U Pada Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

Penilaian IMT menurut U Total P Value


Frekuens Gemuk Kurus Normal Sangat 0.70
kurus
i n % n % n % n % n %
Kurang 6 12.7 4 8.51 36 76.5 1 2.12 47 100.0
6 9
Cukup 0 0 1 12.5 7 87.5 0 0 8 100.0
Total 6 10.9 5 9.09 43 78.1 1 1.81 55 100.0
0 8

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan protein nabati
yang kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan
IMT/U sebanyak 36 orang (76.59%) dibandingkan dengan status gizi gemuk 6 orang
(12.76%), status gizi kurus 4 orang (8.51%) dan status gizi sangat kurus 1 orang (2.12%).
Sedangkan frekuensi makan protein hewani yang cukup juga cenderung tinggi balita dengan
status gizi normal sebanyak 7orang (87.5%) dibandingkan dengan status gizi gemuk (0%),
status gizi kurus 1 orang (12.5)%, dan status gizi sangat kurus (0%).Berdasarkan uji
statistik dapat diketahui bahwa p value 0.70 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara frekuensi makan dengan status gizi balita berdasarkan IMT/U.

9. Hubungan Frekuensi Makan Buah dengan Status Gizi Berdasarkan BB/U Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

Penilaian BB menurut U P Value


Total
Frekuens Gizi Baik Gizi Buruk Gizi Kurang
i n % n % n % n %
Kurang 45 83.8 2 3.70 7 12.96 54 100.0 0.9
Cukup 1 100 0 0 0 0 1 100.0
Total 46 83.63 2 3.63 7 12.72 55 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan buah yang kurang
cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi baik berdasarkan BB/U sebanyak 45
orang (83.8%) dibandingkan dengan status gizi buruk 2 orang (3.70%) dan status gizi
kurang 7 orang (12.96%). Sedangkan frekuensi makan buah yang cukup juga cenderung
tinggi pada balita dengan status gizi baik sebanyak 1 orang (76,47 %) dibandingkan dengan
status gizi buruk (0%) dan status gizi kurang (0%). Berdasarkan uji statistik dapat diketahui
bahwa p value 0.90 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi
makan buah dengan status gizi balita berdasarkan BB/U.
10. Hubungan Frekuensi Makan Buah dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U Pada
Balita Umur 6-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

TB menurut U P Value
Penilaian
Pendek Sangat Total
Frekuens Normal
Pendek
i
n % n % n % n %
0.22
Kurang 35 64.81 13 24.07 6 11.11 54 100.0
Cukup 0 0 1 100 0 0 1 100.0
Total 35 63.63 14 25.45 6 10.90 55 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan buah yang kurang
cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan TB/U sebanyak 35
orang (64.81%) dibandingkan dengan status gizi pendek (0%) dan status gizi sangat pendek
6 orang (11,11%). Sedangkan frekuensi makan buah yang cukup cenderung tinggi pada
balita dengan status gizi pendek sebanyak 1 orang (100%) dibandingkan dengan status gizi
normal (0%) dan status gizi sangat pendek (0%). Berdasarkan uji statistik dapat diketahui
bahwa p value 0.22 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi
makan dengan status gizi balita berdasarkan TB/U.

11. Hubungan Frekuensi Makan Buah dengan Status Gizi Berdasarkan BB/TB
Pada Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

BB menurut TB P Value
Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal
kurus
i
n % n % n % n % n %
Kurang 6 11.11 3 5.55 44 81.4 1 1.85 54 100.0
0.005
8
Cukup 0 0 1 100 0 0 0 0 1 100.0
Total 6 10.9 4 7.27 44 80 1 1.81 55 100.0
0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan buah yang kurang
cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan BB/TB sebanyak
44 orang (81.48%) dibandingkan dengan status gizi gemuk 6 orang (11.11%), status gizi
kurus 3 orang (5.55%) dan status gizi sangat kurus 1 orang (1.85%). Sedangkan frekuensi
makan buah yang cukup cenderung tinggi balita dengan status gizi kurus sebanyak 1orang
(100 %) dibandingkan status gizi normal (0%), status gizi sangat kurus (0%) dan status gizi
gemuk (0%). Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa p value 0.005 (p>0.05), artinya
ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan buah dengan status gizi balita
berdasarkan BB/TB.

12. Hubungan Frekuensi Makan Buah dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Pada Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

IMT menurut U P Value


Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal
kurus
i
n % N % n % n % n %
Kurang 6 11.11 4 7.4 43 79.6 1 1.85 54 100.0
0.01
2
Cukup 0 0 1 100 0 0 0 0 1 100.0
Total 6 10,9 5 9.09 43 78.1 1 1.81 55 100.0
8

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan protein nabati
yang kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan
IMT/U sebanyak 36 orang (76.59%) dibandingkan dengan status gizi gemuk 6 orang
(12.76%), status gizi kurus 4 orang (8.51%) dan status gizi sangat kurus 1 orang (2.12%).
Sedangkan frekuensi makan protein hewani yang cukup juga cenderung tinggi balita dengan
status gizi normal sebanyak 7orang (87.5%) dibandingkan dengan status gizi gemuk (0%),
status gizi kurus 1 orang (12.5)%, dan status gizi sangat kurus (0%).Berdasarkan uji
statistik dapat diketahui bahwa p value 0.70 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara frekuensi makan dengan status gizi balita berdasarkan IMT/U.

13. Hubungan Frekuensi Makan Sayur dengan Status Gizi Berdasarkan BB/U Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

Penilaian BB menurut U P Value


Total
Frekuens Gizi Baik Gizi Buruk Gizi Kurang 0.8
i n % n % n % n %
Kurang 42 84 2 4 6 12 50 100.0
Cukup 4 80 0 0 1 20 5 100.0
Total 46 83.63 2 3.63 7 12.72 55 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan sayur yang
kurang cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi baik berdasarkan BB/U
sebanyak 42 orang (84%) dibandingkan dengan status gizi buruk 2 orang (4%) dan status
gizi kurang 6 orang (12%). Sedangkan frekuensi makan sayur yang cukup juga cenderung
tinggi pada balita dengan status gizi baik sebanyak 4 orang (80 %) dibandingkan dengan
status gizi buruk (0%) dan status gizi kurang sebanyak 1 orang (20%). Berdasarkan uji
statistik dapat diketahui bahwa p value 0.8 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara frekuensi makan sayur dengan status gizi balita berdasarkan BB/U.

14. Hubungan Frekuensi Makan Sayur dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

TB menurut U P Value
Penilaian
Pendek Sangat Total
Frekuens Normal
Pendek
i
n % n % n % n %
0.5
Kurang 32 64 12 24 6 12 50 100.0
Cukup 3 60 2 40 0 0 5 100.0
Total 35 63.63 14 25.45 6 10.9 55 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan sayur yang kurang
cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan TB/U sebanyak 32
orang (64%) dibandingkan dengan status gizi pendek sebanyak 12 orang (24%) dan status
gizi sangat pendek 6 orang (12%). Sedangkan frekuensi makan buah yang cukup cenderung
tinggi pada balita dengan status gizi normal sebanyak 3 orang (60%) dibandingkan dengan
status gizi sangat pendek (0%) dan status gizi pendek sebanyak 2 orang (40%). Berdasarkan
uji statistik dapat diketahui bahwa p value 0.5 (p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara frekuensi makan sayur dengan status gizi balita berdasarkan TB/U.

15. Hubungan Frekuensi Makan Sayur dengan Status Gizi Berdasarkan BB/TB
Pada Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

BB menurut TB P Value
Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal 0.02
kurus
i
n % n % n % n % n %
Kurang 6 12 2 4 41 82 1 2 50 100.0
Cukup 0 0 2 40 3 60 0 0 5 100.0
Total 6 10.9 4 7.27 44 80 1 1.81 55 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan sayur yang kurang
cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan BB/TB sebanyak
41 orang (82%) dibandingkan dengan status gizi gemuk 6 orang (12%), status gizi kurus 2
orang (4%) dan status gizi sangat kurus 1 orang (2%). Sedangkan frekuensi makan sayur
yang cukup cenderung tinggi balita dengan status gizi normal sebanyak 3 orang (60 %)
dibandingkan status gizi gemuk (0%), status gizi sangat kurus (0%) dan status gizi kurus
sebanyak 2 (40%). Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa p value 0.02 (p>0.05),
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan sayur dengan status gizi
balita berdasarkan BB/TB.

16. Hubungan Frekuensi Makan Sayur dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Pada Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

IMT menurut U P Value


Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal
kurus
i
n % n % n % n % N %
Kurang 6 12 3 6 40 80 1 2 50 100.0 0.08
Cukup 0 0 2 40 3 60 0 0 5 100.0
Total 6 10.9 5 9.09 43 78.1 1 1.81 55 100.0
8

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi makan sayur yang kurang
cenderung lebih tinggi pada balita dengan status gizi normal berdasarkan IMT/U sebanyak
40 orang (80%) dibandingkan dengan status gizi gemuk 6 orang (12%), status gizi kurus 3
orang (6%) dan status gizi sangat kurus 1 orang (2%). Sedangkan frekuensi makan sayur
yang cukup juga cenderung tinggi pada balita dengan status gizi normal sebanyak 3 orang
(60%) dibandingkan dengan status gizi gemuk (0%), status gizi kurus 2 orang (40)%, dan
status gizi sangat kurus (0%).Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa p value 0.08
(p>0.05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan sayur dengan
status gizi balita berdasarkan IMT/U.

17. Hubungan Asupan Natrium dengan Status Gizi Berdasarkan BB/U Pada Balita
Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2
Penilaian BB menurut U P Value
Total
Frekuens Gizi Baik Gizi Buruk Gizi Kurang
i n % n % n % n %
Kurang 19 90.47 1 4.76 1 4.76 21 100.0
0.3
Baik 6 100 0 0 0 0 6 100.0
Lebih 21 75 1 3.57 6 21.42 28 100.0
Total 46 83.63 2 3.63 7 12.72 55 100.0

18. Hubungan Asupan Natrium dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U Pada Balita
Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

TB menurut U P Value
Penilaian
Pendek Sangat Total
Frekuens Normal
Pendek
i
n % n % n % n %
Kurang 16 76.19 4 19.04 1 4.76 21 100.0 0.6
Baik 3 50 2 33.33 1 16.66 6 100.0
Lebih 16 57.14 8 28.57 4 14.28 28 100.0
Total 35 63.63 14 25.45 6 10.9 55 100.0

19. Hubungan Asupan Natrium dengan Status Gizi Berdasarkan BB/TB Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

BB menurut TB P Value
Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal 0.6
kurus
i
n % n % n % n % N %
Kurang 2 0 19 0 21 100.0
Baik 1 1 4 0 6 100.0
Lebih 3 3 21 1 26 100.0
Total 6 4 44 1 55 100.0

20. Hubungan Asupan Natrium dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

IMT menurut U P Value


Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal 0.5
kurus
i
n % n % n % n % n %
Kurang 2 0 19 0 21 100.0
Baik 1 1 4 0 6 100.0
Lebih 3 4 20 1 28 100.0
Total 6 5 43 1 55 100.0

21. Hubungan Asupan Kalium dengan Status Gizi Berdasarkan BB/U Pada Balita
Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

Penilaian BB menurut U P Value


Total
Frekuens Gizi Baik Gizi Buruk Gizi Kurang
i n % n % n % n %
Kurang 2 0 0 2 100.0 0.8
Lebih 44 2 7 53 100.0
Total 46 2 7 55 100.0

22. Hubungan Asupan Kalium dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U Pada Balita
Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

TB menurut U P Value
Penilaian
Pendek Sangat Total
Frekuens Normal
Pendek
i
n % n % n % n %
0.5
Kurang 2 0 0 2 100.0
Lebih 33 14 6 53 100.0
Total 35 14 6 55 100.0

23. Hubungan Asupan Kalium dengan Status Gizi Berdasarkan BB/TB Pada Balita
Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

BB menurut TB P Value
Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal 0.9
kurus
i
n % n % n % n % N %
Kurang 0 0 2 0 2 100.0
Lebih 6 4 42 1 53 100.0
Total 6 4 44 1 55 100.0

24. Hubungan Asupan Kalium dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U Pada Balita
Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2
IMT menurut U P Value
Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal 0.9
kurus
i
n % n % n % n % n %
Kurang 0 0 2 0 2 100.0
Lebih 6 5 41 1 53 100.0
Total 6 5 43 1 55 100.0

25. Hubungan Asupan Magnesium dengan Status Gizi Berdasarkan BB/U Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

Penilaian BB menurut U P Value


Total
Frekuens Gizi Baik Gizi Buruk Gizi Kurang
i n % n % n % n %
Kurang 11 1 1 13 100.0
0.4
Baik 9 0 0 0 0 9 100.0
Lebih 26 1 6 33 100.0
Total 46 2 7 55 100.0

26. Hubungan Asupan Magnesium dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

TB menurut U P Value
Penilaian
Pendek Sangat Total
Frekuens Normal
Pendek
i
n % n % n % n %
Kurang 8 3 2 13 100.0 0.8
Baik 6 3 0 9 100.0
Lebih 21 8 4 33 100.0
Total 35 14 6 55 100.0

27. Hubungan Asupan Magnesium dengan Status Gizi Berdasarkan BB/TB Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

BB menurut TB P Value
Penilaian
Kurus Sangat Total
Frekuens Gemuk Normal 0.9
kurus
i
n % n % n % n % N %
Kurang 1 1 11 0 13 100.0
Baik 1 0 8 0 9 100.0
Lebih 4 3 25 1 33 100.0
Total 6 4 44 1 55 100.0

28. Hubungan Asupan Magnesium dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U Pada
Balita Umur 0-59 Bulan di Jorong Tanjuang, Panyalai, dan Guci 2

Penilaian IMT menurut U Total P Value


Frekuens Gemuk Kurus Normal Sangat 0.8
kurus
i n % n % n % n % n %
Kurang 1 1 11 0 13 100.0
Baik 1 0 8 0 9 100.0
Lebih 4 4 24 1 33 100.0
Total 6 5 43 1 55 100.0

You might also like