Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Ratnasari
Sulistyorini Tri Utami
Sulendri
Fery
A. Latar Belakang
Komunitas bukan sebagai suatu unit yang homogen, melainkan campuran dinamis
dari beragam kelompok, kepentingan dan sikap. Berbagi kesamaan tempat, isu, dan masalah
yang memberikan suatu rasa saling memiliki. Salah satu bentuk komunitas adalah kelompok
usaha kerja, dimana dalam kelompok terdapat anggota yang memiliki beragam kepentingan,
bekerja bersama dalam kelompok di satu tempat tertentu. Kelompok usaha kerja merupakan
salah satu area komunitas yang perlu diperhatikan kesejahteraan kesehatannya. Bidang yang
mencakup keselamatan kerja dalam keperawatan disebut Occupation Health Nurses (OHN)
atau Keperawatan Kesehatan Kerja (KKK).
Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan bagian dari ilmu Kesehatan
Masyarakat. Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-ilmu
kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian maupun
ilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja, tempat
kerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja.. Menurut buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, kesehatan kerja merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dll) dan yang
menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan tersebut. Dasar Hukum untuk kesehatan kerja ini terdapat dalam UU 23/1992
pasal 23 dan pasal 10 tentang kesehatan kerja dan upaya kesehatan kerja.
Praktik Keperawatan Kesehatan Kerja berfokus pada upaya promosi, preventif dan
rehabilitasi kesehatan dalam konteks keselamatan dan keamanan lingkungan kerja. Aplikasi
praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di
tatanan industri kecil, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas, dan lain-lain. Di
dalam menjalankan fungsinya, perawat kesehatan kerja memiliki tugas antara lain mampu
menilai secara sistematis status kesehatan kerja, mampu melakukan analisa data yang
dikumpulkan untuk menegakkan diagnosis keperawatan, mampu mengidentifikasi tujuan
spesifik keperawatan yang diharapkan, mampu mengembangkan rencana keperawatan yang
komprehensif dan memformulasikan tindakan intervensi yang dilakukan pada setiap tingkat
pencegahan serta terapinya, mampu melaksanakan promosi kesehatan untuk pencegahan
penyakit kecelakaan serta pemulihan sesuai renpra dan yang terakhir mampu melakukan
evaluasi berkesinambungan terhadap respon pekerja dan kemajuan yang dicapai
Di dalam kesehatan kerja pedomannya ialah penyakit dan kecelakaan akibat kerja
dapat dicegah, sehingga upaya pokok kesehatan kerja ialah pencegahan kecelakaan akibat
kerja, dan pokok yang kedua adalah promosi (peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja
dalam rangka peningkatan produktivitas kerja. Sedangkan pengertian dari Upaya Kesehatan
Kerja (UKK) itu sendiri adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara maksimal tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun lingkungan, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Pelaksanaan UKK bukan saja merupakan pemenuhan hak asasi pekerja, tetapi juga
berperanan besar dalam investasi atau pembangunan suatu bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pekerja dan upaya kesehatan kerja ?
2. Apa karakteristik dari pekerja ?
3. Apa masalah kesehatan pada pekerja ?
4. Apa indikator kesehatan pada pekerja ?
5. Apa program kesehatan pada pekerja ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pekerja dan upaya kesehatan kerja.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari pekerja.
3. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada pekerja.
4. Untuk mengetahui indikator kesehatan pada pekerja.
5. Untuk mengetahui program kesehatan pada pekerja.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kesehatan Kerja
Higiene perusahaan, merupakan spesialisasi dalam ilmu higiene beserta praktiknya
dengan mengadakan penilaian pada faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan
perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya digunakan untuk koreksi lingkungan
perusahaan, dengan menitikberatkan pada pencegahan agar pekerja dan masyarakat
terhindar dari bahaya akibat kerja.
Kesehatan kerja, merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan
masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produk perusahaan.
Secara filosofi, kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan, yang meliputi tenaga kerja baik jasmani maupun rohani dan hasil karya dan
budaya menuju masy adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan secara keilmuan, kesehatan
kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan,
pencemaran dan penyakit.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja,
mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutaman teknologi yang sudah
maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan
kerja adalah dari dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada
umumnya (Su’mamur, 2009).
Faktor – faktor yg mempengaruhi kesehatan tenaga kerja, antara lain 1) beban kerja :
fisik, mental, 2) lingkungan kerja : fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikologi, 3) kapasitas
kerja : ketrampilan, kesegaran jasmani, status kesehatan, usia,
Kegiatan higiene yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menciptakan
kesehatan lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
2. Maintenance and increasing kesehatan tenaga kerja.
3. Care, efficiency increasing, dan productivity balance tenaga kerja.
4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja.
5. Meningkatkan semangat dalam bekerja.
6. Perlindungan masyarakat kerja dari bahaya pencemaran.
7. Perlindungan masyarakat luas.
8. Pemeliharaan dan peningkatan higiene sanitasi perusahaan.
Pelayanan Kesehatan Kerja Per Menakertrans No.03/1982 :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan lingk kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitair
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja
6. Pencegahan thd peny umum & PAK
7. P3K
8. Pelatihan Petugas P3K
9. Perencanaan tempat kerja, APD, gizi
10. Rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK
11. Pembinaan thd tenaga kerja yg punya kelainan
12. Laporan berkala
Pemusatan perhatian terhadap penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat
dilakukan berbagai upaya antara lain mengenal, mencegah adanya gangguan kesehatan,
mendiagnosis, mengobati penyakit yang ada, dan merehabilitasi. Dari sisi lingkungan kerja,
disamping penerapan ergonomi dilakukan pengontrolan, membandingkan dengan standar,
pemantauan, evaluasi dan koreksi (Maurits, 1999).
Program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dikelompokkan dalam dua
pokok pelaksanaan, yaitu :
a. Pelayanan terhadap manusianya
b. Pelayanan terhadap lingkungan kerjanya.
F. Kecelakaan kerja
Menurut Dale S. Beach yang dikutip oleh Malthis dan Jackson (2006) kecelakaan adalah
kejadian yang tidak diharapkan yang menggangu jalannya kegiatan.
Menurut Moekijat (2010), beberapa kondisi yang membahayakan atau faktor
penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah :
1. Perlengkapan yang perawatannya kurang baik.
2. Perlengkapan kerja yang sudah rusak atau tidak layak pakai.
3. Prosedur yang membahayakan pekerja pada mesin atau perlengkapan kerja lainnya.
4. Tempat penyimpanan yang melebihi muatan.
5. Penerangan yang kurang memadai (terlalu redup atau menyilaukan).
6. Vertilasi atau saluran udara yang tidak baik.
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, yakni peristiwa-
peristiwa yang terjadi secara kebetulan, kondisi yang membahayakan dan tindakan yang
membahayakan. Akan tetapi kondisi fisik dan mental seseorang juga turut menimbulkan
kecelakaan kerja. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan
kerja yaitu dengan menggunakan pendekatan dasar terhadap pencegahaan kecelakaan kerja
dimana bergantung pada tiga-E. Enginering dimana suatu pekerjaan harus direncanakan
terlebih dahulu, education karyawan diberikan pendidikan untuk memahami bagaimana
pentingnya keselamatan dalam bekerja, enforcement dimana para karyawan menaati
peraturan-peraturan yang ada .
Secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia)
dan unsafe condition (faktor lingkungan). Menurut penelitian bahwa 80%-85% kecelakaan
disebabkan oleh unsafe action.
1. Unsafe action
Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut :
a. Ketidak seimbangan fisik tenaga kerja, yaitu :
b. Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah
c. Cacat fisik
d. Cacat sementara
e. Kepekaan panca indera terhadap sesuatu
f. Kurang pendidikan
- Kurang pengalaman
- Salah pengertian terhadap suatu perintah
- Kurang terampil
- Salah mengartikan SOP (standart operational procedure) sehingga
mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja.
g. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai wewenang
h. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlianya
i. Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura – pura
j. Mengangkut beban yang berlebihan
k. Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja
2. Unsafe Condition
Unsafe Condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut :
a. Peralatan yang sudah tidak layak pakai
b. Ada api di tempat bahaya
c. Pengamanan gedung yang kurang standar
d. Terpapar bising
e. Terpapar radiasi
f. Pencahayaan dan ventilisasi yang kurang atau berlebihan
g. Kondisi suhu yang membahayakan
h. Dalam keadaaan pengamanan yang berlebihan
i. System peringatan yang berlebihan
j. Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya
G. Indikator Kesehatan
Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator penyebab masalah keselamatan kerja
adalah:
4. Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan
parahyang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan
bekerja secarapermanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang
baisanya mampu dilakukansehari-hari. Kegiatannya antara lain meliputi:
a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang
masihada secara maksimal.
b. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.
c. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja
yangcacat akibat kerja.
BAB III
A. Pengkajian
“Contoh kasus”
Kelompok pekerja bangunan “pabrik sarung tangan” merupakan salah satu kelompok
pekerja yang terdiri dari 65 orang dengan jenis kelamin laki-laki, usia bervariasi tapi
lebih dari 18 tahun. Alasan didirikan pabrik sarung tangan ini dikarenakan untuk salah
pembangunan jenis usaha dan diharapkan dapat turut meningkatkan pendapatan warga
setempat dengan memberi lapangan pekerjaan baru. Salah satu bentuk pengkajian yang
dilakukan adalah observasi dan wawancara langsung dengan pekerja. Dari hasil
wawancara para pekerja didapatkan data yakni ada 1 pekerja yang sedang menderita
patah tulang pada tangan kiri sedang di tangani di Rumah sakit, beberapa pekerja
mengeluhkan lecet-lecet di bagian kaki dan tangan dan 1 pekerja pernah terpeleset. Dari
hasil observasi didapatkan bahwa hampir semua pekerja tidak memakai pelindung tali
pengikat untuk keamanan selama bekerja, sebagian besar pekerja berumur 35 tahun, 85%
pekerja tidak memakai alat pelindung kepala, 80% tidak memakai alat pelindung kaki,
dan 95% pekerja tidak menggunakan alat pelindung tangan. Saat bekerja para pekerja
terkadang tidak memperdulikan keselamatan pribadi, seperti saat ada pekerjaan naik
keatas atap bangunan, pekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri. Para pekerja
mengatakan bahwa pihak pabrik pernah menyediakan masker untuk para pekerja, akan
tetapi persediaan sudah lama habis setelah itu para pekerja tidak menggunakan masker
lagi. Para pekerja mengatakan tidak mempunyai biaya untuk membeli alat pelindung diri
berupa helm sebagai pelindung kepala atau sepatu sebagai pelindung kaki, dll. Para
pekerja tidak memperdulikan keselamatannya diri sendiri.
Aspek Sub Aspek Komponen Kajian Sumber Metode
Kajian Data w o a sd
Inti / 1. Histori a. Kapan mulai bekerja Pekerja
core b. Usia mulai bekerja
c. Alasan bekerja
d. Pengalaman pekerja
C. Diagnosa
Resiko jatuh berhubungan dengan lingkungan yang tidak terorganisasi dan kurangnya alat
pelindung diri (APD) (Domain 11 kelas 2 (00155)
D. Perencanaan
No Diagnose kep. NOC NIC
D
X
1 Resiko jatuh Level 1, Domain 4: Level 1, Domain 4: Keamanan
berhubunga pengetahuan tentang Level 2, Domain 4, kelas 5:
n dengan kesehatan dan perilaku. Manajemen resiko.
lingkungan Level 2, kelas T: Kontrol Level 3: Intervensi:
yang tidak resiko dan keamanan. Manajemen lingkungan
terorganisas Level 3, outcomes: kontrol - Ciptakan lingkungan
i (Domain resiko. yang aman.
11 kelas 2 - Singkirkan bahaya
(00155) Kriteria Hasil: lingkungan.
- Meminta bantuan. Manajemen lingkungan:
- Menempatkan keselamatan
penghalang untuk - Modifikasi lingkungan
mencegah jatuh. untuk meminimalkan
- Menggunakan bahan berbahaya dan
pegangan tangan resiko.
yang digunakan. - Gunakan peralatan
- Menggunakan alat perlindungan.
bantu yang benar. - Monitor lingkungan
- Monitor faktor terhadap terjadinya
resiko dilingkungan. peerubahan status
- Mengembangkan keselamatan.
strategi yang efektif Manajemen lingkungan:
dalam mengontrol keselamatan pekerja.
resiko. - Tentukan kebugaran
- Menggunakan pekerja untuk bekerja.
fasilits kesehatan - Informasikan tentang
yang sesuai dengan terkait hak dan
kebutuhan. kewajiban mereka
- Menggunakan dibawah peraturan
system dukungan OSHA.
personal untuk - Gunakan tanda untuk
mengurangi resiko. memperingatkan para
pekerja terkait bahaya
di tempat kerja.
- Mulai lakukan
modifikasi lingkungan
untuk menghilangkan
atau meminimalkan
bahaya.
- Inisiasi program
peningkatan kesehatan
di tempat kerja
berdasarkan pengkajian
resiko pekerjaan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tenaga kerja atau pekerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
atau kegiatan baik fisik maupun non fisik didalam hubungan kerja maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atau kebutuhannya sendiri. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian
antara kepasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekitarnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
B. Saran
Makalah ini membahas tentang keperawatan komunitas dengan berfokuskan pada
tenaga kerja. Sehingga dengan membahas ini, semestinya pekerja dapat menggunakan
APD dengan benar untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada saat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, M. Gloria. (2013) Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Bhs Indonesia.
Singapura
Hertmand, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. diagnosis keperawatan : definisi dan
klarifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Bhs Indonesia.
Singapura
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo.2010.Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta
Sugeng, B. 2005. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Haji Masagung
Sumamur. Hygine perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES). 2009. Jakarta: sugeng seto.