Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menunjang suatu usaha
peternakan. Pakan yang baik adalah pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ternak
baik secara kuantitas, maupun kualitas. Bila pakan yang diberikan kurang baik maka
produktivitas ternak itu sendiri menjadi terganggu. Kebutuhan pakan pada setiap ternak
ditentukan dari beberapa faktor seperti : berat, fase pertumbuhan atau reproduksi dan
laju pertumbuhan. Semua zat pakan dibutuhkan dalam proporsi yang seimbang satu
sama lain. Oleh karenanya, tidak ekonomis bila memberikan zat pakan dalam jumlah
bahan pakan yang tidak menentu khususnya hijauan, yaitu pada musim hujan produksi
pakan sangat melimpah dan pada musi panas produksi pakan sangat minim bahkan
sampai tidak ada. Oleh karena itu, perlu pengolahan bahan pakan agar bisa digunakan
secara efektif dan efisien. Tujuan pengolahan lainnya adalah mengisolasi zat dalam
bahan pakan, meningkatkan palatabilitas ternak, memperpanjang waktu penyimpanan,
menambah nilai gizi pakan, meningkatkan daya cerna dan mengubah ukuran dan betuk.
Pengolahan bahan pakan yang dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan cara
kimiawi. Namun untuk melakukan pengolahan bahan pakan secara kimiawi tersebut,
pada bahan pakan yang telah dicampurkan dengan pereaksi kimia. Untuk itu
2
diadakanlah praktikum ini, agar dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada bahan
asam?
2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada bahan pakan dengan penambahan basa
kuat?
3. Bagaimana perubahan yang terjadi pada bahan pakan dengan penambahan basa
lemah?
asam?
2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada bahan pakan dengan penambahan basa
kuat?
3. Bagaimana perubahan yang terjadi pada bahan pakan dengan penambahan basa
lemah?
3
II
TINJAUAN PUSTAKA
alkali, dan penambahan asam. Pengolahan bahan pakan secara kimiawi dengan
menambahkan beberapa bahan kimiawi agar dinding sel tanaman yang semula
berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang
asam (asam kuat, asam organik dll). Dalam istilah pakan ternak lebih dispesifikkan lagi
fungsinya bahwa penggunaan bertujuan untuk pengawet pakan (feed preservation) dan
pepsin yang berfungsi untuk meningkatkan laju absorpsi protein, asam amino dan
mineral. Kecernaan pakan akan meningkat seiring dengan penambahan zat asam dalam
pakan.
4
Tanaman jagung termasuk tanaman monokotil dari genus Zea yang tumbuh
dengan baik pada tanahtanah yang bertekstur latosal dengan tingkat kemiringan 5 –
8%, keasaman 5,6 – 7,5 serta suhu antara 27 – 32ºC (AZRAI dkk, 2007).
Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah
asam sulfat (H2 SO4 ), asam perklorat, dan HCl. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan
menjadi hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer(Taherzadeh dan Karimi,
2007). Penggunaan asam pekat pada proses hidrolisis selulosa dilakukan pada
temperatur yang lebih rendah daripada asam encer. Konsentrasi asam yang digunakan
antara 2–6 jam. Temperatur yang lebih rendah meminimalisasi degradasi gula.
Keuntungan dari penggunaan asam pekat ini adalah konversi gula yang dihasilkan
1. Singkong
sumber karbohidrat. Singkong segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar
air sekitar 60%, pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak, 0,5% dan
kadar abu 1%, karenanya merupakan sumber karbohidrat dan serat makanan, namun
2. Saponifikasi
ireversibel. Hasil penyabunan adalah garam, logam alkali (garam natrium) dari asam-
asam lemak (Fesscnden & Fessenden, 1986). Semakin kecil pembentukan asam lemak
5
bebas, maka reaksi saponifikasi (pembentukan sabun) semakin sedikit, dan sebaliknya
saponifikasi penggunaan katalis basa alkali harus seminimal mungkin, karena jumlah
sabun akan rneningkat dengan semakin bertambahnya jumlah katalis basa alkali.
Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan
proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Qisti 2009).
termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain metilgliserida, diglisrida, fosfatida,
sehingga harus diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi
panas yang berlebihan Soda Kaustik (NaOH) merupakan bahan penting dalam
pembuatan sabun karena menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi dimana
minyak atau lemak akan diubah menjadi sabun. Tanpa bantuan NaOH maka proses
kimia sabun tidak akan terjadi. Setelah menjadi sabun maka NaOH akan terpecah
kualitas sabun yang dibuat karena dapat mempengaruhi pH sabun, asam lemak bebas,
alkali bebas, kadar fraksi tak tersabunkan, asam lemak sabun, dan kadar air. Tinggi
pada sabun sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kualitas sabun
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari
Na+. Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali, yakni Natrium
(Na+). Ciri-ciri yang dimiliki golongan alkali seperti reduktor kuat dan mampu
mereduksi asam, mudah larut dalam air, merupakan penghantar arus listrik yang baik
dan panas, urutan kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya berat atom.
Pada umumnya NaOH digunakan sebagai pelarut, penggunaan NaOH sebagai pelarut
disebabkan kegunaan dan efektifitasnya seperti untuk menetralkan asam. NaOH
terbentuk dari elektrolisis larutan NaCl dan merupakan basa kuat. Natrium hidroksida
(NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa
akuastik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan
dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan
ke dalam air. Digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan sebagai basa
dalam proses produksi bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pellet, serpihan, butiran, ataupun larutan jenuh 50%. Sifatnya lembab cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan, selain itu NaOH juga larut dalam etanol dan
metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada
kelarutan KOH. Sifat lain yaitu NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-
polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas.
7
menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak atau sabun. Untuk menghasilkan sabun yang keras digunakan
NaOH, sedangkan untuk menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan
KOH. Perbedaan antara sabun keras dan lunak jika dilihat dari kelarutannya dalam air
yaitu sabun keras bersifat kurang larut dalam air jika dibandingkan dengan sabun lunak.
Reaksi penyabunan disebut juga reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi suatu lemak
adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang
Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan
alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut dengan
trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam NaCl
ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan
tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol (Gebelin, 2005).
Komposisi dan konstanta kimiawi minyak jagung asam lemak jumlah (%)
Palmitat 16:0 12,2; Palmitoleat 16:1 0,1; Stearat 18:0 2,2; Oleat 18:1 27,5; Linoleat
18:2 57,0; Linolenat 18:3 0,9; Arakhidat 20:0 0,1(White, 1992) Minyak jagung kaya
III
2. H2SO4 1 N
3. Beaker glass
4. Toples
5. pH meter
6. pH buffer
7. Termometer
3.1.2 Prosedur
2. CaCO3 0,1 N
9
3. Toples
4. Termometer
5. pH meter
6. pH buffer
7. Beaker glass
jam kemudian.
3. Beaker glass
4. Termometer
5. pH meter
6. pH buffer
7. Toples
10
3. Ukur suhu singkong yang telah terendam dalam larutan dengan termometer.
5. Cek suhu dan ph setiap 1 jam 1 kali selama 3 jam berturut-turut dan 24 jam
kemudian.
IV
PEMBAHASAN
Lolos Saringan 30
Ph Suhu (oC)
Awal Jam Jam Jam 24 Jam Awal Jam Jam Jam 24 Jam
ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3
1,2 1,2 1,3 1,2 1,1 24oC 24oC 24oC 24oC 23oC
Lolos Saringan 30
Ph Suhu (oC)
Awal Jam Jam Jam 24 Jam Awal Jam Jam Jam 24 Jam
ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3
11,4 10,3 11,1 10,2 6,2 24oC 24oC 24oC 23oC 23oC
Lolos Saringan 30
Ph Suhu (oC)
Awal Jam Jam Jam 24 Jam Awal Jam Jam Jam 24 Jam
ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3
5,6 5,6 5,7 6,0 4,6 24oC 24oC 23oC 23oC 25oC
4.1. Pembahasan
18 dan no 30 dengan menggunakan asam yaitu H2SO4 dengan perubahan yang diamatai
yaitu pH dan Suhu didapatkan hasil pH dibawah 5 yaitu 1,3-1,1 dan suhu diantara 23-
13
24ºC. Menurut Azrai dkk, (2007) tanaman jagung memiliki pH 5,6 – 7,5 serta suhu
antara 27 – 32ºC. Dari hasil praktikum, didapatkan hasil yaitu terjadinya penurunan pH
awal dan Suhu, hal ini sesuai dengan pernyataan Intan (2012) bahwa perlakuan dengan
menggunakan asam akan menyebabkan pH <5,0 baik asam kuat, asam organik, dll.
Pada pengamatan suhu terjadi penurunan suhu jangung yang hampir sama dengan
pengamatan kelompok lain yaitu yang normalnya menurut Azrai dkk (2007) 27-320C
menjadi 22-23 setelah diberikan perlakuan asam selama 1 hari. Perlakuan asam pada
bahan pakan jagung sendiri memiliki beberapa manfaat yaitu untuk memecah senyawa
Menurut Intan (2012) fungsi pengolahan dengan asam yaitu dapat mengawetkan pakan
menurut Soltan (2008) pengawetan dengan asam dapat meningkatkan kecernaan pakan
seiring dengan penambahan zat asam dalam pakan. Hal ini karena kontrol terhadap pH
saluran pencernaan dapat menjaga keseimbangan mikroflora dan kinerja enzim saluran
pencernaan yang dapat meningkatkan laju absorpsi protein, asam amino dan mineral.
menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak atau sabun. Asam karboksilat merupakan golongan asam organik
alifatik yang memiliki gugus karboksil. Semua asam karboksilat ialah asam lemah,
dimana didalam pelarut air, sebagian molekulnynya terionisasi dengan melepas atom
14
hidrogen menjadi ion H+, asam karboksilat dapat memiliki lebih dari satu gugus
fungsional.
dikarboksilat (alkandioat) dan jika memiliki tiga gugus karboksil disebut dengan
Dimana sebuah asam karboksilat bersama alkohol dengan katalis asam membentuk
ester.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya reaksi penyabunan
dengan hasil yang diharapkan yaitu esther. Pada percobaan pertama, dilakukan reaksi
penyabunan asam lemak dengan basa lemah, asam lemak yang dipakai yaitu lemak
pada jagung sebanyak masing-masing 50 gr jagung yang telah lolos saringan 18 dan
30, sedangkan basa lemah yang dipakai adalah CaCO3 0,1 N. Kemudian dicampur
hingga terlarut dan larutan ditunggu terjadi perubahan suhu dan pH atau tidak.
dan no 30 dengan menggunakan basa yaitu CaCO3 0,1 N dengan perubahan yang
diamati yaitu pH dan Suhu didapatkan hasil pH lolos saringan 18 yaitu 5,9 dan saringan
30 yaitu 5,6 hingga dan suhu diantara 24ºC. Menurut Azrai dkk, (2007) tanaman jagung
memiliki pH 5,6 – 7,5 serta suhu antara 27 – 32ºC. Dari hasil praktikum, didapatkan
hasil yaitu terjadinya penurunan pH awal dan Suhu, hal ini sesuai dengan pernyataan
Intan (2012) bahwa perlakuan dengan menggunakan asam akan menyebabkan pH <5,0
baik asam kuat, asam organic, dll. Pada pengamatan suhu terjadi penurunan suhu
jagung yang hampir sama dengan pengamatan kelompok lain yaitu yang normalnya
menurut Azraidkk (2007) 27-320C menjadi 22-23 setelah diberikan perlakuan asam
15
selama 1 hari. Perlakuan asam pada bahan pakan jagung sendiri memiliki beberapa
pakan, dan meningkatkan palatabilitas. Fungsi pengolahan dengan basa yaitu dapat
menambah kandungan protein kasar (ekivalen 3 – 10%) dalam bentuk nitrogen bukan
protein (NPN), meningkatkan jumlah zat makanan tercerna (TDN = Total Digestible
Pada praktikum ini dilakukan penambahan basa kuat NaOH terhadap pati
(singkong), tujuannya adalah untuk menghidrolisis pati agar ikatan kompleks pada pati
menjadi lebih sederhana. Pada praktikum ini terjadi perubahan pH pada singkong lolos
saringan 18 yaitu dari pH awal 9.1, 1 jam kemudian turun menjadi 8.5 pada jam kedua
naik menjadi 9.1 dan naik pada jam ketiga menjadi 9.3 lalu 24 jam kemudian turun
drastis menjadi 5.9 sedangkan perubahan pH yang terjadi pada singkong lolos saringan
30 pH awal sebesar 11.4 lalu turun pada jam kesatu 10.3 naik kembali pada jam kedua
menjadi 11.1 dan turun lagi menjadi pH 10.2 pada jam ketiga, 24 jam kemudian terjadi
penurunan drastis dengan pH 6.2. Hal ini menandakan telah terjadinya penguraian pati
menjadi asam-asam organik, sehingga pH yang tadinya basa menjadi asam. Reaksi
yang terjadi adalah saponifikasi atau penyabunan, reaksi ini terjadi akibat adanya
penambahan NaOH. Hal ini sesuai dengan pendapat Perdana dan Hakim (2008) tanpa
bantuan NaOH maka proses kimia sabun tidak akan terjadi. Hasil yang diharapkan,
nantinya sabun akan menyelubungi pati. Penyabunan terjadi ditandai dengan adanya
16
gelembung, bila terdapat kristal terbentuk garam. Pada praktikum ini terjadi hidrolisis
pati dan terjadi saponifikasi yang ditandai dengan adanya gelembung pada akhir
pengamatan 24 jam. Hal ini terjadi karena adanya reaksi penyabunan yang dibantu oleh
NaOH. Hal ini sesuai dengan pendapat Fesscnden & Fessenden (1986), Saponifikasi
(hidrolisa basa) adalah hidrolisis dengan sifat reaksi yang ireversibel. Hasil
penyabunan adalah garam, logam alkali (garam natrium) dari asam-asam lemak.
Selain perubahan pH, terjadi juga perubahan suhu yaitu pada singkong lolos
saringan 18, suhu awal nya 25oC turun pada jam kesatu 24oC dan pada jam kedua juga
masih tetap 24oC namun pada jam ketiga turun menjadi 23oC dan 24 jam
kemudian kembali menjadi 24oC. Pada singkong lolos saringan 30 pun terjadi
perubahan suhu dari suhu awal 24 oC suhu tetap stabil hingga dua jam kemudian lalu
turun pada jam ketiga menjadi 23 oC suhu ini tetap stabil hingga 24 jam kemudian.
Adanya perubahan suhu yang fluktuatif ini menandakan terjadinya proses penguraian
kimia. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmini (2011), bahwa ciri-ciri telah terjadi
reaksi kimia adalah adanya perubahan suhu, terdapat endapan, perubahan warna atau
menghasilkan gas.
17
KESIMPULAN
1. Perubahan pH dan Suhu didapatkan hasil pH dibawah 5 yaitu 1,3-1,1 dan suhu
diantara 23-24ºC.
2. Perubahan yang terjadi pada basa lemah didapatkan hasil yaitu terjadinya
penurunan pH awal dan Suhu, hal ini mengidentifikasikan bahwa perlakuan
dengan menggunakan asam akan menyebabkan pH <5,0 baik asam kuat, asam
organic, dll.
3. Perubahan yang terjadinya pada basa kuat yaitu terjadi penguraian pati menjadi
DAFTAR PUSTAKA
AZRAI, M., M.J. MEJAYA dan M. YASIN. 2007. Pemuliaan jagung khusus. Dalam:
Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. SUMARNO, SUYAMTO, A.
WIDJONO, HERMANTO dan H. KASIM (Eds.). Puslitbang Tanaman Pangan,
Bogor. hlm. 96 – 109.
AZRAI, M., M.J. MEJAYA dan M. YASIN. 2007. Pemuliaan jagung khusus. Dalam:
Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. SUMARNO, SUYAMTO, A.
WIDJONO, HERMANTO dan H. KASIM (Eds.). PuslitbangTanamanPangan,
Bogor. hlm. 96 – 109.
Badger, P.C. 2002. Ethanol from cellulose. A general review p. 17-21. In J 8r ~- and
A. Whipkey (eds.), Trends in new crops and new uses. ASHS Press :
Alexandria, VA.
Fessenden, J.R and S.J. Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Buku
Paket Penerbit Erlangga, Jakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/801/1/nevy%20132143320.pdf
(Diakses pada tanggal 4 November 2017 pukul 19.10 WIB).
Perdana & Hakim, F. K., 2008. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda Q
sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q, Laporan Penelitian,
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Qisti, R., 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada
Konsetrasi Yang Berbeda, Skripsi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
White, P.J. 1992. Fatty acids in oilseeds (vegetanle oils). Di dalam : Fatty Acid in
Foods and Their Health Implications. Ching, K.C. (ed.). Marcel Dekker, Inc.,
New York.
Yoeswono, Triyono, dan I. Tahir. 2007 . The Use of Ash of Palm Empty Fruits
Bunches as a Source of K,CO, Catalyst for Synthesis of Biodiesel ./'rom
Coconut Oil with Melhanol. Proceeding International Conference of
Chemical Science. Yogyakarta.
20
LAMPIRAN
21