Professional Documents
Culture Documents
BAB I
KONSEP DASAR
1. Definisi
Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang
dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan
memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk
dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui
seutas rantai.
Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh
kontraksi), tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan), dan gaya tarik (ekstraksi
vakum).
Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum, mula-
mula dipelajari oleh Young (1706) dari Inggris, yang kemudian secara berturut-turut
dikembangkan oleh ahli-ahli obstetrik di negara-negara Eropa dalam bentuk yang
bermacam-macam. Bentuk ekstraktor vakum bermacam-macam inti ternyata kurang
popular dalam pemakaiannya, karena banyak hambatan-hambatan teknik.
1. Mangkuk (cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk
inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk : 3,4,5,6 cm. pada dinding belakang
mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.
2. Botol
Tempat membuat tenaga negative (vakum). Apda tutup botol terdapat manometer,
saluran menuju ke pompa pemghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang
dilengkapi dengan pentil.
3. Karet Penghubung
3. Indikasi
4. Kontra Indikasi
5. Syarat Khusus
Kontraksi baik.
6. Etiologi
Ibu:
Janin:
7. Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan
ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan,
penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II
yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse
menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal.
8. Komplikasi
Ibu :
Perdarahan akibat atonia uteri/ trauma,
Infeksi
Janin :
Sefalhematoma,
Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin
yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus
neonatorum yang agak berat.
Pendarahan intrakranial,
Jaundice,
Fraktur kalvikula,
9. Kriteria Kegagalan
11. Terapi
Pertimbangan Keperawatan
Setelah lahir, bayi harus diobservasi untuk melihat tanda infeksi pada tempat
pemasangan mangkuk dan iritasi serebral (misalnya, akibat pengisapan yang buruk,
ketidakberdayaan). Orang tua perlu diyakinkan bahwa kaput suksedaneum akan
hilang setelah beberapa jam. Para tenaga perawatan neonatus harus menyadari
bahwa bayi tersebut dilahirkan dengan ekstraksi vakum.
Keadaan umum :
Keunggulan
Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi).
Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir.
Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan
serviks belum lengkap.
Kerugian
Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap
sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga
yang berlebihan.
14. Penatalaksanaan
Persiapan Tindakan
Persiapkan ibu dalam posisi litotomi, kosongkan kandung kemih dan rektum,
bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik, dan beri infus bila diperlukan.
Siapkan alat-alat yang diperlukan.
A. PERSETUJUAN TINDAKAN
I. Pasien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang, Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
4. Medikamentosa
a. Oksigen
b. Ergometrin
c. Prokain 1%
7. Instrumen
c. Cunam tampon : 1
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set
4. Instrumen
a. Lampu sorot : 1
III. Bayi
1. Instrumen
d. Inkubator : 1 set
e. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
2. Medikamentosa
c. Epinefrin 0,01%
d. Antibiotika
D. TINDAKAN
1. Instruksikan asisten untuk menyipakan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan
persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisisnya dan dengan jari
tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok
untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara
mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tanan pemeriksaan dan
tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.
▪ Ingat : Jangan gunakan tekanan maksumal pada kepala bayi, lebih dari 8
menit.)
6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme)
pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat
siku agar tekanan abdomen menjadi lebih efektif.
F. PENARIKAN
1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan
lakukan penarikan dengan perineum yang baku) dilakukan pada saat kepala
mendorng perineum dan tidak masuk kembali.
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi
pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong
perineum dan tidak masuk kembali.
Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya
pasien dirujuk (ingat : penatalaksanaan rujukan).
Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi
ini juga mengharuskan pasien dirujuk.
3. Saat subosiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah
berturut-turut dahi, muka dan dagu.
G. MELAHIRKAN BAYI
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
kemudian gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, kenudian lahirkan
seluruh tubuh bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan
serahkan bayi pada petugas bagian anak.
H. LAHIRKAN PLASENTA
1. Suntikkan oksigen, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali
pusat dan mendorong uterus ke arah dorsokranial.
3. Ambil klem ovum sebanyak 12 buah, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah
samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan ke
langkah K.
J. PENJAHITAN EPISIOTOMI
1. Pasang penopang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah
disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan,
submukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah.
2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestasi dengan pinset
bergigi.
3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup
perut bawah dengan kocher.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam jahit otot dan mukosa secara jelujur
bersimpul ke arah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau
jelujur matras.
5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat
dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi
larutan antiseptik.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan Povidon lodin pada tempat jahitan episiotomi.
K. DEKONTAMINASI
M. PERAWATAN PASCATINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila
diperlukan.
2. Catat kondisi pasien pascatindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang
tersedia dalam status pasien.
A. IDENTITAS
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Suku/ bangsa :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Nama Suami :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Suku/ Bangsa :
B. RIWAYAT KESEHATAN
d. Riwayat Obstetri.
e. Riwayat Sosial.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pada janin/bayi ;
Perdarahan intrakranial
Paralisis facial
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan
terhadap patogen.
4. Kurang pengetahuan.
Batasan Karakteristik:
Subjektif;
Haus
Objektif:
Hipotensi
Peningkatan frekuensi nadi
Urin menurun/terkonsentrasi
Perubahan mental
Tujuan :
Kriteria hasil :
TTV stabil,
Heparin
Natrium bikarbonat.
16. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuaiMembantu dalam menentukan jumlah
indikasi: kehilangan darah. Setiap ml darah
membawa 0,5 mgHb. Pada syok
Hb dan Ht lama, hipoksia jaringan dan asidosis
dapat terjadi sebagai respon terhadap
Kadar pH serum metabolisme anaerobik.
Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb,
pemajanan terhadap patogen.
Batasan Karakteristik:
Objektif :
Laserasi kemerahan
Leukosit meningkat
Tujuan :
Bebas dari infeksi.
Batasan Karakteristik :
Objektif :
Adanya perdarahan
Tujuan :
Batasan Karakteristik:
Objektif:
Meminta informasi
Perilaku berlebihan
Tujuan :
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. 2004. Jakarta:EGC.
Internet:
www.google.com
www.scribd.cm
http://kuliahbidan.blogspot.com
(diakses tanggal 22 Maret 2009)
http://asuhankeperawatan.blogspot.com