Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu :
Farid Nurrahman S.T., M.Sc. dan Mega Ulimaz S.T., M.T.
Disusun Oleh :
Dea Cahya Edinita (08161018)
Nanda Ayu Septira (08161052)
Noor Zam Zammi (08161054)
Risna Muliana (08161068)
Rizky Bobby Anggoro (08161070)
Romi Alfianor (08161072)
Sandra Alma Rosita (08161074)
Gambar 4.1 Peta Analisis Radius Pencapaian Sarana Pendidikan TK Kecamatan Sambutan 358
Gambar 4.2 Peta Analisis Radius Pencapaian Sarana Pendidikan SD Kecamatan Sambutan359
Gambar 4.3 Peta Analisis Radius Pencapaian Sarana Pendidikan SMP Kecamatan Sambutan
..................................................................................................................................................... 360
Gambar 4.4 Peta Analisis Radius Pencapaian Sarana Kesehatan Kecamatan Sambutan ..... 364
Gambar 4.5 Peta Radius Pelayanan Sarana Peribadatan ........................................................ 373
Gambar 4.6 Peta Radius Pelayanan Perdagangan dan Jasa ................................................... 380
1. Bagaimana fungsi dan peran Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) kota pada
Kecamatan Sambutan?
2. Bangaimana distribusi dan pelayanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) kota pada
Kecamatan Sambutan?
3. Bagaimana permasalahan dan fenomena yang dihadapi Prasarana, Sarana, dan Utilitas
(PSU) kota pada Kecamatan Sambutan?
4. Bagaimana proyeksi proyeksikan kebutuhan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) kota
masyarakat pada Kecamatan Sambutan?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya laporan ini adalah sebagai berikut:
2. Mengidentifikasi kesesuaian fungsi dan peran Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU)
kota pada Kecamatan Sambutan.
3. Mengidentifikasi distribusi dan pelayanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) kota
pada Kecamatan Sambutan.
1.4 Sasaran
Adapun sasaran pada penulisan laporan ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi informasi serta kondisi eksisting terkait aspek jaringan jalan yang
diantaranya dimensi, kelengkapan jalan, kelas jalan, fungsi jalan, dan nama jalan serta
permasalahan jaringan jalan pada Kecamatan Sambutan.
2. Mengidentifikasi informasi terkait aspek jaringan air limbah yang diantaranya sistem
pengolahan, sistem pembuangan, jumlah produksi limbah serta kondisi eksisting pada
aspek jaringan saluran pembuangan air limbah pada Kecamatan Sambutan.
3. Mengidentifikasi informasi dan kondisi eksisting terkait aspek jaringan drainase yang
diantaranya klasifikasi drainase (primer, sekunder, dan tersier) lokasi drainase, lebar
dan kedalaman drainase, bentuk kontruksi serta kondisi perkerasan drainase di
Kecamatan Sambutan.
4. Mengidentifikasi informasi terkait aspek persampahan yang terdiri dari lokasi tempat
pembuangan akhir, produksi sampah tiap hari (ton/hari), lokasi tempat pembuangan
sampah sementara, jenis TPS, daya tampung TPS, jenis kendaraan pembuangan
sampah, trayek pengangkutan Kecamatan Sambutan
5. Mengidentifikasi informasi dan kondisi eksisting terkait sarana pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perniagaan atau perbelanjaan pelayanan umum dan pemerintahan,
kebudayaan, rekreasi dan olahraga, RTH dan pertamanan, parkir, serta pemadam
kebakaran yang meliputi data terkait jumlah sarana, kelengkapan sarana, lokasi sarana,
kondisi di Kecamatan Sambutan.
6. Mengidentifikasi informasi dan kondisi eksisting terkait aspek jaringan air yang
diantaranya jumlah penduduk yang terlayani (pelanggan), distribusi, sumber dan tempat
pengolahan air di Kecamatan Sambutan.
7. Mengidentifikasi informasi dan kondisi eksisting terkait terkait jumlah pelanggan, jenis
jenis SUTT, SUTM dan SUTR, jumlah gardu dan tiang listrik, dan distribusi pelayanan
pada Kecamatan Sambutan.
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
17. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 10 Tahun 2017
23. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Infrastruktur adalah kebutuhan primer bagi kota, dimana manusia sangat bergantung
pada ketersediaan infrastruktur. Kebutuhan tersebut harus terpenuhi untuk dapat
menunjang kehidupan manusia sehari – hari. Sulitnya mewujudkan kebutuhan manusia
yang sesuai dengan standar nasional suatu negara menjadi permasalahan yang harus
ditanggapi. Pemerintah yang berwenang diharapkan mampu memenuhi seluruh kebutuhan
dasar manusia meliputi prasaranan, sarana, dan utillitas.
Prasarana, sarama, dan utilitas memiliki keterkaitan satu sama lain. Dimana
prasarana merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses tertentu. Sarana
merupakan penunjang utama dalam mencapai tujuan. Sedangkan, utilitas adalah penunjang
perencanaan untuk melakukan pelayanan publik. Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan
dalam pembentukan infrastruktur kota agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Berikut
merupakan jenis jenis prasarana, sarana dan utilitas:
Saluran
Pembuangan Kesehatan Listrik
Air Limbah
Pembuangan
Air Hujan/ Peribadatan Telekomunikasi
Drainase
Perniagaan/Per
Persampahan Gas
belanjaan
Pelayanan
Umum dan Transportasi
Pemerintahan
Kebudayaan,
Pemadam
Rekreasi,
Kebakaran
Olahraga
Ruang Terbuka
Penerangan
Hijau dan
Jalan Umum
Pertamanan
Parkir
2. 2 Proyeksi Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Penduduk dapat diartikan sebagai sejumlah
orang yang mendiami suatu daerah tertentu. Apabila di daerah didiami oleh banyak orang
dan menetap di sana, maka itu bisa diartikan sebagai penduduk terlepas warga
negara atau pun bukan. Dapat dikatakan penduduk jika telah berdomisili selama 6 bulan.
𝑚
1 Antar sensus Pm = Po + (Pn – Po) Pn : Jumlah penduduk pada tahun n
𝑛
(intracencal) atau Po : Jumlah penduduk awal
𝑛−𝑚
Pm = Pn – ( ) (Pn – Pm : Jumlah penduduk pada tahun
𝑛
𝑚
2 Setelah sensus Pm = Pn + (Pn – Po) Pn : Jumlah penduduk pada tahun n
𝑛
(Postcencal) atau Po : Jumlah penduduk awal
𝑛+𝑚
Pm = Po + ( ) (Pn – Pm : Jumlah penduduk pada tahun
𝑛
proyeksi)
2. 3 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan (intervensi)
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material
maupun spiritual (Vink, 1975). Lahan merupakan salah satu yang harus dimiliki manusia
untuk dapat membangun sebuah bangunan. Karakteristik dan kemampuan tanah
merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk pemilihan bangunan yang akan didirikan
pada sebuah lahan. Maka dari itu, penggunaan lahan harus diatur secara maksimal.
Lahan dibedakan menjadi 2 yaitu lahan konservasi dan budidaya. Dimana lahan
konservasi memiliki peruntukan tidak diperkenankan membangun suatu bangunan di
atasnya karena merupakan lahan yang dilindungi. Sedangkan, lahan budidaya merupakan
lahan yang dapat dikembangkan menjadi bangunan tertentu yang sesuai dengan
kemampuan lahan. Dalam mengembangkan lahan terdapat batasan – batasan tertentu
tentang pengaturan lahan.
Pelayanan
Pusat Pelayanan
Kesehatan skala
Pemerintahan Pendidikan
Kecamatan
Berdasarkan Rencana Daerah Tata Ruang (RDTR) Kota Samarinda Tahun 2014
pada Kecamatan Sambutan memiliki peruntukan lahan sebagai sub pusat pelayanan kota II
berfungsi untuk pusat pemerintahan, pelayanan kesehatan skala kecamatan, dan pelayanan
pendidikan. Kecamatan Sambutan ditekankan sebagai kawasan strategis kota pada sektor
perdagangan dan jasa.
2. 4 Jaringan Jalan
2.4.1 Definisi Umum Jaringan Jalan
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang jalan, jalan adalah
prasarana yang dibuat untuk menghubungkan transportasi darat yang mana terdiri dari
bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan lainnya yang diperuntukkan bagi
kepentingan lalulintas. Dalam hal ini bangunan pelengkap jalan yang dimaksud adalah
jembatan penghubung, jalan layang, dan jalan bawah. Sedangkan untuk perlengkapan jalan
yang dimaksud adalah rambu – rambu lalulintas, marka jalan, dan lampu pengatur lalu
lintas.
Jaringan jalan primer adalah jalan yang menghubungkan lalulintas antar kota atau
wilayah tingkatr nasional.
Jaringan jalan sekunder adalah jalan yang mengubungkan kawasan dalam kota.
Jalan arteri adalah jalan yang melayani transportasi darat jarak jauh dengan
kecepatan kendaraan tinggi atau cepat serta jalan masuknya dibatasi.
2) Jalan Kolektor
Jalan kolektor adalah jalan yang melayani transportasi jarak sedang atau dalam kota
dan kecepatan kendaraan sedang, artinya tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu pelan.
Jalan kolektor ini biasanya berfungsi sebagai jalan pengumpul atau penghubung menuju
jalan arteri. Jalan masuk pada jaringan jalan ini juga masih di batasi seperti pada jalan
arteri.
3) Jalan Lokal
Jalan lokal adalah jalan yang melayani transportasi jarak dekat atau jalan yang
menghubungkan kawasan dalam kota dan kecepatan kendaraan pada jalan ini rata –
rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal ini biasanya
menghubungkan antara jalan masuk yang ada di jalan lokal ini ke jalan kolektor.
4) Jalan Lingkungan
Menurut Undang – Undang Nomor 38 tahun 2004 jalan lingkungan adalah jalan
umum yang melayani transportasi lingkungan dengan ciri – ciri perjalanan dekat dan
kecepatan kendaraan rendah.
2) Jalan Khusus
Jalan khusus adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalulintas khusus, seperti
lalulintas di komplek perusahaan, komplek pertambangan, komplek perkebunan,
komplek pertahanan dan keamanan, serta jalan saluran minyak dan gas.
Jalan nasional adalah jalan yang dari segi pembinaan jalannya dilakukan oleh
pemerintah pusat, seperti jalan primer dan jalan yang menghubungkan kawasan
strategis nasional.
2) Jalan Provinsi
Jalan provinsi adalah jalan yang dari segi pembinaan jalannya dilakukan oleh
pemerintah pusat dan juga pemerintah provinsi setempat, seperti jalan kolektor primer,
jalan arteri yang menghubungkan kota – kota dengan ibukota provinsi.
3) Jalan Kabupaten/Kota
Jalan kabupaten/kota adalah jalan yang dari segi pembinaan jalannya dilakukan oleh
pemerintah kabupaten atau pemerintah kota setempat, seperti jalan kolektor, jalan lokal,
dan jalan lainnya yang menghubungkan antar kawasan didalam kota atau kabupeten
tersebut.
4) Jalan Desa
Jalan desa adalah jalan yang dari segi pembinaan jalannya dilakukan oleh
pemerintah desa atau aparatur desa, seperti jalan kolektor, jalan gang dan lain
sebagainya.
Jalan aspal atau beton ini adalah jalan yang permukaannya telah menglami
perkerasan secara fisik seperti diasapal atau dibeton. Biasanya jalan yang di aspal atau
dibeton ini adalah jalan primer, jalan arteri, dan jalan kolektor yang pembinaan jalannya
dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.
2) Jalan Kerikil
Jalan kerikil adalah jalan yang permukaannya mengalami perkerasan tetapi tidak
permanen hanya dilapisi kerikil atau pasir yang dicampur batu. Biasanya jalan kerikil ini
merupakan jalan lokal atau jalan desa yang pembinaan jalannya dilakukan oleh
pemerintah desa.
3) Jalan Tanah
Pada gambar 2.3, bagian bagian jalan terdiri dari drainase, trotoar, bahu jalan, Lajur
dan Jalur lalu lintas. Menurut Kementrian Perhubungan Republik Indonesia tahun 2009,
bagian – bagian jalan dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Damija
Damija atau daerah milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pemelihara jalan dengan hak tertentu sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Daerah milik jalan ini
diperuntukkan untuk dimanfaatkan oleh pengguna jalan dan untuk kebutuhan
penambahan jalur lalulintas dikemudian hari.
2) Damaja
Damaja atau disebut juga daerah manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan
yang dibatasi oleh tinggi, lebar, dan kedalaman tertentu yang telah ditetapkan oleh
pemelihara jalan. Ruang tersebut hanya digunakan untuk median jalan, trotoar,
perkerasan jalan, rentang pengaman dan lain – lain.
3) Dawasja
1. Jalan Arteri
seharusnya:
2. Jalan Kolektor
1,5
3–7 1,5 – 2
Lokal (Pejalan
(mobil – (Darurat 0,5 10 – 12 13 4 10,5 -
Sekunder kaki dan
motor ) Parkir)
vegetasi)
1,5
3–6 1 – 1,5
Lokal (Pejalan
(Mobil – (Darurat 0,5 10 – 12 12 4 10 -
Sekunder II kaki dan
motor) Parkir)
vegetasi)
1,2
0,5
Lokal 3 ( Mobil – (Pejalan Khusus
(Darurat 0,5 8 8 3 7
Sekunder III Motor ) kaki dan Pejalan Kaki
Parkir)
vegetasi)
1,5 – 2 Khusus
Lingkungan I 0,5 - 0,5 3,5 – 4 4 2 4
Pejalan Kaki
(Pejalan
1,2
Lingkungan Khusus
(Pejalan 0,5 - 0,5 3,2 4 2 4
II Pejalan Kaki
kaki)
1. Jalan Kelas I
Jalan Kelas I merupakan jalan arteri dan kolektor yang yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak lebih dari 2.500 milimeter, dengan panjang tidak
lebih dari 18.000 milimeter, serta dengan tinggi maksimum 4.200 milimeter. Muatan
kendaraan bermotor maksimum adalah 10 ton.
2. Jalan Kelas II
Jalan Kelas II merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan lebar maksimum 2.500 milimeter, panjang maksimum
12.000 milimeter, tinggi maksimum 4.200 milimeter, dan muatan maksimum 8 ton.
Jalan Kelas III merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan lebar maksimum 2.100 milimeter, panjang
maksimum 9.000 milimeter, tinggi maksimum 3.500 milimeter, dan muatan maksimum
8 ton.
Jalan Kelas Khusus merupakan jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan lebar kendaraan lebih dari 2.500 milimeter, panjang kendaraan lebih dari
18.000 milimeter, tinggi kendaraan maksimum 4.200 milimeter, dan berat muatan
lebih dari 10 ton.
1) Limbah Cair
2) Limbah Padat
Limbah padar adalah sisa hasil produksi baik dari rumah tangga, industri atau kegiatan
hasil produksi lainnya yang berbentuk padat.
3) Limbah Gas
Limbah gas adalah hasil sisa buangan dari proses produksi dalam bentuk gas, seperti
asap kendaraan, asap dari cerobong asap industri dan lain sebagainya.
Sistem pembuangan campuran adalah pembuangan dimana air kotor dan air bekas
dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dibuang dan dialirkan pada satu saluran
Sistem pembuangan terpisah adalah pembuangan dimana air kotor dan air bekas
masing – masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah.
Sistem pengaliran gravitasi adalah air buangan yang dialirkan secara gravitasi atau
dengan mengatur letak dan kemiringan pipa – pipa pembuangan.
Sistem pengaliran bertekanan adalah air buangan yang dikumpulkan dalam bak
penampung dan selanjutnya dipompa keluar dengan menggunakan pompa yang bekerja
secara otomatis.
Kriteria pipa pembuangan air limbah juga diatur dalam Standar Nasional Indonesia.
Dalam hal ini yang mengatur tentang pipa pembuangan air limbah adalah Standar Nasional
Indonesia Nomor 03 – 6481 – 2000, tentang sistem plambing. Kriteria pipa pembuangan air
limbah tersebut adalah sebagai berikut :
1) Ukuran pipa cabang mendatar harus memiliki ukuran yang sama dengan dengan
diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayaninya
2) Ukuran pipa cabang tegak harus memiliki ukuran yang sama dengan diameter cabang
mendatar yang disambungkan kepada pipa tegak tersebut
3) Tidak boleh ada pengecilan ukuran pipa dalam arah air buangan. Tetapi ada
pengecualian pada kloset, dimana lobang keluarnya yang berdiameter 100 mm
dipasang pengecilan pipa sebesar 100 x 75 mm.
4) Pipa pembuangan yang ditanam dibawah tanah atau lantai harus memiliki ukuran
minimal 50 mm
5) Interval cabang adalah jarak pada pipa tegak antara dua titik dimana cabang mendatar
disambungkan pada pipa mendatar tersebut, jarak ini minimal 2,5 m.
Dimana Qr merupakan jumlah produksi air limbah, Fab merupakan faktor timbulan air
buangan masyarakat yang diasumsikan sebesar 50 % hingga 80 %, dimana asumsi ini dikutip
dari pendapat dua orang ahli bernama Metcalf dan Eddy pada tahun 1979 yang mengatakan
bahwa kisaran penggunaan air masyarakat berkisar antara 50 % hingga 80 %. Kemudian Qam
merupakan besar kebutuhan air penduduk pada satu kawasan.
Menurut pendapat H. A. Halim Hasmar (2012), sistem jaringan drainase pada sebuah
kota meliputi:
1) Drainase permukiman
5) Lapangan olahraga
Jaringan drainase terbuka adalah saluran yang memiliki permukaan bebas atau terbuka.
Jaringan drainase terbuka ini memiliki kelebihan yaitu, dapat dengan mudah
membersihkannya jika ada banyak sampah yang menyumbat. Sedangkan kekurangannya
adalah dapat menimbulkanbau yang tidak sedap kepada sekitaran daerah jaringan drainase
ini (Chow, 1989).
Jaringan drainase tertutup adalah saluran yang memiliki permukaan yang tertutup.
Biasanya saluran ini berada dibawah tanah sehingga disebut jaringan drainase tertutup
(Koppelmen, 1994). Sama halnya dengan jaringan drainase terbuka, jaringan drainase
tertutup ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari jaringan drainase
tertutup ini adalah tidak terlalu menimbulkan bau tak sedap hingga ke permukaan,
sedangkan kekurangan dari jaringan drainase tertutup ini adalah akan sulit dan rumit jika
ingin membersihkannya, karena yang letaknya tertutup atau bahkan tertimbun.
Pada sebuah perencanaan jaringan drainase suatu kota, seorang perencana tetap
harus memperhatikan ketentuan yang berlaku. Seperti dikutip dari SNI 03 – 7065 – 2005,
perencanaan pipa jaringan drainase harus memperhatikan ketentuan berikut:
6) Penempatan ujung buntu tidak diperkenankan pada jaringan air hujan, kecuali jika
diperlukan;
8) Soket ganda tidak diperkenankan untuk dipasang pada pipa air hujan;
10) Cabang T pipa air hujan tidak boleh dipasang sebagai cabang masuk pipa air buangan;
dan
11) Tumit atau belokan dengan lobang masuk samping tidak boleh digunakan sebagai
penyambungan ven pipa air hujan
Ketentuan drainase tertutup atau drainase beratap berdasarkan SNI 03 – 7065 – 2005
adalah sebagai berikut :
3) Jumlah luas lubang saringan tidak boleh lebih kecil dari 1,5 kali luas penampang talang
tegak.
Jaringan drainase terbuka adalah saluran yang memiliki permukaan bebas atau terbuka.
Jaringan drainase terbuka ini memiliki kelebihan yaitu, dapat dengan mudah membersihkannya
jika ada banyak sampah yang menyumbat. Sedangkan kekurangannya adalah dapat
menimbulkanbau yang tidak sedap kepada sekitaran daerah jaringan drainase ini ( Chow, 1989
). Pada jaringan drainase ini ini memiliki berbagai bentuk antara lain:
Bentuk Trapesium
Jaringan drainase dengan bentuk trapesium ini biasa digunakan pada lahan yang
relatif luas karena bentuknya yang juga cukup besar.
Jaringan drainase bentuk segi empat ini biasa digunakan pada lahan yang relatif
sempit, tetapi bentuk drainase ini tidak kalah besar dengan bentuk trapesium.
Jaringan drainase dengan bentuk setengah lingkaran ini biasa digunakan pada
kawasan permukiman dengan fungsi sebagai sistem drainase sekunder atau tersier.
Bentuk drainase segitiga ini biasa digunakan pada permukiman untuk drainase
tersier. Jaringan drainase bentuk segitiga ini dapat mengalirkan air walaupun dalam
debit yang kecil, tetapi sulit dalam pemeliharaannya.
Bentuk drainase kombinasi ini merupakan bentuk perpaduan dari dua bentuk
drainase, dimana pada bagian bawah drainase berbentuk segiempat sedangakan
pada bagian atas drainase berbentuk trapesium.
Gambar 2.12 Jaringan Drainase Bentuk Kombinasi Setangah Lingkaran dan Trapesium
Sumber: Google, 2017
Jaringan drainase tertutup adalah saluran yang memiliki permukaan yang tertutup.
Biasanya saluran ini berada dibawah tanah sehingga disebut jaringan drainase tertutup (
Koppelmen, 1994 ). Sama halnya dengan jaringan drainase terbuka, jaringan drainase tertutup
ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari jaringan drainase tertutup ini adalah
tidak terlalu menimbulkan bau tak sedap hingga ke permukaan, sedangkan kekurangan dari
jaringan drainase tertutup ini adalah akan sulit dan rumit jika ingin membersihkannya, karena
yang letaknya tertutup atau bahkan tertimbun. Pada jenis drainase tertutup ini memiliki
beberapa bentuk, antara lain:
Bentuk Lingkaran
Drainase bentuk lingkaran adalah drainase yang memiliki bentuk kontruksi tertutup
dan membentuk satu lingkaran penuh. Dengan menggunakan drainase dengan
bentuk lingkaran memudahkan dalam menghitung debit air yang ada.
Bentuk Persegi
Bentuk drainase ini berbeda dengan bentuk drainase segiempat. Drainase bentuk
persegi ini berbentuk kotak dengan bagian atas tertutup. Bentuk drainase ini lebih
mudah untuk dicetak.
Bentuk drainase ini menyerupai bagian dari tapak kaki kuda, dengan bentuk sedikit
lonjong tetapi bagian bawah datar. Namun bentuk tapal kuda ini jarang ditemui
karena dalam proses realisasinya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
Bentuk drainase ini menyerupai seperti bentuk tapal kuda, hanya saja bentuk
bagian bawahnya menyerupai bagian atasnya, sehingga bentuknya lebih mirip
dengan telur. Bentuk ini sangat cocok untuk daerah yang debit airnya kecil tetapi
bentuk ini membutuhkan biaya yang cukup besar.
1) Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara
alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah jenis ini juga biasa
disebut sampah basah.
2) Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara
biologis. Proses penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut di tempat
khusus, misalnya plastik, kaleng dan styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut
sampah kering.
3) Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) yaitu limbah dari bahan-bahan berbahaya
dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-lain.
1) Open Dumping
Jenis pembuangan akhir yang paling sederhana dengan menggabungkan seluruh jenis
sampah yang tidak dapat diolah kembali pada lokasi yang terbuka, seharusnya penempatan
lokasi open dumping harus berada pada pinggir kota agar tidak mencemari udara pada
lingkungan sekitarnya.
2) Composting
Pengolahan sampah organik dengan proses penguraian secara biologis dari senyawa –
senyawa organik karena adanya mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu agar
dapat menghasilkan pupuk kompos yang berguna untuk penyuburan tanah bagi tanaman.
3) Sanitary Landfill
Jenis pengolahan sampah yang paling ekonomis dengan dampak lingkungan yang
rendah dimana sampah diratakan dan ditimbun dengan pasir yang akan menimbulkan lahan
baru yang dapat dimanfaatkan. Kemudian hasil dari timbunan sampah tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif pembangkit listrik.
4) Incineration
Metode pemusnahan sampah dengan cara dibakar sistem ini dapat mengolah berbagai
jenis sampah dan hasil pembakaran sampah tidak menimbulkan polutan yang mencemari
lingkungan namun langsung diserap dan dibentuk menjadi gas sebagai energi. Akan tetapi,
biaya investasi dan operasional cukup mahal untuk melakukan sekali proses incineration.
5) Recycling
Jenis pengolahan sampah dengan cara mendaur ulang jenis – jenis sampah yang ada
menjadi sebuah bentuk baru yang lebih menarik dengan fungsi dan kegunaan yang telah
ditingkatkan.
Menurut UU No. 18 Tahun 2008, pengangkutan sampah untuk membawa sampah dari
sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari TPS 3R menuju ke
tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat pemrosesan akhir. Pengankutan sampah
1) Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani
sampah.
3) Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area.
4) Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti. Masalah lalu lintas jalur menuju titik sasaran
tujuan sampah
1) Alat pengankut harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring. Tinggi
bak maksimum 1.6 m.
Sarana umum/sosial
Bangunan komersial
TPS tipe II, tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat
angkut sampah yang dilengkapi dengan ruang pemilihan (10 m2),
pengomposan sampah organik (200 m2), gudang (50 m2), Tempat
pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60
m2) dan luas lahan ± 60 – 200 m2.
TPS tipe III, tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat
angkut sampah yang dilengkapi dengan ruang pemilahan (30 m2),
pengomposan sampah (800 m2), gudang (100 m2), tempat pemindah
sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2) dan luas
lahan > 200 m2.
Menurut tabel di atas, tipe dan klasifikasi daya tampung TPS harus sesuai dengan tipe
bangunan dan TPS dengan ketentuan klasifikasi daya tampung yang telah ditetapkan pada
setiap tipe. Kemudian, seperti yang dikutip dari SNI 19 – 3983 – 1995 tentang Spesifikasi
Timbulan Sampah sumber sampah berasal dari :
Tabel 2.5 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-komponen Sumber Sampah
No. Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat (Kg)
Pada tabel di atas, telah disebutkan bahwa sumber timbulan sampah berasal dari rumah
permanen, rumah semi permanen, rumah non permanen, kantor, toko/rumah toko, sekolah,
jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal, dan pasar dengan satuan volume rata
– rata yang ditimbulkan setiap harinya. Selain itu, berdasarkan klasifikasi kota terhadap sampah
yang timbulkan dengan satuan volume sebagai berikut.
Tabel 2.6 Klasifikasi Kota Terhadap Sampah
Satuan
Dapat diketahui dari tabel di atas, bahwa klasifikasi kota terhadap sampah dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu kota sedang dan kota kecil dengan satuan volume sampah
yang telah dirata – ratakan setiap hari. Jika menurut SNI 03 – 1733 – 2004 terdapat klasifikasi
kebutuhan prasarana persampahan yang harus terpenuhi sebagai berikut.
Tabel 2.7 Kebutuhan Prasarana Persampahan
Prasarana
Lingkup
Sarana Keterangan
Prasarana Status Dimensi
pelengkap
Rumah (5 -
Tong sampah Pribadi -
jiwa)
Gerobak
sampah 2 m3 Gerobak
RW (2.500
TPS mengangkut 3x
jiwa) Bak sampah 6 m3 seminggu
kecil
Mobil Mobil
Kecamatan TPS/TPA -
Bak sampah mengangkut 3x
(120.000 jiwa) lokal 25 m 3
besar seminggu
Bak sampah
Kota akhir
(>480.000 TPA -
jiwa) Tempat daur
ulang sampah
2) Pendidikan Non Formal 3 Pendidikan Non formal dapat didefinisikan sebagai jalur
pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang.
3) Pendidikan Informal Pendidikan adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang
yang berbentuk secara mandiri.kegiatan
1) Taman Kanak – kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan
mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain,
yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan.
3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan
dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun sesudah Sekolah Dasar (SD).
5) Sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan
umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana
untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta
sarana penunjang pendidikan.
2 Sekolah Dasar
Memiliki minimal 6 ruang kelas @ 25-30 murid. Dilengkapi
3 SLTP dengan ruang-ruang lain dan ruang terbuka / bermain ± 3000 –
7000 m2
4 SMU
Tipe A 12 480
Tipe C 6 240
Tipe A 27 1.080
Dekat dengan lokasi
SLTP/SMP Tipe B 18 720 ruang terbuka
lingkungan
Tipe C 9 360
Tipe A 27 1.080
Tipe C 9 360
Pada tabel diatas, standarisasi tipe sarana pendidikan mulai dari jenjang pendidikan
SD/MI, SLTP/SMP, hingga SMU ditetapkan berdasarkan rombongan belajar dan peserta
pendidikan yang harus dipenuhi dengan ketentuan lokasi dekat dengan lokasi ruang terbuka
lingkungan. Kemudian, akreditasi sekolah dapat ditentukan dengan mengetahui kebutuhan luas
lantai dan lahan sarana pendidikan sebagai berikut.
Tabel 2.10 Kebutuhan Luas Lantai dan Lahan Sarana Pendidikan Menurut Tipe Sekolah
3 lantai : 5.000
Berdasarkan penjelasan tabel diatas, kebutuhan luas lantai dan lahan sarana
pendidikan akan menentukan tipe sekolah menurut akreditasi sekolah sesuai dengan jenjang
tingkatan sekolah. Dapat dilihat dari jumlah minimal rombongan belajar, peserta didik, luas
ruang minimum, dan luas lahan minimum.
Ditengah kelompok
Dapat bergabung dengan
1 Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 tetangga tidak
balai atau sarana hunian
mnyebrang jalan
Dapat dijangkau
BKIA/ klinik
3 30.000 1500 3.000 0,1 4000 m dngan kendaran
bersalin
umum
Mesjid
3. Lingkungan 30.000 1.800 3.600 0,12 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
(Kelurahan)
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang
terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah
negara dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan
atau kompensasi.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Jasa adalah setiap layanan dan
unjuk kerja berbentuk pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu
pihak ke pihak lain dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku Usaha.
Akan tetapi, menurut deskripsi umum SNI Nomor 03-1733 Tahun 2004 Sarana
perdagangan dan jasa ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana
yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang
ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya
terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana
yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Menurut Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 2 Tahun 2014 indikasi program
untuk perwujudan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa di Kota Samarinda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
1) Penataan kawasan perdagangan dan jasa terutama pada pusat dan sub-sub pusat
pelayanan kota;
3) Penataan kawasan pertokoan yang bersifat linear di sepanjang ruas jalan; dan
4) Program pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di wilayah kota yang tersebar
di setiap kecamatan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pusat
Pelayanan Kota (PPK) Pasal 8 bahwa :
1) PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a ditetapkan sebagai pusat pelayanan
perdagangan dan jasa skala regional di sebagian Kecamatan Samarinda Kota,
Kelurahan Bugis dan sebagian Kecamatan Samarinda Ulu, di Kelurahan Sidodadi.
1) Pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa berskala regional dan kota
di Kecamatan Samarinda Kota dan Kecamatan Samarinda Ulu.
1) Zona perdagangan dan jasa skala regional difungsikan untuk kegiatan perdagangan
besar dan eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa hiburan
dan rekreasi serta jasa kemasyarakatan; dan
2) Zona perdagangan dan jasa skala lokal difungsikan untuk kegiatan perdagangan
eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa hiburan dan
rekreasi serta jasa kemasyarakatan.
Kebutuhan Per
Kriteria
Satuan Sarana
Jumlah
Standar
No. Jenis Sarana Penduduk Luas
Luas Lantai (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
Pendukung Lahan
Min (m2) Pencapaian Penyelesaian
(Jiwa) Min (m2)
Ditengah
100 kelompok
50
(bila tetangga. Dapat
1 Toko/Warung 250 (termasuk 0,4 300 m2
berdiri merupakan
gudang)
sendiri) bagian dari
sarana lain
Di pusat kegiatan
Sub lingkungan.
Dapat berbentuk
P&D
Pusat
Dapat dijangkau
Pertokoan +
3 30.000 10.000 10.000 0,33 - dengan
Pasar
kendaraan umum
Lingkungan
Pusat
Perbelanjaan Terletak dijalan
dan Niaga utama. Termasuk
4 (toko + pasar 120.000 36.000 36.000 0,3 - sarana parkir
sesuai ketentuan
+ bank
setempat
+kantor)
Pusat
Pertokoan + Dapat dijangkau dengan kendaraan
3. 30.00 13.500 10.000 0,33 -
Pasar umum.
Lingkungan
Pusat
melayani masyarakat.
2) Kantor pelayanan utlitas umum dan jasa, seperti layanan air bersih (PAM), listrik
(PLN), telepon, dan pos.
3) Pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan, seperti pos keamanan dan pos
pemadam kebakaran.
Balai Di tengah
1 0,12 150 300
Pertemuan kelompok
bangunan
hunian warga,
2 Pos Hansip 0,06 6 12 ataupun di akses
keluar/masuk
dari kelompok
bangunan. Dapat
berintegrasi
3 Gardu Listrik 20
dengan bangunan
sarana yang lain.
Lokasi dan
bangunannya
RT/RW
500 m2
2.500
harus
mempertimbangk
an
0,012 30
keamanan dan
Telepon
kenyamanan
4 Umum, Bis -
Surat sekitar.
Lokasinya disebar
pada titik-
pusat lingkungan.
Dilokasikan dapat
melayani
kebutuhan
bangunan sarana
5 Parkir Umum 0,04 - 100 - kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa balai
pertemuan
warga.
Dapat dijangkau
Kantor
6 0,033 500 1.000 dengan
Kelurahan
kendaraan
umum.
Beberapa sarana
dapat
Kelurahan
30.000
7 Pos Kamtib -
digabung dalam
satu atau
0,006 72 200
kelompok
8 pemadam
tapak yang sama.
kebakaran
Agen layanan pos
dapat bekerja
Agen
sama dengan
9 pelayanan 0,0024 36 72
pihak yang mau
pos
berinvestasi dan
bergabung
Loket
dengan sarana
10 pembayaran
lain dalam bentuk
air bersih
wartel, warnet,
0,002 21 60 atau warpostel.
Loket
Loket
11 pembayaran
pembayaran air
listrik
bersih dan listrik
lebih baik saling
bersebelahan.
telepon
umum, Lokasinya disebar
pusat lingkungan.
Dilokasikan dapat
melayani
Kecamatan
kebutuhan
120.000
berupa geduang
serba guna / balai
karang taruna.
Kantor
14 0,02 1.000 2.500
kecamatan Dapat dijangkau
dengan
15 kantor polisi
kendaraan
pos 0,001 500 1.000 umum.
16 pemadam
Beberapa sarana
kebakaran
dapat digabung
dalam satu atau
kantor pos
17 0,004 250 500 kelompok
pembantu
bangunan pada
tapak yang sama.
Stasiun
telepon Lokasinya
otomat dan mempertimbangk
18 agen 0,008 500 1.000 3-5 km an kemudahan
pelayan-an dijangkau dari
gangguan lingkungan luar.
telepon
2.13.2 Rekreasi
Rekreasi sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang untuk tujuan tertentu,
diantaranya adalah penyegaran sikap dan mental, kepuasan, serta kesenangan yang bisa
memulihkan kekuatan fisik maupun mental (Krippendorf, 1994). Kegiatan yang sering
dilakukan untuk berekreasi adalah berpariwisata, bermain, berolahraga, dan menyalurkan
hobi. Kegiatan rekreasi lebih sering dilakukan pada akhir pekan. Rekreasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu rekreasi ditempat tertutup (in door) dan rekreasi ditempat terbuka (out
door). Kegiatan ini memiliki tujuan yaitu, mengisi waktu luang ketika sesorang sedang tidak
melakukan pekerjaan, memperoleh kesegajaran jasmani (berolahraga), melepaskan rasa
penat dan bosan, dan untuk tujuan sosial karena saat berekreasi dapat berinteraksi dengan
orang sekitar dan melakukan kegiatan aktif berkelompok.
Kegiatan rekreasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang dipaparkan oleh
Bovy dan Lawson (1997) yaitu :
Pada masyarakat dengan kelompok sosial tertentu (elite) akan berbeda dengan
rekreasi masyarakat pada umumnya karena perbedaan fasilitas yang dimiliki.
Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin akan berbeda dengan remaja putra dan
berbeda pula dengan kegiatan rekreasi orang dewasa.
3) Faktor Pranata
1) Berupa kegiatan
2) Bentuknya bervariasi
5) Bersifat sukarela
7) Fleksibel
9) Produk sampingan
Dalam buku berjudul “Recreation Development Hand Book” (1981), terdapat tipe-tipe
tempat rekreasi yaitu :
1) Resort/Residential Community
2) Theme Park
Michael Sorkin (1992) mengatakan bahwa Theme Park sebagai ‘dunia’ atau tempat
yang memiliki ciri antara lain tidak terikat pada geografi tertentu, lingkungan yang
terkontrol dan teramati, memberikan simulasi tanpa henti.
3) Commercial Recreational
4) Supplemental Recreational
Fasilitas rekreasi yang ditujukan sebagai tambahan dari fungsi utama sebuah
kawasan perumahan ataupun komeril, seperti kolam renang, golf course, dan
sebagainya.
2.13.3 Pariwisata
Secara umum, pariwisata diartikan sebagai suatu aktivitas dengan tujuan untuk
menikmati suasana baru yang berbeda dengan aktivitas biasanya. Menurut Mathieson &
Wall (1982), pariwisata adalah serangkaian aktivitas berupa perpindahan orang untuk
sementara waktu ke suatu tujuan di luar tempat tinggal maupun tempat kerjanya, aktivitas
yang dilakukannya selama tinggal di tempat tujuan tersebut dan kemudahan-kemudahan
yang disediakan untuk memenuhi kebutuhannya baik selama dalam perjalanan maupun di
lokasi tujuannya. Sedangkan Sinaga (2010) menyatakan bahwa pariwisata ialah suatu
perjalanan yang terencana, yang dilakukan secara individu maupun kelompok dari satu
tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan suatu bentuk kepuasan dan
kesenangan semata.
Dari laporan dan analisis World Tourism Organization (WTO) diperoleh bahwa
sumbangan pariwisata amat berarti bagi penciptaan lapangan kerja, hal ini sesuai dengan
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, dimana adanya pariwisata
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran.
Adapun fungsi dari kepariwisataan ialah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan
intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan
pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Fasilitas pariwisata diciptakan guna mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Adapun menurut A. Yoeti (1985) ialah daya tarik
2.13.4 Olahraga
Menurut Wirjasantosa (1984), fasilitas olahraga adalah suatu bentuk yang permanen,
bisa digunakna di dalam ruangan ataupun di luar ruangan. Contohnya, kolam renang,
lapangn basket, tenis dan permainan lainnya. Hal ini senada dengan pendapat Soepartono
(2000), yang mengatakan sarana olahraga adalah sesuatu yang dapat digunakan atau
dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sementara
itu, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional
menjelaskan bahwa sarana olahraga ialah peralatan dan perlengkapan yang digunakan
untuk kegiatan olahraga.
Penetapan jenis atau macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah
sangat tergantung pada konsisi setempat/area tersebut, yaitu menyangkut faktor-faktor tata
kehidupan penduduknya dan struktur sosial penduduknya.
Balai
2. serbaguna/balai 30.000 250 500 0,017 100 Di pusat lingkungan
karang taruna
Gedung
3. 120.000 1.500 3.000 0,025 100 Dapat dijangkau dengan kendaraan
serbaguna
Menurut Chafid Fandeli (2002) Ruang Terbuka Hijau merupakan bagian dari
penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota
terdiri atas pertamanan kota, kawaan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota,
kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasan hijau pekarangan. Ruang Terbuka Hijau
diklasifikasikan berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur
vegetasinya.
Idealnya sebuah kota memiliki RTH minimal 30% dari total luas kota, mengacu pada
KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil (1992), dan dipertegas pada KTT Johannesburg, Afrika
Selatan (2002). Bagi wilayah dengan ciri kekotaan kuat, senantiasa akan dihadapkan pada
kondisi semakin menurunnya kualitas dan kuantitas RTH yang dapat dialokasikan, karena
desakan pertumbuhan sarana dan prasarana kota, sebagai konsekuensi dari dinamika
meningkatnya kebutuhan warga kota akan wadah kegiatan.
Adapun dalam SNI 03-1733-2004, bahwa ruang terbuka hijau yang populasinya
didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam
pemanfaatan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan
penyangga kehidupan wilayah perkotaan.
Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-
paru kota), pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancer, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia
habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai
dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air,
keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
Manfaat RTH sebagian besar dihasilkan dari adanya fungsi ekologis. Penyeimbang
antara lingkungan alam dan buatan, yaitu sebagai „penjaja‟ fungsi kelestarian lingkungan
pada media air, tanah dan udara, serta konservasi sumber daya hayati flora dan fauna.
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008).
Sementara menurut Hakim dan Utomo (2004) berpendapat bahwa manfaat RTH
di wilayah perkotaan ialah sebagai berikut :
5) Sebagai area resapan air untuk mengurangi aliran air, menangkap dan menyimpan
air, menjaga keseimbangan tanah untuk menjamin kesuburan tanah serta sebagai
area sirkulasi udara perkotaan.
Untuk fungsi-fungsi
Disesuaikan 12.5 Disesuaikan dengan kebutuhan
tertentu
4) Pemendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan
terbuka hijau kawasan perkotaan menyatakan bahwa luas minimal RTH kawasan
perkotaan adalah 20% dari luas wilayahnya.
6) PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan kriteria ruang terbuka hijau
kota yaitu lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua puluh lima ratus) meter
persegi; berbentuk satu hamparan, terbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan.
84
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Penentuan satuan ruang parkir dibagi atas 3 jenis kendaraan dan berdasarkan SRP
untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi 3 golongan seperti disajikan pada tabel di
bawah ini.
85
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Gambar 2.17 Satuan Ruang Parkir untuk Penderita Cacat dan Ambulance
Sumber : Departemen Perhubungan, 1998
86
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Gambar 2.19 Satuan Ruang Parkir Sepeda Motor
Sumber : Departemen Perhubungan, 1998
Kebutuhan Lahan Parkir Menurut studi kebutuhan lahan parkir yang dilakukan oleh
Indian Road Congress (1973), dirumuskan sebuah persyaratan untuk perparkiran seperti
tercantum dalam tabel dibawah ini.
1. Gedung perkantoran dan pendidikan 1 tempat parkir untuk tiap 70 m 2 luas lantai
2. Gedung toko dan pasar 1 tempat parkir untuk tiap 80 m 2 luas lantai
5. Gedung hotel bintang 4 dan 5 1 tempat parkir untuk tiap 4 kamar tiidur
87
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
6. Gedung hotel bintang 3 1 tempat parkir untuk tiap 8 kamar tidur
Selanjutnya, ada studi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat pada
Tahun 1998 mengenai kegiatan dan standar-standar kebutuhan parkir antara lain sebagai
berikut.
Tabel 2.25 Kebutuhan SRP di Pusat Perdagangan, Perkantoran, dan Pendidikan / Perguruan
Tinggi
Kebutuhan SRP di Pusat Perdagangan
88
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
2.15.4 Cara dan Jenis Parkir
Menurut Sofyan (2002), cara dan jenis parkir dapat dikelompokan menjadi tiga jenis,
yaitu pertama, menurut penempatannya. Menurut cara penempatannya dapat di bagi menjadi
dua, yaitu parkir di tepi jalan dan di luar jalan. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada penjelasan
dibawah ini.
Parkir di tepi jalan (on street parking) adalah parkir yang mengambil tempat di
sepanjang badan jalan dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir
di tepi jalan ini baik untuk pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk
lokasi yang intensitas penggunaan lahan yang tinggi, cara ini kurang menguntungkan.
Parkir di luar jalan ini menempati pelataran parkir tertentu di luar badan jalan, baik itu di
bangunan khusus parkir ataupun di halaman terbuka. Beberapa jenis parkir di luar jalan
diantaranya adalah gedung parkir atau basement, yaitu ruang parkir pada suatu bagian
bangunan dan pelataran parkir, yaitu ruang parkir pada suatu bidang tanah di luar badan
jalan.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, berkaitan dengan parkir di luar jalan ini,
yaitu penyediaan petak parkir yang optimal, peningkatan efisiensi pengendara pada saat keluar-
masuk ruang parkir, menciptakan suasana yang aman dan nyaman, dan menata pintu masuk
dan keluar fasilitas parkir dengan jalur pejalan kaki atau arus lalu lintas setempat agar nyaman
dan aman. Keunggulan parkir off street dibandingkan dengan parkir on street adalah tingkat
keamanannya terjamin, tidak mengganggu lalu lintas, dan memiliki keleluasaan dalam
pengaturan petak parkir dalam usaha memaksimalkan kapasitas lahan parkir. Di samping
keunggulan ada juga kelemahan dari parkir off street yaitu, jarak berjalan kaki menuju tempat
tujuan akan lebih jauh, kecuali untuk ruang parkir yang menyatu atau merupakan bagian dari
bangunan atau gedung yang dituju. Selain itu pendestrianpun harus diperhatikan, karena
dengan jauhnya pengunjung berjalan ketempat tujuan, maka tingkat pelayanan bagi para
pejalan kaki pun harus diperhatikan seperti trotoar, jembatan penyebrangan, zebracross, dan
lain-lain.
89
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
a. Parkir di tepi jalan (on street parking) b. Parkir di luar jalan (off street parking)
Kedua, parkir menurut jenis kendaraan, terdapat beberapa golongan, diantaranya yaitu :
4) Parkir untuk kendaraan roda tiga atau lebih yang bermesin (mobil, bemo, bajaj, truk, dan
lain-lain).
Pemisahan ruang parkir ini bertujuan agar pelayanannya dapat lebih mudah dan tidak
terjadi keruwetan/kesemrawutan di ruang parkir. Di samping itu juga dapat memaksimalkan
kapasitas yang ada dari petak parkir tersebut.
Ketiga, menurut jenis kepemilikan dan pengoperasiannya. Cara dan jenis parkir ini dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu :
2) Parkir milik pemerintah daerah dan yang mengoperasikannya adalah pihak swasta.
90
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Menurut Munawar (2004), dalam bukunya Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, tata letak
areal parkir kendaraan dapat dibuat bervariasi, tergantung pada ketersediaan bentuk dan
ukuran tempat serta jumlah dan letak pintu masuk dan keluar. Tata letak area parkir dapat
digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
91
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
1) Pintu masuk dan keluar terpisah dan terletak pada satu ruas jalan.
Gambar 2.21 Tata Letak Pelataran Parkir dengan Posisi Pintu Masuk Terpisah dan Terletak
pada Satu Ruas Jalan
2) Pintu masuk dan keluar terpisah dan tidak terletak pada satu ruas.
Gambar 2.22 Tata Letak Pelatarakan Parkir dengan Posisi Masuk dan Keluar Terpisah dan
Terletak Tidak pada Satu Ruas Jalan
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat (1996)
Gambar 2.23 Tata Letak Pelataran Parkir dengan Posisi Pintu Masuk dan Keluar Menyatu dan
Terletak pada Satu Ruas Jalan
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat (1996)
92
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
4) Pintu masuk dan keluar yang menjadi satu letak pada ruas yang berbeda
Gambar 2.24 Tata Letak Pelataran Parkir dengan Posisi Pintu Masuk dan Keluar Menyatu dan
Terletak pada Ruas Jalan yang Berbeda
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat (1996)
Pola parkir ini mempunyai daya tamping lebih banyak jika dibandingkan dengan pola
parkir parallel, tetapi kemudahan dan kenyamanan pengemudi melakukan maneuver
masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika dibandingkan dengan pola parkir
dengan sudut yang lebih kecil dari 90˚.
93
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Gambar 2.25 Parkir Mobil Satu Sisis Sudut 90
Sumber : Departemen Perhubungan, 1998
Pola parkir ini mempunyai daya tamping lebih banyak jika dibandingkan dengan pola
parkir parallel, dan kemudahan dan kenyamanan pengemudi melakukan maneuver
masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih besar jika dibandingkan dengan pola parkir
dengan sudut 90.
Gambar 2.26 Parkir Mobil Satu Sisi Sudut 30, 45, dan 60
Sumber : Departemen Perhubungan, 1998
Pada pola parkir ini, arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah atau pun
dua arah.
94
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Gambar 2.27 Parkir Mobil Dua Sisi Sudut 90
Sumber : Departemen Perhubungan, 1998
Gambar 2.28 Parkir Mobil Dua Sisi Sudut 30, 45, dan 60
Sumber : Departemen Perhubungan, 1998
95
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
b) Membentuk sudut 45
96
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
1) Pola Parkir Satu Sisi
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadai (lebar ruas > 5,6 m)
97
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Keterangan : h = jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir
98
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
2.16.1 Jenis elemen perencanaan
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a) kebutuhan daya listrik; dan
b) jaringan listrik.
99
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Fasilitas Umum tingkat perkotaan lingkungan tiap 5000 watt
1000m
Rumah Tangga 170 watt/jiwa
Fasilitas Umum 80 KVA/Ha
Fasilitas Perdagangan dan Industri 200 KVA/Ha
Industri 250 KVA/Ha
2.16.3 Sistem Jaringan Kelistrikan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda telah menetapkan jaringan
energi/kelistrikan di Kota Samarinda, tertuang pada pasal 20 tentang sistem jaringan Energi/
kelistrikan.
(1) Penunjang penyediaan energi listrik dan pemenuhan energi lainnya, terdiri atas:
a. pembangkit tenaga listrik;
b. gardu induk;
100
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
a) Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi
Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi atau yang disigkat dengan GITET memiliki
kapasitas 275 KV dan 500 KV. Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah
tranformator daya masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan dilengkapi peralatan rekator
yang berfungsi mengkompensasikan daya rekatif jaringan
101
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
2.16.6 Jenis jenis Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
a. SUTET sirkit tunggal
SUTET 500kV sirkit tunggal, biasanya terdiri dari dua tower, memiliki konfigurasi
pemasangan konduktor yang berjajar secara horisontal. Pertimbangan menggunakan
sistem sirkit tunggal adalah untuk memperkecil dari gangguan sambaran petir,
disamping juga pertimbangan geografis pegunungan.
102
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Gambar 2.39 Sutet Sirkit Ganda
Sumber : PLN (1981)
2) Tiang akhir
Tiang Akhir/ awal adalah tiang yang dipasang ada permulaan atau akhir
penarikan kawat penghantar jaringan listrik.
103
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Gambar 2.41 Tiang Akhir
Sumber : Achmad.2012; Jenis Jenis Tiang dan penopang pada saluran udara tegangan menengah SUTM
20 kV. Makassar. Universitas Negeri Makassar
Keterangan gambar:
1. Kawat AAAC
2. Suspension
3. Cross arm UNP
4. Tap Connector
3) Tiang Sudut
Tiang sudut berada pada posisi belokan atau tikunan jalur jaringan
104
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Sumber: Achmad.2012; Jenis Jenis Tiang dan penopang pada saluran udara tegangan menengah SUTM
20 kV. Makassar. Universitas Negeri Makassar
Keterangan gambar
1. Kawat AAAC
2. Insulator 20kV
3. Cross arm
4) Tiang Percabangan
Tiang percabangan adalah tiang dengan perlengkapan travers dan isolator untuk
membuat percbangan jaringan. Tiang percabangan biasanya dipasang pada
persimpangan jalan
5) Tiang Penegang
Tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus, biasanya dipasang untuk setiap
sepuluh penyangga
105
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Gambar 2.44 Tiang Penegang
Sumber : Achmad.2012; Jenis Jenis Tiang dan penopang pada saluran udara tegangan
menengah SUTM 20 kV. Makassar. Universitas Negeri Makassar
Keterangan gambar
1. Suspension
2. Cross arm UNP
3. Tension clamp
4. Kawat AAAC
106
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
2.17.2 Persyaratan, kriteria dan kebutuhan
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah berdasarkan
SNI 03-1733-2004 sebagai berikut:
a) Penyediaan kebutuhan air bersih
1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air
minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
2) Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air
bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau
sambungan halaman.
b) Penyediaan jaringan air bersih
1) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah;
2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass; dan
3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
c) Penyediaan kran umum
1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2) radius pelayanan maksimum 100 meter;
3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan
4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang Tata
Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
d) Penyediaan hidran kebakaran
1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur
kebakaran; dan
5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara
Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Rumah dan Gedung.
a) Cara pemasangan sistem hidran gedung. - Peralatan dan komponen sistem
hidran gedung :
hidran yang terdiri dari kotak hidran dan kopling pengeluaran aliran air;
pompa dan instalasinya, perpipaan.
1) Jumlah dan perletakan hidran gedung disesuaikan dengan klasifikasi
bangunan dan luas lantai ruangan yang dilindungi oleh hidran.
2) Debit air : minimum 400 liter/menit dan minimum tekanan pada titik tertinggi
sebesar 4,5 kg/cm2 - Diameter slang : minimum 3,75 cm (1,5 inch)
107
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
3) Diameter pipa tegak : untuk klasifikasi A, B, ( 5 cm, klasifikasi D ( 6,25 cm. -
Ukuran kotak hidran : panjang 52 cm, lebar 15 cm dan tinggi 66 cm -
Kopling pengeluaran aliran air: hidran gedung dengan pipa tegak yang
berdiameter minimum 10 cm hams mempunyai kopling pengeluaran
aliran air berdiameter minimum 6,25 cm yang sejenis dengan kopling
peralatan unit mobil pemadam kebakaran .
4) Persyaratan bahan : harus baru, berkualitas baik, minimum kelas medium,
memenuhi spesifikasi bahan bangunan dalam SKBI dan Sll, bahan pipa
dan fitting terdiri dari baja, baja galvanis, besi tuang dan tembaga, bahan
komponen hidran terdiri dari kotak hidran, slang gulung, pipa pemancar,
pipa hidran.
( JIWA )
1 2 3 4 5 6
1. Konsumsi Unit
Sambungan > 150 150 - 120 90 - 120 80 - 120 60 - 80
Rumah (SR) (
liter/org/hari )
108
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH
PENDUDUK
( JIWA )
( liter/org/hari )
a Niaga Kecil
. (liter/unit/hari) 600 – 900 600 – 900 600
0.2 – 0.8
Industri Besar
c. (liter/detik/ha) 0.2 – 0.8 0.2 – 0.8
d Pariwisata
. (liter/detik/ha) 0.1 – 0.3 0.1 – 0.3 0.1 – 0.3
4
. Kehilangan Air ( % ) 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30
6 1.75 – 1.75 –
. Faktor Jam Puncak 1.75 – 2.0 2.0 2.0 1.75 1.75
109
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH
PENDUDUK
( JIWA )
9 Sisa Tekan Di
. penyediaan
Distribusi ( Meter ) 10 10 10 10 10
Day
Demand )
12. SR : HU 50 : 50 50 : 50
s/d s/d 80 : 20 70 : 30 70 : 30
80 : 20 80 : 20
110
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
b. Sektor Non Domestik
Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU dapat dilihat dalam
Tabel 2, 3 dan 4 berikut ini :
Tabel 2.29 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori I, II, III, IV
SEKTOR NILAI SATUAN
Sekolah 10 liter/murid/hari
Sekolah 5 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/bed/hari
111
PROFIL KAWASAN KECAMATAN SAMBUTAN, KOTA SAMARINDA
Tabel 2.31 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori lain
SEKTOR NILAI SATUAN
Pelabuhan 50 liter/orang/detik
Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk merencanakan penyediaan sambungan
telepon rumah tangga adalah:
a. RTRW kota dan perkembangan lokasi yang direncanakan, berkaitan dengan
kebutuhan sambungan telepon.
b. Tingkat pendapatan keluarga dna kegiatan rumah tangga untuk mengasumsikan
kebutuhan sambungan telepon pada kawasan yang direncanakan.
c. Jarak tyerjauh rumah yang direncanakan terhadap STO berkaitan dengan kebutuhan
STO pada kawasan yang direncanakan.
d. Kapasitas terpasang STO yang ada Teknologi jaringan telepon yang diterapkan,
berkaitan radius pelayanan.
1) Diameter dan kapasitas dari sistem perpipaan harus memenuhi persyaratan daya
tahan pipa itu sendiri. Orientasi desain harus memikirkan jangka panjang
penggunaan pipa dan tidak hanya ditargetkan untuk jangka pendek.
5) Desain dan rute jalur pipa harus memenuhi persyaratan perawatan dan operasional
di kemudian hari.
Pelaksanaan pemasangan jaringan pipa gas harus sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku di Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas Bumi, Kementerian
ESDM. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1) Jaringan pipa yang akan dipasang harus memenuhi standar dan spesifikasi teknis,
seperti yang tertuang pada SNI WAJIB 13-3473-2002 tentang Sistem Perpipaan
Transmisi dan Distribusi Gas. Hal ini mencakup pipa dan material yang akan
digunakan, diameter pipa, rute atau lokasi yang ditentukan, tekanan yang diperlukan,
sistem penyambungan pipa, dan pengamanan pipa yang terpasang.
2) Perlintasan dengan jaringan di bawah tanah, bila pipa gas berlintasan dengan utilitas
lain, maka pipa harus dipasang di bawah utilitas tersebut dengan jarak minimal
sesuai dengan ketentuan dalam SNI. Selain itu, jarak minimal 1 m diberlakukan bila
berlintasan dengan pipa gas lain. Bila pipa gas sejajar dengan jaringan lain, maka
pipa harus diberi jarak minimal 2 m.
5) Pipa diatas sungai dapat dipasang di atas sungai dengan syarat harus ada risk
analysis sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
300/K/38/MPE/1997 tentang Keselamatan Kerja Pipa Pengalur Minyak dan Gas
Bumi. Ada cara khusus untuk melaksanakan perlintasan dengan sungai, yaitu
dengan jembatan atau melalui dasar sungai dengan menggunakan sinker. Namun,
beberapa hal harus diperhatikan :
a) Bila pipa gas diseberangkan lewat atas tanah, maka digunakan jembatan yang
dipasang safety guard pada kedua ujung jembatan.
b) Bila pipa gas diseberangkan lewat dasar sungai, maka digunakan sistem
pemberat (sinker). Fungsi sinker adalah untuk menahan pipa gas agar tidak
terangkat dan bergeser dari posisi pemasangan akibat tekanan air ke atas.
c) Selain cara khusus di atas, ada cara lain, yaitu dengan ditanam dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 2 m di bawah dasar normalisasi sungai.
Status lahan yang digunakan untuk pemasangan pipa distribusi gas bumi sebagian
besar milik pemerintah daerah (pemda) setempat. Hanya sebagaian kecil menggunakan
lahan milik penduduk, yaitu pekarangan rumah yang akan dimasuki jaringan pipa gas.
Pipa distribusi gas umumnya ditanam di dalam tanah dengan kedalaman di atas 1 m
sehingga tidak mengganggu tata guna lahan di atasnya.
Tahap kegiatan pengeoperasian jaringan pipa distribusi yang telah dibangun. Tahap
ini terdiri atas :
Pada kondisi normal, jaringan pipa distribusi dioperasikan pada tekanan yang sesuai
dengan tekanan yang dibutuhkan. Alat pengatur tekanan pada distirbusi tekanan rendah
adalah Matering and Regulating Station (MR/S), sedangkan untuk menurunkan tekanan
pada meter konsumen rumah tangga menggunakan sevice regulator. Tekanan operasi
boleh maksimum (TOBM) harus lebih kecil dari :
c) Tekanan aman maksimum yang dialami oleh sistem jaringan pipa yang
didasarkan pada pengoperasioan dan pemeliharaan.
Sumber : Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 300 K/38/ MPE/1997
Tekanan operasi sistem jaringan pipa dikelompokan menjadi 3 (tiga) katagori, seperti
di bawah ini :
Tabel 2.33 Kriteria Pembagian Tekanan Sistem Jaringan Pipa Distribusi Gas
Tekanan Operasi Kategori Sistem
Sumber : Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 300 K/38/ MPE/1997
1) Sistem jaringan sirkulasi kendaraan pribadi dan kendaraan umum berikut terminal /
perhentiannya;
2. Marka Jalan;
Marka jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas, memperingatkan, atau menuntun
pengguna jalan dalam berlalu lintas berupa peralatan atau tanda. Peralatan
sebagaimana dimaksud berupa paku jalan, alat pengarah lalu lintas, dan pembagi lajur
atau jalur. Tanda sebagaimana dimaksud berupa marka membujur, marka melintang,
marka serong, marka lambang, marka kotak kuning, dan marka lainnya. Marka Jalan
yang dinyatakan dengan garis-garis pada permukaan jalan dapat dilengkapi dengan
paku jalan. Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dapat
berwarna:
d) Marka Jalan warna lainnya sebagaimana adalah Marka Jalan selain warna
putih, kuning, dan merah yang menyatakan daerah kepentingan khusus yang
harus dilengkapi dengan rambu dan/atau petunjuk yang dinyatakan dengan
tegas.
c) Marka membujur berupa garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis
putus-putus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf c menyatakan
bahwa kendaraan yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis
ganda, dan kendaraan yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi
garis ganda
d) Marka membujur berupa garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf d menyatakan bahwa kendaraan
dilarang melintasi garis ganda tersebut.
a) Marka melintang berupa garis utuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a menyatakan batas berhenti bagi kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh
alat pemberi isyarat lalu lintas, rambu berhenti, tempat penyeberangan, atau
zebra cross.
a) Garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh digunakan untuk
menyatakan:
c) Pemberitahuan awal akan melalui pulau lalu lintas atau median jalan;
e) Garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis putusputus, digunakan untuk
menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai
mendapat kepastian selamat
Berdasaran pasal 33 ayat 3 marka lambang dapat berupa panah, gambar, segitiga,
atau tulisan yang dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu atau untuk
memberitahui Pengguna Jalan yang tidak dapat dinyatakan dengan rambu-rambu. Marka
lambang dapat ditempatkan secara sendiri atau dengan rambu lalu llintas tertentu.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c
terdiri atas:
b) Lampu dua warna, untuk mengatur kendaraan dan/atau Pejalan Kaki; dan
a) Rambu Lalu Lintas yang diberi tanda-tanda khusus untuk penyandang cacat;
c) Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas yang diberi tandatanda khusus untuk
penyandang cacat; dan/atau
b) Trotoar;
d) Terowongan penyeberangan.
Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar
badan jalan
Tabel 2.34 Kriteria Manajemen Sistem Transportasi Lokal pada Lingkungan Perumahan
No. Jenis Kegiatan Kajian Rincian
Pada penyediaan jaringan sirkulasi kendaraan pribadi ini, penyediaan terminal dan
tempat pemberhentian lain merupakan aspek yang juga dipertimbangkan dalam
perencanaan prasarana dan utilitas pada jaringan transportasi lokal. Terminal wilayah
dimana kendaraan umum dari lain wilayah berhenti di terminal tersebut dan tidak
meneruskan perjalanannya melainkan kembali ke wilayahnya semula. Untuk kota di
mana jarak-jarak terminal wilayahnya tidak terlalu jauh maka tidak perlu dibuat sebuah
terminal melainkan cukup dengan pangkalan sementara sebelum melanjutkan tujuan.
Persyaratan yang harus dipenuhi :
Halte - -
Parkir - -
Rambu;
Teluk bis;
Lokal Marka jalan; Angkot (minibus ≤ 12 tempat
Parkir di badan jalan; (PP 43/1993)
Sekunder I duduk); ≥ 8 ton
Lampu lalu lintas di
Jalur pejalan kaki (trotoar Bis (< 24 Tempat duduk) (PP 26/1985)
(LS I) persimpangan;
tanpa kereb)
Tanpa kereb
Teluk bis;
Lokal Ada rambu jika perlu;
Parkir di badan jalan; 1. angkot
Sekunder II Pengendali kecepatan; ≥ 8 ton -
Jalur pejalan kaki (trotoar (minibus ≤ 12 tempat duduk)
(LS II) Tanpa kereb
tanpa kereb)
I tanpa kereb);
Beberapa prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi pada perencanaan jalur
pedestrian adalah :
Bentukan dan besaran jalur pedestrian (pejalan kaki) diperhitungkan atas dasar :
d) Faktor keamanan pejalan kaki terkait dengan arus kendaraan yang melewati jalur
jalan utamanya; dan
a) Jalur pejalan kaki diletakkan menyatu secara bersisian dengan jalur jalan pada
kedua sisi jalan pada area daerah milik jalan / damija dalam kondisi tertentu,
terpaksa jalur pedestrian ini dapat hanya pada satu sisi saja. Salah satu kondisi
khusus tersebut adalah kondisi topografi atau keadaan vegetasi di sepanjang
jalur jalan yang tidak memungkinkan menampung volume kendaraan pada jalur
jalan yang relatif sempit. Perletakkan jalur yang hanya satu sisi ini memiliki
konsekuensi dimana pejalan kaki akan menggunakan jalur jalan sebagai
lintasannya. Hal tersebut dimungkinkan dengan persyaratan bahwa kecepatan
kendaraan yang melalui jalur jalan relatif rendah (sekitar 15 km/jam) dan kondisi
perkerasan jalan yang tidak terlampau licin. Untuk itu kemungkinan penyelesaian
perkerasan adalah menggunakan bahan bukan aspal (misalnya paving block)
pada klasifikasi jalan setingkat jalan lokal primer atau jalan lokal sekunder.
Tambahan yang perlu diperhatikan pada kasus khusus ini adalah dianjurkan
adanya elemen pembatas sebagai pengaman bagi pejalan kaki sehingga
keamanan pejalan kaki dapat terjamin.
b) Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti
slip;
c) Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus dan tidak terputus terutama
ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan kaki dengan moda
transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya;
f) Jika terdapat jalur sepeda, maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda
minimal 2,00 m;
h) Tata hijau pada sisi jalur pedestrian mutlak diperlukan sebagai elemen pembatas
dan pengaman (barrier) bagi pejalan kaki, sebagai peneduh yang memberi
i) Pembatas fisik lain yang bersifat ringan, seperti penggunaan bollards diperlukan
sebagai elemen pengaman dan pembatas antara sirkulasi manusia pejalan kaki
dengan sirkulasi kendaraan;
j) Harus dihindari bentukan jalur pejalan kaki yang membentuk labirin yang tertutup
dan terisolasi dengan lingkungan sekitarnya karena dapat memicu terjadinya
kejahatan;
k) Ukuran lebar jalur pejalan kaki sesuai dengan hirarki jalan yang bersangkutan.
Trayek adalah lintasan kendaraan bermotor umum untuk pelayanan jasa angkutan
orang dengan mobil penumpang atau mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jenis kendaraan tetap serta berjadwal dan tidak
berjadwal (PP No. 41 Th.1993). Dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan
Penumpang Umum, Departemen Perhubungan (2002) dinyatakan bahwa jaringan trayek
adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam penetapannya, yaitu :
Lintasan trayek angkutan umum diusahakan melewati tata guna tanah dengan
potensi permintaan yang tinggi. Dengan demikian juga lokasi-lokasi yang potensial
menjadi tujuan bepergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan.
c) Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang
mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang ada
diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah itu.
Karakteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi, lebar jalan, dan
tipe operasi jalur. Operasi angkutan umum sangat dipengaruhi oleh karakteristik
jaringan jalan yang ada.
Pada rute jenis ini pengemudi bus diwajibkan mengendarai kendaraannya pada
rute atau jalur yang telah ditentukan dan mengendarai kendaraannya sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. Rute ini biasanya dirancang dengan
tingkat demand cukup tinggi.
Pada rute ini pengemudi diberi kebebasan untuk melakukan deviasi dengan
alasan - alasan khusus seperti menaik turunkan penumpang karena alasan fisik
maupun alasan usia. Deviasi khusus dapat juga dilakukan pada waktu-waktu tertentu
saja misalnya pada jam sibuk.
Pada rute ini pengemudi diizinkan untuk melakukan deviasi dari rute yang telah
ditentukan dengan batasan-batasan tertentu, yaitu :
i. Trunk route
Rute- rute dengan tipe ini merupakan rute dengan beban pelayanan yang
paling tinggi, karena tingkat demandyang harus dilayani sangat tinggi, baik pada
jam sibuk maupun bukan jam sibuk. Biasanya rute tipe ini melayani koridor
utama, yaitu jalan-jalan arteri dimana kiri-kanannya dipenuhi oleh pusat-pusat
kegiatan utama serta pembebanan yang tinggi yang harus melayani sepanjang
hari dari pagi sampai malam hari.
Rute tipe ini mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan trunk route
hanya di sini angkutan yang dioperasikantidak sampai larut malam, hanya
sampai jam 8 atau jam 10 malam. Pengoperasian rute ini dilakuakan 7 hari
dalam seminggu. Rute tipe ini melayani jalan-jalan dan koridor-koridor utama,
tetapi dengan pembebanan yang lebih rendah dibandingkan dengan Trunk route,
rute ini biasanya melayani koridor sub kota di daerah pinggir kota dengan pusat
kota, karakteristik operasionalnya adalah dengan frekuensi yang cukup tinggi dan
jenis kendaraan yang besar.
Rute tipe ini merupakan rute yang di operasikan angkutan umum kurang dari
15 jam/perharinya, misalnya mulai dari jam 06.00 pagi sampai jam 10.00 malam
selama seminggu. Biasanya rute tipe ini melayani koridor dari daerah pemukiman
ke daerah sub pusat kota.
v. Local route
9 rute yang khusus melayani daerah tertentu dengan trunk route, principal
route dan secondary route. Dengan demikian pada titik pertemuan antara tipe
rute ini dengan rute lainnya yang cukup besar biasanya disediakan prasarana
khusus yang memungkinkan terjadinya proses transfer yang cukup baik, yaitu
tempat dimana penumpang dapat bertukar angkutan dengan nyaman.
Rute ini dasarnya sama dengan feeder route, tetapi dapat melayani dua trunk
rote sekaligus dan juga melayani daerah permukiman diantara kedua ujung trunk
route.
2.20.5 Terminal
1) Pengertian Terminal
Berdasarkan Juknis Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 1995, terminal
transportasi merupakan :
a) Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan
umum.
d) Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan
kota.
2) Fungsi Terminal
b) Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen
lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta menghindari dari
kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan
umum.
3) Jenis Terminal
Berdasarkan Juknis Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 1995, terminal dibedakan
berdasarkan jenis angkutan, menjadi :
a) Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum
jaringan transportasi jalan.
f) Kelestarian lingkungan.
e) Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan
lokasi sumber listrik
a) Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan;
d) Jalan-jalan berpohon;
(rest area)
Kuat pencahayaan pada terowongan harus cukup dan memberi kenyamana baik
untuk penglihatan siang maupun malam hari. Adapun kriteria penerangan
terowongan adalah seperti yang telah ditentukan.
c) Memberikan pantulan yang cukup dan warna yang kontras pada permukaan
terowongan.
1) Nilai efisiensi
2) Umur rencana
d) Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan kaki.
4) Perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat pada gambar
diatas.
5) Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe lampu, tinggi
lampu, lebar jalan dan tingkat kemerataan pencahayaan dari lampu yang akan
digunakan. Jarak antar lampu penerangan secara umum dapat mengikuti batasan.
Dalam batasan tersebut dipisahkan antara dua tipe rumah lampu. Rumah lampu
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan jalan. Tipikal
bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan tunggal seperti diilustrasikan pada
gambar di bawah ini.
Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah/median jalan, dengan catatan
jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu dilayani oleh satu tiang. Tipikal
bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan ganda seperti diilustrasikan pada
gamabr berikut.
(b)
Gambar 2.48 (a) contoh lampu merkuri, (b) contoh lampu sodium
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2014
BAB III
GAMBARAN UMUM
3. 1 Gambaran Umum
Wilayah kecamatan yang akan dikaji pada laporan infrastruktur kota ini adalah
Kecamatan Sambutan. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota
Samarinda dan terletak di bagian timur Kota Samarinda. Kecamatan Sambutan merupakan
hasil pemekaran Kecamatan Samarinda Ilir. Wilayah ini memiliki luas 100,95 Km 2. Adapun
wiayah yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Sambutan diantaranya adalah
Sebelah utara : Kecamatan Sungai Pinang dan Samarinda Utara
Sebelah selatan : Sungai Mahakan
Sebelah barat : Kecamatan Samarinda Ilir
Sebelah timur : Kabupaten Kutai Kartanegara
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
Pulau Atas Sindang Sari Makroman Sambutan Sungai Kapih
Pulau Atas 1.351 1.230 2.581 109.83 1.589 1.451 3.040 109,51 1.379 1.290 2.669 106,9
Sindang Sari 1.585 1.500 3.085 105.66 1.774 1.729 3.503 102,60 1.557 1.456 3.013 106,94
Makroman 4.093 3.868 7.961 105.81 4.264 3.923 8.187 108.69 3.660 3.422 7.082 106.95
Sambutan 9.801 9.107 18.908 107.62 11.266 10.425 21.691 108.06 15.899 14.854 30.753 107.04
Sungai
5.435 5.362 10.797 101.36 6.314 6.021 12.335 104.86 6.158 5.757 12.275 113.22
Kapih
Jumlah 22.265 21.067 43.332 105.68 25.207 23.549 48.756 107.04 28.653 26.779 55.432 107.0
Jalan arteri adalah jalan yang melayani transportasi darat jarak jauh dengan
kecepatan kendaraan tinggi atau cepat serta jalan masuknya dibatasi. Pada
Kecamatan Sambutan memiliki beberapa jalan arteri yang terdapat di beberapa
kelurahannya, antara lain:
Jalan
Sultan Tidak Tidak
4. Sambutan Aspal 8.282 7 13 15 I
Sulaima Ada Ada
n
Jalan
Sungai Kapten Tidak
5. Semenisasi 4.500 1 10 14 20 I
Kapih Soedjon Ada
o
Pada Kelurahan Sindang Sari, ada jalan arteri yang memiliki nama Jalan Poros.
Jalan Poros terbentang sepanjang 1.103 meter atau sekitar 1,1 kilometer dengan
perkerasan berupa aspal. Jalan Poros memiliki damija selebar 7 meter, damaja 13
meter, dan dawasja 17 meter. Jalan Poros juga tidak memiliki bahu jalan dan trotoar.
Jalan Poros ini memiliki kesamaan seperti jalan Propinsi karena kedua jalan ini
berada pada ruas yang sama.
Pada Kelurahan Sambutan, memiliki jalan arteri dengan nama Jalan Sultan
Sulaiman. Jalan Sultan Sulaiman merupakan jalan arteri terpanjang di Kecamatan
Sambutan, dengan panjang jalan 8.282 meter atau sekitar 8,28 kilometer dengan
jenis perkerasan berupa aspal. Jalan Sultan Sulaiman memiliki damija selebar 7
meter, damaja 13 meter, dan dawasja selebar 15 meter. Jalan Sultan Sulaiman tidak
memiliki trotoar dan juga bahu jalan.
Kelurahan Sungai Kapih ada jalan arteri, yaitu Jalan Kapten Soedjono. Jalan
kapten Soedjono telah mengalami perkerasan berupa semenisasi dan memiliki
panjang jalan sepanjang 4.500 meter atau 4,5 kilometer. Jalan Kapten Soedjono
merupakan jalan arteri yang memiliki dua jalur yang dibatasi oleh median jalan. Jalan
Kapten Soedjono memiliki damija 10 meter dimana 5 meter untuk setiap jalurnya.
Kemudian Jalan Kapten Soedjono memiliki damaja selebar 14 meter, dan dawasja
selebar 20 meter. Jalan Kapten Soedjono memiliki trotoar selebar 1 meter, tetapi
tidak memiliki bahu jalan. Sedangkan untuk Kelurahan Pulau Atas, tidak memiliki
jalan arteri, karena kelurahan ini terletak pada jalan kolektor. Berikut beberapa
kondisi eksisting jalan arteri di Kecamatan Sambutan:
Jalan kolektor adalah jalan yang melayani transportasi jarak sedang atau dalam
kota dan kecepatan kendaraan sedang, artinya tidak terlalu cepat dan tidak pula
terlalu pelan. Jalan kolektor ini biasanya berfungsi sebagai jalan pengumpul atau
penghubung menuju jalan arteri. Jalan masuk pada jaringan jalan ini juga masih di
batasi seperti pada jalan arteri. Pada Kecamatan Sambutan memiliki beberapa jalan
kolektor yang terdapat di beberapa kelurahannya, antara lain:
Jalan
Penan Tidak
Semenisasi 2.200 Tidak Ada 5 9 14 III
gkaran Ada
1. Makroman Buaya
Jalan
Tidak
Kalan Semenisasi 1.000 Tidak Ada 5 9 14 III
Ada
Luas
Jalan
Tidak
Karya Semenisasi 660 Tidak Ada 4,5 7,5 15 III
Ada
Bakti
Jalan
Sindang Tidak
2. Marga Semenisasi 660 Tidak Ada 4,5 7,5 13 III
Sari Ada
Bakti
Jalan
Tidak
Tirta Semenisasi 390 Tidak Ada 3 6 16 III
Ada
Bakti
Jalan
Tidak
3. Pulau Atas Kenan Semenisasi 1.500 Tidak Ada 5 9 17 III
Ada
gan
Idama
n
Perma
i
Jalan
Tidak
Pelita Aspal 520 Tidak Ada 10 13 21 III
Ada
7
Jalan
Tidak
Pelita Aspal 1.050 Tidak Ada 5 10 16 III
Ada
4
Jalan
Tidak
Sei Semenisasi 450 Tidak Ada 4 8 18 III
Ada
Kapih
Jalan
Tidak
Baru Semenisasi 280 Tidak Ada 4 7 13 III
Sungai Ada
5. Lestari
Kapih
Jalan Tidak
Semenisasi 340 Tidak Ada 4 6 11 III
Tatako Ada
Jalan
Tidak
Kehew Semenisasi 225 Tidak Ada 4 8 14 III
Ada
anan
Pada Kelurahan Sindang Sari memiliki 3 jalan kolektor, yaitu Jalan Karya Bakti,
Jalan Marga Bakti, dan Jalan Tirta Bakti. Berdasarkan data sekunder yang
didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum, Jalan Karya Bakti terbentang sepanjang
660 meter. Jalan Karya Bakti memiliki damija selebar 4,5 meter, damaja 7,5 meter,
dan dawasja selebar 15 meter. Kemudian Jalan Marga Bakti terbentang sepanjang
660 meter, dengan damija 4,5 meter, damaja 7,5 meter, dan dawasja 13 meter. Dan
Jalan Tirta Bakti terbentang sepanjang 390 meter, dengan damija 3 meter, damaja 6
meter, dan dawasja 16 meter. Ketiga jalan ini telah mengalami perkerasan berupa
semenisasi. Selain itu, ketiga jalan ini tidak memiliki trotoar dan bahu jalan.
Pada Kelurahan Pulau Atas terdapat satu jalan kolektor, yaitu Jalan Kenangan.
Jalan Kenangan terbentang sepanjang 1.500 meter atau 1,5 meter. Jalan Kenangan
memiliki damija selebar 5 meter, damaja selebar 9 meter, dan dawasja selebar 17
meter. Jalan Kenangan telah mengalami perkerasan berupa semenisasi. Jalan
Kenangan juga sama seperti jalan kolektor lainnya, yaitu tidak memiliki bahu jalan
dan trotoar.
Pada Kelurahan Sambutan terdapat 3 jalan kolektor, yaitu Jalan Perum Idaman
Permai, Jalan Pelita 7, dan Jalan Pelita 4. Jalan Perum Idaman Permai terbentang
sepanjang 520 meter. Jalan Perum Idaman Permai memiliki damija selebar 8 meter,
damaja selebar 10 meter, dan dawasja selebar 16 meter. Jalan Idaman Permai telah
mengalami perkerasan berupa paving dan memiliki bahu jalan dengan lebar 1,5
meter, tetapi jalan ini tidak memiliki trotoar. Selanjutnya Jalan Pelita 7 yang
terbentang sepanjang 520 meter, dengan damija selebar 10 meter yang terdiri dari
dua jalur yang dibatasi dengan median jalan, damaja selebar 13 meter, dan dawasja
selebar 21 meter. Jalan Pelita 4 terbentang sepanjang 1.050 meter atau sekitar 1
kilometer, dengan damija selebar 5 meter, damaja selebar 10 meter, dan dawasja
Pada Kelurahan Sungai Kapih terdapat 4 jalan kolektor, yaitu Jalan Sei Kapih,
Jalan Baru Lestari, Jalan Tatako, dan Jalan Kehewanan. Jalan Sei Kapih terbentang
sepanjang 450 meter. Jalan Sei Kapih memiliki damija selebar 4 meter, damaja
selebar 8 meter, dan dawasja selebar 18 meter. Jalan Baru Lestari terbentang
sepanjang 280 meter. Jalan Baru Lestari memiliki damija selebar 4 meterm damaja
selebar 7 meter, dan dawasja selebar 13 meter. Jalan Tatako terbentang sepanjang
340 meter. Jalan Tatako memiliki damija selebar 4 meter, damaja selebar 6 meter,
dawasja selebar 11 meter. Dan Jalan Kehewanan terbentang sepanjang 225 meter.
Jalan Kehewanan memiliki damija selebar 4 meter, damaja selebar 8 meter, dan
dawasja selebar 14 meter. Dari ketiga jalan kolektor yang terletak di Kelurahan
Sungai Kapih, tidak memiliki trotoar dan bahu jalan, serta ketiga jalan ini sudah
mengalami perkerasan, yaitu berupa semenisasi. Berikut beberapa contoh kondisi
eksisting dari jalan kolektor di Kecamatan Sambutan:
a b
Gambar 3.4 Contoh Kondisi Eksisting Jalan Kolektor Kecamatan Sambutan
Sumber: Survei Primer, 2017
3. Jalan Lokal
Jalan lokal adalah jalan yang melayani transportasi jarak dekat atau jalan yang
menghubungkan kawasan dalam kota dan kecepatan kendaraan pada jalan ini rata –
rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal ini biasanya
menghubungkan antara jalan masuk yang ada di jalan lokal ini ke jalan kolektor.
Pada Kecamatan Sambutan memiliki beberapa jalan lokal yang terdapat di beberapa
kelurahannya, antara lain:
Jalan
Penang Tidak Tidak
Semenisasi 520 4 6 14 III
karan Ada Ada
Buaya 2
Jalan
1. Makroman Tidak Tidak
Banyum Semenisasi 710 3,5 6 14 III
Ada Ada
as
Jalan
Tidak Tidak
Purwobi Semenisasi 600 3,5 6 14 III
Ada Ada
nangun
Jalan
Tidak Tidak
Widya Semenisasi 470 4 8 16 III
Ada Ada
Sindang Guna
2.
Sari Jalan
Tidak Tidak
Pasund Semenisasi 1.140 4 8 16 III
Ada Ada
an
Jalan
Tidak Tidak
Pelabuh Semenisasi 440 4 7 13 III
Ada Ada
3. Pulau Atas an
Bebaya
Jalan
Haji
Tidak Tidak
Emboen Semenisasi 920 3,5 8,5 20 III
Ada Ada
Soeryan
a
Jalan
Sungai Tidak Tidak
5. Rapak Semenisasi 1.380 3 8 16 III
Kapih Ada Ada
Mahang
Jalan
Tidak Tidak
Puri Semenisasi 370 3 7 13 III
Ada Ada
Indah
4. Jalan Lingkungan
Jalan
Tidak
Sukorej Aspal 1.150 Tidak Ada 3 8 18 III
Ada
o
Jalan Tidak
Aspal 550 Tidak Ada 3 5 11 III
Sidorejo Ada
Jalan
Tidak
Kelurah Semenisasi 650 Tidak Ada 3 5 13 III
Ada
an
Jalan
Tidak
Sekolah Aspal 650 Tidak Ada 2,5 4 14 III
1. Makroman Ada
an
Jalan
Tidak
Perjuan Tanah 290 Tidak Ada 3 5 11 III
Ada
gan
Jalan
Tidak
Pertania Semenisasi 220 Tidak Ada 2,5 5,5 12 III
Ada
n
Jalan
Tidak
Pemban Semenisasi 1.530 Tidak Ada 3 6 14 III
Ada
gunan
Jalan
Tidak
Pahlaw Semenisasi 330 Tidak Ada 3 5 11 III
Ada
an
Jalan Tidak
Semenisasi 410 Tidak Ada 3 7 16 III
Rambai Ada
Jalan Tidak
Semenisasi 470 Tidak Ada 2,5 6 12 III
Dahlia Ada
Jalan
Tidak
Mahaka Aspal 300 Tidak Ada 3 6 15 III
Ada
3. Pulau Atas m
Jalan Tidak
Semenisasi 310 Tidak Ada 3 6 12 III
SMP 32 Ada
Jalan
Tidak
Daya Tanah/pasir 210 Tidak Ada 3,5 8 18 III
Ada
Taka
Jalan Tidak
Semenisasi 780 Tidak Ada 3 7 15 III
Pelita 3 Ada
Jalan Tidak
Semenisasi 1.030 Tidak Ada 3 6 12 III
Sejati Ada
Jalan Tidak
Semenisasi 760 Tidak Ada 3 7 13 III
Lestari Ada
Jalan Tidak
Semenisasi 680 Tidak Ada 3 7 13 III
Masjid Ada
Sungai Jalan Tidak
5. Semenisasi 1.400 Tidak Ada 3,5 7 14 III
Kapih Lais Ada
Jalan
Tidak
Gani Semenisasi 330 Tidak Ada 3,5 6 13 III
Ada
Mulya
Jalan M.
Tidak
Saleh Semenisasi 830 Tidak Ada 3,5 5 10 III
Ada
Arsyad
Pada Kelurahan Sindang Sari memiliki jalan lingkungan, yaitu Jalan Rambai,
Jalan Mas Aji, dan Jalan Dahlia. Jalan Rambai terbentang sepanjang 410 meter
dengan damija 3 meter, damaja 7 meter, dan dawasja 16 meter. Jalan Mas Aji
terbentang sepanjang 470 meter dengan damija 2,5 meter, damaja 6 meter, dan
dawasja 12 meter. Jalan Dahlia terbentang sepanjang 470 meter dengan damija 2,5
meter, damaja 6 meter, dan dawasja 12 meter. Ketiga jalan lingkungan di kelurahan
ini mengalami perkerasan berupa semenisasi.
Pada Kelurahan Pulau Atas memiliki jalan lingkungan, yaitu Jalan Mahakam dan
Jalan SMP 32. Jalan Mahakam terbentang sepanjang 300 meter dengan damija 3
meter, damaja 6 meter, dan dawasja 15 meter. Jalan SMP 32 terbentang sepanjang
310 meter dengan damija 3 meter, damaja 6 meter dan dawasja 12 meter. Kedua
jalan lingkungan di Kelurahan Pulau Atas memiliki perkerasan yang berbeda. Dimana
Jalan Mahakam mendapat perkerasan berupa aspal dan Jalan SMP 32 mendapat
perkerasan berupa semenisasi.
Pada Kelurahan Sambutan memiliki jalan lingkungan, yaitu Jalan Daya Taka,
Jalan Pelita 2, dan Jalan Pelita 3. Jalan Daya Taka terbentang sepanjang 210 meter,
dan ukuran damija 3,5 meter, damaja 8 meter, dan dawasja 18 meter. Jalan Pelita 2
Pada Kelurahan Sungai Kapih memiliki jalan lingkungan, yaitu Jalansejati, Jalan
Lestari, Jalan Majid, Jalan Lais, Jalan Gani Mulya, Jalan M. Saleh Arsyad. Jalan
Sejati terbentang sepanjang 1.030 meter atau sekitar 1 kilometer dengan damija 3
meter, damaja 6 meter, dan dawasja 12 meter. Jalan Lestari terbentang sepanjang
760 meter dengan damija 3 meter, damaja 7 meter, dan dawasja 13 meter. Jalan
Masjid terbentang sepanjang 680 meter dengan damija 3 meter, damaja 7 meter,
dan dawasja 13 meter. Jalan Lais terbentang sepanjang 1.400 meter atau 1,4
kilometer dengan damija 3,5 meter, damaja 7 meter, dan dawasja 14 meter. Jalan
Gani Mulya terbentang sepanjang 330 meter, dengan damija 3,5 meter, damaja 6
meter, dan dawasja 13 meter. Jalan M. Saleh Arsyad terbentang sepanjang 830
meter dengan damija 3,5 meter, damaja 5 meter, dan dawasja 10 meter. Seluruh
jalan lingkungan di Kelurahan Sungai Kapih telah mengalami perkerasan dengan
jenis perkerasan berupa semenisasi. Berikut beberapa contoh kondisi eksisting jalan
lingkungan yang terdapat pada Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda:
a b
Gambar 3.6 Contoh Kondisi Eksisting Jalan Lingkungan, Kecamatan Sambutan
Sumber: Survei Primer, 2017
Pada jalan Sultan Sulaiman, Jalan Propinsi, dan Jalan Poros memiliki
perlengkapan jalan yang sama, yaitu memiliki rambu – rambu lalulintas, marka
jalan, dan zebra cross. Sedangkan ketiga jalan ini tidak memiliki median jalan,
a
b
2. Kolektor
3. Lokal
4. Lingkungan
Jalan
1. Propi Arteri
nsi
Jalan
2. Arteri
Poros
Jalan
Sultan
3. Arteri
Sulai
man
Jalan
Kapte
4. n Arteri
Soedj
ono
Jalan
Pena
Kolektor
5. ngkar
Sekunder
an
Buaya
Jalan
Kolektor
6. Karya
Sekunder
Bakti
Jalan
Kolektor
7. Kena
Sekunder
ngan
Jalan
Peru
m
Kolektor
8. Idama
Sekunder
n
Perm
ai
Jalan
Kolektor
9. Sei
Sekunder
Kapih
Jalan
10. Tirta Lokal
Bakti
Jalan
11. Marga Lokal
Bakti
Jalan
12. Pelab Lokal
uhan
Jalan
13. Pelita Lokal
6
Jalan
Embo
14. en Lokal
Soery
ana
Jalan
15. Sukor Lingkungan
ejo
Jalan
16. Ramb Lingkungan
ai
Jalan
17. Maha Lingkungan
kam
Jalan
18. Padat Lingkungan
Karya
Jalan
19. Lingkungan
Sejati
Secara umum, dimensi jalan pada Kecamatan Sambutan memiliki ukuran yang
relatif sama, khususnya untuk setiap fungsi jalannya. Dimana Seperti pada fungsi
jalan arteri, secara umum jalan arteri pada Kecamatan Sambutan memiliki badan
jalan selebar 7 meter. Hanya pada Kelurahan Sungai Kapih yang memiliki jalan arteri
dengan badan jalan selebar 10 meter. Tetapi dengan ukuran 10 meter tersebut
dibagi menjadi dua jalur, sehingga pada setiap jalur jalan memiliki badan jalan
selebar 5 meter. Sehingga jika disimpulkan jalan arteri pada Kecamatan Sambutan
memiliki ukuran jalan yang relatif sama semua pada setiap fungsi jalannya.
Pada fungsi jalan kolektor, Kecamatan Sambutan memiliki badan jalan dengan
ukuran yang juga relatif sama. Hampir di semua jalan pada fungsi jalan kolektor,
memiliki ukuran yang sama, yaitu dengan ukuran antara 4 hingga 5 meter pada
setiap jalan. Selain itu, ukuran dari setiap bagian jalan yang lain juga relatif sama,
seperti pada bagian jalan damaja rata – rata semua jalan memiliki rentang ukuran 1
hingga 2 meter. Dan pada bagian jalan dawasja, rata – rata memiliki ukuran 3 hingga
5 meter. Lalu pada fungsi jalan lokal, juga sama seperti fungsi jalan lainnya, yaitu
memiliki ukuran bagian jalan yang sama. Untuk badan jalan pada fungsi jalan lokal
ini memiliki ukuran selebar 3 hingga 4 meter. Sedangkan untuk ukuran damaja
memiliki ukuran dengan rentang 1,5 meter hingga 2,5 meter. Lalu untuk dawasja,
setiap jalan lokal di Kecamatan Sambutan memiliki rentang ukuran 3 hingga 6 meter.
Untuk fungsi jalan lingkungan, badan jalan di setiap fungsi jalan lingkungan
memiliki ukuran badan jalan selebar 3 hingga 3,5 meter. Sedangkan untuk ukuran
damaja disetiap fungsi jalan lingkungan pada Kecamatan Sambutan memiliki ukuran
Jalan Sultan
Sulaiman
Jalan Perum
Idaman Permai
Jalan Pelita 7
Jalan Pelita 4
Jalan Pelita 6
1, Sambutan On Site Pembuangan Umum
Jalan Sultan
Alimudin
Jalan Pelita 1
Jalan Pelita 2
Jalan Pelita 3
Jalan Pelita 5
Jalan Pelita 8
Jalan Propinsi
Jalan
Penangkaran
Buaya
Jalan Banyumas
Jalan
Purwobinangun
Jalan Sukorejo
Jalan Sidorejo
Jalan Kelurahan
Jalan Sekolahan
Jalan Perjuangan
Jalan Pertanian
Jalan
Pembangunan
Jalan Pahlawan
Jalan Poros
Jalan Pasundan
Jalan Rambai
Jalan Dahlia
Jalan Kenangan
Jalan Pekabuhan
Jalan Mahakam
Jalan SMP 32
Jalan Tatako
Jalan Lestari
Jalan Kehewanan
Jalan H. Embon
Suryana
Jalan Rapak
Mahang
Jalan Baru
Jalan Sejati
Jalan Lestari
Jalan Masjid
Jalan Lais
Jalan M. Saleh
Arsyad
Jalan
Anak
2. Makroman Penangka ± 100 ± 300
Sungai
ran Buaya
Sungai
Jalan Induk (
Sungai Tidak
5. Kapten ± 68.500 Sungai
Kapih Diketahui
Soedjono Mahakam
)
Pada Kelurahan Pulau Atas juga memiliki jaringan drainase primer berupa anak sungai
yang menghubungkan langsung ke Sungai Mahakam. Jaringan drainase ini memiliki lebar
kurang lebih 300 cm atau 3 meter dengan kedalaman kurang lebih 100 cm atau 1 meter.
Dan yang terakhir pada Kelurahan Sungai Kapih memiliki jaringan drainase primer berupa
sungai induk yaitu Sungai Mahakam. Sungai Mahakam ini menjadi tempat pembuangan air
terakhir dari setiap jaringan drainase yang ada di Kota Samarinda khususnya pada
Kecamatan Sambutan. Sungai Mahakam ini memiliki lebar sekitar 68.500 cm atau 685
meter dengan kedalaman yang tidak diketahui secara pasti ukurannya.
Pada dasarnya, seluruh jaringan drainase primer yang terdapat pada Kecamatan
Sambutan, Kota Samarinda merupakan jaringan drainase alami, yaitu berupa sungai atau
anak sungai dan tidak mengalami perlakuan tambahan seperti perkerasan atau lain
sebagainya.
Pada Kecamatan Sambutan, memiliki jaringan drainase sekunder yang berfungsi untuk
mengalirkan limpasan air hujan menuju ke tempat pembuangan akhir atau sungai. Pada
setiap kelurahan di Kecamatan Sambutan, memiliki jaringan drainase sekunder. Berikut
kondisi eksisting jaringan drainase sekunder pada Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda:
Tabel 3.12 Jaringan Drainase Sekunder Pada Kecamatan Sambutan
Ukuran
Nama
No Kelurahan Tinggi Lebar Bentuk Konstruksi
Jalan
(cm) (cm)
Jalan 100 90
Sultan Bentuk Trapesium
Sulaiman
Jalan 95 75
Bentuk Segiempat
1. Sambutan Pelita 6
Jalan 90 100
Idaman Bentuk Segiempat
Permai
Jalan 100 75
Sultan Bentuk Trapesium
Alimudin
Jalan 90 80
Bentuk Segiempat
Propinsi
Jalan 90 100
Kalan Bentuk Trapesium
2. Makroman Luas
Jalan 90 100
Penangk
Bentuk Trapesium
aran
Buaya
Jalan 90 80
Penangk
Bentuk Trapesium
aran
Buaya 2
Jalan 90 80
Banyuma Bentuk Trapesium
s
Jalan 90 80
Purwobin Bentuk trapesium
angun
Jalan 90 100
Keluraha Bentuk Segiempat
n
Jalan 90 100
Sekolaha Bentuk Segiempat
n
Jalan 95 75
Bentuk Segiempat
Poros
Jalan 90 70
Marga Bentuk Segiempat
Bakti
Sindang
3. Jalan 90 70
Sari
Karya Bentuk Segiempat
Bakti
Jalan 90 75
Widya Bentuk Trapesium
Guna
Jalan 100 75
Kapten Bentuk Segiempat
Soedjono
Jalan 90 90
Rapak Bentuk Trapesium
Mahang
Pada Kelurahan Sambutan, terdapat drainase sekunder yang menghubungkan aliran air
dari rumah penduduk atau dari perumahan menuju ke anak sungai atau bahkan langsung ke
sungai. Pada Kelurahan Sambutan, jaringan drainase sekunder terdapat pada Jalan Sultan
Sulaiman yang memiliki tinggi 90 cm dan lebar 100 cm. Jaringan drainase sekunder pada
Kelurahan Sambutan selanjutnya terdapat pada Jalan Pelita 1 dengan tinggi 90 cm dan
lebar 75 cm, kemudian pada jalan Pelita 4 dengan tinggi 100 cm dan lebar 150 cm. Pada
Jalan Pelita 5 jaringan drainase sekunder yang dimiliki berukuran tinggi dan lebar 70 cm.
Jalan Pelita 6 memiliki ukuran tinggi 95 cm dan lebar 75 cm, pada Jalan Pelita 8 memiliki
tinggi 80 cm dan lebar 75 cm. Kemudian pada Jalan Idaman Permai memiliki drainase
dengan tinggi 90 cm dan lebar 100 cm, dan yang terakhir pada Jalan Sultan Alimudin
memiliki jaringan drainase dengan tinggi 100 cm dan lebar 75 cm. Pada Kelurahan
Sambutan, bentuk drainase yang mendominasi adalah bentuk trapesium.
Pada Kelurahan Makroman, terdapat jaringan drainase sekunder pada Jalan Propinsi
yang memiliki tinggi drainase 90 cm dan lebar 80 cm, pada Jalan Pasar memiliki tinggi
drainase 100 cm dan lebar 75 cm. Pada Jalan Penangkaran Buaya dan Jalan Kalan Luas
memiliki ukuran drainase yang sama, yaitu tinggi 90 cm dan lebar 100 cm. Drainase pada
Jalan Penangkaran Buaya dan Jalan Kalan Luas memiliki ukuran yang sama karena
drainase terdapa pada satu ruas jalan yang sama juga. Selanjutnya pada Jalan
Penangkaran Buaya 2, Jalan Banyumas, Jalan Purwobinangun memiliki ukuran yang sama,
yaitu tinggi 90 cm dan lebar 80 cm. Drainase pada ketiga jalan ini juga memiliki ukuran yang
sama karena terlatak pada satu ruas jalan yang sama. Yang terakhir adalah drainase
sekunder pada Jalan Sekolahan dan Jalan Kelurahan yang juga memiliki ukuran yang sama,
yaitu tinggi 90 cm dan lebar 100 cm. Pada Kelurahan Makroman, bentuk drainase yang
mendominasi adalah bentuk trapesium.
Selanjutnya jaringan drainase sekunder pada Kelurahan Pulau Atas yang terdapat
pada Jalan Kenangan, Jalan Olah Bebaya, dan Jalan Mahakam yang memiliki jaringan
drainase dengan ukuran yang sama. Hal ini disebabkan karena jaringan drainase sekunder
pada Kelurahan Pulau Atas terdapat pada satu ruas jalan yang sama sehingga ukuran dari
jaringan drainasenya sama. Ukuran drainase sekunder pada ketiga jalan ini berukuran tinggi
100 cm dan lebar 100 cm. Pada Kelurahan Oulau Atas seluruh bentuk drainase berbentuk
segiempat.
Yang terakhir, jaringan drainase sekunder pada Kelurahan Sungai Kapih. Jaringan
drainase sekunder pada Kelurahan Sungai Kapih terdapat pada ruas Jalan Kapten
Soedjono yang memiliki ukuran tinggi 100 cm dan lebar 75 cm. Selanjutnya pada jaringan
drainase di ruas Jalan Sei Kapih memiliki tinggi 90 cm dan lebar 100 cm. Pada ruas Jalan
Haji Embon Suryana memiliki ukuran jaringan drainase yang cukup besar jika dibandingkan
dengan ukuran jaringan drainase pada ruas jalan lainnya, yaitu memiliki tinggi 150 cm dan
lebar 300 cm. Dan yang terakhir adalah pada ruas Jalan Rapak Mahang yang memiliki
ukuran tinggi dan lebar yang sama, yaitu tinggi 90 cm dan lebar 90 cm. Pada Kelurahan
Sungai Kapih bentuk drainase yang mendominasi adalah bentuk trapesium.
Pada Kecamatan Sambutan, memiliki jaringan drainase tersier yang berfungsi untuk
mengalirkan limpasan air dari kegiatan rumah tangga atau dari perumahan menuju ke
jaringan drainase sekunder. Pada setiap kelurahan di Kecamatan Sambutan, memiliki
jaringan drainase tersier. Berikut kondisi eksisting jaringan drainase sekunder pada
Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda:
Tabel 3.13 Jaringan Drainase Tersier Pada Kecamatan Sambutan
Ukuran
(cm) (cm)
Jalan 70 70
Bentuk Trapesium
Sukorejo
Jalan 70 70
Bentuk Trapesium
Sidorejo
Jalan 70 60
Bentuk Trapesium
Perjuangan
2. Makroman Jalan 70 50
Bentuk Trapesium
Pertanian
Jalan 60 60
Pembanguna Bentuk Trapesium
n
Jalan 90 50
Bentuk Trapesium
Pahlawan
3. Sindang Jalan 80 40
Bentuk Segiempat
Sari Rambai
(cm) (cm)
Pasundan
Jalan SMP 50 40
Bentuk Trapesium
32
Jalan M.
Bentuk Trapesium
Saleh Arsyad
Berdasarkan hasil survei primer pada Kecamatan Sambutan, diperoleh data terkait
drainase tersier pada Kecamatan Sambutan. Rata – rata sistem jaringan drainase tersier
pada Kecamatan Sambutan adalah berupa pipa yang mengalirkan air dari rumah menuju ke
saluran drainase sekunder, khususnya pada perumahan rata – rata jaringan drainase tersier
yang digunakan adalah berupa pipa. Walaupun didominasi dengan menggunakan pipa,
pada Kecamatan Sambutan juga memiliki jaringan drainase tersier berupa tanah maupun
yang telah disemenisasi. Seperti pada Kelurahan Sambutan, pada koridor Jalan Pelita 2 dan
Jalan Pelita 3 yang mana koridor jalan ini adalah koridor jalan perumahan, ukuran jaringan
drainase yang dimiliki tidak terlalu besar, yaitu tinggi 100 cm dan lebar 50 cm. Selanjutnya
koridor Jalan Pelita 7 yang juga merupakan daerah permukiman, memiliki ukuran tinggi
drainase 70 cm dan lebar juga 70 cm. Pada Kelurahan Sambutan bentuk drainase
tersiernya adalah bentuk trapesium
Selanjutnya pada Kelurahan Makroman, yaitu pada koridor Jalan Sukorejo dan Jalan
Sidorejo yang memiliki ukuran drainase tersier yang sama, yaitu tinggi 70 cm dan lebar 70
Pada Kelurahan Sindang Sari, jaringan drainase tersier terletak pada koridor Jalan
Rambai, Jalan Pasundan, Jalan Mas Aji, dan Jalan Dahlia. Pada Jalan Rambai drainase
memiliki ukuran tinggi 80 cm dan lebar 40 cm. Pada Jalan Pasundan drainase memiliki
tinggi 100 cm dan lebar 60 cm. Kemudian pada ruas Jalan Mas Aji memiliki drainase
setinggi 80 cm dan lebar 60 cm. Dan yang terakhir dari Kelurahan Sindang Sari adalah pada
ruas Jalan Dahlia yang memiliki drainase setinggi 100 cm dan lebar 50 cm. Pada Kelurahan
Sindang Sari bentuk drainase yang mendominasi adalah bentuk segiempat.
Pada Kelurahan Pulau Atas, jaringan drainase tersier terdapat pada koridor Jalan
Pelaabuhan dan Jalan SMP 32. Pada koridor jalan Pelabuhan memiliki ukuran tinggi
drainase 100 cm dan leabr 75 cm dan pada koridor jalan SMP 32 memiliki drainase setinggi
50 cm dan lebar 40 cm. Dan yang terakhir adalah jaringan drainase tersier dari Kelurahan
Sungai Kapih. Pada Kelurahan Pulau Atas, bentuk drainase tersiernya adalah bentuk
trapesium dan bentuk segiempat.
Jaringan drainase tersier dari Kelurahan Sungai Kapih terletak pada koridor perumahan,
yaitu pada Jalan Sejati, JalanMasjid, dan Jalan M. Saleh Arsyad. Pada Jalan Sejati, Jalan
Masjid, dan Jalan M. Saleh Arsyad ini, sistem jaringan draianse tersier berupa pipa.
Berdasarkan hasil survei primer, tidak ditemukan saluran pembuangan air yang berasal dari
rumah tangga ke saluran drainase sekunder dengan menggunakan parit kecil, semua
menggunakan pipa yang dihubungkan langsung kepada saluran jaringan drainase sekunder
pada perumahan tersebut. Pada Kelurahan Sungai Kapih, bentuk drainase yang
mendominasi adalah bentuk trapesium.
Jika dilihat dari grafik diatas, jumlah perbandingan antar kelurahan tidak terlalu
berbeda. Dapat diketahui jumlah TPS tertinggi terdapat pada Kelurahan Sambutan
dengan jumlah 5 unit. pada Kelurahan Sungai Kapih dan Kelurahan Pulau Atas
berjumlah 3 unit. Sedangkan, pada Kelurahan Sindang Sari memiliki 2 unit TPS.
Kemudian, Kelurahan Makroman hanya memiliki 1 unit TPS. Kondisi eksisting bentuk
TPS yang terdapat pada Kecamatan Sambutan dapat dilihat sebagai berikut.
Jl Sultan Hanya
1 Makroman 4x2x1 8000 Kondisi Baik
Sulaiman Kontainer
Bak
Jl
3 Sambutan Sampah 2,4x1,5x1,5 5400 Kondisi Baik
Perjuangan
Permanen
Jl Sultan Hanya
4 Sambutan 4x2x1 8000 Kondisi Baik
Sulaiman Kontainer
Bak
Jl Perum
Sampah
5 Sambutan Idaman 6x6,4x1,4 53760 Kondisi Baik
Semi-
Permai
permanen
Bak
Sampah
6 Sambutan Jl Telkom 2x1x1,5 3000 Kondisi Baik
Semi-
permanen
Kondisi
Halte Tidak Tidak
8 Sindang Sari Jl Provinsi Tidak
Sampah diketahui diketahui
Teratur
Bak
Sungai
10 Jl Tatako Sampah 2,4x1,5x1,5 5400 Kondisi Baik
Kapih
Permanen
Sungai Hanya
11 Jl Sejati 4x2x1 8000 Kondisi Baik
Kapih Kontainer
Dibuang ke
Tong
Sampah
Diangkut Pick
Up
Menuju Bank
Menuju TPS
Sampah
Sanitary
Landfill
Jumlah
3
2
1 Jumlah TK
0
SD Negeri
4 012 Jl. Masjid RT. 01 Makroman 7 179 6
Sambutan
SD Negeri
10 014 Jl. Pelita 7 Sambutan 17 309 12
Sambutan
SD
Terpadu Jl. Sultan Alimudin
11 Sambutan 9 202 8
Madina RT. 02 No. 201
Samarinda
SD
Nasional
Jl. Sultan Sulaiman
12 Tiga Sambutan 5 145 6
No. 26
Bahasa
No. 015
SD Negeri
Sindang
13 013 Jl. Masaji 15 305 12
Sari
Sambutan
SD Negeri
Jl. Santi Murni II Sungai
14 001 26 657 18
Perum PKL Kapih
Sambutan
SD Negeri
Jl. Sungai Kapih RT. Sungai
15 002 12 292 9
06 Kapih
Sambutan
SD Negeri
Jl. Sungai Kapih No. Sungai
16 005 18 525 14
08 RT. 03 Kapih
Sambutan
SD Negeri
Jl. Tatako RT.24 No. Sungai
17 008 10 237 7
44 Kapih
Sambutan
3
2,5
2
Jumlah
1,5
1
Jumlah SMP
0,5
0
SMP
Jl. Pelita 7, Perum
Negeri 41
4 Sambutan Idaman Sambutan 13 173 7
Satu Atap
Permai
Samarinda
SMP
Sungai
7 Negeri 17 Jl. Tatako RT.24 23 601 18
Kapih
Samarinda
10
8
6
4
2 Jumlah Sarana Kesehatan
0
Gambar 3.32 Perbandingan Jumlah Sarana Kesehatan yang Tersedia pada Kecamatan
Sambutan
Sumber: Survei Primer dan Survei Sekunder Profil Kelurahan, 2017
Dapat diketahui dari grafik perbandingan sarana kesesehan yang tersedia
pada Kecamatan Sambutan. sarana kesehatan posyandu merupakan sarana yang
paling banyak dengan jumlah 17 unit, apotik memiliki jumlah 7 unit, poliklinik memiliki
jumlah 4 unit, puskesmas memiliki jumlah 3 unit, toko obat memiliki jumlah 2 unit,
dan puskesmas pembantu merupakan sarana kesehatan yang paling sedikit dengan
jumlah 1 unit. Selain itu, terdapat data fasilitas kesehatan berdasarkan alamat
persebarannya. Berikut hasil data yang telah diperoleh.
Tabel 3.25 Persebaran Fasilitas Kesehatan.
Jenis Kelurahan No Nama Alamat
Apotik
Makroman 1 Jl. Propinsi
Makroman
Apotik
Sambutan 2 Dewi Riyadi Jl. Haji Emboen Soeryana
3 Kimia Farma Jl. Sultan Alimudin
Sambutan
4 Murah Asih Jl. Sejati
Makroman 11 15 3 -
Pulau Atas 3 3 1 1
Sambutan 9 14 - -
Sindang Sari 2 7 1 -
Sungai Kapih 7 10 1 -
Jumlah 32 49 6 1
Sumber: Kecamatan Sambutan Dalam Angka 2016 & Survei Primer 2017
Dari tabel sarana peribadatan Kecamatan Sambutan diatas dapat dibuat diagram
persebaran sarana peribadatan agar lebih mudah mengetahui besarnya persebarannya di
setiap kelurahan. Sesuai data Sambutan dalam angka 2016 di dapatkan persentase sarana
peribadatan di Kecamatan Sambutan dapat dilihat pada pada diagram batang dibawah ini.
20
10
0
Jl. Pelabuhan
Jl. Provinsi
Makroman
Jl. Pasundan
Sindang Sari
Jl. Pelita 6
Sambutan
Sindang Sari
Jl. Pangkalan
Pulau Atas
Perum
Sambutan Asri
8. Langgar 30 orang
Kelurahan
Sambutan
Jl. Majenang
Makroman
Perum Pondok
Karya Lestasi
10. Musholla 50 orang
Kelurahan Sei
Kapih
Makroman
Jl. Kenangan
Sungai Kapih
Pulau Atas
Makroman 33 21 36 1 - - 11
Pulau Atas 12 2 15 - - - 20
Sambutan 45 5 48 - 2 5 2
Sindang Sari 26 12 16 - - - 4
Sumber: Kecamatan Sambutan Dalam Angka 2016 & Survei Primer 2017
Dari tabel sarana perniagaan atau perbelanjaan Kecamatan Sambutan diatas dapat
dibuat diagram persebaran sarana perniagaan atau perbelanjaan agar lebih mudah
mengetahui besaran persebarannya di setiap kelurahan. Sesuai data Sambutan Dalam
Angka 2016 di dapatkan persentase sarana perniagaan atau perbelanjaan di Kecamatan
Sambutan dapat dilihat pada pada diagram batang dibawah ini
Jl. Makroman
1. Kelurahan Toko
Makroman
Jl. Provinsi
Sari
Atas
6. Kelurahan Jasa
Sambutan
7. Kelurahan Jasa
Makroman
Jl. Pelabuhan
Sari
Kapih
Jl. Propinsi
Makroman
Jl. Tatako
Rumah
12. Kelurahan Sungai Makan
Kapih
Jl. Propinsi
Rumah
13. Kelurahan
Makan
Makroman
Jl. Pelita 1
Rumah
16. Kelurahan Makan
Sambutan
Jl. Penangkaran
Buaya
18. Industri Kecil
Kelurahan
Makroman
Kantor Warung
LPM Telekomunikasi Pos Kantor Balai
Kelurahan Pos/Pos
(WARTEL) Kamling Kelurahan Desa
Pembantu
Makroman 1 1
- 19 1 1
Pulau Atas 1 1
- 7 1 1
Sambutan 2 1 - 8 1 1
Sindang Sari 1 8
1 13 1 1
Sungai
1 1 - 20 1 1
Kapih
Jumlah 10
4 5 64 5 5
Sumber: Kecamatan Sambutan Dalam Angka 2016 & Survei Primer 2017
Dari tabel sarana pelayanan umum dan pemerintahan Kecamatan Sambutan diatas
dapat dibuat diagram persebaran sarana pelayanan umum dan pemerintahan agar lebih
mudah mengetahui besarnya persebarannya di setiap kelurahan. Namun untuk jenis sarana
seperti Kantor Samsat, dan Kantor Kementrian Komunikasi dan Informatika tidak
ditunjukkan dalam table karena hanya ada di Kelurahan Sambutan. Sesuai data Sambutan
Dalam Angka 2016 di dapatkan persentase sarana pelayanan umum dan pemerintahan di
Kecamatan Sambutan dapat dilihat pada pada diagram batang dibawah ini:
Unit
40
20
0
Gambar 3.45 Diagram Batang Persebaran Sarana Pelayanan Umum Dan Pemerintahan
Sumber: Kecamatan Sambutan Dalam Angka 2016 & Survei Primer 2017
Dapat dilihat pada diagram diatas bahwa persebaran fasilitas pelayanan umum dan
pemerintahan di setiap Kecamatan Sambutan yaitu, kantor pos/pos pembantu terbanyak
berada di Kelurahan Sambutan, untuk WARTEL terbanyak berada di Kelurahan Sindang
Sari, dan pos kamling terbanyak di Kelurahan Sungai Kapih. Tabel dan diagram diatas
merupakan data yang berasal dari survey sekunder dan primer. Data ini yang kemudian
akan menjadi acuan dalam melakukan survey primer dari masing-masing jenis sarana
pelayanan umum dan pemerintahan. Berikut beberapa hasil survey primer yang didapatkan
yang berupa kondisi eksisting:
Tabel 3.32 Kondisi Eksisting Sarana Pelayanan Umum dan Pemerintahan di Kecamatan
Sambutan
No. Kondisi Eksisting Lokasi Jenis
Jl. Kantor
Kelurahan Kelurahan
1. Kelurahan
Makroman Makroman
Jl. Tatako
Kelurahan Kantor
2. Kelurahan
Sungai
Kapih
Jl. Olah
Bebaya
Kantor
3. Kelurahan Kelurahan
Pulau
Atas
Jl. Sultan
Kantor
Sulaiman
Kecamatan
4.
Kelurahan
Sambutan
Kantor
Jl. Sultan
Kementrian
Sulaiman
6. Komunikasi
Kelurahan
dan
Sambutan
Informatika
Jl.
Makroman Pos
8. Kamling
Kelurahan
Makroman
Jl. Marga
Bakti
Pos
9. Kelurahan Kamling
Sindang
Sari
Jl. Olah
Bebaya
Pos
10. Kelurahan Kamling
Pulau
Atas
Jl. Sejati
Pos
11. Kelurahan Kamling
Sambutan
Jl. Sejati
Kelurahan Pos
12. Kamling
Sungai
Kapih
Jl.
Sukerejo
13. Balai Desa
Kelurahan
Makroman
Jl. Karya
Bakti
Kantor
14. Kelurahan
Kelurahan
Sindang
Sari
Jl. Sultan
Sulaiman Kantor
15. Kelurahan
Kelurahan
Sambutan
Jl.
Sambutan
Asri WARTEL
16.
Kelurahan
Sambutan
1. Sambutan 2 9
2. Sungai Kapih - 2
3. Makroman 1 4
4. Sindang Sari - 2
5. Pulau Atas - 1
Jumlah 3 18
Prestasi olahraga di suatu daerah bisa berkembang jika terdapat beberapa faktor
yang dapat mendukungnya, salah satunya adalah keberadaan fasilitas olahraga yang ada di
daerah tersebut. Dari tahun ke tahun, kebutuhan akan sarana olahraga, seperti lapangan
bulu tangkis, voli, basket, tenis, sepak bola bahkan gedung olahraga, semakin bertambah,
Untuk jumlah lapangan bulu tangkis, voli, basket, tenis, sepak bola dan gedung olahraga di
Kecamatan Sambutan pada tahun 2016 ada sebanyak 94 unit dimana rinciannya
ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
1. Sambutan 15 5 2 13 1 1
2. Sungai Kapih 5 - - 12 1 -
3. Makroman 5 4 1 5 4 -
4. Sindang Sari 3 2 - 3 1 -
5. Pulau Atas 2 2 - 2 2 -
2. Kolam Wisata Jalan Sultan Rekreasi Dapat di akses melalui Jalan Pendekat
Tjiu Palace Sulaiman, Mahkota II (Pelita 5) atau Jalan Sultan
Sambutan Sulaiman (Pelita 6)
4. Lapangan Bola Jalan Mesjid, Olahraga Lapangan bola ini masih sering digunakan
Windudadi Makroman oleh penduduk sekitar untuk bertanding bola
Adidas atau hanya sekedar bermain-main.
6. Lapangan Futsal Jalan Sultan Olahraga Lapangan futsal indoor ini ramai dikunjungi
Winning Eleven Sulaiman, oleh pemuda-pemuda dari siang hingga
Sambutan malam hari.
7. Klenteng Nan Shi Jalan Olah Rekreasi Klenteng ini merupakan tempat peribadatan,
Zhu Bebaya, namun di samping itu terdapat kolam yang
Pulau Atas biasa digunakan untuk sarana refreshing
sehingga pengunjungnya berasal dari semua
kalangan agama.
8. Hendra Fitness & Jalan Olahraga Sarana olahraga berupa lapangan indoor yang
Aerobics Provinsi, digunakan untuk senam dan zumba. Tempat
Makroman ini menyediakan pula kelas muay thai, gulat,
tinju, silat, dll. Serta terdapat fasilitas gym.
10. Pemancingan B. Jalan Pelita 7, Rekreasi Sebagai sarana hiburan dan rekreasi
Samarindu Sambutan pemancingan milik H. M. Ardie H. Saman.
Tempat ini ramai dikunjungi terutama pada
hari-hari weekend, khususnya Minggu, dimana
pada hari tersebut rutin di adakan lomba
memancing.
Taman RT 1 1 - - - 2
Taman RW - - - - - 0
Taman - - - - - 0
Kelurahan
Taman - - - - - 0
Kecamatan
Pemakaman 4 1 2 - - 7
Taman Kota - - - - - 0
Hutan Kota - - - - - 0
Taman RT - - - - -
Taman RW - - - - -
Taman - - - - -
Kelurahan
Taman Kota - - - - -
Hutan Kota - - - - -
3. Jalan Kapten Soedjono, Jalur Hijau (Median Median jalan dengan lebar 2
Sungai Kapih Jalan) meter yang ditanami pepohonan
guna estetika dan menyerap
polusi.
4. Perumahan Pondok Karya Jalur Hijau Jalur hijau yang terletak setelah
Lestari, Sungai Kapih saluran drainase di pinggir jalan
ini memiliki lebar 2-3 meter ini
berfungsi untuk peneduh /
memperindang.
9. Jalan Propinsi, Makroman Jalur Hijau (Pulau Jalan) Berada di persimpangan tiga
yang menuju ke Jalan
Penangkaran Buaya, Jalan
Propinsi, dan Jalan Sultan
Sulaiman.
10. Jalan Pelita 4, Sambutan Jalur Hijau (Median Berada di depan jalan pintu
Jalan) keluar-masuk dengan lebar 1,5
meter.
Gambar 3.53 Intake Air Baku PDAM Kota Samarinda di Kelurahan Sambutan
Sumber : Survei Primer, 2017
Jumlah
Jumlah
No Kondisi Eksisting Lokasi Pelanggan
Penduduk
(SR)
1 Jalan 13.515 1310
Kelurahan
Sungai
Kapih
6162
Jenis Jaringan
No Lokasi Kapasitas Panjang
Listrik
1 Gardu Induk Jl. Sultan Sulaiman RT 50 MVA 7 km
06, kel Sambutan
2 Saluran Udara Kelurahan Sambutan 30KV-150KV 90 km
Tegangan Tinggi
(SUTT) Samarinda-
Bontang
Sumber : RTRW kota Samarinda dan Survei Primer 2017
Berikut merupakan kondisi eksisting dari Area Penyaluran Pengaturan Beban Kaltim
Dari tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah yang teraliri listrik dengan
kapasitas daya yang paling banyak adalah Kelurahan Sambutan, dimana pada kelurahan ini
terdapat jenis dan komponen listrik dari komponen SUTM, Gardu serta trafo dengan jumlah
yang terbanyak dan memliki selisih jumlah cukup besar dengan kelurahan kelurahan lainnya
yang ada di Kecamatan Sambutan.
Pada Kecamatan Sambutan, Jaringan Listrik sudah sangat memadai dengan adanya
Jaringan Listrik PLN yang mengalir mengisi kebutuhan energi listrik di Kelurahan Sambutan
, serta di setiap rumah di Kecamatan ini telah dialiri listrik. berikut merupakan peta distribusi
pelayanan listrik di Kecamatan Sambutan:
Di bawah ini merupakan persentase jumlah menara Base Tranceiver Station (BTS) pada tiap kelurahan di Kecamatan Sambutan.
8%
8% Sambutan
Makroman
9%
50% Pulau Atas
Sindang Sari
25% Sungai Kapih
Sales
25%
Telkomsel
50% HCTP; Esia
Indosar
25%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa persentase dari operator telkomsel
mendominasi yaitu 50% dengan jumlah BTS 6 unit, dan kedua operator lain yaitu indosat
dan HCTP memliki proporsi persentase yang sama yaitu 25% dengan masing masing
jumlah tower 3 unit. Pada data yang didapatkan dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan
1 25207 23549
Total 48756
Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah dari pengguna jaringan nikarkabel
berupa telepon genggam di kecmatan Sambutan adalah 48756 pelanggan.
b. Jumlah Pelanggan
1 5041 4710
Total 9751
Pelita 7, Tanah
1. MRS Sambutan - - - - - -
Pertamina EP
Halaman Kantor
4. Sektor 3 Sambutan 500 0 0 1 4 0
Kecamatan Sambutan
Sumber : Pertamina
Tabel 3.49 Data Jumlah Calon Pelanggan Pada Kelurahan Sungai Kapih dan Kelurahan
Sambutan
Capel Kel. Capel Kel. Capel Kel. Capel Kel.
No. RT No. RT
Sungai Kapih Sambutan Sungai Kapih Sambutan
2. 3 53 118 18. 20 63 -
4. 5 - 80 10. 22 42 -
5. 6 81 73 11. 23 87 -
6. 8 - 35 12. 25 - 110
7. 9 93 69 13. 26 - 118
9. 11 129 54 15. 28 - 42
11. 13 97 85 17. 30 - 54
16. 18 - 59 22. 35 - 68
23. 36 - 54 26. 40 7 63
25. 39 - 53
Sumber : Pertamina
Dari data jumlah calon pengguna jaringan gas tersebut diketahui bahwa RT 1, 7, 24,
dan 37 di Kelurahan Sambutan dan Sungai Kapih ini sama-sama tidak terdapat calon
pngguna jaringan gas. Dari data ini juga dapat diperoleh persentase calon pengguna di
setiap RT yang berada di Kelurahan Sungai Kapih dan Kelurahan Sambutan
30%
4%
5%
4%
3%
2% 2% 6% 2% 2% 10% 4% 4%
3% 2% 1%
5%
5%
5% 2%
3% 5%
5%
2% 2%
4% 3% 3%
1% 2%1%
4% 4% 3%
2% 0% 2%
Gambar 3.66 Kondisi Jaringan Gas Kelurahan Sambutan di Jalan Sultan Sulaiman
Sumber : Survei Primer, 2017
Tabel 3.50 Jumlah Sarana Angkutan Darat Kecamatan Sambutan Tahun 2016
Kendaraan beroda Gerobak
Kelurahan Sepeda Motor Sepeda
empat Dorong
Dari tabel 3.50 diketahui bahwa jumlah angkutan darat mengalami kenaikan dan
penurunan jumlah angkutan darat. Angkutan darat yang mengalami kenaikan terjadi pada
angkutan jenis kendaraan roda empat, sepeda motor dan sepeda, sedangkan angkutan darat
yang mengalami penurunan adalah gerobak dorong. Berikut diagram dari jumlah sarana
angkutan darat yang berada di Kecamatan Sambutan.
2500
Jumlah (unit)
2000
1500
1000 Kendaraan beroda empat
500 Sepeda Motor
0
Sepeda
Gerobak Dorong
Kelurahan
Dapat diketahui dari gambar 3.71 bahwa Kecamtan sambutan memiliki angkutan darat
tertinggi jenis sepeda motor pada Kelurahan Makroman dan sebaliknya Kelurahan sindang sari
memiliki jumlah kendaraan angkutan darat jenis motor terendah. Pada tranportasi darat di
Kecamatan Sambutan terdapat angkutan umum dengan trayek H1 dan H2, serta terdapat
angkutan umum AKDP (Antar Kota dalam Propinsi) yaitu Samarinda dengan Anggana. Berikut
data angkutan umum yang disajikan dalam bentuk tabel
Warna Rayon :
H2 7 KT. 1393 BJ SUZUKI 2002
bawah Kel. Sambutan, Kel.
H2 8 biru KT. 1396 BJ SUZUKI 2002
Sungai Lais, Kel. Sungai
H2 9 muda Kapih, Kel . Selili, Kel. KT. 1365 BJ SUZUKI 2002
atas Sidodamai dan Kel.
H2 10 putih KT. 1304 BJ SUZUKI 2002
Sungai Dama.
H2 11 KT. 1398 BJ SUZUKI 2003
Dari tabel 3.51 dapat diketahuinya rute perjalan dari trayek angkot H1 dan H2 dengan
H1 berwarna putih dengan les biru dan H2 berwarna biru muda pada bagian bawah dan bagian
atas berwarna putih serta dapat diketahui umur dari kendaraan angkutan umum tersebut yang
dimana angkot dengan trayek H1 memiliki rentan umur kendaraan berkisar 24 tahun,
sedangkan untuk trayek H2 berkisar 15. Berikut tabel mengenai kemudahan mendapatkan
angkutan umum di Kecamatan Sambutan
H1 17 22.5
14 85 75 45 90 90
H2 20 11
Dari tabel 3.52 diketahui bahwa angkutan umum di Kecamatan Sambutan ini memiliki
jam operasi selama 14 jam dengan lama perjalanan per rit 90 (menit/rit) dan rata-rata okupansi
atau load faktornya kertika sibuk sebesar 75% dan ketika tidak sibuk sebesar 45% dan untuk
lama perjalan per rit dalam menit/rit dalam keadaan sibuk 90 menit/rit dan tidak sibuk 90
menit/rit. Berdasarkan survei primer angkutan umum pada Kecamatan Sambutan sangat susah
ditemui karena jarang sekali angkutan umum pada kecamatan ini melintas. Berikut kondisi
eksisting dari angkutan umum yaitu trayek H1 dan H2 yang melayani Kecamatan Sambutan
(a) (b)
Gambar 3.72 Kondisi Eksisiting Angkutan Umum (a) Trayek H1 (b) Trayek H2
Sumber : Survey Primer, 2017
(a) (b)
Gambar 3.73 Kondisi Eksisting Sub Terminal dan Batas Angkot H2 Kecamatan Sambutan
Sumber : Survei Primer, 2017
Adapun peta rute transportasi setiap trayek angkutan umum yang melayani Kecamatan
Sambutan. Berikut peta rute transportasi angkutan umum trayek H1 dan H2 di Kecamatan
Sambutan.
1.
2.
3.
4.
Jalan Jembatan
12. Peringatan Jembatan 1
Mahkota II
Jumlah 109
Perintah
Tikungan ke
Kiri
Peringatan
Kelurahan
Jalan
1. Sindang
Poros
Sari
Batas Akhir
Larangan
Menyalip
Kendaraan
Lain
Peringatan
Banyak Lalu
Lintas Pejalan
Kaki Anak-
anak
Peringatan
Persimpangan
tiga sisi kanan
Larangan
Stop
Peringatan
Jalan Permukaan
Kelurahan
Sultan Jalan yang
2. Sambutan
Sulaiman Cembung
Peringatan
Banyak
Tikungan
dengan
Tikungan
Pertama Ke
Kanan
Perintah
Tikungan Ke
Kanan
Jalan
Peringatan
Jembatan
Jembatan
Mahkota II
Kelurahan
3. Sungai
Kapih
Jalan
Kapten
Nama Jalan
Soedjono
Aj
Peringatan
Memasuki
Kelurahan Jalan
4. Jalu atau
Makroman Propinsi
Lajur yang
Ditunjuk
Petunjuk
Lokasi Masjid
Peringatan
Tanjakan
Landai
Peringatan
Simpang
Empat
Prioritas
Larangan
Menyalip
Kendaraan
Lain
Pembagi Jalur
Garis Lurus
Tidak Terdapat
Marka Jalan
3. Kelurahan
Pembagi Jalur
Sindang Jalan Poros
Garis Lurus
Sari
Trotoar dengan
Jalan Jembatan kondisi baik,
1.
Mahkota II menggunakan
perkerasan paving
Trotoar dengan
kondisi yang
memiliki perkerasan
semen tetapi tidak
memenuhi jalur
trotoar.
Trortoar yang
digunakan sebagai
tempat pembuangan
sampah
Jalan Kapten
2.
Soedjono Aj
Trotoar yang di
tumbuhi oleh
rerumputan yang
tinggi
Neighborhood
Kelurahan Traffic Circle
1.
Sambutan
Kelurahan
2.
Makroman
1. Kantor 2 Terdapat 2
Pemadam kantor
Kebakaran pemadam
kebakaran
yang
berada di
Jalan Pelita
8,
Kelurahan
Sambutan,
Kecamatan
Jalan Pelita 8, Kelurahan Sambutan, Sambutan
Kecamatan Sambutan dan di
Perumahan
Pondok
Karya
Lestari,
Kelurahan
Sungai
Kapih,
Kecamatan
Sambutan.
2. Mobil 3 Terdapat 2
Pemadam unit mobil
Kebakaran pemadam
kebakaran
yang
berada di
kantor
pemadam
kebakaran
di Jalan
Pondok
Karya
Lestari
terdapat 1
(satu) unit
mobil
pemandu.
3. Motor 2 Terdapat 2
Pemadam (dua) unit
Kebakaran motor
pemadam
kebakaran
yang
berada di
Perumahan
Pondok
Karya
Lestari,
Kelurahan
Sungai
Kapih,
Kecamatan
Sambutan
yang
digunakan
untuk
Jl. Karya
1. 5-6 150-220 SON 2 1 5 3 2
Bakti
Jl. H. Embon
2. 3-4 150-220 SON 54 9 67 63 4
Suryana
Jl. Padat
4. 5-6 150-220 SON - 1 6 1 5
Karya
Perumahan
11. 3-6 125-250 LED 39 - 50 39 11
Citra
Jl. Sultan
13. 5-6 125-250 LED 3 - 7 3 4
Alimudin
Jl. Sultan
14. 5-6 125-250 SON 16 - 22 16 6
Sulaiman
Gambar 3.80 Penerangan Jalan Umum di Kecamatan Sambutan Pada Siang Hari
Sumber : Survey Primer, 2017
Keterangan :
Ps = jumlah penduduk tahun x
Po = jumlah penduduk tahun x – 1
n = selisih tahun
Proses Perhitungan :
2529−2439
r pulau atas (2012-2013) = = 0,0369
2439−1
2581−2529
r pulau atas (2013-2014) = = 0,020561
2529−1
3040−2581
r pulau atas (2014-2015) = = 0,177838
2581−1
3040−2581
r pulau atas (2015-2016) = = -0,12204
2581−1
0,0369+0,020561+0,177838+(−0,12204)
rata-rata r tahunan pulau atas = = 0,02832
4
dilakukan pula perhitungan nilai r pada Kelurahan Sindang Sari, Kelurahan Makroman,
Kelurahan Sambutan, dan Kelurahan Sungai Kapih hingga didapatkan rata rata r tahunan.
Berikut hasil nilai r setiap kelurahan yang disajikan dalam bentuk tabel, sebagai berikut
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Produksi Air Limbah Kecamatan Sambutan Tahun 2017 – 2037
368
Standar Jumlah Eksisting
Jenis Fasilitas Kebutuhan
Kelurahan Penduduk Penduduk Sarana Keterangan
Peribadatan Sarana (Unit)
(Jiwa) (Jiwa) (Unit)
Gereja 2500 1 1 Terpenuhi
Kelenteng Tergantung Tergantung - Tergantung
sistem sistem sistem
kekerabatan/ kekerabatan/ kekerabatan/
lembaga lembaga lembaga
hirarki hirarki hirarki
Makroman Masjid 30000 7.082 * 11 Terpenuhi
Musholla/Langgar 250 28 15 Tidak
Terpenuhi
Gereja 2500 3 3 Terpenuhi
Kelenteng Tergantung Tergantung - Tergantung
sistem sistem sistem
kekerabatan/ kekerabatan/ kekerabatan/
lembaga lembaga lembaga
hirarki hirarki hirarki
Sambutan Masjid 30000 30.753 1 9 Terpenuhi
Musholla/Langgar 250 123 14 Tidak
Terpenuhi
Gereja 2500 12 - Tidak
Terpenuhi
Kelenteng Tergantung Tergantung - Tergantung
sistem sistem sistem
kekerabatan/ kekerabatan/ kekerabatan/
lembaga lembaga lembaga
hirarki hirarki hirarki
Sungai Masjid 30000 12.275 * 7 Terpenuhi
Kapih Musholla/Langgar 250 49 10 Tidak
Terpenuhi
Gereja 2500 5 1 Tidak
Terpenuhi
Kelenteng Tergantung Tergantung - Tergantung
sistem sistem sistem
kekerabatan/ kekerabatan/ kekerabatan/
369
Standar Jumlah Eksisting
Jenis Fasilitas Kebutuhan
Kelurahan Penduduk Penduduk Sarana Keterangan
Peribadatan Sarana (Unit)
(Jiwa) (Jiwa) (Unit)
lembaga lembaga lembaga
hirarki hirarki hirarki
Sumber: Analisis Penulis, 2017
Keterangan: * (Tidak perlu dihitung karena jumlah penduduk tidak memenuhi standar
penduduk)
- (Kosong)
Dari data tabel di atas maka dapat diasumsikan bahwa jumlah Masjid di Kecamatan
Sambutan sesuai dengan SNI 03 – 1733 – 2004 yang merupakan Masjid Kecamatan
dengan daya tampung sebanyak 30.000 jiwa. Dengan jumlah masjid sebanyak 32 unit maka
didapatkan sebanyak 960.000 jiwa yang dapat ditampung dalam 32 masjid tersebut. Maka
dapat disimpulkan bahwa dengan 32 unit Masjid di Kecamatan Sambutan tersebut mampu
menampung banyaknya penduduk di Kecamatan Sambutan yang beragama Islam. Serta
untuk melakukan analisis kesesuaian terhadap Sarana Peribadatan Musholla/Langgar maka
dapat diasumsikan bahwa jumlah Mushola/Langgar yang terdapat di Kecamatan Sambutan
dengan jumlah 49 buah tersebut belum mampu menampung jumlah penduduk per
Keluruhan karna masih kurang sehingga perlu ditambahkan beberapa unit Mushola/Langgar
yang tersebar di masing – masing Kelurahan. Seperti pada Kelurahan Pulau Atas
dibutuhkan penambahan mushola sebanyak 8 unit, Kelurahan Sindang Sari sebanyak 5 unit,
Kelurahan Makroman sebanyak 13 unit, Kelurahan Sungai Kapih Sebanyak 39 unit,
Kelurahan Sambutan membutuhkan 109 unit mushola/langgar. Kebutuhan tetap terpenuhi
karena jumlah masjid yang memenuhi standar kebutuhan masyarakat Kecamatan
Sambutan. Sedangkan untuk sarana peribadatan gereja di Kelurahan Sambutan dan Sungai
Kapih membutuhkan penambahan sebanyak 12 unit dan 4 unit. Sarana peribadatan
kelenteng tidak memiliki standar nasional dari pemerintah karena tergantung sistem
kekerabatan/lembaga hirarki pada penganut agama tersebut. Kebutuhan sarana
peribadatan pada tahun proyeksi didapatkan dengan rumus:
Proyeksi Penduduk Tahun n
Kebutuhan Sarana Peribadatan Tahun N =
Standar Penduduk
370
kebutuhan sarana peribadatan pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Sambutan
seperti tabel proyeksi berikut.
Tabel 4.13 Hasil Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Kecamatan Sambutan Tahun
2017 – 2037
Standar Tahun
Jenis Fasilitas
Desa/Kelurahan Penduduk 2017 2022 2027 2032 2037
Peribadatan
(Jiwa)
Pulau Atas Masjid 30000 * * * * *
Musholla/Langgar 250 11 13 15 17 20
Gereja 2500 1 1 2 2 2
Kelenteng Tergantung
sistem kekerabatan/
lembaga hirarki
Sindang Sari Masjid 30000 * * * * *
Musholla/Langgar 250 13 15 17 20 22
Gereja 2500 1 1 2 2 2
Kelenteng Tergantung
sistem kekerabatan/
lembaga hirarki
Makroman Masjid 30000 * * * * *
Musholla/Langgar 250 29 35 41 46 52
Gereja 2500 3 4 4 5 5
Kelenteng Tergantung
sistem kekerabatan/
lembaga hirarki
Sambutan Masjid 30000 1 1 1 2 2
Musholla/Langgar 250 127 152 177 201 226
Gereja 2500 13 15 18 20 23
Kelenteng Tergantung
sistem kekerabatan/
lembaga hirarki
Sungai Kapih Masjid 30000 * * * * *
Musholla/Langgar 250 50 59 68 78 87
Gereja 2500 5 6 7 8 9
Kelenteng Tergantung
sistem kekerabatan/
371
Standar Tahun
Jenis Fasilitas
Desa/Kelurahan Penduduk 2017 2022 2027 2032 2037
Peribadatan
(Jiwa)
lembaga hirarki
Sumber: Analisis Penulis, 2017
Keterangan: * (Tidak perlu dihitung karena jumlah penduduk tidak memenuhi standar
penduduk)
- (Kosong)
Berdasarkan tabel diatas, yaitu hasil proyeksi kebutuhan sarana peribadatan pada
Kecamatan Sambutan tahun 2017, 2022, 2027, 2032, 2037 dapat diketahui bahwa
kebutuhan masyarakat terhadap sarana peribadatan akan selalu meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk. Proyeksi tersebut dapat membantu pembangunan Sarana
Peribadatan pada Kecamatan Samarinda Kota dalam 20 tahun kedepan. Untuk sarana
peribadatan kelenteng tidak dapat dilakukan analisis karena tidak ada standar resmi yang
dikeluarkan pemerintah, dan untuk penambahan kelenteng disesuaikan dengan kebiasaan
penganut agama setempat dalam melakukan ibadah agamanya.Tetapi, untuk beberapa
jenis sarana peribadatan seperti masjid tidak perlu dilakukan penambahan karena jumlah
penduduk masih dibawah jumlah standar jenis masjid. Hal ini juga dipengaruhi karena laju
pertumbuhan pada setiap kelurahan di Kecamatan Sambutan tergolong lambat sehingga
kondisi eksisting pada masa sekarang masih mampu untuk menunjang sarana peribadatan
masjid masyarakat hingga tahun 2037 kecuali pada jenis sarana peribadatan
musholla/langgar dan gereja yang memerlukan penambahan sesuai dengan pertumbuhan
penduduk agar kebutuhan rohani masyarakat dapat terus terjaga dan meningkatkan
keimanan masyarakat pada Kecamatan Sambutan. Pada hasil analisis spasial didapatkan
bahwa kebutuhan sarana peribadatan sudah hamper terpenuhi, hanya sebagian wilayah di
Kelurahan Makroman dan Sindang Sari yang masih membutuhkan beberapa unit sarana
peribadatan agar mudah dijangkau masyarakat. Analisis spasial untuk setiap jenis sarana
peribadatan pada tiap kelurahan berdasarkan radius pencapaian pelayanan sarana
peribadatan dapat dilihat pada peta sebagai berikut.
372
Gambar 4.5 Peta Radius Pelayanan Sarana Peribadatan
Sumber: Analisis Arcgis, 2017
373
4.9 Fasilitas Perniagaan / Perbelanjaan
Perniagaan / perbelanjaan di Kecamatan Sambutan, dapat dianalisakan
kebutuhannya dilihat melalui jumlah perdagangan dan jasa yang ada serta jumlah penduduk
yang ada. Menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perniagaan / perbelanjaan
terdapat pada 2.11. Untuk mengetahui apakah sudah memenuhi kebutuhan penduduk
Kecamatan Sambutan atau belum, berikut adalah tabel jumlah penduduk Kecamatan
Sambutan:
Tabel 4.14 Tabel Analisa Jumlah Kebutuhan Fasilitas Perniagaan / Perbelanjaan Tahun
2016
Jenis Fasilitas Standar Jumlah Kebutuhan Eksisting
Kelurahan Perniagaan/ Penduduk Penduduk Sarana Sarana Keterangan
Perbelanjaan (Jiwa) (Jiwa) (Unit) (Unit)
Pulau Atas Toko atau warung 250 2.669 11 33 Terpenuhi
Pertokoan 6.000 * - *
Pusat 120.000 * - *
perbelanjaan dan
niaga
Pertokoan 6.000 * - *
Pusat 120.000 * - *
perbelanjaan dan
niaga
Pusat 120.000 * * *
perbelanjaan dan
374
Jenis Fasilitas Standar Jumlah Kebutuhan Eksisting
Kelurahan Perniagaan/ Penduduk Penduduk Sarana Sarana Keterangan
Perbelanjaan (Jiwa) (Jiwa) (Unit) (Unit)
niaga
Pusat 120.000 * - *
perbelanjaan dan
niaga
375
eksisting tidak dapat memenuhi standar kebutuhan yaitu diperlukannya 1 unit sarana
pertokoan. Rata-rata toko di Kelurahan Makroman terdapat di Jl. Propinsi. Pada Kelurahan
Sambutan dengan jumlah penduduk sebanyak 30.753 orang, maka dibutuhkan toko
sebanyak 123 toko, pada kondisis eksisting, terdapat 126 toko sehingga memenuhi
kebutuhan penduduk. Pada sarana pertokoan di Kelurahan Sambutan sudah terpenuhi
dengan standar kebutuhan sebanyak 5 unit dan pada kondisi eksisting sebanyak 7 unit.
Namun untuk jenis pusat pertokoan, kebutuhan eksisting tidak dapat memenuhi standar
kebutuhan yaitu diperlukannya 1 unit pusat pertokoan. Rata-rata toko di Kelurahan
Sambutan terdapat di Jl. Sultan Sulaiman. Pada Kelurahan Sungai Kapih dengan penduduk
sebanyak 12.275 orang penduduk, maka dibutuhkan toko sebanyak 49 toko. Pada kondisi
eksisting terdapat 31 toko, maka kebutuhan penduduk tidak terpenuhi. Begitu juga dengan
kebutuhan 2 unit sarana pertokoan yang tidak terpenuhi. Kebanyakan toko di Kelurahan
Sungai Kapih menyebar pada Jl. Kapten Soedjono. Perlu dilakukan arahan untuk
penambahan jumlah sarana perbelanjaan/perniagaan jenis toko/warung sesuai dengan
standar kebutuhan untuk memudahkan masyarakat berbelanja pada Kelurahan Sambutan.
Analisa perniagaan / perbelanjaan terbanyak di Kecamatan Sambutan dapat dilihat dengan
tabel berikut:
Tabel 4.15 Analisa Jenis Perniagaan/Perbelanjaan Terbanyak Tiap Kelurahan di Kecamatan
Sambutan Tahun 2016
Jenis
Desa/Kelurahan Perniagaan/Perbelanjaan Lokasi Terbanyak
Terbanyak
Pulau Atas Toko Jl. Kenangan
376
disimpulkan bahwa untuk sarana perniagaan/perbelanjaan yang dibutuhkan di Kecamatan
Sambutan sudah terpenuhi kebutuhannya. Tidak cukup hanya mengetahui kebutuhan
fasilitas perniagaan/perbelanjaan di tahun 2016, namun diperlukan juga proyeksi untuk
mengetahui bagaimana kebutuhan fasilitas perniagaan/perbelanjaan di Kecamatan
Sambutan pada tahun 2017-2037. Kebutuhan sarana perniagaan/perbelanjaan pada tahun
proyeksi didapatkan dengan rumus:
Proyeksi Penduduk Tahun n
Kebutuhan sarana perniagaan/perbelanjaan toko/warung tahun n =
Standar Penduduk
Pertokoan 6.000 * * * * *
Pertokoan 6.000 * * * * *
Pertokoan 6.000 1 1 2 2 2
377
Standar Tahun
Jenis Fasilitas
Desa/Kelurahan Penduduk 2017 2022 2027 2032 2037
Perniagaan/Perbelanjaan
(Jiwa)
Pusat pertokoan 30.000 * * * * *
Sambutan Toko atau warung 250 127 152 177 201 226
Pertokoan 6.000 5 6 7 8 9
Pertokoan 6.000 2 2 3 3 4
378
penambahan toko/warung sebanyak 56 unit dan 4 unit pertokoan agar dapat memenuhi
kebutuhan di tahun 2037 mendatang. Perlunya dilakukan penambahan sarana
perniagaan/perbelanjaan agar kebutuhan pokok masyarakat pada Kecamatan Sambutan
dapat terpenuhi.
379
Gambar 4.6 Peta Radius Pelayanan Perdagangan dan Jasa
Sumber: Analisis Arcgis, 2017
380
4.10 Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Berikut adalah analisis dari kebutuhan pelayanan umum dan pemerintahan di
Kecamatan Sambutan berdasarkan jumlah penduduk. Dalam memperkirakan kebutuhan
fasilitas pelayanan umum dan pemerintahan, maka sebelum melakukan proyeksi
kebutuhannya, perlu diperhatikan Standar Nasional Indonesia No. 03-1733 Tahun 2004
mengenai standar pelayanan umum dan pemerintahan. Berikut proyeksi kebutuhan sarana
pelayanan umum dan pemerintahan di Kecamatan Samarinda Kota dalam 20 tahun
kedepan, dengan memperhatikan jumlah sarana pelayanan umum dan pemerintahan yang
tersedia di Kecamatan Sambutan di setiap kelurahan pada tabel berikut.
Tabel 4.17 Tabel Analisa Jumlah Kebutuhan Fasilitas Pelayanan Umum dan Pemerintahan
Tahun 2016
Jenis Fasilitas
Standar Jumlah Kebutuhan Eksisting
Pelayanan Umum
Kelurahan Penduduk Penduduk Sarana Sarana Keterangan
dan
(Jiwa) (Jiwa) (Unit) (Unit)
Pemerintahan
Pulau Atas Kantor Pos/Pos 120.000 2.669 * - *
Pembantu
LPM - * 1 *
Warung 30.000 * 1 *
Telekomunikasi
(WARTEL)
Pos Kamling * 7 *
Kantor 1 1 Terpenuhi
Kelurahan
LPM - * 1 *
Warung 30.000 * 8 *
381
Jenis Fasilitas
Standar Jumlah Kebutuhan Eksisting
Pelayanan Umum
Kelurahan Penduduk Penduduk Sarana Sarana Keterangan
dan
(Jiwa) (Jiwa) (Unit) (Unit)
Pemerintahan
Telekomunikasi
(WARTEL)
Pos Kamling * 13 *
Kantor 1 1 Terpenuhi
Kelurahan
LPM - * 1 *
Warung 30.000 * 1 *
Telekomunikasi
(WARTEL)
Pos Kamling * 19 *
Kantor 1 1 Terpenuhi
Kelurahan
LPM - * 1 *
Warung 30.000 * - *
Telekomunikasi
(WARTEL)
Pos Kamling * 8 *
Kantor 1 1 Terpenuhi
382
Jenis Fasilitas
Standar Jumlah Kebutuhan Eksisting
Pelayanan Umum
Kelurahan Penduduk Penduduk Sarana Sarana Keterangan
dan
(Jiwa) (Jiwa) (Unit) (Unit)
Pemerintahan
Kelurahan
LPM - * 1 *
Warung 30.000 * - *
Telekomunikasi
(WARTEL)
Pos Kamling * 20 *
Kantor 1 1 Terpenuhi
Kelurahan
383
Gambar 4. 7 Peta Radius Pelayanan Sarana Pelayanan Umum
Sumber: Analisis Arcgis, 2017
384
4.11 Fasilitas Kebudayaan, Rekreasi, dan Olahraga
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei primer mengenai fasilitas
kebudayaan, rekreasi dan olahraga di Kecamatan Sambutan, terdapat sejumlah sarana yang
tersebar di beberapa titik di kecamatan tersebut. Adapun data-data itu telah terlampir pada tabel
3.x, yang menunjukkan bahwa budaya, rekreasi, dan olahraga di Kecamatan Sambutan antara
lain berupa tempat rekreasi hiburan keluarga, lapangan olahraga, dan fitness center. Rekreasi
hiburan keluarga yang ada cukup beragam, seperti Kolam Wisata Tjiu’s Palace di Jl, Sultan
Sulaiman (Pelita 6) Kelurahan Sambutan yang menyediakan pendopo-pendopo dengan gaya
lesehan untuk bersantai sambil menyantap makanan yang dipesan, pengunjung juga dapat
menonton pertunjukkan musik, menikmati wahana kereta dan wisata air, berenang di kolam
renang indoor, hingga memancing di kolam-kolam yang disediakan. Kolam Wisata tersebut
dapat melayani pengunjung dalam skala kelurahan hingga kecamatan. Namun, kebanyakan
pengunjung berasal dari luar kecamatan, dengan luasnya skala tersebut, Tjiu’s Palace didukung
oleh tempat parkir yang terbilang luas. Ketika akhir pekan atau libur sekolah, daya tampung di
tempat ini pun seringkali tidak mencukupi. Selain Tjiu’s Palace, terdapat Kolam Pemancingan
Lion Jaya Fishing, dengan akses yang tidak mudah karena berada di jalan lingkungan tepatnya
di Kelurahan Sindang Sari. Sama halnya dengan tempat rekreasi sebelumnya, Lion Jaya
Fishing menyediakan kolam-kolam pemancingan yang ditujukan untuk sekedar mengisi waktu
luang atau menyalurkan hobi. Selanjutnya, terdapat Kolam Pemancingan B. Samarindu di Jalan
Pelita 7 Sambutan. Pemancingan ini rutin mengadakan lomba memancing di akhir pekan,
sehingga banyak pengunjung berasal dari luar Kecamatan Sambutan yang ikut berpartisipasi
dalam event tersebut.
Di Kecamatan Sambutan, tepatnya di Jalan Olah Bebaya Pulau Atas, terdapat tempat
peribadatan yaitu Klenteng Nan Shi Zhu. Namun, selain digunakan sebagai kegiatan
keagamaan, tempat ini seringkali digunakan menjadi sarana rekreasi, hal ini ditunjukkan dari
adanya warung-warung kecil disekitarnya yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan
pengunjung. Klenteng ini dilengkapi dengan kolam kecil untuk sarana menenangkan diri. Selain
itu, pengunjung juga dapat mengelilingi klenteng tersebut dan mengabadikannya dengan
berfoto. Banyaknya fasilitas rekreasi dan budaya di kecamatan tersebut karena didukung oleh
area-area yang berpotensi sebagai daerah rekreasi serta banyak tersedianya lahan yang masih
kosong.
Selain fasilitas rekreasi dan budaya, terdapat fasilitas olahraga baik in door berupa
fitness center dan lapangan futsal, maupun out door seperti lapangan bulu tangkis dan
385
lapangan sepak bola. Di Kelurahan Makroman terdapat dua fitness center dimana keduanya
memiliki fasilitas gym, dan salah satunya menyediakan kelas bela diri dan kelas senam. Lokasi
yang berada di tengah-tengah Kecamatan Sambutan menunjukkan bahwa fasilitas ini dapat
memenuhi kebutuhan skala kecamatan. Kemudian, terdapat lapangan futsal Winning Eleven di
Jalan Sultan Sulaiman Sambutan berskala kecamatan pula. Untuk lapangan out door, yaitu
lapangan bulu tangkis yang ditemukan di Kelurahan Sungai Kapih ini berada di kawasan
permukiman warga sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan skala RT hingga skala RW.
Adapun Lapangan Pordak di Pulau Atas yang berkelompok dengan sarana pendidikan yaitu
SDN 034. Lapangan ini selain digunakan sebagai sarana bermain dan olahraga oleh warga
sekitar, juga dimanfaatkan sebagai lapangan upacara oleh sekolah tersebut. Kemudian
Lapangan Windudadi Adidas di Makroman yang terletak di jalan utama sehingga dapat
menampung kebutuhan penduduk lebih luas lagi daripada Lapangan Pordak. Kebutuhan
sarana olahraga berupa lapangan olahraga telah memenuhi kebutuhan penduduk bahkan
hingga 20 tahun kedepan karena jumlah penduduk di kecamatan tersebut tidak sebanyak
jumlah penduduk di kecamatan lain dan luas lahan yang memadai untuk menyediakan fasilitas-
fasilitas tersebut.
Penduduk Tahun n
Kebutuhan RTH Tahun n =
Standar Penduduk
Adapun contoh perhitungan kebutuhan RTH jenis taman RT di Kelurahan Pulau Atas
tahun 2016 adalah sebagai berikut.
2.669
Kebutuhan RTH jenis taman RT Tahun 2016 =
250
Kebutuhan RTH jenis taman RT Tahun 2016 = 11 unit
Selanjutnya untuk jenis RTH lainnya di masing-masing kelurahan di Kecamatan
Sambutan pada tahun 2016 akan diuraikan pada tabel berikut.
386
Tabel 4.18 Kebutuhan RTH pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan Sambutan Tahun 2016
Kebutuhan berdasarkan Jumlah Penduduk per Kelurahan
Jenis RTH Pulau Atas Sindang Sari Makroman Sambutan Sungai Kapih Ketersediaan Keterangan
2669 jiwa 3013 jiwa 7082 jiwa 30753 jiwa 11915 jiwa
Taman RT Tidak
11 13 29 124 48 2
(1 unit/250 jiwa) terpenuhi
Taman RW
Tidak
(1 unit/2.500 2 2 3 13 5 0
terpenuhi
jiwa)
Taman
Kelurahan Belum Belum Belum Belum
(1 unit/30.000 2 0 Terpenuhi
dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan
jiwa)
Taman
Kecamatan Belum Belum Belum Belum Belum
(1 unit/120.000 0 Terpenuhi
dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan
jiwa)
Pemakaman
(1 unit/120.000 Belum Belum Belum Belum Belum
7 Terpenuhi
jiwa) dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan
387
Kebutuhan berdasarkan Jumlah Penduduk per Kelurahan
Jenis RTH Pulau Atas Sindang Sari Makroman Sambutan Sungai Kapih Ketersediaan Keterangan
2669 jiwa 3013 jiwa 7082 jiwa 30753 jiwa 11915 jiwa
jiwa)
Hutan Kota
(1 unit/480.000 Belum Belum Belum Belum Belum
0 Terpenuhi
jiwa) dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan
Pada tabel tersebut, sebagian besar kebutuhan terpenuhi karena minimnya jumlah penduduk yang mempengaruhi kebutuhan
fasilitasnya. Adapun proyeksi untuk 20 tahun kedepan seperti tabel berikut yang diharapkan mampu menciptakan RTH sesuai
standar kebutuhan penduduk setempat.
Tabel 4.19 Proyeksi Kebutuhan RTH pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan Sambutan Pada Tahun 2017-2037
Kelurahan Jumlah
Tahun Jenis RTH
Pulau Atas Sindang Sari Makroman Sambutan Sungai Kapih (Unit)
Taman RT 12 13 30 128 50 233
Taman RW 2 2 3 13 5 25
Taman Kelurahan 0 0 0 2 0 2
2017
Taman Kecamatan 0 0 0 0 0 0
Pemakaman 0 0 0 0 0 0
388
Kelurahan Jumlah
Tahun Jenis RTH
Pulau Atas Sindang Sari Makroman Sambutan Sungai Kapih (Unit)
Taman Kota 0 0 0 0 0 0
Hutan Kota 0 0 0 0 0 0
Taman RW 2 2 4 16 6 30
Taman Kelurahan 0 0 0 2 0 2
Taman Kecamatan 0 0 0 0 0 0
2022
Pemakaman 0 0 0 0 0 0
Taman Kota 0 0 0 0 0 0
Hutan Kota 0 0 0 0 0 0
2027 Taman RW 2 2 5 18 7 34
Taman Kelurahan 0 0 0 2 0 2
389
Kelurahan Jumlah
Tahun Jenis RTH
Pulau Atas Sindang Sari Makroman Sambutan Sungai Kapih (Unit)
Taman Kecamatan 0 0 0 0 0 0
Pemakaman 0 0 0 0 0 0
Taman Kota 0 0 0 0 0 0
Hutan Kota 0 0 0 0 0 0
Taman RW 2 2 5 21 8 38
Taman Kelurahan 0 0 0 2 0 2
Taman Kecamatan 0 0 0 0 0 0
2032
Pemakaman 0 0 0 0 0 0
Taman Kota 0 0 0 0 0 0
Hutan Kota 0 0 0 0 0 0
390
Kelurahan Jumlah
Tahun Jenis RTH
Pulau Atas Sindang Sari Makroman Sambutan Sungai Kapih (Unit)
Taman RW 2 3 6 23 9 43
Taman Kelurahan 0 0 0 2 0 2
Taman Kecamatan 0 0 0 0 0 0
Pemakaman 0 0 0 0 0 0
Taman Kota 0 0 0 0 0 0
Hutan Kota 0 0 0 0 0 0
391
4.13 Fasilitas Parkir
Menurut hasil survey lapangan yang dilakukan di Kecamatan Sambutan, lahan parkir
yang tersedia sebagian besar merupakan jenis parkir on street karena pada kawasan studi
tersebut tidak terdapat gedung perkantoran, gedung pertokoan, gedung restoran, gedung
bioskop, hotel, maupun rumah sakit yang mengharuskan menyediakan tempat parkir untuk
pengunjung atau penggunanya. Namun terdapat beberapa lahan yang umumnya digunakan
sebagai parkir kendaraan pengunjung atau penduduk setempat seperti pada tabel 3.x.
Berikut merupakan pemaparan mengenai jumlah kendaraan yang dapat ditampung sesuai
pedoman perencanaan dan pengoperasian fasilitas parkir tahun 1998 yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.20 Daya Tampung Lahan Parkir berdasarkan Luas di Kecamatan Sambutan tahun
2016
Jumlah Kendaraan yang Dapat Ditampung berdasarkan SRP
392
Jumlah Kendaraan yang Dapat Ditampung berdasarkan SRP
dan Taman
Kanak-
kanak di
Gang
Rambutan,
Jalan
Propinsi,
Makroman
6. Masjid 90 7 7 6 2 60
Jami
Baabul
Jannah,
Jalan
Propinsi,
Makroman
Adapun contoh perhitungan kebutuhan lahan parkir di Kelurahan Pulau Atas tahun
2016 adalah sebagai berikut.
393
2.669
Kebutuhan Lahan Parkir Minimal Tahun 2016 =
30.000
Tabel 4.22 Proyeksi Kebutuhan Lahan Parkir dalam Skala Area Pelayanan Kelurahan di
Kecamatan Sambutan Pada Tahun 2017-2037
Total
Jumlah Kebutuhan Lahan
Kebutuhan 2 2
Tahun Kelurahan Penduduk (m per Total (m ) Parkir yang
(unit)
(Jiwa) unit) Dibutuhkan
(m2)
Pulau Atas 2775 0 0 0
Sindang Sari 3133 0 0 0
2017 Makroman 7364 0 0 0 4.000
Sambutan 31974 2 2.000 4.000
Sungai Kapih 12388 0 0 0
2022 Pulau Atas 3305 0 0 0 4.000
394
Total
Jumlah Kebutuhan Lahan
Kebutuhan 2 2
Tahun Kelurahan Penduduk (m per Total (m ) Parkir yang
(unit)
(Jiwa) unit) Dibutuhkan
(m2)
Sindang Sari 3731 0 0 0
Makroman 8769 0 0 0
Sambutan 38076 2 2.000 4.000
Sungai Kapih 14753 0 0 0
Pulau Atas 3835 0 0 0
Sindang Sari 4329 0 0 0
2027 Makroman 10174 0 0 0 4.000
Sambutan 44179 2 2.000 4.000
Sungai Kapih 17117 0 0 0
Pulau Atas 4364 0 0 0
Sindang Sari 4927 0 0 0
2032 Makroman 11579 0 0 0 4.000
Sambutan 50281 2 2.000 4.000
Sungai Kapih 19481 0 0 0
Pulau Atas 4894 0 0 0
Sindang Sari 5525 0 0 0
2037 Makroman 12985 0 0 0 4.000
Sambutan 56383 2 2.000 4.000
Sungai Kapih 21846 0 0 0
Sumber : Analisa penulis, 2017
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa mulai tahun 2017 hingga tahun 2037,
hanya perlu dilakukan penambahan fasilitas lahan parkir di Kelurahan Sambutan dengan
luas sekurang-kurangnya 4.000 m2, karena belum adanya kebutuhan penduduk akan lahan
parkir di Kecamatan Sambutan.
395
Berikut merupakan perhitungan proyeksi kebutuhan air untuk fasilitas domestik :
Kebutuhan Air Domestik= Jumlah Penduduk x Kebutuhan Air per Kapita
Berdasarkan data sekunder yang didapatkan, jumlah penduduk di Kota Samaarinda
mencapai 800.000 jiwa pada tahun 2015, sehingga Kota Samarinda termasuk kategori Kota
Besar. Kecamatan Sambutan merupakan salah satu Kecamatan di Kota Samarinda , yang
berarti penggunaan air per kapita menggunakan standar kebutuhan Kota Besar, taitu 150
l/org/hari.
Berikut merupakan perhitungan proyeksi Kebutuhan Non Domestik :
a. Fasum = 15% x kebutuhan domestik
b. Kantor = 15% x kebutuhan domestik
c. Komersial = 20% x kebutuhan domestik
d. Industri = 10% x kebutuhan domestik
e. Hidran = 20% x kebutuhan domestik
f. Kehilangan air = 15% x kebutuhan domestik
396
Kebutuhan Air
Tahun Kelurahan Total
Domestik
sambutan 6626850
sungai kapih 2567550
2032 pulau atas 654600 13594800
sindang sari 739050
makroman 1736850
sambutan 7542150
sungai kapih 2922150
2037 pulau atas 734100 15244950
sindang sari 828750
makroman 1947750
sambutan 8457450
sungai kapih 3276900
397
Kebutuhan Harian
Tahun Proyeksi KELURAHAN Rata rata Total (Liter /hari)
(Liter/hari)
makroman 3386858
sambutan 14707193
sungai kapih 5698193
2037 pulau atas 1431495
sindang sari 1616063
makroman 3798113 29727653
sambutan 16492028
sungai kapih 6389955
398
Kebutuhan Harian
Tahun Proyeksi KELURAHAN Rata rata Maksimal Total
(Liter/hari)
2037 pulau atas 1431495 34186800,4
sindang sari 1616063
makroman 3798113
sambutan 16492028
sungai kapih 6389955
Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, dapat ditentukan besar daya yang
diperlukan pada masing-masing aspek kebutuhan yang terdiri dari sarana lingkungan,
kebutuhan komersial, kebutuhan sosial dan kebutuhan perkantoran, berikut merupakan
rumus yang dipakai untuk analisis Adapun hasil perhitungan pada masing-masing
kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sarana lingkungan: 68 watt/jiwa
b. Kebutuhan komersial: 119 watt/jiwa
c. Kebutuhan sosial: 30 watt/jiwa
d. Kebutuhan perkantoran: 17 watt/jiwa
e. Penerangan: 17 watt/jiwa
Kebutuhan = (jenis sarana)watt/jiwa x Jumlah Penduduk
Berikut merupakan proyeksi kebutuhan daya listrik di Kecamatan Sambutan:
Tabel 4.26 Proyeksi Kebutuhan daya listrik di Kecamatan Sambutan
399
Tahu Kelura Jumla Listrik Rumah Tangga 180 watt/jiwa Total
n han h Sarana Kebutu Kebutu Kebutuh Peneran Daya
Proye Pendu Lingkun han han an gan Kecam
ksi duk gan Komer Sosial( Perkant (watt) atan
(watt) sial watt) oran (watt)
(watt) (watt)
2017 Pulau 14.466.
2775
Atas 188700 330225 83250 47175 47175 134
Sindan
3133
g Sari 213044 372827 93990 53261 53261
Makro
7364
man 500752 876316 220920 125188 125188
Sambu 380490
31974
tan 2174232 6 959220 543558 543558
Sungai 147417
12388
kapih 842384 2 371640 210596 210596
Total 685844
57634
3919112 6 1729020 979778 979778
2022 Pulau 17.227.
3305
Atas 224740 393295 99150 56185 56185 134
Sindan
3731
g Sari 253708 443989 111930 63427 63427
Makro 104351
8769
man 596292 1 263070 149073 149073
Sambu 453104
38076
tan 2589168 4 1142280 647292 647292
Sungai 175560
14753
kapih 1003204 7 442590 250801 250801
Total 816744
68634
4667112 6 2059020 1166778 1166778
2027 Pulau 199881
3835
Atas 260780 456365 115050 65195 65195 34
Sindan
4329
g Sari 294372 515151 129870 73593 73593
Makro 121070
10174
man 691832 6 305220 172958 172958
400
Tahu Kelura Jumla Listrik Rumah Tangga 180 watt/jiwa Total
n han h Sarana Kebutu Kebutu Kebutuh Peneran Daya
Proye Pendu Lingkun han han an gan Kecam
ksi duk gan Komer Sosial( Perkant (watt) atan
(watt) sial watt) oran (watt)
(watt) (watt)
Sambu 525730
44179
tan 3004172 1 1325370 751043 751043
Sungai 203692
17117
kapih 1163956 3 513510 290989 290989
Total 947644
79634
5415112 6 2389020 1353778 1353778
2032 Pulau 227486
4364
Atas 296752 519316 130920 74188 74188 32
Sindan
4927
g Sari 335036 586313 147810 83759 83759
Makro 137790
11579
man 787372 1 347370 196843 196843
Sambu 598343
50281
tan 3419108 9 1508430 854777 854777
Sungai 231823
19481
kapih 1324708 9 584430 331177 331177
Total 107852
90632
6162976 08 2718960 1540744 1540744
2037 Pulau 255098
4894
Atas 332792 582386 146820 83198 83198 83
Sindan
5525
g Sari 375700 657475 165750 93925 93925
Makro 154521
12985
man 882980 5 389550 220745 220745
Sambu 670957
56383
tan 3834044 7 1691490 958511 958511
Sungai 259967
21846
kapih 1485528 4 655380 371382 371382
120943
101633
Total 6911044 27 3048990 1727761 1727761
401
Dari hasil perhitungan proyeksi yang telah dilakukan, berdasarkan analisis pada tabel diatas,
didapatkan proyeksi kebutuhan energi listrik rumah tangga di Kecamatan Sambutan dari
tahun 2017 sampai 2037 yang terdiri dari sarana lingkungan, kebutuhan sosial, kebutuhan
perkantoran, dan penerangan. Hasil dari perhitungan proyeksi tersebut digunakan untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat di Kecamatan Sambutan terkait ketersediaan energi
listrik. Sehingga dengan jumlah prediksi kebutuhan penggunaan energi listrik untuk tahun-
tahun selanjutnya yang telah didapatkan, bisa dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam pembangunan dan penentuan alternatif-alternatif apa saja yang dapat
diterapkan dalam penyediaan energilistrik agar tidak terjadi permasalahan mengenai
kekurangan sumber energi listrik di Kecamatan Sambutan.
=Kebutuhan Pelayanan Sambungan tahun 2027 - Data Kondisi Eksisting Tahun 2017
= (Jumlah Proyeksi penduduk Tahun 2027 × 0,13) – 9751
= (79.634× 0,13) – 9751
= 601,42 sambungan rumah
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa kebutuhan pelayanan sambungan telepon
di Kecamatan Sambutan pada tahun 2027 sebanyak 601 sambungan, yang berarti perlu
penambahan fasilitas sambungan listrik pada tahun 2027.
Berikut adalah tabel hasil perhitungan proyeksi jumlah kebutuhan pelayanan
sambungan telepon di Kecamatan Sambutan untuk tahun 2022, 2027, 2032, dan 2037
402
Kebutuhan
Data Pelayanan
Proyeksi
Pengguna Sambungan
Tahun Jumlah Kebutuhan
Telepon Telepon yang
Proyeksi Penduduk Sambungan
Rumah Harus
(rumah)
Tahun2017 Dipenuhi
(rumah)
2022 68634 9751 -829 8922
2027 79634 9751 602 10.352
2032 90632 9751 2032 11.783
2037 101633 9751 3462 13213
403
Gambar 4.8 Radius Pelayanan menara BTS
Sumber: Digitasi,2017
404
Berdasarkan peta diatas dapat dilihat bahwa radius pelayanan menara BTS masih sangat
minim, dimana terdapat banyak wlayah di Kecamatan Sambutan yang belum terlayani.
Berikut merupakan perhitungan kebutuhan:
Berikut adalah contoh perhitungana kebutuhan tower BTS di Kecamatan Sambutan
= wilayah tidak terlayani (m) / standar kebutuhan
= 0,022 km² / 500
= 22000 m² / 500
= 44 unit
3. Makroman 2.537
4. Sambutan 5.687
405
Jumlah 13.363
2775
Jumlah rumah tangga tahun 2017 = = 555 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
5
Dari perhitungan tersebut diperoleh jumlah rumah tangga di Kelurahan Pulau Atas
dengan jumlah 555 rumah tangga. Berikut hasil dari perhitungan rumah tangga di
Kecamatan Sambutan yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut
Tabel 4.28 Proyeksi Rumah Tangga di Kecamatan Sambutan Tahun 2017 – 2037
Kelurahan
406
Sumber : Analisis Penulis, 2017
Dari tabel 4.28 dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan jaringan gas rumah tangga
pada Kecamatan Sambutan bertambah ketika jumlah penduduk bertambah dan jumlah
rumah meningkat, karena pada dasarnya seluruh rumah membutuhkan jaringan gas rumah
tangga. Dimana rumah tangga di Kecamatan Sambutan selama 5 tahun bertambah sekitar
lebih dari 2000 unit rumah, dan dapat dikatakan kebutuhan jaringan gas rumah tangga juga
mengalami peningkatan kebutuhan sebanyak 2000 unit dalam 5 tahun.
407
penumpang yang berada di Kecamatan Sambutan ini tidak termasuk kedalam tipe terminal
manapun karena di Kecamatan Sambutan hanya memiliki sub terminal yang ditandai
dengan penandaan/ plang seperti yang terletak di Pelita 7 Kelurahan Sambutan, kawasan
terminal ini juga sebagai pembatas trayek angkutan kota H2.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan, setiap jalan wajib memiliki perlengkapan jalan seperti, marka, rambu –
rambu, lampu penerangan jalan, dan sebagainya. Berdasarkan data-data yang telah
diperoleh, Kecamatan Sambutan memiliki rambu-rambu lalu lintas yang berada di jalan arteri
dan kolektor, d\imana rambu-rambu lalu lintas memiliki kondisi yang kurang baik seperi
tertutupi rerumputan, dan informasi dari rambu lalu lintas sudah sulit terlihat karena warna
yang pudar, sehingga dibutuhkan pergantian rambu lalu lintas yang lebih jelas untuk
mengantikan rambu lalu lintas yang sudah tidak layak. Marka jalan yang terdapat di
Kecamatan Sambutan dapat dikatakan sangat kurang memadahi, pada jalan arteri marka
jalan terdapat di titik-titik tertentu saja, karena berdasarkan kondisi yang ada marka jalan di
Kecamata Sambutan tidak dapat dilihat lagi karena pewarnaannya, sehingga dibutuhkan
pewarnaan kembali marka jalan. Perkerasan jalan yang diketahui dari data perlengkapan
jalan bahwa jalan pada Kecamatan Sambutan terdapat tanah dimana dibutuhkannya
pemerataan perkerasan untuk jalan yang memiliki perkerasan tanah, dimana perkerasan
tanah di Kecamatan Sambutan berada di sekitar peridustrian besar.
408
Kecamatan Sambutan. Berikut merupakan data-data mengenai pemadam kebakaran yang
berada di Kecamatan Sambutan
Tabel 4.29 Tabel data-data posko pemadam kebakaran di Kecamatan Sambutan
No Jenis Fasilitas Jumlah
409
kanan dan kiri jalan tersebut. Untuk jenis lampu fluorescent yang mengacu pada SNI
merupakan jenis lamu yang peruntukan untuk jalan lokal. Hal ini dapat dilihat di
Kecamatan Sambutan yang tersebar di Jalan Pelita 2, Jalan Pelita 3, Jalan Pelita 4,
Jalan Pelita 5, Jalan Pelita 6, Jalan Pelita 7 dan Jalan Pelita 8 yang merupakan jalan
lokal pada Kecamatan Sambutan. Peletakan jenis lampu fluorescent juga telah sesuai
dengan SNI yang digunakan di jenis jalan lokal. Kemudian pada Kecamatan Sambutan
tepatnya di Jalan Karya Bakti yang merupakan jalan kolektor sekunder, penggunaan
lampunya yaitu jenis gas merkuri dan gas sodium tekan tinggi (SON) dengan
ddidominasi jenis lampu SON yang mana pada SNI diperuntukan untuk jenis jalan
kolektor.
Analisis yang didapatkan jumlah penerangan jalan umum di Kecamatan
Sambutan tidak sesuai dengan SNI, kondisi eksisting penerangan jalan umum tidak
sedikit yang mengalami kerusakan bahkan terdapat kondisi yang tidak terawat sehingga
menyebabkan kondisi yang gelap ketika malam hari karena tidak ada penerangan yang
berfungsi dibebrapa jalan yang berada di Kecamatan Sambutan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan penerangan jalan yang berada di Jalan Pelita 8 yang terdapat 7 lampu yang
semuanya dalam kondisi rusak atau lampu tidak menyala. Hal ini disebabkan lampu
yang terdapat dijalan tersebut tidak terawat dan umur lampu yang sudah cukup tua
sehingga lampu padam. Pada jalan yang menghubungkan antar kota yaitu antar Kota
Samarinda dengan Kota Kutai Kartanegara yang merupakan jalan kota tidak terdapat
penerangan jalan umum di sepanjang jalan tersebut. Volume kendaraan yang melewati
jalan tersebut tidak banyak tetapi didominasi dengan kendaraan pengankut batubara
sehingga jalan tersebut sangat rawan apabila tidak diberikan penerangan jalan umum.
Selain itu juga terdapat kerusakan berupa bola lampu yang hilang kebanyakan bola
lampu yang hilang tersebut terdapat di jalan lokal. Di beberapa tempat ada lampu-lampu
yang tertutup oleh daun-daun dari pohon di sekitar tiang sehingga lampu tersebut tidak
memberikan pencahayaan yang optimal. Hal ini menyebabkan terhalangnya sinar lampu
sehingga pencahayaan jadi tidak optimal.
410
411
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari identifikasi yang telah dilakukan di Kecamatan
Sambutan, Kota Samarinda berupa prasarana, sarana, dan utilitas di kecamatan tersebut,
sebagai berikut :
1. Jaringan Jalan
Kecamatan Sambutan memiliki 4 fungsi jalan, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan. Dimana jenis pada semua fungsi jalan mengalami perkerasan yang berbeda
– beda, mulai dari aspal, Semenisasi, paving, bahkan terdapat ruas jalan yang masih
belum mengalami perkerasan sehingga masih berbentuk tanah. Secara keseluruhan,
seluruh ruas jalan di Kecamatan Sambutan dalam kondisi yang baik, tidak terdapat
kerusakan yang sangat parah. Kerusaakan yang ada hanya jalan yang bergelombang,
jalan berlubang kecil, dan sebagainya. Untuk dimensi jalan, berdasarkan Pedoman
Kontruksi Bangunan Pd T-18-2004-B maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi
jalan pada ruas jalan arteri di Kecamatan Sambutan belum memenuhi standar,
walaupun ada beberapa ketersediaan pelengkap jalan yang telah tersedia. Untuk ruas
jalan kolektor di Kecamatan Sambutan juga belum ada yang memenuhi standar yang
telah ditetapkan. Pada ruas jalan lokal di Kecamatan Sambutan jika ditinjau dari
kelengkapan jalan, maka belum ada yang memenuhi standar dari SNI 03 – 1733 – 2004,
tetapi jika ditinjau dari damija, damaja, dan dawasjanya, maka ada beberapa ruas jalan
yang sudah memenuhi SNI 03 – 1733 – 2004. Begitu pula pada ruas jalan lingkungan di
Kecamatan Sambutan jika dilihat dari kelengkapan jalan, maka belum ada yang
memenuhi SNI 03 – 1733 – 2004, tetapi jika ditinjau dari damija, damaja, dan
duwasjanya, ruas jalan lingkungan sudah memenuhi SNI yang ada. Pada Kecamatan
Sambutan kelengkapan jalan yang tersedia adalah rambu – rambu lalulintas dan marka
jalan. Sedangkan untuk zebra cross dan lampu pengatur lalulintas belum tersedia.
Marka jalan yang tersedia pun masih memiliki kekurangan, dimana marka jalan yang
ada tidak terbentang sepanjang ruas jalan, tetapi hanya sampai titik tertentu saja. Kelas
jalan pada jaringan jalan di Kecamatan Sambutan ada dua, yaitu kelas jalan I dan kelas
jalan II. Kelas jalan I di Kecamatan Sambutan hanya pada fungsi jalan arteri, sedangkan
untuk ruas jalan kolektor, lokal, dan lingkungan, merupakan kelas jalan III. Secara
peruntukkan, dari kedua kelas ini sudah sesuai dengan peraturan perundang –
undangan.
412
2. Jaringan Pembuangan Air Limbah
Sistem pengolahan limbah atau sistem sanitasi pada Kecamatan Sambutan semua
menggunakan sistem on site atau pembuangan langsung tanpa diolah. Sedangkan
untuk sistem pembuangan pada Kecamatan Sambutan semuanya menggunakan sistem
pembuangan umum. Hal ini dikarenakan Kecamatan Sambutan tidak memiliki instalasi
pengolahan air limbah ( IPAL ). Permasalahan pada jaringan pembuangan air limbah di
Kecamatan Sambutan ini terletak pada tidak tersedianya IPAL, sehingga limbah –
limbah cair dari penduduk akan langsung dibuang menuju ke parit dan bercampur
dengan air hujan. Hal ini menyebabkan parit menjadi berlumut dan menimbulkan bau
tidak sedap. Serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat setempat. Untuk produksi
air limbah di Kecamatan Sambutan pada tahun 2017 sebanyak 8.428.883 L/hari, tahun
2022 sebanyak 10.037.723 L/hari, tahun 2027 sebanyak 11.646.474 L/hari, pada tahun
2032 sebanyak 13.254.931 L/hari, dan untuk tahun 2037 sebanyak 14.863.827 L/hari.
3. Jaringan Drainase
Kecamatan Sambutan memiliki badan penerima air yang berupa sungai dan
bangunan pelengkap seperti parit, gorong – gorong, dan beberapa pintu air. Hal ini
sudah sesuai dengan SNI 03 – 1733 – 2004. Sistem pengolahan drainase di Kecamatan
Sambutan berdasarkan penjelasan Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2014, adalah
berupa pengolahan konvensional dimana air hujan dialirkan dengan jalur sependek –
pendeknya tanpa diolah terlebih dahulu. Kecamatan Sambutan memiliki tiga klasifikasi
drainase, yaitu drainase primer, drainase sekunder, dan drainase tersier. Pada drainase
primer berupa sungai dan anak sungai, sedangkan untuk drainase sekunder dan tersier
berupa parit atau selokan. Permasalahan yang dihadapi dari jaringan drainase di
Kecamatan Sambutan adalah sistem drainase yang masih bergabung dengan sistem
pembuangan air limbah. Dimana hal ini dapat menyebabkan jaringan drainase tercemar
dan tersumbat karena banyak ditumbuhi tanaman air dan juga sampah.
4. Prasarana Persampahan
Setelah dilakukannya analisis fasilitas persampahan di Kecamatan Sambutan yang
terdiri dari tempat pembuangan akhir (TPA), truk pengangkut sampah, tempat
pengolahan sampah, dan tempat pembuangan sementara (TPS) yang memiliki jenis bak
sampah permanen, bak sampah semi permanen, kontainer, halte sampah dan bank
sampah. Berdasarkan analisis kebutuhan jaringan persampahan perlu penambahan
dengan timbulan sampah yang semakin tahun semakin meningkat. Maka dari itu,
413
sanagat perlunya dilakukan penamabahan TPS untuk menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan di Kecamatan Sambutan.
5. Fasilitas Pendidikan
Setelah dilakukannya analisis fasilitas pendidikan di Kecamatan Sambutan,
berdasarkan analisis kebutuhan dan analisis spasial fasilitas pendidikan yang berada di
wilayah tersebut belum merata di setiap kelurahan sehingga masih banyak anak – anak
usia sekolah yang harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan fasilitas
pendidikan yang berada di kecamatan tersebut. Oleh karena itu, sangat perlunya
dilakukan penambahan sarana pendidikan.
6. Fasilitas Kesehatan
Sarana kesehatan pada Kecamatan Sambutan meliputi sarana kesehatan mulai dari
jenis apotik, poliklinik, posyandu, puskesmas, dan puskesmas pembantu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sarana kesehatan. Berdasarkan analisis
kebutuhan dan analisis spasial seluruh wilayah Kecamatan Sambutan telah terlayani
sarana kesehatan. Sehingga tidak diperlukan penambahan sarana kesehatan.
7. Fasilitas Peribadatan
Dilihat dari kondisi eksisting Sarana Peribadatan pada tahun 2017, terdapat
kurangnya Sarana Peribadatan mushola/langgar di Kecamatan Sambutan. Namun, tetap
terpenuhi karena banyaknya masjid melebihi standar kebutuhan. Pada sarana
peribadatan gereja, diperlukannya pembangunan lebih lanjut pada tahun kedepannya
dengan memperbanyak bangunan peribadatan gereja sesuai kebutuhan agar beribadah
menjadi nyaman dengan memproyeksikan jumlah penduduk pada 20 tahun kedepan.
Namun, seluruh kondisi sarana peribadatan yang berada di Kecamatan Sambutan
dalam kondisi yang cukup baik dengan perawatan dan bantuan dari para warga sekitar
bangunan serta pengunjung sarana peribadatan tersebut.
8. Fasilitas Perniagaan/Perbelanjaan
Perdagangan dan jasa di Kecamatan Sambutan memiliki jumlah yaitu toko sebanyak
216 unit, warung makan 42 unit, pertokoan 7 unit, pasar lingkungan 1 unit. Pada
Kelurahan Sindang Sari masih diperlukan penambahan 10 unit agar dapat memenuhi
kebutuhan di tahun 2037 mendatang. Pada Kelurahan Makroman diperlukan
penambahan toko/warung sebanyak 7 unit dan 2 sarana pertokoan agar dapat
memenuhi kebutuhan di tahun 2037 mendatang. Untuk Kelurahan Sambutan diperlukan
penambahan toko/warung sebanyak 100 unit dan pusat pertokoan sebanyak 2 unit agar
dapat memenuhi kebutuhan di tahun 2037 mendatang. Pada Kelurahan Sungai Kapih
414
diperlukan penambahan toko/warung sebanyak 56 unit dan 4 unit pertokoan agar dapat
memenuhi kebutuhan di tahun 2037 mendatang. Perlunya dilakukan penambahan
sarana perniagaan/perbelanjaan agar kebutuhan pokok masyarakat pada Kecamatan
Sambutan dapat terpenuhi.
415
dimana tersedia lahan parkir namun tidak memenuhi kebutuhan penduduk. Sehingga
berdasarkan analisis, keberadaan lahan parkir sangat diperlukan yaitu ditambahkan
dengan luas minimal 1.700 m2.
416
sambungan nirkabel adalah Kelurahan Sambutan, dimana terdapat 6 menara BTS di
Kelurahan Sambutan, Pada proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi di Kecamatan
Sambutan, dibutuhkan 44 unit menara BTS, hal ini dikarenakan minimnya menara BTS
yang tersedia di Kecamtan Sambutan, sedangkan Kecamatan Sambutan merupakan
Kecamatan dengan luas wilayah yang besar yaitu sebesar 100,95 km 2
417
diperlukan penambahan mobil pemadam kebakaran di posko pemadam kebakaran yang
berada di Kecamatan Sambutan.
418
DAFTAR PUSTAKA
419
_____. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan
Jalan.
_____. Peraturan Pemerintah Perhubungan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan serta Harga Gas Bumi.
_____. Peraturan Pemerintah Perhubungan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016 Tentang
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.
_____. Peraturan Pemerintah Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 32 Tahun 2016
Tentang Penyelanggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam
Trayek.
_____. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
_____. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan
Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.
_____. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN.
_____. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nnomor 19 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2011.
_____. Perusahaan Listrik Negara. 1981.
_____. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2011.
_____. Rencana Daerah Tata Ruang Kota Samarinda Tahun 2014.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1745-1989 Tentang Tata Cara Pemasangan
Sistem Hidran untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-2399-1991 Tentang Tata Cara Perencanaan
Bangunan MCK Umum.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 19-3983-1995 Tentang Spesifikasi Timbulan
Sampah.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-6481-2000 Tentang Sistem Plambing.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 04-0225-2000 Tentang Persyaratan Umum Instalasi
Listrik.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 13-3473-2002 Tentang Sistem Perpipaan Transmisi
dan Distribusi Gas.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional
Sampah.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 Tentang Transportasi Lokal.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 Tentang Jenis Sarana Pendidikan dan
Pembelajaran.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan di Perkotaan.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-7065-2005 Tentang Sistem Pembuangan.
420
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-7065-2005 Tentang Sistem Pengaliran.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-3243-2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Permukiman.
_____. Standar Nasional Indonesia Nomor 7391:2008 Tentang Spesifikasi Penerangan Jalan di
Kawasan Perkotaan.
_____. Suripin. 2004. Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi Offset.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Jalan.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
_____. Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya Press.
Barclay, G. W. 1983. Teknik Analisa Kependudukan. Diterjemahkan Oleh Rozy Munir dan
Budiarto. Jakarta : PT Bina Aksara.
Baud-Bovy, Manuel, and Fred Lawson.1997. Tourism and Recreation Development: A Handbook
of Physical Planning. Great Britain : The Archirectural Press.
Berger, C. R. and Chaffee, S. H. 1987. Handbook of Communication Science. Newbury Park, CA
: Sage Publications.
Bintarto, R. 1977. Pengantar Geografi Kota. Yogyakarta : Spring.
Bonggas L. Tobing, 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungkan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Chiara, J. D. dan Koppelman, L. E. 1994. Standar Perencanaan Tapak (terjemahan). Jakarta :
Erlangga.
Chow, V. T. 1989. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga.
Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya Medika.
421
Departemen Perhubungan. 1998. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian fasilitas Parkir,
Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
Jakarta.
Departemen Perhubungan. 1996. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian fasilitas Parkir,
Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
Jakarta.
Departemen Perhubungan. 2002. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang
Umum. Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1981. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Fandeli, Chafid. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada.
Grigg, N. 1988. Infrastructure Engineering and Management. John Wiley & Sons.
Hakim dan Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta : Bumi Aksara.
Hasmar, H. A. Halim. 2012. Drainase Terapan. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
Hofstede, Geert. 1984. Culture’s Consequences : International Differences in Work-Related
Values. California : SAGE Publications, Inc.
Joyosuharto, Sunardi. (1995). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta :
Liberty.
Karmana, Oman. 2007. Biologi. Bandung : Grafindo.
Kodoatie, R. J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pelajar.
Lynch, Kevin. 1960. The Image of The City. Cambridge : The MIT Press.
Mathieson, Alister dan Wall, Geofrey. 1982. Tourism : Economic, Physical, and Social Impacts.
London : Longman.
Meyer, M. D and Miller, E. J. 1984. Urban Transportation Planning. New York : Mr. Crowhill.
Miro, Fidel. 1997. Sistem Transportasi Kota. Bandung : Penerbit Tarsito.
Moenir, A. S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Morlok, Edward. 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga.
Munawar, Ahmad. 2004. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Yogyakarta : Penerbit Beta Offset.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Pendit, I Nyoman, S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Santoso, Idwan. 1996. Perencanaan Prasarana Angkutan UMmum, Seri 002. Bandung : Pusat
Studi Transportasi dan Komunikasi ITB.
Sessoms, H. Douglas, Meyer, Brightbill. 1975. Leisure Services : The Organized Recreation and
Park System. California : Prentice-Hall.
Sinaga, Supriono. 2010. Potensi dan Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Tapanuli
Tengah. Kertas Karya. Program DIII Pariwisata. Universitas Sumatera Utara. Akses 8
September 2017.
422
Soepartono. 2000. Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sorkin, Michael. 1992. A Variation on Theme Park : The New American City and The End of
Public Space. New York : Hill & Wang.
Spillane, J. 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta : Kanisius.
Suwardi Ivan, Sofyan. 2002. Arahan Penentuan Lokasi dan Pengaturan Parkir Kendaraan
Bermotor Beroda Empat di Kawasan Perdagangan KH. Z. Mustofa Kota Tasikmalaya.
Bandung : ITENAS.
Tylor, E. B. 1974. Primitive Culture : Researches into The Development of Mythology,
Philosophy, Religion, Art, and Custom. New York : Gordon Press.
Vink, A. P. A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. New York : Springer-Verlag.
Wirjasantosa, Ratal. 1984. Supervisi Pendidikan Olahraga. Jakarta : UI Press.
Yoeti, Oka A. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
423
JOB DESCRIPTION
1. Dea Cahya Edinita (08161018)
- BAB 1 Latar Belakang
- BAB 2 Tinjauan Pustaka Peribadatan, Perdagangan, Fasilitas Umum
- BAB 3 Gambaran Umum Peribadatan, Perdagangan, Fasilitas Umum
- BAB 4 Analisis Peribadatan, Perdagangan, Fasilitas Umum
- BAB 5 Kesimpulan Peribadatan, Perdagangan, Fasilitas Umum
2. Nanda Ayu Septira (08161052)
- BAB 1 Dasar Hukum
- BAB 2 Tinjauan Pustaka Parkir, RTH, Kebudayaan, Rekreasi, Olahraga
- BAB 3 Gambaran Umum Parkir, RTH, Kebudayaan, Rekreasi, Olahraga
- BAB 4 Analisis Parkir, RTH, Kebudayaan, Rekreasi, Olahraga
- BAB 5 Kesimpulan Parkir, RTH, Kebudayaan, Rekreasi, Olahraga
3. Noor Zam Zammi (08161054)
- BAB 1 Ruang Lingkup
- BAB 2 Tinjauan Pustaka Jaringan Gas dan Transportasi
- BAB 3 Gambaran Umum Jaringan Gas dan Transportasi
- BAB 4 Analisis Jaringan Gas dan Transportasi
- BAB 5 Kesimpulan Jaringan Gas dan Transportasi
- Pembuat Peta
4. Risna Muliana (08161068)
- BAB 1 Sasaran
- BAB 2 Tinjauan Pustaka Jaringan Air, Listrik, Telekomunikasi
- BAB 3 Gambaran Umum Jaringan Air, Listrik, Telekomunikasi
- BAB 4 Analisis Jaringan Air, Listrik, Telekomunikasi
- BAB 5 Kesimpulan Jaringan Air, Listrik, Telekomunikasi
5. Rizky Bobby Anggoro (08161070)
- BAB 1 Rumusan Masalah
- BAB 2 Tinjauan Pustaka Jaringan Jalan, Air Limbah, Drainase
- BAB 3 Gambaran Umum Jaringan Jalan, Air Limbah, Drainase
- BAB 4 Analisis Jaringan Jalan, Air Limbah, Drainase
- BAB 5 Kesimpulan Jaringan Jalan, Air Limbah, Drainase
6. Romi Alfianor (08161072)
- BAB 1 Tujuan
- BAB 2 Tinjauan Pustaka Persampahan, Pendidikan, Kesehatan
- BAB 3 Gambaran Umum Persampahan, Pendidikan, Kesehatan
- BAB 4 Analisis Persampahan, Pendidikan, Kesehatan
- BAB 5 Kesimpulan Persampahan, Pendidikan, Kesehatan
7. Sandra Alma Rosita (08161074)
- BAB 1 Sistematika Pembahasan
- BAB 2 Tinjauan Pustaka Pemadam Kebakaran, PJU
- BAB 3 Gambaran Umum Pemadam Kebakaran, PJU
- BAB 4 Analisis Pemadam Kebakaran, PJU
- BAB 5 Kesimpulan Pemadam Kebakaran, PJU
- Drafter
424