You are on page 1of 47

APLIKASI PEMBERIAN KURMA SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN KADAR HB PADA REMAJA


YANG MENGALAMI ANEMIA
DI SMK RADEN UMAR SAID GRAFIKA GEBOG KUDUS

Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S1)

Disusun Oleh :
Elva Amalia
NIM : IV.12.3030

Pembimbing :
1. Sri Karyati, Ns., M.Kep., Sp.Kep.Mat
2. Noor Cholifah, S.SiT., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri.

Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

pembentukan hemoglobin. Hal ini terjadi karena kekurangan konsumsi

atau gangguan absorbsi. Zat gizi tersebut adalah zat besi, protein,

vitamin B6 yang berperan sebagai katalisator dalam sintetis Hem

didalam molekul hemoglobin, vitamin C, zinc yang mempengaruhi

stabilitas membran sel darah merah. Sebagian besar adalah anemia gizi

besi. Penyebab dari anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi,

terutama dalam bentuk besi-hem. Zat besi sangat diperlukan dalam

pembentukan darah yaitu untuk mensintetis hemoglobin. Kelebihan zat

besi disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati,

sumsum tulang belakang, dan selebihnya disimpan dalam limfa dan

otot. Kekurangan zat besi akan mengakibatkan terjadinya penuruna

kadar feritin yang diikuti dengan penurunan kejenuhan kadar transferin

atau peningkatan protoporfirin, jika keadaan ini berlanjut akan terjadi

anemia defisiensi besi, dimana kadar hemoglobin turun dibawah nilai

normal(Almatsier, 2009).

Anemia merupakan suatu gejala kekurangan kadar hemoglobin

(Hb) darah pada seseorang biasanya ditandai dengan kadar hemoglobin

dalam darah rendah, kadar Hb darah untuk wanita dewasa normal 12,00

gr%-14,00 gr% (Arisman, 2009). Penanganan yang biasa dilakukan

pada orang dewasa yang mengalami anemia adalah dengan pemberian

tablet zat besi (Fe), mulanya program pemberian suplementasi besi


direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) kepada ibu

hamil, namun seiring berjalannya waktu sasaran program ditambah

menjadi balita, anak usia sekolah dan wanita usia subur (Depkes RI,

2009).

Masyarakat indonesia terutama wanita sebagian besar

mengalami anemia dikarenakan kurangnya konsumsi sumber makanan

hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap tubuh (hemeiron).

Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan ataupun

hambatan pada pertumbuhan baik tunuh maupun sel otak. Kekurangan

kadar HB dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, dan

cepat lelah saat melakukan aktifitas. Akibatnya dapat menurunkan

prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja. Disamping itu

penderita anemia juga mengakibatkan daya tahan tubuh menurun dan

tubuh akan mudah terkena infeksi(Depkes, 2008).

Berdasarkan data WHO (2008), prevalensi anemia tahun 1999-

2005 pada WUS di Indonesia mencapai 33,1% angka ini lebih tinggi

dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Brunei

(20,4%), Malaysia (30,1%), Vietnam (24,3%), dan Thailand (17,8%).

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan

menderita anemia. World Health Organisation (WHO) Regional Office

South East Asia Region Organisation (SEARO) menyatakan bahwa 25-

40% remaja putri menjadi penderita anemia. Anemia yang diderita

umumnya anemia defisiensi zat besi ringan sampai berat di Asia

Tenggara (Depkes, 2010).

Pada siklus hidup manusia, remaja wanita (10-19 tahun)

merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap anemia. Menurut

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2007, prevalensi


anemia pada Wanita Usia Subur (WUS) usia 15-19 tahun mencapai

26,5% sekitar 370 juta wanita yang menderita anemia yang diakibatkan

karena defisiensi besi(Depkes RI, 2008).

Anemia menyerang lebih dari 57% remaja putri di Indonesia.

Anemia pada 23%, Purwokerto 31% dan DIY 10%. Sejak tahun 2002 di

Jawa Timur terdapat 33%, Jawa Barat 41%, dan Jawa Tengah

22%(Riskesdas, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian tahun 1990, Kabupaten Kudus

merupakan Kabupaten dengan prevalensi anemia pada ibu hamil yang

cukup tinggi yaitu sebesar 62,9%. Hampir sama dengan rata-rata propinsi

(63,5%). Hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus

pada bulan September 2006 prevalensi anemia yang terjadi pada ibu

hamil sebesar 60,4%. Diantara Kecamatan lain di Kabupaten Kudus,

Kecamatan Gebog mempunyai prevalensi paling tinggi sebesar 88,0%.

Namun saat ini belum ada data prevalensi anemia pada remaja di

Kabupaten Kudus (Farida, 2006).

Dari hasil survei di SMK Raden Umar Said di Gebog Kudus, dari

data 71 siswi didapatkan 36 siswi yang Hb nya kurang dan tergolong

menderita anemia, sedangkan 35 siswi tergolong Hb nya normal. Dengan

perbandingan presentasi 50% dari jumlah siswi SMK Raden Umar Said

Gebog Kudus.

Remaja putri mempunyai resiko lebih tinggi terkena anemia

daripada remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan remaja putri

mengalami haid. Seorang wanita yang mengalami haid banyak selama

lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan banyak zat besi

sehingga butuh pengganti zat besi. Alasan kedua karena seringkali

wanita remaja berkeinginan untuk menjaga penampilan dengan ingin


tetaplangsing sehingga wanita seringkali melakukan diet, sedangkan

diet yang salah membuat zat gizi pada tubuh tidak seimbang dan

dampaknya mengakibatkan tubuh kehilangan zat gizi penting seperti zat

besi. Remaja putri lebih sering terkena anemia karena remaja berada

pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih bayak

termasuk zat besi. Adanya siklus menstruasi setiap bulannya

merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena

anemia defisiensi. Dampak anemia pada pelajar sangat merugikan

karena membuat lesu, lemah, kurang semangat belajar, rentan terhadap

penyakit, yang dapat menurunkan prestasi belaja Pada anak anemia,

kemampuan penyerapan oksigen berkurang karena kurangnya jumlah

sel darah merah yang salah satu fungsinya dalam tubuh adalah

mengikat oksigen. Hal ini akan mempengaruhi kekuatan kardiorespirasi

sehingga kemampuan aktivitas fisik, yang bersifat ketahanan tubuh

berkurang(Arisman M. , 2009).

Anemia pada remaja akan berdampak pada penurunan

konsentrasi belajar, penurunan kesegaran jasmani, dan gangguan

pertumbuhan sehingga tinggi badan dan berat badan tidak mencapai

normal. Kehamilan pada usia remaja juga memberi efek yang panjang

yaitu menyebabkan kematian ibu, bayi, atau risiko melahirkan bayi

dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Pada siklus hidup manusia,

remaja wanita (10-19 tahun) merupakan salah satu kelompok yang

rawan terhadap anemia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) Tahun 2007.

Konsumsi makanan berkaitan dengan status gizi remaja yang

memiliki status gizi besi kurang akan beresiko terkena anemia terutama

pada remaja putri karena setiap bulannya mengalami menstruasi.


Anemia juga dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan

sehari-hari yang kurang mengandung zat besi. Bila makanan yang

dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik maka status gizinya juga

baik, tetapi sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi memiliki nilai gizi

yang kurang cukup maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan dapat

menyebabkan anemia(Hapzah, 2012).

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju

masyarakat mengerti bahwa kesehatan itu sangat penting, masyarakat

pada umumnya telah merubah pola konsumsinya menjadi lebih baik

salah satunya yaitu sudah mulai membuka pikiran bahwa khasiat buah-

buahan sangatlah membantu dalam gizi tubuh, salah satunya yaitu buah

kurma. Kurma yang memiliki nama latin Phoenix dactilifera ini

merupakan makanan populer yang seringkali disajikan pada bulan

puasa. Kurma memiliki kandungan nutrisi yang berguna bagi tubuh.

Kandungan utama dalam kurma adalah glukosa yang kadarnya

mencapai 50% dari seluruh kandungan buahnya. Selain itu, kurma

mengandung berbagai vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Dalam setiap

100 gram kurma kering terkandung 50 IU vitamin A; 0,4 mg vitamin C;

0,09 mg tiamin; 0,10 mg riboflavin, 2,20 mg niasin, asam nikotinat dan

zat besi(Sari, 2013).

Kurma mengandung zat besi. Kandungan zat besi yang tinggi

dapat digunakan untuk pengobatan anemia. Anemia adalah keadaan di

mana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein

pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.

Adanya zat besi dalam kurma nantinya diserap oleh usus dan dibawa

oleh darah untuk hemopoiesis (proses pembentukan darah). Zat besi


akan berikatan dengan heme dan empat buah globin, yang nantinya

membentuk satu kesatuan menjadi hemoglobin. Sehingga, secara tidak

langsung kurma dapat membantu menambah hemoglobin sampai ke

angka normal bagi penderita anemia. Selain bermanfaat sebagai

pengobatan anemia, kurma juga berperan penting dalam pengobatan

penyakit demam berdarah. Hal ini disebabkan karena penderita demam

berdarah mengalami penurunan jumlah trombosit atau keping darah,

dan kurma dapat meningkatkan kadar trombosit darah(Pertiwi, 2012).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ady (2013),

membuktikan bahwa pemberian sari kurma berpengaruh terhadap kadar

hemoglobin pada tikus yang mengalami anemia. Hasil ini menunjukkan

bahwa sari kurma yang kaya akan zat besi dapat meningkatkan kadar

hemoglobin. Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada sari

kurma serta kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P, dan Niasin dengan

palmyra yang kaya kandungan Vit A mendukung sintesis hemoglobin,

karbohidrat dan lemak pada sari kurma membentuk suksinil CoA yang

selanjutnya bersama glisin akan membentuk protoporfirin melalui

serangkaian proses porfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk

selanjutnya bersama molekul heme dan protein globin membentuk

hemoglobin.(Ady, 2013).

Dari uraian diatas maka peneliti perlu melakukan penelitian

tentang “Aplikasi Pemberian Kurma Sebagai Upaya Peningkatan Kadar

Hb Pada Remaja Putri yang mengalami Anemia ”.

B. RUMUSAN MASALAH

Masyarakat Indonesia terutama wanita sebagian besar

mengalami anemia dikarenakan kurangnya konsumsi sumber


makanan yang mengandung zat besi. Kekurangan kadar HB dalam

darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, dan cepat lelah

saat melakukan aktifitas. Akibatnya dapat menurunkan prestasi

belajar, olahraga dan produktivitas kerja. Disamping itu penderita

anemia juga mengakibatkan daya tahan tubuh menurun dan tubuh

akan mudah terkena infeksi.

Upaya meningkatkan kadar Hb dapat dilakukan dengan

pemberian tablet Fe dan konsumsi buah-buahan, salah satunya buah

kurma. Kurma mengandung glukosa dan mengandung berbagai

vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Dalam setiap 100 gram kurma

kering terkandung 50 IU vitamin A; 0,4 mg vitamin C; 0,09 mg tiamin;

0,10 mg riboflavin, 2,20 mg niasin, asam nikotinat dan zat besi.

Untuk itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian

“Aplikasi Pemberian Kurma Terhadap Peningkatan Kadar Hb pada

Remaja Putri yang Menderita Anemia”

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas didapatkan suatu

pertanyaan peneliti sebagai berikut : Adakah Pengaruh Aplikasi

Pemberian Kurma untuk Meningkatkan Kadar HB pada Remaja Putri

Yang Mengalami Anemia.

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kadar Hb remaja

putri pada kelompok pemberian kurma dan yang tidak diberikan kurma

(kelompok kontrol).
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kadar hemoglobin remaja putri sebelum

diberikan perlakuan.

b. Untuk mengetahui kadar hemoglobin remaja putri setelah diberikan

kurma pada kelompok perlakuan.

c. Untuk mengetahui kadar hemoglobin remaja putri setelah diberikan

makanan sperti biasa pada kelompok kontrol.

d. Untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin pada remaja putri

setelah diberikan kurma dg kadar hemoglobin remaja putri yang

tidak diberikan perlakuan(Kelompok kontrol).

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat untuk penulis

a. Dapat digunakan sebagai perbandingan apakah teori yang

sudah diberikan sesuai dengan kenyataan dilapangan

b. Sebagai aplikasi dari ilmu yang didapatkan selama perkuliahan

di Stikes Muhammadiyah Kudus

c. Memberikan pengalaman pada penulis tentang penelitian,

terutama ilmu tentang anemia

2. Manfaat untuk institusi (Stikes Muhammadiyah Kudus)

Sebagai bahan masukan dan informasi tentang pengaruh

pemberian kurma terhadap upaya peningkatan kadar hb pd

anemia.

3. Manfaat untuk siswa

Sebagai penambah wawasan pada siswa untuk mengetahui

tentang makanan peningkat kadar hb pada anemia.

4. Bagi ilmu pengetahuan


Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai ilmu

pengetahuan dan sebagai bahan informasi untuk peneliti

selanjutnya.

F. RUANG LINGKUP

Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga maka penulis

menentukan ruang lingkup sebagai berikut:

1. Ruang lingkup materi

Penelitian ini dilakukan dengan materi konsumsi kurma dengan

peningkatan kadar hb pada remaja anemia.

2. Ruang lingkup waktu

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan januari-februari

3. Ruang lingkup tempat

Penelitian ini dilakukan di SMK Raden Umar Said Gebog Kudus

4. Ruang Lingkup Materi

Masalah yang dikaji adalah mengenai pemberian kurma sebagai

upaya peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami

anemia.

G. KEASLIAN PENELITIAN

Keaslian penelitian yang dilakukan penulis berjudulAplikasi

Pemberian Kurma sebagai Upaya Peningkatan Kadar HB pada Remaja

Putri yang Mengalami Anemia belum pernah dilakukan sebelumnya di

Stikes Muhammadiyah Kudus. Adapun penelitian sejenis yang pernah

dilakukan adalah:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Jenis Hasil Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian
(tahun)

Ady Try Pengaruh Peneliti Berdasarkan hasil Variabel


Himawan pemberian sari menggunakan analisa data bebasnya
(2013) kurma terhadap jenis penelitian didapatkan pemberian sari
peningkatan kadar experimen pre bahwa kurma
HB pada tikus test post test ada pengaruh
jantan pemberian sari
Galur wistar kurma terhadap
peningkatan
kadar HB pada
tikus jantan
galur wistar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia

1. Pengertian

Anemia, yang dalam bahasa yunani berarti tanpa darah,

adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemogobin

(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.

Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari

41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.Demikian pula

pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari12

g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia.

Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2011).

Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah

merah atau hemoglobin kurang dari normal.Kadar hemoglobin normal

umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5

gram/100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0

gram/100 ml. Definisi ini mungkin sedikit berbeda tergantung pada

sumber dan referensi laboratoirum yang digunakan (Proverawati,

2011).

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum

terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi

terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena

sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke

jaringan tubuh.Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi,

termasuk kelelahan dan stress pada organ tubuh. Memiliki kadar sel

darah merah yang normal dan mencegah anemia membutuhkan

kerjasama antara ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi dalam tubuh. Jika
ginjal atau sumsum tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang gizi,

maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk

dipertahankan (Soebroto, 2011).

Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses

penyakit bukan penyakit itu sendiri. Hal ini biasanya digolongkan baik

kronis atau akut.Anemia kronis terjadi selama jangka waktu yang lama

atau apakah itu adalah sesuatu yang baru, membantu dokter dalam

mencari penyebabnya.Hal ini juga membantu memprediksi seberapa

parah gejala anemia mungkin.Pada anemia kronis, gejala biasanya

dimulai secara perlahan dan bertahap, sedangkan pada gejala anemia

akut dapat mendadak dan lebih erat (Proverawati, 2011).

2. Jenis anemia dan penyebabnya

Berikut jenis-jenis dan penyebab anemia menurut (Proverawati, 2011)

a. Anemia Defisiensi Vitamin B12

1) Pengertian

Jumlah sel darah merah yang rendah yang disebabkan karena

kekurangan vitamin B12.

2) Penyebab

Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membuat sel-sel darah

merah. Dalam rangka memberikan vitamin B12 ke dalam sel,

tubuh harus makan cukup makanan yang mengandung vitamin

B12 yang dapat diperoleh dari bahan makanan seperti daging,

umggas, kerang, telur, dan produk susu.

Untuk menyerap vitamin B12 yang cukup, tubuh menggunakan

protein khusus, yang disebut factor intrinsic, yang dilepaskan

oleh sel di dalam lambung. Kombinasi vitamin B12 melekat


pada factor intrinsic diserap dalam bagian terakhir dari usus

kecil. Kurangnya vitamin B12 dalam diet mungkin disebabkan

oleh:

a) Makan makanan vegetarian

b) Miskin diet dimasa bayi

c) Kurang gizi selama kehamilan

b. Anemia Defisiensi Folat

1) Pengertian

Penurunan jumlah sel-sel darah merah (anemia) karena

kekurangan folat. Anemia adalah suatu kondisi dimana

tubuh tidak memiliki cukup sehat sel darah merah. Sel

darah merah menyediakan oksigen ke jaringan tubuh.

2) Penyebab

Penyebab anemia ini adalah:

a) Obat-obatan tertentu (seperti fenition,Dilantin, alcohol,

methotrexate, sulfasalazine, triamterene, pirimetamin,

trimetropim-sulfametoksazol, dan barbiturate).

b) Alkoholisme kronik

c) Crohn’s disease, penyakit celiac, infeksi dengan cacing

pita ikan, atau masalah lain yang membuat sulit bagi

tubuh mencerna makanan.

d) Miskin asupan makanan asam folat.

e) Operasi yang menghapus bagian tertentu dari perut

atau usus kecil, seperti beberapa operasi penurunan

berat badan.

f) Pada trimester ketika kehamilan, seorang wanita

mungkin memiliki kekurangan karena adanya


peningkatan kebutuhan asam folat. Anemia Hemolytik

juga dapat menyebabkan kekurangan karena kerusakan

sel darah merah meningkat dan kebutuhan meningkat.

c. Anemia Defisiensi Besi

1) Pengertian

Penurunan jumlah sel darah merah dalam darah yang

disebabkan oleh zat besi yang terlalu sedikit.

2) Penyebab

Penyebab defisiensi besi adalah:

a) Perdarahan

b) Kurangnya asupan makanan

c) Gangguan penyerapan

d. Anemia Penyakit Kronis

1) Pengertian

Gangguan darah yang dihasilkan dari sebuah kondisi (kronis)

jangka panjang medis yang mempengaruhi produksi dan umur

sel darah merah.

2) Penyebab

Kondisi yang dapat menyebabkan anemia penyakir kronis

termasuk:

a) Gangguan autoimun, seperti penyakit crohn, lupus

erythematosus sistemik, rheumatoid arthtritis, colitis

ulseratif.

b) Kanker, terutama limfoma dan penyakit Hodgkin.

c) Penyakit ginjal kronis.

d) Sirosis hati.
e) Infeksi jangka panjang, seperti endocarditis bakteri kronis,

osteomilitis (infeksi tulang), HIV/AIDS, hepatitis B atau

hepatitis C.

e. Anemia Hemolitik

1) Pengertian

Suatu kondisi tidak ada cukup sel darah merah dalam darah,

karena kerusakan dini sel-sel darah merah.

2) Penyebab:

Factor intrinsic sering hadir pada saat kelahiran (keturunan),

termasuk didalamnya:

a) Kelainan pada protein yang membangun sel-sel darah

merah normal.

b) Perbedaan protein di dalam sel darah merah yang

membawa oksigen (hemoglobin).

Sedangkan factor ekstrinsik meliputi:

a) Respon system kekebalan tubuh abnormal.

b) Gumpalan darah dalam pembuluh darah kecil.

c) Infeksi tertentu

d) Efek samping dari obat

f. Anemia Aplastik Idiopatik

1) Pengertian

Suatu kondisi dimana sumsum tulang gagal membuat sel-sel

darah secara normal. Sumsum tulang adalah jaringan lembut,

mengandung lemak di pusat tulang.

2) Penyebab

Dapat disebabkan oleh cidera pada sel induk darah, sel belum

matang dalam sumsum tulang yang menimbulkan efek dan


semua jenis sel darah lainnya. Cedera menyebabkan

penurunan jumlah setiap jenis sel darah dalam tubuh baik

g. Anemia Megaloblastik

1) Pengertian

Gangguan darah dimana ukuran sel lebih besar dari darah

merah normal. Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak

memiliki cukup sehat sel darah merah. Sel darah merah

menyediakan oksigen ke jaringan tubuh.

2) Penyebab

Disebabkan oleh kekurangan asam folat atau vitamin B12..

penyebab lainnya yang kurang umur adalah:

a) Penyalahgunaan alcohol

b) Mewarisi gangguan tertentu

c) Obat yang mempengaruhi DNA, seperti obat kemoterapi

d) Leukemia

e) Myelodysplastik sindrom

f) Myelofibrosis

h. Anemia Pernisiosa

1) Pengertian

Penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak

dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran

pencernaan. Vitamin B12 diperlukan untuk pengembangan

yang tepat dari sel darah merah. Anemia pernisiosa adalah

jenis anemia megaloblastik.

2) Penyebab

Anemia akibat kekurangan vitamin B12 atau asam folat karena

sel darah merah lebih besar dari normal. Kurangnya vitamin ini
tidak memungkinkan sel darah merah untuk tumbuh dan

kemudian membelah seperti biasanya selama perkembangan,

yang mengarah ke ukuran besar. Hal ini menyebabkan

berkurangnya jumlah sel darah merah normal besar dan

anemia.

i. Anemia Aplastic Sekunder

1) Pengertian

Kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah yang

cukup. Semua jenis sel darah dapat terkena. Anemia aplastic

adalah penyakit langka, disebabkan oleh penurunan jumlah

semua jenis sel darah yang dihasilkan oleh sumsum tulang.

Biasanya sumsum tulang menghasilkan jumlah yang cukup sel-

sel darah merah baru, sel darah putih (leukosit), dan

plateletuntuk fungsi tubuh normal. Setiap jenis sel memasuki

aliran darah, beredar, dan kemudian mati dalam jangka waktu

tertentu. Misalnya, sel darah merah hidup normal sekitar 120

hari. Jika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah

yang cukup untuk menggantikan mereka yang mati, sejumlah

gejala, termasuk yang disebabkan oleh anemia, akan terjadi.

2) Penyebab

Kondisi ini dapat disebabkan oleh:

a) Obat tertentu

b) Kemoterapi

c) Muncul pada saat lahir (kelainan bawaan)

d) Terapi obat untuk menekan system kekebalan tubuh

e) Kehamilan

f) Terapi radiasi
3. Penyebab Anemia

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik.Gizi

yang buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus juga dapat

menyebabkan seseorang mengalami kekurangan darah. Demikian

juga pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat besi berkurang,

besar kemungkinan akan terjadi anemia. Perdarahan di saluran

pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang

berlebihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan

gizi yang baik dapat memiliki resiko anemia (Proverawati, 2011)

Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekeurangan

darah. Pad saat terjadi perdarahan yang hebat, mungkin gejala anemia

belum tampak. Tranfusi darah merupakan tindakan penanganan utama

jika terjadi perdarahan akut.Perdarahan tersebut biasanya tidak kita

sadari.Pengeluaran darah biasanya berlangsung sedikit demi sedikit

dan dalam waktu yang lama.Berikut ini tiga kemungkinan dasar

penyebab anemia (Soebroto, 2011).

4. Gejala Anemia

Memang gejala anemia kadang membuat kita semua menjadi

bingung.Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang

tidak mencukupi kebutuhan ini bervariasi.Anemia bisamenyebabkan

kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala terasa

melayang.Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke

atau serangan jatung.

Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia diantaranya :

a. Lemah, letih, lesu,mudah lelah, dan lunglai.

b. Wajah tampak pucat.

c. Mata berkunang-kunang.

d. Nafsu makan berkurang.


e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.

f. Sering sakit,

g. Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat

atau berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah

kuku. Perubahan ini dapat terjadi perlahan –laha sehingga sulit

disadari,

h. Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah

merah, maka terdapat gejala lain sepertijaundice,warna kuning

pada bagian putih mata, pembesaran limfa dan warna urine

seperti teh (Soebroto, 2011).

5. Pengaruh Aktivitas pada Gejala Anemia

Jika anda mengalami gejala-gejala anemia, berhati-hatilah

karena itu adalah awal terkena anemia. Segera periksakan kadar

hemoglobin dalam darah. Anemia dapat menimbulkan dampak negatif

yang nantinya berpengaruh pada aktivitas sehari-hari seperti :

a. Berkurangnya daya pikir dan konsentrasi.

b. Berkurangnya prestasi.

c. Berkurangnya semangat belajar dan bekerja,

d. Menurunnya produktivitas kerja,

e. Menurunnya kebugaran tubuh,

f. Mudah terserang penyakit,

g. Dapat mengakibatkan kelahiran bayi premature atau bayi lahir

dengan berat badan rendah.

h. Pada bayi dan batita, anemia defesiensi besi dapat

mengakibatkan gangguan perkembangan dan perilaku


sepertipenurunan aktifitas motorik, interaksi sosial dan konsentrasi

(Soebroto, 2011).

6. Pencegahan pada Anemia

a. Anemia dapat dicegah tergantung kepada penyebabnya. Anemia

karena gangguan genentikm tidak dapat dicegah. Namun, anda

dapatmencegah defesiensi besi sebagai bentuk anemia yang

paling sering terjadi.

b. Ada dua jenis pendekatan yang dapat dilakukan guna mengatasi

dan mencegah anemia. Pertama, pendekatan berbasis medis,

yakni dengan suplementasi. Kedua,pendekatan berbasis pangan ,

yakni dengan perbaikan gizi.

c. Penanganan melalui suplementasi tabel zat besi merupakan cara

yang paling efektif unutk meningkatkan kadar zat besi dalam

jangka pendek. Suplementasi biasanya ditujukan pada golongan

yang rawan mengalami defesiensi besi, seperti ibu hamil dan ibu

menyusui.

d. Perbaikan gizi guna menanggulangi anemia dapat dilakukan

dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi

tinggi yang terdapat pada sayur-sayuran segar sepeti bayam ,

daun singkong dan kangkung. Zat besi dapat juga anda temukan

pada buah-buahan, kacang-kacangan (kedelai dan kacang

merah), serta makanan hewani (daging, telur,limpa dan hati ),

selain itu, kurangi mengkonsumsi teh dan kopi karen kedua hal

tersebut dapatmenghambat penyerapan zat besi .

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Anemia Pada Remaja

a. Pola Makan
Pola makan orang yang dipengaruhi antara lain tingkat

kecenderungan makanan yang di konsumsi. Tingkatan pola makan

seseorang ditentukan oleh kuantitas dan kualitas hidangan.

b. Sosial Ekonomi

Disamping penyebab medis, faktor sosial ekonomi juga

mempunyai peranan penting. Tingkat kemiskinan di negara

berkembang dapat menjadi penyebab anemia dan mempunyai

dampak yang serius pada sebagian besar negara di dunia.

Kesukaran yang ditimbulkan oleh gizi buruk, kekurangan air,

pantangan terhadap makanan, produksi cadangan makanan yang

tidak cukup dan tidak adanya sistem jaminan sosial yang tidak

efektif secara bersama-sama menurunnya kesehatan dan

menyebabkan anemia pada remaja.

c. Sosial Budaya

Masalah kekurangan gizi bukan hanya di sebabkan oleh faktor

sosial ekonomi masyarakat. Namun berkaitan pula dengan faktor

budaya setempat persepsi masyarakat yang di sebut makan yaitu

makan sampai kenyang tanpa memperhatikan jenis komposisi dan

mutu makanan.Pendistribusian makanan dalam keluarga yang

tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan

perkembangan anggota keluarga.

d. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju

kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Pendidikan itu umumnya

berpengaruh terhadap kesehatan remaja. Seseorang yang

berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan

perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka

sadari sepenuhnya (Seokidjo, 2013). Biasanya seorang


remajayang berpendidikan tinggi Dapat menyeimbangkan pola

konsumsinya. Apabila pola konsumsinya sesuai, maka asupan zat

gizi yang di peroleh akan tercukupi dan kemungkinan besar

terhindar dari masalah anemia.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu di mana

terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Usia

remaja merupakan periode transisi perkembangan diri dari masa anak

ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun (Eny, 2011).

Remaja (adolescence) adalah masa transisi/ peralihan dari

masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan

adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara

kronologis yang tegolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21

tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson,

maka remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha untuk

mencari identitas diri.(Ali, 2011)

2. Masa (Rentang Waktu) Remaja

Menurut Kusmiran (2011) mengungkapkan bahwa masa

remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai

persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa

terpenting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini

penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang

bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Eny,

2011)
Menurut Sarwono (2011), dalam proses penyesuaian diri

menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu:

a. Remaja Awal (10-14 tahun) (early adolescence)

Remaja pada tahap ini masi terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-

dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.mereka

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan

jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap

”ego’’ menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan

dimengerti orang dewasa.

b. Remaja madya (15-17 tahun) (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.

Ada kecenderungan ” narcistic” yaitu mencintai diri sendiri,

dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama

dengan dirinya. Remaja juga dalam kondisi kebingungan karena

tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli,

ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealis atau

materialis. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes

Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-

kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari

lain jenis.

c. Remaja akhir (18-21 tahun) (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.


2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-

orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan

diri sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuh ” dinding ’’ yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (the public).

3. Perkembangan Remaja

Perkembangan merupakan aspek progresif adaptasi terhadap

lingkungan yang bersifat kualitatif. Masa perkembangan remaja

dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12

-14 tahun. Masa puber yang merupakan permulaan remaja adalah

suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang

sangat cepat. Pada umur 14 – 16 tahun yang merupakan

pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk

menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan

remaja. Ketika remaja berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun

terjadi perubahan yang membuat remaja mulai bertanggungjawab,

membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi

dewasa atau lebih dikenal dengan masa remaja akhir.

Perkembangan yang dialami remaja pada masanya, antara lain :

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah rangkaian dari perubahan yang

dialami remaja. Remaja membutuhkan penyesuaian yang

baik dengan perubahan dalam tubuhnya. Kematangan yang


berbeda yang dialami oleh setiap remaja membuat remaja

yang mengalami pubertas lebih awal akan menjadi lebih

sensitif dan merasa berbeda dengan yang lain, namun

seiring dengan waktu ia dapat menyesuaikan diri. Jadi dalam

penyesuaian perkembangan fisik inilah nantinya remaja dapat

berkembang menjadi remaja yang mampu berhubungan

dengan orang lain atau tidak.

b. Perkembangan Kognitif

Selama masa remaja terjadi perubahan dalam pemikiran dan

perluasan lingkungan, namun tanpa lingkungan pendidikan

yang sesuai remaja tidak mampu mencapai perkembangan

neurologis dan tidak mampu diarahkan untuk dapat berpikir

rasional. Kemampuan kognitif yang diperlihatkan oleh remaja

sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya, pendidikan

formal yang ia dapat, dan motivasi. Dalam teori perkembangan

kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari

penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir

formal secara operasional. Remaja mulai menyadari batasan –

batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep –

konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. (Ali, 2011))

c. Perkembangan Psikososial

Soetjiningsih (2011) menjelaskan mengenai masa remaja

yang identik dengan kematangan seksualnya menjadi hal yang

sangat berperan penting dalam perkembang psikososialnya.

Kematangan seksual yang diiringi dengan perubahan bentuk

tubuh apabila tidak diketahui oleh remaja dengan baik dapat

menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Kecepatan kemajuan


kematangan seksual yang berbeda pada setiap individu bisa

menjadikan seorang remaja menjadi merasa berbeda dan

tidak mau bergaul dengan teman sebayanya. Contohnya

pada anak perempuan yang mengalami kematangan seksual

lebih dulu akan merasa dirinya lebih besar dibandingkan

dengan teman sebayanya, namun sebaliknya pada anak laki-laki

yang mengalami keterlambatan kematangan akan menjadikan

dirinya terlihat lebih kecil dari yang lain.

Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya

tanggung jawab dan asimilasi pengharapan masyarakat.

Remaja dihadapkan pada keputusan dan membutuhkan informasi

yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas

seksual, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, dan

kehamilan. Informasi faktual ini dapat datang dari rumah,

sekolah, buku- buku, atau teman sebaya. Sering kali informasi

yang remaja dapatkan tidak diaplikasikan dalam gaya hidup

karena remaja tidak merasa rentan dan kurangnya

kewaspadaaan karena meyakini bahwa kehamilan atau

penyakit tidak akan terjadi pada mereka (Eny, 2011)

C. Kurma

1. Pengertian

Kurma yang memiliki nama latin Phoenix dactilifera ini

merupakan makanan populer yang seringkali disajikan pada bulan

puasa. Kurma memiliki kandungan nutrisi yang berguna bagi tubuh.

Kandungan utama dalam kurma adalah glukosa yang kadarnya

mencapai 50% dari seluruh kandungan buahnya. (Pertiwi, 2012)


Buah Kurma sebesar jempol tangan orang dewasa ini ternyata

mengandung banyak zat yang penting bagi tubuh. Hal tersebut

dikuatkan dengan hasil penelitian. Salah satunya datang dari ahli gizi

Institut Pertanian Bogor Hardisyah. Hardisyah mengungkapkan

kandungan dalam kurma beragam. Semisal kalium. Kalium memiliki

banyak manfaat jika dikonsumsi teratur. "Dengan makan lima buah

kurma saja, maka kebutuhan kalium satu hari telah terpenuhi,"

katanya.Kalium sendiri berguna untuk menekan tekanan darah agar

normal. Kalau pun darahnya tinggi dapat dikendalikan baik dengan

makan kurma. (Pertiwi, 2012)

2. Konsumsi Kurma

Mengkonsumsi kurma dapat meningkatkan trombosit dan sel

darah merah dengan cepat. Bahkan sari kurma bisa membuat

hemoglobin seperti semula. Ketika sakit, lebih baik mengkonsumsi

kurma dalam bentuk jus. Glukosa dalam kurma dapat memulihkan

stamina. Untuk itu, seseorang dianjurkan makan kurma setelah

melakukan puasa 12-13 jam, karena mudah larut dan dicerna apalagi

dapat mengurangi keasaman dalam lambung. Sedangkan, minum teh

manis malah bisa meningkatkan keasaman lambung.

Kandungan lain dalam kurma adalah dapat meningkatkan

fungsi syaraf, mengurangi jantung koroner, stroke, serta memiliki

sejenis hormon yang mempercepat penyembuhan luka sehingga tidak

menjadi gatal-gatal atau seperti kudis. (Adzkia, 2012).

Selain itu, kurma mengandung berbagai vitamin yang

diperlukan oleh tubuh. Dalam setiap 100 gram kurma kering

terkandung 50 IU vitamin A; 0,4 mg vitamin C; 0,09 mg tiamin; 0,10 mg

riboflavin, 2,20 mg niasin, asam nikotinat dan zat besi.(Sari, 2013)


3. Manfaat Sari Kurma

Adapun beberapa manfaat sari kurma menurut Shidiq (2013) sebagai

berikut:

a. Meningkatkan HB dan trombosit dalam darah (cocok untuk

penyembuhan DBD, Anemia dan Thypus.

b. Meningkatkan katahanan selama berpuasa, diminum saat setelah

sahur dan minuman berbuka pertama.

c. Meningkatkan energi dan stamina seketika, menyegarkan,

mengatasi anemia (kekurangan zat besi)

d. Melancarkan pencernaan, mencegah dan mengobati peradangan

usus dan sakit maag.

e. Untuk ibu menyusui, kandungan zat besi dan kalsiumnya dapat

menambah jumlah gizi dalam ASI, kurma berperan membantu

pembentukan sel darah dan sumsum tulang bagi bayi yang disusui

sehingga menjadi anak yang tumbuh lebih sehat dan cerdas.

f. Kurma memberikan tenaga yang besar untuk ibu yang sedang

hamil, memperkuat urat-urat rahim sehingga proses melahirkan

menjadi lebih mudah dan lancar, cepat mengganti darah yang

keluar saat persalinan.

g. Perempuan Arab menggunakan kurma untuk menghaluskan kulit

dengan dimakan dan juga menjadi bahan kosmetik dengan

campuran bahan lainnya.

h. Bagi penderita batuk, kandungan gulanya dapat menghilangkan

gatal-gatal pada kerongkongan dan menghentikan batuknya.

i. Sari kurma menyenyakkan tidur bagi penderita insomnia.

j. Sari kurma menambah tenaga yang dibutuhkan dalam hubungan

pasutri.
4. Kandungan dalam 100 g Buah Kurma

Berikut beberapa kandungan dalam kurma menurut Adzkia (2015):

a. Karbohidrat 75 gr Asam Folic 5,4 mikrog

b. Fiber/serat 2,4 gr

c. Mineral kalium 52 mg

d. Protein 2,35 gr

e. Magnesium 50 mg

f. Lemak 0,43 gr

g. Tembaga/cofper 2,4 mg

h. Vitamin A 90 IU Sulfur 14,7 mg

i. Vitamin B1 93 mg Besi 1,2 mg

j. Vitamin B2 144 mg Zink 1,2 mg

k. Vitmin C 6,1 mg Fosfor 63 mg

l. Asam nikonat 2,2 mg

m. Energi 323/100 gr.

5. Pemberian Buah Kurma untuk peningkatan Hb

Kurma dapat digunakan sebagai pengobatan berbagai macam

penyakit. Salah satu manfaat kurma adalah sebagai bahan

pengobatan pada anemia dan penyakit demam berdarah. Kurma

mengandung zat besi. Kandungan zat besi yang tinggi dapat

digunakan untuk pengobatan anemia. Anemia adalah keadaan di

mana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein

pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.

Adanya zat besi dalam kurma nantinya diserap oleh usus dan dibawa

oleh darah untuk hemopoiesis (proses pembentukan darah). Zat besi

akan berikatan dengan heme dan empat buah globin, yang nantinya

membentuk satu kesatuan menjadi hemoglobin. Sehingga, secara


tidak langsung kurma dapat membantu menambah hemoglobin sampai

ke angka normal bagi penderita anemia. Selain bermanfaat sebagai

pengobatan anemia, kurma juga berperan penting dalam pengobatan

penyakit demam berdarah. Hal ini disebabkan karena penderita

demam berdarah mengalami penurunan jumlah trombosit atau keping

darah, dan kurma dapat meningkatkan kadar trombosit darah. Untuk

meningkatkan hemoglobin dan trombosit, buah kurma lebih baik

dikonsumsi dalam bentuk jus. Buah kurma seberat 500 gram dijus

dengan 1 liter air atau 5 gelas air putih. Hasil dari blenderan tersebut

diminum satu gelas tiap satu atau dua jam sekali selama sehari,

tergantung tingkat kebutuhannya. Dosis semakin diturunkan jika

kondisi membaik. (Okvitasari, 2010)


E. Kerangka Teori

Penyebab Anemia pada Peningkatan kadar


Remaja: Hemoglobin pada
penderita anemia
a. Adanya penyakit infeksi 1. Meningkatkan
b. Menstruasi yang konsumsi makanan
berlebihan pada remaja bergizi yang
putri mengandung
c. Perdarahan yang makanan hewani dan
mendadak seperti nabati, makan sayur-
kecelakaan sayuran serta buah-
d. Jumlah makanan atau buahan.
penyerapan diet yang 2. Menambah
buruk pemasukan zat besi
e. Penyakit cacingan pada ke dalam tubuh
remaja dengan minum tablet
zat besi.

3. Memberikan kurma

Keterangan:

= di teliti

= tidak diteliti

Sumber: (Adriani & Wirjatmadi, 2012), (Lubis, 2008)

Gambar 2.3 Kerangka Teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai

ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti

tentang suatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo, Metodologi

Penelitian Kesehatan, 2010)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen(bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab

timbulnyaatau berubahnya variabel dependen menentukan atau

mempengaruhi variabel dependen(Setiawan, 2011).

Menurut Notoatmodjo 2010, variabel Independen adalah

variabel yang mempengaruhi atau sebab. Pada penelitian ini, variabel

Independen adalah pemberian kurma.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas atau variabel Independen(Notoatmodjo, Metodologi Penelitian

Kesehatan, 2010).

Menurut Notoatmodjo 2010, variabel dependen adalah variabel

tergantung atau variabel yang dipengaruhi. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah anemia pada remaja putri.

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan

dugaan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam


penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka

hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima(Notoatmodjo,

Metodologi Penelitian Kesehatan, 2005).

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan(Sugiyono, 2010).

Berdasarkan pada kerangka teori, maka hipotesis penelitiannya

adalah

1. Hipotesis alternative

Hipotesis ini menyatakan ada perbedaan antara dua variabel

atau adanya pengaruh variabel x terhadap variabel y.

Ha: Ada perbedaan antara pemberian kurma terhadap peningkatan

kadar HB pada remaja putri yang mengalami anemia di SMK

Raden Umar Said Gebog Kudus.

2. Hipotesis noll (Ho)

Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua

variabel atau tidak adanya pengaruh variabel x terhadap variabel y.

Ho: Tidak ada perbedaan antara pemberian kurma terhadap

peningkatan kadar HB pada remaja putri yang mengalami anemia

di SMK Raden Umar Said Gebog Kudus.


C. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep

dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel bebas (Independent) Variabel terikat (Dependent)

Kurma Kadar Hb pada Remaja


Putri Yang Mengalami
Anemia

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

D. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian Quasy Eksperimental dengan menggunakan

bentuk rancangan control group pre test-post test digunakan dalam

penelitian ini. Desain ini bertujuan mengidentifikasi hubungan sebab

akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subyek. Kelompok

subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah melakukan intervensi. Dalam rancangan ini,

kelompok eksperimental diberi perlakuan berupa pemberian kurma,

sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Pada kedua

kelompok diawali dengan pre test (pengukuran awal) kadar Hb dan

setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (post

test).

Rancangan penelitian sebagaimana pada gambar 3.2

Subyek Pre Perlakuan Post


K-A O X O1-A

K-B O - O1-B
Keterangan:

K-A : Kelompok Perlakuan

K-B : Kelompok Kontrol

X : Perlakuan

- : Tidak ada Perlakuan

O : Observasi awal (pre test)

O1-A : Observasi setelah pemberian Kurma (K-A)

O1-B : Observasi akhir (K-B)

Gambar 3.2 Rancangan Penelitian Quasy Eksperiment

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan pre-test post-test with control group. Rancangan

penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat

dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan

satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan

satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.

Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test dan

observasi yang dilakukan setelah dilakukan disebut post-test.

Sedangkan perbedaan antara sebelum dilakukan pemberian kurma

dan sesudah diakukan pemberian kurma kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dibandingkan, perbedaan tersebut diasumsikan

sebagai efek dari pengaruh (intervensi) yang diberikan dalam

eksperimen.
3. Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data diperoleh dari:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subyek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambil data secara langsung pada subyek sebagai sumber

informasi yang dicari(Sugiyono, 2010).

Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan

pengecekan kadar Hb pada remaja putri di SMK Raden Umar Said

Gebog Kudus.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung

dari objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Data sekunder dalam

penelitian ini berupa nama dan umur responden remaja putri.

4. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

subyek/obyek yang mempunyai kualitas dana karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dapat dibedakan menjadi

dua kategori, yaitu populasi terget dan populasi terjangkau (accessible

population). Populasi terget adalah populasi yang memenuhi sampling

kriteria dan menjadi sasaran akhir penelitian, sedangkan populasi

terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria dalam penelitian

dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya

(Nursalam, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas XI SMK

Raden Umar Said Gebog Kudus.

5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian

a. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Sampel penelitian

merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2005). Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang

terkena anemia pada satu kelas pada SMA

Rumus untuk menentukan sampel adalah:


𝑁
𝑛 = 1+𝑁 (𝑑)²

keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = taraf kesalahan

25
=
1 + 25 (0,1)²

25
=
1 + 25 (0,01)

25
= 1 + 0,25

25
= 1,25

=20

Jadi, sampel yang diperlukan sebanyak 20 responden. Terdiri

dari 10orang kelompok intervensi dan 10 orang kelompok control.


b. Tehnik Sampling

Peneliti menentukan sampel yang terdapat dalam populasi

yaitu secara non probability sampling berupa purposive sampling

yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cra memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,

sehingga samperl tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

yang lebih dikenal sebelumnya (Sugiyono, 2010). Dalam

rancangan ini kelompok eksperimental diberi perlakuan berupa

pemberian kurma sedangkan kelompok control tidak diberikan

perlakuan apapun. Pada kelompok eksperimental dan control

diawali dengan pre-test (pengukuran awal) pengecekan kadar Hb

pada remaja putri dan setelah pemberian perlakuan di adakan

pengecekan kembali (post-test).

Adapun criteria sampling dalam penelitian ini adalah:

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat

sabagai sampel (Hidayat, 2007).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a) Remaja putri yang mengalami anemia.

b) Tidak mengkonsumsi obat atau suplemen tambah darah

selama dilakukan pemberiankurma.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini kriteria

eksklusinya adalah:
a) Remaja putri yang mengalami perburukan kondisi sehingga

diperlukan perawatan lebih lanjut.

b) Remaja putri yang tidak bersedia saat dilakukan pemberian

kurma.

6. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel adalah definisi yang menyatakan

seperangkat petunjuk atau kriteria yang lengkap tentang apa yang

diamati oleh suatu penelitian(Sugiyono,2010). Definisi operasional

dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan

perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel. Kunci

penting yang dapat diukur secara operasional dan dapat

dipertanggung jawabkan (referensi harus jelas).(Saryono, 2010)

Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Kategori/skor Skala
1 Peningkatan Kadar hemoglobinsesudah Stik HB dan Ordinal
Kadar Hb diberi perlakuan-sebelum Easy Touch
diberi perlakuan HB

2 Konsumsi Konsumsi kurma yang Lembar 1. Konsumsi Nominal


kurma diberikan selama 7 hari Observasi 2. Tidak
berturut-turut selama 2 kali dikonsumsi
per hari yaitu pada pagi
hari dan sore hari 100 gr

7. Instrument Penelitian dan Cara Penelitian

Instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan

pengukuran. Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data

yang obyektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulann


penelitian yang objektif pula. Selain diperoleh data yang objektif,

dengan menggunakan instrument dalam pengumpulan data, maka

pekerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih

baik (Riyanto, 2011).

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pengukuran kadar Hb dengan alat cek Hb (easy touch Hb).

b. Konsumsi kurma menggunakan lembar observasi.

8. Tehnik Pengolahan dan Cara Penelitian

a. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melalui beberapa tahapan-

tahapan dalam pengolahan data meliputi (Hidayat, 2007):

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh dari responden. Pengecekan berupa

kelengkapan jawaban, kejelasan, relevansi dan konsistensi

jawaban. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

3) Sorting

Sorting yaitu mensortir dengan memilih atau mengelompokkan

data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).

4) Entri Data

Data yang sudah dilakukan pengecekan dan dinyatakan benar

untuk memudahkan analisis dimasukkan kedalam program

computer.
5) Tabulasi

Merupakan pengorganisasian agar mudah dijumlah, disusun

dan ditata untuk disjikan dan dianalisis. Hal ini dapat dilakukan

dengan pengolahan secara manual atau dengan bantuan

computer.

6) Cleaning

Pembersihan data yaitu upaya pengecekan kembali data yang

sudah dimasukkan dalam program computer apakah ada

kesalahan dalam memasukkan data ke computer.

b. Analisis Data

1) Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Distribusi frekuensi kita dapat mengetahui presentase suatu

kelompok terhadap seluruh pengamatan (Soekidjo, 2010).

Beberapa teknik penjelasan kelompok yang telah diobservasi

dengan data kuantitatif dapat juga dijelaskan menggunakan

teknik statistic yang disebut : mean, median, dan modus.

a) Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Hal

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

∑𝑓𝑖𝑥𝑖
𝑀𝑒 =
∑𝑓𝑖

Keterangan:

Me : Mean

∑f¡ : jumlah data/sampel


f¡ x¡ : produk perkalian antara f¡ pada setiap interval

data dengan tanda kelas (x¡)

Tanda kelas (x¡) adalah rata-rata dari nilai terendah dan

tinggi setiap interval data. Misalnya f¡ untuk interval

pertama.

b) Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai yang sering muncul dalam kelompok

tersebut (Sugiyono, 2010). Untuk menghitung modus dapat

digunakan rumus:

𝑏1
Mo = b + p ( )
𝑏1+𝑏2

Keterangan:

Mo : Modus

b : batas kelas interval dengan frekuensi

terbanyak

p : panjang kelas interval

b₁ : frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada

kelas interval yang terbanyak) dikurangi

frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya.

b₂ : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas interval berikutnya.

c) Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai tengah dari sekelompok data yang

telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang

terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai yang

terkecil.
1
𝑛 −𝐹
2
𝑀𝑑 = 𝑏 + 𝑝 ( )
𝑓

Keterangan:

Md : Median

b : batas bawah, dimana median akan terletak

n : banyak data/jumlah sampel

p : panjang kelas interval

F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

f : frekuensi kelas median

2) Analisis Bivariat

Analisa Bivariat yaitu analisis data yang dilakukan pada dua

variabel yang diduga mempunyai hubungan atau

korelasi(Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, 2010)

Dalam penelitian ini menggunakan uji t test paired karena

dalam penelitian ini membandingkan antara kelompok sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan

uji-t berpasangan. Dalam hal ini untuk uji komparasi antar dua

nilai pengamatan berpasangan, (paired) misalnya sebelum dan

sesudah (pretest dan posttest) digunakan pada:

a) Satu sampel (setiap elemen ada 2 pengamatan)

b) Data kuantitatif (interval-rasio)

c) Berasal dari populasi yang berdistribusi normal (di populasi

terdapat distribusi deference = d yang berdistribusi normal


dengan mean md = 0 dan variance sd2 = 1) (Purnomo,

2006).

Adapun rumus uji t test adalah:

𝑋−𝑌
𝑡=
𝑆𝑥 2 𝑆𝑦 2
√ +
𝑁𝑥 𝑁𝑦

Keterangan :

X : rata-rata kelompok sebelum diberi perlakuan

Y : rata-rata kelompok setelah diberi perlakuan

Sx2 : standard deviasi sebelum diberi perlakuan

Sy2 : standard deviasi setelah diberi perlakuan

Nx : jumlah subjek sebelum diberi perlakuan

Ny : jumlah subjek setelah diberi perlakuan

Aturan pengambilan keputusan:

(1) Ha diterima jika t hitung lebih kecil atau sama dengan t table

berarti ada pengaruh kurma sebagai upaya peningkatan

kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia.

(2) Ho ditolak jika t hitung lebih besar atau sama dengan t table

berarti tidak ada pengaruh kurma sebagai upaya

peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami

anemia.

9. Etika Penelitian

Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian kesehatan

masyarakat pada khususnya manusia digunakan obyek yang diteliti di


satu sisi, dan sisi lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan

penelitian. Hal ini berarti bahwa ada hubungan timbale balik antara

orang sebagai peneliti dan orang sebagai yang diteliti (Notoatmodjo,

Metodologi Penelitian Kesehatan, 2010).

1. Informed consent (persetujuan penelitian)

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan persetujuan untuk menjadi responden.

2. Anomity ( tanpa nama)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arisman. (2009). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.EGC.

Depkes. (2008). Remaja dan Anemia. Jakarta: UNICEF.


Eny, K. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Hapzah, Y. R. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Terhadap


Kejadian Anemia Remaja Putri pada Siswi SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali
Mandar. Jurnal Kesehatan .

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan


Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Pertiwi. (2012). Sari Kurma Untuk Menaikkan Trombosit. Jakarta: Medika.

Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riskesdas. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Tahun


2010. Riset Kesehatan Dasar .

Sari. (2013). Manfaat Buah Kurma. Yogyakarta: Home Health.

Saryono. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soebroto. (2011). Anemia dan Problemnya. Yogyakarta: Media Books.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.

You might also like