You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang
dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak
berakomodasi (American Academy of Ophthalmology, 2011).
Sekitar lima juta penduduk Inggris menderita rabun dekat dan 200.00
diantaranya menderita miopia tinggi. Pada beberapa orang, miopia tinggi dapat
menyebabkan kerusakan retina atau ablasio. Miopia tinggi juga berkaitan dengan
katarak dan glaukoma. Miopia tinggi atau miopia degeneratif kronik dapat terjadi
dalam suatu keluarga (bersifat familial). Sebuah penelitian yang dilakukan pada 15
keluarga di Hongkong yang kemungkinan genetik menderita miopia tinggi pada 2
generasi terakhir didapatkan hasil bahwa lokus autosomal dominan yang berkaitan
dengan miopia tinggi adalah kromosom 18p.
Di Indonesia, prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama dari
penyakit mata, meliputi 25% penduduk atau sekitar 55 juta jiwa (Usman dkk, 2014).
Sedangkan prevalensi miopia di Indonesia dengan spherical equivalent (SE) lebih dari
-0,5 D pada usia dewasa muda di atas 21 tahun adalah 48,1% (Pan et al., 2012).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, Indonesia dan Sumatera Barat memiliki angka
kebutaan yang sama, yaitu sebesar 0,4%, dengan gangguan refraksi dan katarak
sebagai dua penyebab terbanyak dari kebutaan. Di RSUP Dr. M. Djamil terdapat 148
kasus miopia pada tahun 2014 dan 154 kasus miopia pada tahun 2015. Prevalensi
miopia pada wanita ditemukan cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan
prevalensinya pada pria. National Eye Institute juga melaporkan prevalensi kasus
miopia pada tahun 2010 sebesar 54% pada wanita dan 46% kasus miopia pada pria.
Pada penderita yang lebih muda, kejadian miopia ditemukan meningkat seiring
dengan pertambahan usianya. Namun, pada orang tua, terdapat penurunan prevalensi
miopia. Hal ini terlihat dari prevalensi miopia pada kelompok umur 43-54 tahun
sebesar 42,9% yang menurun menjadi 25,1% pada kelompok umur 55-64 tahun
(Foster and Jiang, 2014).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan miopi?
2. Ada berapa klasifikasi miopi?
3. Bagaimana patofisiologi dari miopi?
4. Apa tanda dan gejala dari penderita miopi?
5. Apa saja manifestasi klinik dari penyakit miopi?
6. Apa saja etiologi dari penyakit miopi?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan dari penderita miopi?
8. Apa saja komplikasi yang timbul dari miopi?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 TUJUAN UMUM
Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan
kita terhadap miopi, khususnya bagi kita yang terjun langsung sebagai tenaga
kesehatan sehingga menjadi perawat profesional pun bisa kita capai dengan
bertambahnya lagi pengetahuan tentang miopi ini.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS


1. Untuk mengetahui dimaksud dengan miopi
2. Untuk mengetahui klasifikasi miopi
3. Untuk mengetahui etiologi miopi
4. Untuk mengetahui manifestasie klinis miopi
5. Untuk mengetahui patofisiologi miopi
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang miopi
7. Untuk mengetahui komplikasi miopi
8. Untuk mengetahui tanda dan gejala miopi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Miopi (dari bahasa Yunani: μυωπία myopia "penglihatan-dekat") atau rabun
jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di

2
depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola
mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar
sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak
buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong
dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).
Penderita miopia kategori ini rawan terhadap bahaya pengelupasan retina
dan glaukoma sudut terbuka. kasus myopia tinggi tidak sekedar berarti kaburnya
penglihatan, tapi juga sering diikuti dengan masalah kesehatan mata yang cukup
serius. Bahaya robekan dan pengelupasan retina yang mengancam penderita myopia
tinggi adalah yang paling serius, bisa mengakibatkan buta total.

2.2 KLASIFIKASI
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:
1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
4. Miopia sangat berat, diatas 10 dioptri.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :

1. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa.


2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
3. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasio retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa atau miopia
degeneratif.

Pembagian berdasar kelainan jaringan mata:

a. Miopia Simple
 Dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti
tumbuh + 20 tahun.
 Berat kelainan refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D.

b. Miopia progresif

 Miopia bertambah secara cepat (-4 Dioptri / tahun).


 Sering disertai perubahan vitreo-retina.
 Biasanya terjadi bila miopia lebih dari -6 D.

Menurut tipe (bentuknya) miopia dikenal beberapa bentuk :

3
1. Miopia Axial, miopia akibat diameter sumbu bola mata (diameter antero-
posterior) > panjang. Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu
bola mata (diameter Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa
normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
2. Miopia Kurvartura, diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea &
kelengkungan lensa. Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh
perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada
lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih
cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata norma
3. Miopia Indeks Refraksi, bertambahnya indeks bias media penglihatan.
Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias
media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus
sehingga pembiasan lebih kuat.

2.3 ETIOLOGI
Pada dasarnya miopia terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis bola
mata tanpa diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain. Begitu juga
perubahan kekuatan refraksi kornea, lensa dan aquos humor akan menimbulkan
miopia bila tidak dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola mata.
Miopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan
pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka
semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang
berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.akibatnya para penderita
miopi umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina
matanya, melainkan didepannya
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar
sejajar yang masuk ke dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita
miopia tanpa koreksi melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan
mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya
refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang.
Beberapa hal yang dikaitkan atau diperkirakan sebagai etiologi miopia adalah
1. Genetika (Herediter)
Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang biasanya
bersifat poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada
pasangan kembar monozigot menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan
kembar ini menderita miopia, terdapat risiko sebesar 74 % pada pasangannya
untuk menderita miopia juga dengan perbedaan kekuatan lensa di bawah 0,5 D.

4
2. Nutrisi
Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi. Penelitian
di Afrika menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi yang berat
terdapat prevalensi kelainan refraksi (ametropia, astigmatisma, anisometropia)
yang tinggi.
3. Kornea terlalu cembung
4. Lensa mempunyai kecembungan yang kuat sehingga bayangan dibiaskan kuat
5. Bola mata dan sumbu mata (jarak kornea - retina) terlalu panjang, dinamakan
miopia sumbu. Daya bias kornea, lensa atau akuos humor terlalu kuat, dinamakan
miopia pembiasan. 15, 16
6. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
7. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain video games, main
komputer, main handphone dan lain-lain. Mata yang dipaksakan dapat merusak
mata

2.4 PATOFISIOLOGI
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan
disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang
tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam hal ini
disebut sebagai miopia refraktif. Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya
apabila miopia lebih dari 6 dioptri (D) disertai kelainan pada fundus okuli dan pada
panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian
temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina terjadi kemudian
setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang
dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada
miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan,
atropi lapis sensoris retina luar dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.
Terjadinya perpanjangan sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih
belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasia dan komplikasi
penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaukoma. Columbre
melakukan penelitian tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam
pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera
berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yangberlawanan ini merupakan penentu
pertumbuhan okular postnatal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang
5
menentangnya maka dapat pula disimpulkandua mekanisme patogenesis terhadap
elongasi berlebihan pada miopia. Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas
maupun kuantitas dapat mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre
dapat membuktikan hal ini, dimana pembuangan sebagian masenkim sklera dari
perkembangan ayam menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan
dinding okular. Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan jaringan terakhir
yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini menyebabkan kongenital
ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari kumpulan serat
kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada
lokasinya. Kumpulan serat terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan pada zona
ora ekuatorial. Bidang sklera anterior merupakan area potong lintang yang kurang
dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang ini ditekan sampai
7,5 g/mm2. Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress
ekstensi pada sklera posterior ditemukan empat kali daripada bidang anterior dan
equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kira-kira dua kali lebih
diperluas.Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan
dengan hilangnya luasnya serat sudut jala yang terlihat pada sklera posterior. Struktur
serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien dengan Ehlers-Danlos yang
merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan dengan miopia.
Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen abnormal menginduksi
pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang mungkin menimbulkan defek
ektodermal–mesodermal umum pada segmen posterior terutama zona oraekuatorial
atau satu yang terlokalisir pada daerah tertentu dari posterior mata, dimana dapat
dilihat pada miopia patologis (tipe stafiloma posterior). Meningkatnya suatu kekuatan
yang luas terhadap tekanan intraokular basal. Contoh klasik miopia skunder terhadap
peningkatan tekanan basal terlihat pada glaukoma juvenil dimana bahwa peningkatan
tekanan berperan besar pada peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.
Tipe mata miopia yang ekstrim dapat meluas dalam semua bagian posterior,
tetapi memiliki panjang aksial yang sangat panjang. Pada bagian anterior, kornea
kemungkinan agak menipis dan terlihat datar dari normal, dengan ruangan anterior
yang dalam dan terlihat sudut sempit yang menunjukkan proses mendekatnya iris ke
arah trabekulum. Lensa memiliki kecenderungan untuk mengalami awal sklerosis inti.
Biasanya terdapat defek pada membran zonula dan kemungkinan terdapat sebuah
hambatan selama pembedahan katarak.

6
Penipisan skleral pada umumnya berhubungan dengan elastisitas skleral atau
penurunan kekakuan okular. Terutama ketika bergabung dengan zonular dehiscence,
ini dapat mengakibatkan cairan vitreus cepat regress dan rapuh ketika mata membuka
terhadap tekanan atmosfer. Kadang-kadang terjadi hipotoni bisa diakibatkan oleh
serosa atau pendarahan koroid selama pembedahan intra okular. Secara anatomi,
sklera tidak hanya tipis tetapi juga bisa menjadikan kondisi abnormal. Mikroskop
elektron yang ditemukan oleh Garzino menunjukkan serat kolagen yang rata-rata
berdiameter kecil dan menunjukkan banyak serat pemisah antar serat.

Bola mata memanjang Lensa mata terlalu


cembung

Cahaya masuk melewati


lensa di depan retina

Cahaya difokuskan tidak di


depan retina

Resiko cedera Pandangan kabur

Gangguan persepsi Penurunan penglihatan Defisit pengetahuan


sensori
(penglihatan) Menyusutnya korpus vitreus

Lensa terus
berakomodasi Korpus vitreous menarik
sebagian retina

Kelelahan otot mata


Menimbulkan
robekan/lubang di retina
Mata lelah/artenopia Pusing
7
Konvergensi terus Cairan dari korpus vitreous
Nyeri
menerus masuk ke lubang

Mata terlihat juling Cairan mengalir ke lapisan


kedalam sensoris retina dan epitel
pigmen retina
Esotropia

Kebutaan Ablasi retina Retina lepas

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Tanda-tanda mata miopi:
 Objek dekat bisa terlihat, sedangkan objek jauh terlihat kabur
 Mengecilkan mata ketika melihat objek jauh
 Tidak dapat melihat papan hitam dengan jelas
 Terlalu dekat dengan buku ketika membaca
Gejala Mata Minus Atau Miopi
Gejalanya adalah kepala nyeri berdenyut terutama bagian depan, bola mata
perih da n berat, terasa seperti mau keluar dan air mata meleleh berlebihan. Keadaan
ini biasanya membaik bila mata diistirahatkan atau dengan minum obat antinyeri. Tapi
sering kali kambuh beberapa waktu kemudian.
Miopia memang bisa menyebabkan sakit kepala. Untuk seorang penderita
miopia, pada saat melihat miopia, pada saat melihat jauh, bayangan jatuh di depan
retina sehingga mengurangi kecembungan lensa. Perubahan kecembungan ini
dinamakan kemampuan akomodasi mata. Mata yang berakomodasi terus-menerus
dalam waktu yang lama akan menimbulkan kelelahan. Kelelahan mata inilah yang
mencetuskan nyeri kepala dan nyeri pada mata.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Foto fundus / retina
2. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri
3. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)

8
4. USG ( ultra – sono – grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada
tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)
5. Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)
6. CT scan dengan kontras / MRI.

2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi Miopia adalah :
1. Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 sampai (- 4,75) D
sekitar 1/6662.Sedangkan pada (- 5) sampai (-9,75) D risiko meningkat
menjadi 1/1335.Lebih dari (-10) D risiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain
penambahan faktor risiko pada miopia lebih rendah tiga kali sedangkan
miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali (Sidarta, 2003).
2. Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98%
air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara
perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita
miopia tinggi. Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal
kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil
(floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga
kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan
menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan
retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya
volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata (Sidarta,2003).
3. Miopik makulopati
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh
darah kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapangan
pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang
bisa menyebabkan berkurangnya lapangan pandang. Miopi vaskular koroid
atau degenerasi makular miopia juga merupakan konsekuensi dari degenerasi
makular normal dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang
tumbuh di bawah sentral retina (Sidarta, 2003).
4. Glaukoma
Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada
miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia
terjadi dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur
jaringan ikat penyambung pada trabekula (Sidarta, 2003).
5. Katarak
9
Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada
orang dengan miopia, onset katarak muncul lebih cepat (Sidarta, 2003)

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Kacamata
Meskipun masih sedikit bukti ilmiah untuk menyatakan bahwa pemakaian
kacamata koreksi secara terus menerus progresivitas miopia atau
mempertahankan visus namun dapat mengurangi kelelahan pada mata dan
melatih mata terutama pada anak-anak. Miopi dikoreksi dengan lensa konkaf atau
lensa negatif. Pada kasus dengan miopi tinggi koreksi yang penuh jarang
diberikan. Pengurangan koreksi dilakukan sampai tercapai penglihatan binokuler
yang masih nyaman. Jika sudah terdapat perubahan patologis pada fundus maka
sedikit sekali keuntungan yang didapat pada pemakaian kacamata.
2. Penggunaan Lensa kontak
Lensa kontak telah menjadi pilihan yang baik untuk miopia tinggi selama
bertahun-tahun karena disamping dapat mengurangi berat dan ketebalan lensa
pada kacamata, juga mengeliminasi kesulitan akibat pemakaian lensa yang tebal
tersebut. Pasien miopia biasanya akan memiliki mengatasi masalah yang timbul
pada pemakaian kacamata. Lensa kontak yang sering digunakan yaitu lensa
kontak yang soft dan lensa kontak gas-permeabel. Lensa kontak yang soft dapat
menimbulkan kenyamanan namun harus dimonitor pemakaiannya karena dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang
penuh dan fisiologi yang baik. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang
penuh dan fisiologi yang baik.
3. Bedah Refraktif / LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur
untuk mengubah bentuk lapisan kornea mata dengan menggunakan sinar excimer
laser. Prosedur LASIK dapat dilakukan untuk mengoreksi miopia (rabun jauh),
hipermetropia (rabun dekat) maupun astigmatisme (silinder). Tindakan ini
bertujuan untuk membantu melepaskan diri dari ketergantungan pada kacamata
dan lensa kontak.

10
LASIK konvensional menggunakan alat mikrokeratom untuk membuka
lapisan permukaan kornea mata. Kemudian dilakukan excimer laser untuk
menghilangkan sebagian lapisan kornea. Lapisan permukaan kornea yang dibuka
(flap), dikembalikan ke posisi semula. Karena prosedur LASIK hanya dikerjakan
pada lapisan dalam kornea saja (permukaan kornea sama sekali tidak disentuh),
maka tidak ada rasa sakit pasca tindakan.
2.9 KASUS
Nn. A datang ke RS. Sari Asih dengan keluhan kepala nyeri berdenyut terutama
bagian depan, dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan saat pasien sedang aktivitas
membaca. Bola mata perih dan berat, tidak dapat melihat jarak jauh dan pasien
melihat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung) tetapi pasien tidak
percaya diri menggunakan kacamata karena sering diejek oleh temannya.
Mengecilkan mata ketika melihat objek jauh, mata berair, cepat merasa lelah, ketika
sedang berjalan sering tersandung jatuh dan suka menabrak karena tidak bisa fokus
melihat objek.
Analisa Data

No Data fokus Dx. keperawatan


1 Ds : - Pasien mengeluh kepala nyeri berdenyut Domain 12 - Kenyamanan
terutama bagian depan Kelas 1 – Kenyamanan Fisik
Do : 00132 – Nyeri Akut
- Skala nyeri 5
- Pasien tampak meringis kesakitan
P : Sering membaca buku
Q : Berdenyut-denyut
R : Kepala bagian depan
S : Skala 5
T : Saat belajar di malam hari
2 Ds : - Pasien merasa tidak nyaman dengan Domain 12 – Kenyamanan
gangguan penglihatan yang pasien alami Kelas 1 – Kenyamanan Fisik
Do : - Pasien tampak gelisah dengan keadaan Kelas 2 - Kenyamanan
- Pasien tampak merasa kurang senang Lingkungan
dengan situasi yang ia alami Kelas 3 – Kenyamanan Sosial
- Pasien tampak merasa tidak nyaman
00214 Gangguan Rasa Nyaman
dengan penglihatan matanya yang kabur
3 Ds : - Pasien mengatakan tidak percaya diri saat Domain 6 – Persepsi Diri

11
menggunakan kacamata Kelas 3 – Citra Tubuh
Do : - Pasien melihat dengan menggunakan 00118 – Gangguan Citra Tubuh
kacamata negatif ( cekung )
- Pasien tampak sering tersandung jatuh
dan suka menabrak karena tidak fokus
- Pasien tampak tidak dapat melihat jarak
jauh

Prioritas Masalah

Prioritas Dx. Keperawatan

Domain 12 - Kenyamanan
I Kelas 1 – Kenyamanan Fisik
00132 – Nyeri Akut

Domain 12 – Kenyamanan
Kelas 1 – Kenyamanan Fisik
II Kelas 2 - Kenyamanan Lingkungan
Kelas 3 – Kenyamanan Sosial
00214 Gangguan Rasa Nyaman

Domain 6 – Persepsi Diri


III Kelas 3 – Citra Tubuh
00118 – Gangguan Citra Tubuh

Intervensi

No Dx. Keperawatan NOC NIC

Domain 12 – Kenyamanan
1 Setelah dilakukan tindakan Domain 1 – Fisiologis
Kelas 1 – Kenyamanan
keperawatan dalam waktu Dasar
Fisik
1 jam atau lebih
00132 – Nyeri Akut Kelas E – Peningkatan
diharapkan masalah dapat
Kenyamanan Fisik
teratasi atau lebih dengan

12
kriteria hasil : 1400 Manejemen Nyeri

Domain 4 – Pengetahuan - Lakukan pengkajian


Tentang Kesehatan dan nyeri komprehensif
Perilaku yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset
Kelas S - Pengetahuan
atau durasi,
Tentang Kesehatan
frekuensi, kualitas,

1843 Pengetahuan intensitas atau

Manejemen Nyeri beratnya nyeri dan


faktor pencetus.
- 184302 Tanda dan - Observasi adanya
gejala nyeri (2-5) petu juk nonverbal
- 184303 Strategi untuk mengenai
mengontrol nyeri (2- ketidaknyamana
5) terutama pada
- 184322 Teknik posisi
mereka yang tidak
yang efektif (2-5)
dapat berkomunikasi
secara efektif.
- Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat.

Domain 12 – Kenyamanan
2 Setelah dilakukan tindakan Domain 1 – fisiologis
Kelas 1 – Kenyamanan
keperawatan dalam waktu :dasar
Fisik
15 menit atau kurang
Kelas 2 - Kenyamanan Kelas E – Peningkatan
diharapkan masalah dapat
Lingkungan kenyamanan fisik
teratasi atau lebih dengan
Kelas 3 – Kenyamanan
kriteria hasil : 6482 – manajemen
Sosial
lingkungan : kenyamanan
Domain 5 - kondisi
00214 Gangguan Rasa
Nyaman - Berikan atau

13
kesehatan yang dirasakan singkirkan selimut
untuk meningkatkan
Kelas U - Kesehatan dan
kenyamanan
Kualitas Hidup
terhadap suhu,

2008 - status kenyamanan seperti yang


dindikasikan.
- 200806 dukungan - Hindari paparan dan
sosial dari keluarga aliran udara yang
(1-5) tidak perlu, terlalu
- 200807 dukungan panas, maupun
sosial dari teman- terlalu dingin.
teman (1-5) - Sesuaikan
- 200808 hubungan pencahayaan untuk
sosial (1-5) memenuhi
kebutuhan kegiatan
individu, hindari
cahaya langsung
pada mata.

Domain 6 – Persepsi Diri


3 Setelah dilakukan tindakan Domain 3 – Perilaku
Kelas 3 – Citra Tubuh
keperawatan dalam waktu ( lanjutan )
00118 – Gangguan Citra
31-45 menit diharapkan
Tubuh Kelas R – Bantuan
masalah dapat teratasi atau
Koping
lebih dengan kriteria hasil:

5220 – Peningkatan Citra


Domain 3 – Kesehatan
Tubuh
Psikososial

- Tentukan jika
Kelas M – Kesejahteraan
terdapat perasaan
Psikologis
tidak suka terhadap
1200 – Citra Tubuh karakteristik fisik
khusus yang
- 120002 Kesesuaian
menciptakan
antara realitas tubuh
disfungsi paralisis

14
dan ideal tubuh sosial untuk remaja
dengan penampilan dan kelompok
tubuh (2-5). dengan risiko tinggi
- 120006 Kepuasan
lain bantu pasien
dengan fungsi tubuh
untuk
(2-5).
mendiskusikan
- 120008 Penyesuaian
perubahan-
terhadap perubahan
perubahan bagian
fungsi tubuh (2-5).
tubuh disebabkan
adanya penyakit.
- Bantu pasien
menentukan
keberlanjutan dari
perubahan-
perubahan aktual
dari tubuh atau
tingkat fungsinya.
- Tentukan perubahan
fisik saat ini apakah
berkontribusi pada
citra diri pasien.

Implementasi

No Waktu Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


1. Senin, 23 Domain 12 - S: pasien
- Melakukan
Oktober Kenyamanan mengatakan tidak
pengkajian nyeri
2017 Kelas 1 – merasakan nyeri
komprehensif
08.00 – Kenyamanan lagi dibagian depan
yang meliputi
09.00 Fisik kepala.
lokasi,
00132 – Nyeri O : - skala nyeri 1
karakteristik,
Akut - Pasien
onset atau durasi,
tampak

15
tidak
frekuensi,
meringis
kualitas,
kesakitan
intensitas atau
lagi
beratnya nyeri
A:intervensi
dan faktor
dihentikan
pencetus.
- Mengobservasi P:masalah teratasi

adanya petunjuk
nonverbal
mengenai
ketidaknyamana
terutama pada
mereka yang
tidak dapat
berkomunikasi
secara efektif.
- Mendorong
pasien untuk
memonitor nyeri
dan menangani
nyerinya dengan
tepat.

2. Senin, 23 Domain 12 – S: - Pasien merasa


- Memberikan atau
Oktober Kenyamanan sudah nyaman dan
singkirkan
2017 Kelas 1 – tidak terganggu
selimut untuk
09.00 – Kenyamanan dengan
meningkatkan
09.15 Fisik penglihatannya
kenyamanan
Kelas 2 - lagi.
terhadap suhu,
Kenyamanan O : - Pasien sudah
seperti yang
Lingkungan tidak gelisah lagi
dindikasikan.
Kelas 3 – - Menghindari - Pasien
Kenyamanan paparan dan sudah mulai

16
Sosial nyaman
aliran udara yang
00214 Gangguan dengan
tidak perlu,
Rasa Nyaman situasinya
terlalu panas,
A:intervensi
maupun terlalu
dihentikan
dingin.
- Menyesuaikan P:masalah teratasi

pencahayaan
untuk memenuhi
kebutuhan
kegiatan
individu, hindari
cahaya langsung
pada mata.
3. Senin, 23 Domain 6 – S:pasien
- Menentukan jika
Oktober Persepsi Diri mengatakan sudah
terdapat perasaan
2017 Kelas 3 – Citra lebih percaya diri.
tidak suka
09.15 – Tubuh O : Pasien terlihat
terhadap
09.45 00118 – mulai percaya diri.
karakteristik fisik
Gangguan Citra A:Masalah teratasi
khusus yang
Tubuh P:intervensi
menciptakan
dihentikan
disfungsi
paralisis sosial
untuk remaja dan
kelompok dengan
risiko tinggi lain
bantu pasien
untuk
mendiskusikan
perubahan-
perubahan bagian
tubuh disebabkan
adanya penyakit.
- Membantu

17
pasien
menentukan
keberlanjutan
dari perubahan-
perubahan aktual
dari tubuh atau
tingkat
fungsinya.
- Menentukan
perubahan fisik
saat ini apakah
berkontribusi
pada citra diri
pasien.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Miopi atau rabun jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra
yang dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai.
Miopi dibedakan menjadi ringan, sedang, berat dan sangat berat.

18
Miopi dapat terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena
kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak
difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram.

3.2 Saran
1. Penulis :
Sebaiknya wawasan ini dapat kami terapkan dalam kehidupa sehari-hari
untuk dapat menjaga mata dari penyakit miopi maupun penyakit mata lainnya.
2. Pembaca :
Sebaiknya wawasan ini juga dapat diterapkkan oleh para pembaca dalam
menjaga matanya agar tidak terkena miopi.

DAFTAR PUSTAKA

Dennis SC, Lam, Pancy OS et al. Familial High Miopia Linkage to Chromosome 18p.
Hongkong: Department of Ophthalmology and Visual Sciences Chinese
University of Hongkong, China Ophthalmologica 2003;217:115-118.

Bandung Eye Centre. Minus Tinggi dan Komplikasi Mata. http://www.bandung-


eyecentre.com/index.php [diakses tanggal 27 Oktober 2017]

Black, Joyce M. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Yogyakarta: Elsevier

19
20

You might also like