Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
ARHAM, S.Kep
17. 04. 055
CI LAHAN CI INSTITUSI
1. Latar Belakang
1
Hanya dalam beberapa hari setelah konsepsi sampai kematian, jantung terus
menerus berdetak. Pada kenyataanya, sepanjang rentang usia manusia rata-rata,
jantung berkontraksi sekitar tiga miliar kali, tidak pernah beristirahat, kecuali
sepersekian detik diantara denyutan. Dalam sekitar tiga minggu setelah
pembuahan, bahkan sebelum ibu dapat memastikan bahwa ia hamil, jantung
mudigah yang sedang berkembang sudah mulai berfungsi. Diyakini bahwa
jantung merupakan organ pertama yang berfungsi. Pada saat ini mudigah manusia
manusia memiliki panjang beberapa millimeter, seukuran dengan huruf besar pada
halaman ini.
2
Darah berjalan secara kontinu melalui system sirkulasi ke dan dari jantung
melalui dua lengkung vaskuler (pembuluh darah) tepisah, keduanya berawal dan
berakhir di jantung (lihat gambar). Sirkulasi paru terdiri dari lengkung tertutup
pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah antara jantung dan paru, sedangkan
sirkulasi sistemik terdiri dari pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah antara
jantung dan system organ.
Gambar 1.1
2. Anatomi Jantung
Gambar : 1.2.Jantung
3
serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9
cm serta tebal kira-kira 6 cm.Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram
dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali
dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan
7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada,
bertumpu pada diaphragm thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus
xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis
costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada
tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi
kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi
lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di
kiri linea medioclavicularis.
4
4. Ruang Jantung
5
b) Ventrikel Kanan ( Bilik Kanan)
6
lingkaran sehingga mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama ventrikel
berkontraksi. Bahkan sekat pembatas kedua ventrikel (septum interventrikularis)
juga membantu memperkuat tekanan ynang ditimbulkan oleh seluruh ruang
ventrikel selama kontraksi. Pada saat kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkat
sekitar lima kali lebih tinggi dari pada ventrikel kanan ; bila ada hubungan
abnormal antara kedua ventrikel (seperti pada kasus robeknya septum
interventrikularis pasca – infark miokardium), maka darah akan mengalir dari kiri
ke kanan melalui robekan tersebut. Akibatnaya terjadi penurunan jumlah aliran
darah dari ventrikel kiri melalui katup aorta ke dalam aorta.
5. Katub Jantung
Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap dari vena ke atria ke
ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan darah
mengalir satu arah. Katup-katup terletak sedemikian rupa sehingga mereka
membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan tekanan, serupa dengan
tekanan pintu satu arah. Gradient tekanan ke arah depan mendorong katup
terbuka, seperti anda membuka pintu dengan mendorong salah satu sisinya,
sementara gradient tekanan ke arah belakang mendorong katup menutup, seperti
7
anda mendorong ke pintu sisi lain yang berlawanan untuk menutupnya.
Perhatikan bahwa gradient ke arah belakang dapat mendorong katup menutup,
tetapi tidak dapat membukanya : yaitu, katup jantung bukan seperti pintu ayun
ditempat minuman.
8
Katup atrioventrikularis terdiri dari katup trikuspidalis dan katub mitralis.
Daun-daun katup atrioventrikularis halus tetapi tahan lama. Katup trikuspidalis
yang terletak antara atrium dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup.
Katup mitralis yang memisahkan atrium dan ventrikel kiri, merupakan katup
bikuspidalis dengan dua buah daun katup. Daun katup dari kedua katup ini
tertambat melalui berkas-berkas tipis jaringan fibrosa yang disebut kordatendinae.
Kordatendinae akan meluas menjadi otot kapilaris, yaitu tonjolan otot pada
dinding ventrikel. Kordatendinae menyokong katup pada waktu kontraksi
ventrikel untuk mencegah membaliknya daun katup ke dalam atrium. Apabila
kordatendinae atau otot papilaris mengalami gangguan (rupture, iskemia), darah
akan mengalir kembali ke dalam atrium jantung sewaktu ventrikel berkontraksi.
Kedua katup semilunaris sama bentuknya ; katup ini terdiri dari 3 daun katup
simetris yang menyerupai corong yang tertambat kuat pada annulus fibrosus.
Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta, sedangkan katup pulmonalis
terletak antara ventrikel kanan dan arteria pulmonalis. Katup semilunaris
mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteria pulmonalis ke dalam
9
ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan istirahat. Tepat di atas daun aorta,
terdapat kantung menonjol dari dinding aorta dan arteria pulmonalis, yang disebut
sinus valsalva. Muara arteria koronaria terletak di dalam kantung-kantung
tersebut. Sinus-sinus ini melindungi muara koronaria tersebut dari penyumbatan
oleh daun katup, pada waktu katup aorta terbuka.
6. Lapisan Jantung
a) Epikardium
Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung,tersusun dari lapisan sel-sel
mesotelial yang berada di atas jaringan ikat. Pada epicardium terdapat
pericardium.
10
Pericardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan
selaput yang membungkus jantung dimana teridiri antara lapisan fibrosa dan
serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar
tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium. Epikardium adalah lapisan
paling luar dari jantung yang dibentuk oleh lamina viseralis dari perikardium.
Epikardium berupa membrana serosa yang padat dengan ketebalan yang
bervariasi, banyak mengandung serabut elastis yang berbentuk lembaran, terutama
dibagian provundal. Epikardium melekat erat pada miokardium, membungkus
vasa, nervi dan corpus adiposum, jaringan lemak banyak ditemukan pada jantung.
Kumpulan ganglion padat terdapat pada subepikardium terutama pada tempat
masuknya vena kava kranialis. Lamina parietalis perikardium juga berupa
membran serosa yaitu suatu membran yang terdiri dari jaringan ikat yang
mengandung jala serabut elastis, kolagen, fibroblast, makrofafiksans dan ditutup
oleh mesothelium. Epikardium tersusun atas lapisan sel-sel mesotelial yang
berada diatas jaringan ikat. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu
membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting
dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri
coronaria.
11
b) Miokardium
Lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria, arteri koronaria
kiri bercabang menjadi arteri desenden anterior dan tiga arteri sirkumfleks. Arteri
koronaria kanan memberikan darah untuk sinoatrial node, ventrikal kanan dan
permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah ke
sinus kemudian bersikulasi langsung ke dalam paru-paru. Miokardium merupakan
lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung yang berkontraksi
untuk memompa darah, otot-otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot
yaitu :
12
Miocardium atrium lebih tipis dari ventriculus. Berkas-berkas serabut otot jantung
yang merupakan sisa-sisa semasa embrio diketemukan sebagai tonjolan-tonjolan
di permukaan dalam sebagai trabeculae carneae. Serabut elastis di antara serabut
otot jantung terdapat di dinding ventriculus, sedang di dinding atrium terdapat
lebih banyak serabut elastisnya. Jaringan pengikat di antara berkas-berkas otot
jantung banyak mengandung serabut retikuler. Miokardium terdiri atas otot
jantung yang melanjutkan diri ke epikardium dan endokardium. Elemen elastis
hanya sedikit ditemukan pada ventrikel kecuali pada tunika adventitia vasa yang
besar. Pada arteri terdapat jala serabut elastis yang berjalan kesegala arah diantara
otot dan melanjutkan diri ke lapisan serabut elastis pada epikardium dan
endokardium dan pada dinding vena yang besar. Diantara otot jantung ditemukan
fibril retikuler. Didalam miokardium terdapat juga vasa, nervi dan ujung serabut
purkinje.
Tiap-tiap sel otot jantung saling berhubungan untuk membentuk serat yang
bercabang-cabang, dengan sel-sel yang berdekatan dihubungkan ujung ke
ujungpada struktur khusus yang dikenal sebagai diskus interkalatus (intercalated
disk). Didalam sebuah diskus interkalatus terdapat dua jenis pertautan membrane:
desmoson dan gap junction (lihat gambar 11). Desmosom, sejinis kaut lekat yang
secara mekanis menyatukan sel-sel, banyak dijumpai dijaringan, misalnya jantung
yang saling mendapat tekanan mekanis. Pada interval tertentu disepanjang diskus
interkaltus, kedua membrane berhadapan saling mendekat untuk membentuk gap
junction, yaitu daerah-daerah dengan resistensi listrik yang rendah dan
memungkinkan potensial aksi menyebar dari satu sel jantung ke sel dekatnya.
13
c). Endokardium
1. Pembuluh Pulmonaris
2. Pembuluh Sistemik
Pembuluh pulmonaris:
14
–> Paru-paru tempat pertukaran gas CO2 dan O2
Pembuluh sistemik:
a. koronaria : ke jantung
a. karotis : ke leher, kepala dan otak
a. subklavia : ke lengan dan daerah dada
a. abdominalis: ke organ-organ abdomen
a. iliofemoralis: ke panggung dan tungkai
15
e) Persarafan Jantung
16
korteks serebri dan hipotalamus jua dpat mempengaruhi aktivitas saraf otonom
melalui medulla oblongata. Reseptor terletak pada system penghantar jantung,
miokardium dan otot polos pembuluh darah. Stimulasi reseptor akan mengubah
denyut jantung, kecepatan konduksi AV, kekuatan kontraksi mokardium dan
diameter pembuluh darah. Serabut-serabut parasimpatis mempersarafi nodus SA,
otot-otat atrium, dan nodus AV melalui nervus vagus. Serabut parasimpatis juga
meluas sampai ke otot ventrikal, tetapi jalur ini tampaknya kurang memiliki
makna.Serabut simpatis menyebar keseluruh system konduksi dan miokardium,
juga pada otot polos pembuluh darah. Stimulasi simpatis atau adrenergikjuga
menyebabkan melepasnya epinefrin dan beberapa norepinefrin dari medulla
adrenal. Respons jatung terhadap stimulasi simpatis diperantai oleh pengikatan
norepinefrin dan epinefrin ke reseptoradrenergik tertentu: reseptor alfa terletak
pada sel-sel otot polos embuluh darah,menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan
reseptor beta yang terletak pada nodus AV, nodus SA, dan miokardium,
menyeabkan peningktan denyut jantung, peningkatan kecepatan hantaran
melewati nodus AV, dan peningkatan kontraksi miokardium, stimulasi reseptor
ini menyebabkan vasodilatasi. Hubungan system saraf simpatis dan parasimpatis
bekerja untuk menstabilkan tekanan darah arteri dan curah jantung untuk
mengatur aliran darah sesuai kebutuhan tubuh. Curah jantung dan tekanan arteria
dapat ditinggikan melalui rangsangan pada saraf simpatis dan hambatan pada
saraf parasimpatis. Hal ini dapat menigkatkan kecepatan denyut jantung,
meningkatkan kekuatn kontraksi, dan vasokonstriksi.
17
cranial ke-X) dan mengirimkan impuls yang melambatkan nodus SA dan
mengurangi kekuatan kontraksi. Pusat saraf tertinggi yang terlibat adalah : kortek
serebral, hipotalamus. Pusat jantung pada medulla oblongata terdiri dari : a.Pusat
aselerator jantung
18
sekitar 30%. Jadi, efek parasimpatisrelatif kecil dibandingkan dengan efek
simpatis.
g) Sistem Sirkulasi
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke
atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah tersebut
telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen
tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup trikuspidalis ke ventrikel kanan,
yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian,
sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di
dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum
dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Darah kaya oksigen yang
kembali ke atrium kiri ini melalui katub bikuspid atau mitral kemudian mengalir
ke dalam ventrikel kiri , bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke
semua sistim tubuh kecuali paru.
19
1.2 Sirkulasi sistemik
Darah kaya oksigen kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa
yang memompa atau mendorong darah ke semua sistim tubuh kecuali paru
melalui arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri yag disebut
aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan
tubuh.
Darah arteri yang sama tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan
mengambil O2 dari darah dan menggunakannya untuk menghasilkan energi.
Dalam prosesnya, sel-sel jaringan akan membentuk CO2 sebagai produk buangan
atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam darah. Kemudian darah yang
menjadi kekurangan O2 dan mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi kanan
jantung dan memasuki siklus paru. Selesailah satu siklus dan terus menerus
berulang siklus yang sama setiap saat.
Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama. Volume
darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung kanan
memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa ke
20
jaringan oleh sisi kiri jantung. Sirkulasi paru adalah sistim yang memiliki tekanan
dan resistensi rendah, sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistim yang memiliki
tekanan dan resistensi yang tinggi. Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan
jantung memompa darah dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang
lebih besar karena ia memompa volume darah yang sama ke dalam sistim dengan
resistensi tinggi. Dengan demikian otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal
daripada otot di sisi kanan sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.
Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap yaitu dari vena ke
atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan
darah mengalir satu arah. Katup jantung terletak sedemikian rupa sehingga
mereke membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan gradien tekanan.
Gradien tekanan ke arah depan mendorong katup terbuka sedangkan gradien
tekanan ke arah belakang mendorong katup menutup.
1.3.Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagai pompa bergantung pada nutrisi dan oksigenesi otot
jantung melalui sirkulasi koroner. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
epikardium jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui
cabang-cabang intermiokardial yang kecil-kecil. Untuk dapat mengetahui akibat
penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal terlebih dahulu distribusi
arteria koronaria ke otot jantung dan system konduksi
1. A koronaria kiri
A desending aterior
A sirkumfleksa
2. A koronaria kanan
interventrikuler posterior
desending posterior
21
arteri untuk nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikuler
22
1.4. Sirkulasi darah janin
Peredaran darah terjadi pada janin dalam kandungan agak berlainan dengan
perdaran darah orang yang telah dilahirkan atau orang dewasa. Keistimewaan
perdaran darah janin dalam kandungan yaitu oksigen dan zat makanan yang
diperlukan diambil dari darah ibu.
a. Foramen ovale : lubang diantara atrium deksra dan atrium sinistra. Lubang
ini akan tertutup sesudah bayi lahir.
b. Dustus ateriosus botalli : pebulu darah yang menghubungkan arteri
pulmonalis dengan aorta.
c. Duktus vonosus : pe,bulu darah yang menghubungkan umbilikalis dengan
vena kava inferior.
d. Plasenta : jaringan dinding rahim yang banyak mempunyai jonjot
mengandung pembulu darah yang berfungsi sebagai tempat pertukaran zat,
dimana zat yang di perlukan akan diambil dari darah ibu dan yang tidak
berguna akan dikeluarkan. Plasenta terbentuk kira-kira minggu kedelapan
yang menempel pada endometriumdan terikat kuat sampai bayi lahir.
Fungsi plasenta :
Menydiakan makanan untuk janin dalam kandungan yang di ambil
dari darah ibu,
Bekerja sebagai paru-paru fetus dengan menyediakan oksigen pada
janin dalam kandungan,
Menyingkirkan sisa pembakaran dari janin,
Penghalang mikroorganisme penyakit masuk ke dalam janin.
e. vena umbilikasis : yaitu pembulu darah yang membawa darah dari
plasenta ke peredaran darah janin. Darah yang dibawa oleh vena
umbilikasis banyak mengandung zat makanan dan oksigen .
f. arteri umbilikasis : pembulu darah yang membawa darah janin ke plasenta
jumlahnya sua buah. Kedua pebulu darah ini membawa zat sisa makanan
23
dan karbon sioksida dari tubuh bayi ke dalam plsenta. Arteri dan vena
umbilikasis tebungkus menjadi satu dalam satu saluran yang disebut
duktus umbilikasis atau tali pusat.
i. Jalannya peredaran darah
Dari plasenta melalui vena umbilikalis, darah yang banyak mengandung zat
makanan dan oksigen dialirkan kedalam tubuh janin melalui vena kava inferior
dan vena porta menuju atrium dekstra.
Dari atrium sinistra melalui foramen ovale. Darah yang berasal dari ventrikel
sinistra diedarkan ke seluruh tubuh dan dari ventrikel dekstra melalui arteri
pulmonalis menuju paru-paru, karena paru-paru belum bekerja maka darah dari
arteri pulmonalis tersebut malalui duktus arteriosus botali masuk ke aorta dan
diedarkan ke seluruh tubuh.
Darah yang telah digunakan oleh janin banyak mengandung zat-zat sisa
pembakaran dan sisa makanan. Darah ini berjalan melalui arteri aliaka interna
masuk ke arteri umbilikalis melalui duktus umbilikalis masuk ke plasenta.
Pada saat lahir, bayi akan segera menagis dengan kuat sambil bernafas
sehingga udara akan diisap ke paru-paru. Pada saat itu paru-paru mengmbang dan
terjadilah perubahan yang besar dalam tubuh bayi.
24
tertutup. Pada saat tali pusat diikat dan di potong, hubungan perdaran darah antara
bayi dan ibu terputus.
1. Sembilan puluh Sembilan persen sel otot jantung adalah sel kontraktif,
yang melakukan kerja mekanis, yaitu memompa. Sel-sel pekerja ini dalam
keadaan normal tidak menghasilakan sendiri potensial aksi.
2. Sebaliknya, sebagian kecil sel sisianya, sel otoritmik, tidak berkontraksi
tapi mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi
yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja.
Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka, yang membranya tetap berada
pada potensial istirahat yang konstan yang kecuali apabila dirangsang. Sel-sel
25
otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel-sel tersebut
memperlihatkan aktivitas pemacu (pacemaker activity), yaitu membrane meraka
secara perlahan mengalami depolarisasi, atau bergeser, atara potensial-potensial
aksi sampai ambang tercapai, pada saat membrane mengalami potensial aksi
Melalui siklus pergeseran dan pembentukan potensial aksi yang berulang-ulang
tersebut, sel-sel otoritmis ini secara siklis mencetuskan potensial aksi, yang
kemudia menyebar keseluruh jantung untuk mencetuskan denyut secara berirama
tanpa perangsangan saraf apapun.
1. Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat
lubang (muara) vena kava superior.
2. Nodus atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus
didasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas peraturan atrium dan
ventrikel.
3. Berkas his (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal
dari nodus AV dan masuk ke septum antarventrikel, tempat berkas tersebut
bercabang membentuk berkas kanan dan kiri yang berjalan kebawah
melalui spetum, melingkari ujung bilik septum, melingkari ujung bilik
ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang diding luar.
4. Serat purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas his dan
menyebar keseluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.
26
Pada perbandingan dua sel otoritmik (lihat gambar 15), sel A memiliki
kecepatan dipolarisasi yang lebih besar dan dengan demikian, sel A mencapai
ambang lebih cepat dan menghasilkan potensial aksi lebih cepat dari pada sel B.
sel-sel jantung yang memiliki kecepatan pembentukan potensial aksi tertinggi
terletak di nodus SA. Sekali potensial aksi timbul disalah satu otot jantung,
potensial aksi tersebut akan menyebar ke seluruh miokardium melalui gap
junction dan system penghantar khusus. Oleh karena itu, nodus SA, yang dalam
keadaan normal memprlihatkan kecepatan otoritmisitas tertinggi, yaitu 70-80
potensial aksi/menit, menjalankan bagian jantung sisanya dengan kecepatan ini
dikenal sebagai pemacu (pacemaker, penentu irama) jantung. Jaringan otoritmik
lain tidak mampu menjalankan kecepatan mereka yang rendah, karena mereka
sudah diaktifkan oleh potensial aksi yang berasal dari nodus SA sebelum mereka
mencapai kambang dengan irama mereka yang lebih lambat.
Apabila karena suatu hal lokomotif tercepat rusak (kerusakan pada nodus SA),
lokomotif tercepat kedua (nodus AV) akan mengambil alih dan kereta akan
berjalan dengan kecepatan 50 mil/jam yaitu, apabila nodus SA nonfungsional.
27
Nodus AV akan menjalankan aktivitas pemacu (lihat gambar 19). Jaringan
otoritmik bukan nodus SA adalah pemacu laten yang dapat mengambil alih,
walaupun dengan keceptan yang lebih rendah, apabila pemacu normal tidak
bekerja. Apabila hantaran impuls antara atrium dan ventrikel terhambat, atrium
akan terus berdenyut dengan kecepatan 70 kali/menit, dan jaringan ventrikel, yang
tidak dijalankan oleh kecepatan nodus SA yang lebih tinggi, berdenyut dengan
kecepatan 30 kali/menit yang dimulai oleh sel otoritmik ventrikel (serabut
purkinje). Situasi ini dapat diperbandingkan dengan rusaknya lokomotif ke dua
(nodus AV), sehingga lokomotif utama (nodus SA) terputus dari lokomotif ketiga
(serabut purkinje) dan gerbong lainya. Lokomotif utama terus melaju dengan
kecepatan 70 mil/jam sementara bagian kereta lainya berjalan dengan kecepatan
30 mil/jam. Fenomena seperti itu, yang dikenal sebagai blok jantung total
(complete heart block), timbul apabila jaringan penghantar antara atrium dan
ventrikel rusak dan tidak berfungsi. Kecepatan denyut ventrikel 30 kali/menit
hanya akan dapat menunjang gaya hidup yang sangat santai pada kenyataanya
pasien biasanya menjadi koma. Pada keadaan-keadaan dengan kecepatan denyut
jantung sangat rendah, misalnya kegagalan nodus SA atau blok jantung, dapat
digunakan alat pacu buatan (aktifisial pacemaker). Alat yang ditanam tersebut
secara ritmis menghasilkan inpuls yang menyebar keseluruh jantung untuk
menjalakan baik atrium maupun ventrikel dengan kecepatan lazim .
28
3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional harus
terkoordinasi, sehingga kedua anggota p[asangan tersebut berkontraksi
secara simultan.
1.1.7. Eksitasi atrium
Suatu potensial aksi yang berasal dari nodus SA pertama kali menyebar ke
kedua atrium, terutama dari sel ke sel melalui gap junction. Selain itu, beberapa
jalur penghantar khusus yang batasnya tidak jelas mempercepat penghantar inpuls
melalui atrium :
Potensial aksi relative lebih lamabat melalui nodus AV. Kelambanan ini
menguntungkan karena menyediakan waktu agar terjadi pengisisn ventrikel
sempurna impuls tertunda sekitar 0,1 detik (perlambat an nodus AV, AV noday
delay) yang memungkinkan atrium mengalami depolarisasi sempurana dan
berkontraksi , mengosongkan isi mereka ke dalam ventrikel, sebelum depolarisasi
dan kontraksi ventrikel terjadi.
29
Setelah perlambatan tersebut, impuls dengan cepat berjalalan melalui berkash
his dan keseluruh miokardium ventrikel melalui serabut-serabut purkinje.System
penghantar ventrikel lebih terorganisasi dan lebih penting dari pada jalur
penghantar antaratrium dan antar nodus. Karena masa ventrikel jauh lebih besar
dari pada masa atrium harus terdapat system penghantar yang cepat untuk segera
menyebarkan eksitesi di ventrikel. Jika proses depolarisasi ventrikel keseluruhan
bergantung pada penyebaran impuls sel ke sel melalui gap junction, jaringan
ventrikel yang berdekatan dengan nodus AV akan tereksitasi dan berkontraksi
sebelum impuls sampai ke apeks jantung. Hal ini tentu saja menyebabkan
pemompaan tidak efektif. Perambatan potensial aksi secara cepat melalui berkas
his dan pendistribusianya secara difus dan cepat keseluruh jaringan purkinje
menyebabkan pengaktifan sel-sel miokardium ventrikel di kedua bilik hamper
terjadi secara bersamaan. Hal ini memastikan bahwa kontraksi yang terjadi adalah
tunggal, terkoordinasi, dan mulus yang dapat secara efisien menyemprotkan darah
ke dalam sirkulasi paru dan sistemik pada saat yang sama.
30
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi)
dan dilastol (relaksasi dan pengisian jantung) bergantian. Atrium dan vantrikel
dan mengalami siklus sistole dan diastole yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat
penyebaran eksitasi otot jantung, sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi
otot jantung. Pembahasan berikut berkaitan dengan berbagai proses yang terjadi
secara bersamaan selama siklus jantung, termasuk gambaran EKG, prubahan
tekanan, perubahan volume, aktivitas katub, dan bunyi jantung. Referensi ke (
lihat gambar) akan mempermudah pembahasan ini. Yang akan dijelaskan hanylah
kejadian-kejadian disisi kiri jantung, tetapi perlu diingat bahwa disisi kanan
jantung juga berlangsung kejadian yang sama, kecuali bahwa tekanannya lebih
rendah. Pembahasan kita akan di awali dan diakhiri oleh diastol ventrikel untuk
menyelesaikan satu siklus penuh jantung.
Selama diastol ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan
diastol. Tahap ini sesuai dengan interval TP pada EKG-interval setelah
repolarisasi ventrikel dan sebelum depolarisasi atrium berikutnya. Karena aliran
masuk darah yang kontinu dari system vena ke dalam atrium, tekanan atrium
sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas ( lihat
gambar 9-20 ). Akibatnya, volume ventrikel perlahan-lahan meningkatkan bahkan
sebelum atrium berkontraksi (titik 2). Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA
mencapai ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls sebagai gelombang P
(titik 3). Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih
banyak darah ke dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan
atrium (titik 4).proses pengabungan eksitasi-kontraksi terjadi selama jeda singkat
antara gelombang P dan peningkatan tekanan atrium. Peningkatan tekanan
ventrikel yang menyertai (titik 5) yang berlangsung bersamaan dengan
peningkatan tekanan atrium disebabkan oleh penambahan volume darah ke
ventrikel oleh kontraksi atrium (titik 6 dan jantun B). selama kontraksi atrium,
tekanan atrium tetap sedikit lebih tinggi daripada tekanan ventrikel, sehingga
katub AV tetap tebuka.
Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat ini,
kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel
31
pada akhir diastol (titik 7) dikenal sebagai volume diastolic akhir (end diastolic
volume, EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. selama siklus ini tidak ada lagi
darah yang ditambahkan ke ventrikel. Dengan demikian, volume diastolic akhir
adalah jumlah darah maksimum yang akan dikandung ventrikel selama siklus ini.
Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melaui nodus AV dan system
penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Secara simulat, terjadi kontraksi
atrium telah selesai. Kompleks QRS yang mengawali eksitasi ventrikel ini (titik
8), menginduksi kontraksi ventrikel. Kurva tekanan ventrikel menigkat secara
cepat segera setelah kompleks QRS muncul. Mengisyaratkan pemulaan sistol
ventrikel (titik 9). Jeda singkat antara kompleks QRS dan awitan sebenarnya sistol
ventrikel adalah waktu yang diperlukan untuk berlangsung proses pengabungan
eksitasi-kontraksi. Ketika kontraksi ventrikel dimulai, tekanan ventrikel segera
melebihi tekanan atrium. Perbedaan tekanan yang terbalik ini mendorong ketup
AV menutup (titik 9).
Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium dan katub AV telah
tertutup, tekanan harus teus meningkat sebelum tekanan tersebut dapat melebihi
tekanan aorta untuk membuka katub aorta. Dengan demikian, terdapat periode
waktu singkat antara penutupan katub AV dan pembukaan katub aorta pada saat
ventrikel menjadi suatu bilik tertutup (titik 10). Karena katub tertutup, tidak ada
darah yang mesuk atau keluar ventrikel vebtrikel selama waktu ini. Interval ini
disebut sebagai periode kontraksi ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti
“volume dan panjang konstan”) (jantung C). karena ada darah yang masuk atau
keluar ventrikel, volume bilik ventrikel tetap dan penjang serat-serat otot juga
tetap. Keadaan isovolumetrik ini serupa dengan kontraksi isometric pada otot
rangka. Selama periode kontraksi ventrikel isovolumatrik, tekanan ventrikel terus
meningkat karena volume tetap (titik 11).
Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta (titik 12), katub aorta
dipaksa membuka dan darah mulai menyemprot (jantung D), karva tekanan aorta
meningkat ketika darah dipaksa berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih
cepat daripada darah yang mengalir ke pembulu-pembulu yang lebih kecil di
ujung yang lain (titik 13). Volume ventrikel berkurang secara drastis sewaktu
32
darah dengan cepat dipompa ke luar (titik 14). Sistol ventrikel dan fase ejeksi
(penyedotan) ventrikel.
Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna selama
penyemprotan. Dalam keadaan normal, hanya sekitar separuh dari jumlah darah
yang terkandung di dalam ventrikel pada akhir diastol dipompa ke luar selama
sistol. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi
usai disebut sebagai volume sitolik akhir (and-systolic volume, EVS),yang
besarnya sekitar 65 ml (titik 15). Ini adalah jumlah darah paling sedikit yang
terdapat di dalam ventrikel selama siklus ini.
Jumlah drah yang dipopa ke luar dari setiap ventrikel pada setiap kontraksi
sikenal sebagai volume/ ini sekuncup (stroke volume,SV);SC setara dengan
volume diastolic akhir dikurangi volume systolic akhir; dengan kata lain,
perbedaan antara volume setelah darah di ventrikel sebelum kontraksi dan volume
setelah kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan selama kontraksi. Pada
contoh kita, volume diastolic akhir adalah 135 ml, volume systolic akhir 65 ml,
dan volume secukup adalah 70ml.
Gelombang T menandakan repolarisasi yang terjadi di akhir sistol ventrikel
(titik 16). Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi, tekanan ventrikel
turun dibawah tekanan aorta dan katub aorta menutup (titik 17). Penutupan katub
aorta menimbulkan gangguan atau takik pada kurva tekanan aorta (titik 18) yang
dikenal sebagai takik dikrotik (ditrotik notch). Tidak ada lagi darah yang keluar
dari ventrikel selama siklus ini karena katub aorta telah tertutup. Namun katub AV
belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi daripada tekana atrium.
Dengan demikian, semua katub sekali lagi tertutup dalam waktu singkat yang
dikenal sebagai relaksasi ventrikel isovolumentrik (titik 19 dan jantung E).
panjang serat otot dan volume bilik (titik 20) tidak berubah. Tidak ada darah yang
masuk atau keluar seiring dengan relaksasi ventrikel dan tekanan terus turun.
Sewaktu tekanan ventrikel turun sibawah tekanan atrium, katub AV membuka
(titik 21) dan pengisian ventrikel terjadi kembali. Diastol ventrikel mencakup
periode relaksasi ventrikel isovolumetrik dan fase pengisian ventrikel.
33
Repolarisasi atrium dan depolarisasi ventrikel terjadi secara bersamaan,
sehingga atrium berada dalam diastol ventrikel sepanjang sistol ventrikel. Darah
terus mengalir dari vena pulmonalis ke dalam atrium kiri. Karena darah yang
masuk ini terkumpul di atrium, tekanan atrium terus meningkat (titik 22). Sewaktu
AV terbuka pada akhir sistol ventrikel, darah darah yang terkumpul di atrium
selama sistol ventrikel dengan cepat mengalir ke ventrikel. Dengan demikian,
mula-mula pengisian ventrikel berlangsung cepat (titik 23) karena peningkatan
tekanan atrium akibat pinimbunandarah di atrium. Kemudian pengisian ventrikel
melambat (titik 24) karena darah yang tertimbun tersebut telah disalurkan ke
ventrikel, dan tekanan atrium mulai turun. Selama periode penurunan pengisian
ini, darah terus mengalir dari vena-vena pilmonalis ke dalam atrium kiri dan
melalui katub AV yang terbuka ke dalam ventrikel kiri. Selam diastol ventrikel
tahap akhir, sewaktu pengisian ventrikel berlangsung lambat, nodus SA kembali
mengeluarkan potensial aksi (titik 25) dan siklus jantung dimulai kembali.
Sebagian besar pengisian ventrikel harus terjadi pada awal diastol saat fase
pengisian cepat. Ketika kecepatan denyut jantung meningkat, durasi diastol
berkurang jauh lebih besar daripada penurunan lama sistol. Sebagai contoh,
apabila kecepatan denyut jantung meningkat dari 75 menjadi 180 kali per menit,
durasi diastol berkurang sekitar 75% dari 500 mdet menjadi 125 mdet. Hal ini
sangat mengurangi waktu yang tersedia untuk relaksasi dan pengisian ventrikel.
Namun, karena sebagai besar pengisian ventrikel terjadi pada awal diastol,
pengisian tidak terlalu terganggu ketika kecepatan denyut jantung meningkat,
misalnya ketika berolahraga ( lihat gambar).
Namun, terdapat batas sampai serapa cepat dapat berdenyut tanpa
mengalami penurunan periode diastol sampai ke titik tertentu pengisian ventrikel
sangat terganggu.pada kecepatan denyut jantung yang melebihi 200 kali per
menit, waktu diastolick terlalu singkat untuk pengisian ventrikel yang adekuat.
Apabila pengisian tidak adekuat, curah jantung berkurang. Dalam keadaan
normal, kecepatan ventrikel tidak melebihi 200 kali per menit karena periode
refrakter nodus AV yang relatif lama tidak akan memungkinkan pengahantaran
impuls ke ventrikel lebih cepat dari pad tingkat tersebut.
34
Gambar 1.12.
35
2.1.1 Bunyi Jantung
Bunyi LUB yang rendah disebabkan oleh penutupan katup mitral dan
trikuspidialis, lamanya kira-kira 0,15detik dan frekuensinya 25-45 Hz.
Terpisahnya bunyi jantung pertama dan kedua adalah karena penutupan kedua
katup yang tidak bersamaan sebagai akibat dari kontraksi ventrikel yang satu
terjadi setelah kontraksi ventrikel yang lain.
S1 S2 S1 S2 S1 S2
Bunyi DUP yang lebih pendek dan nyaring yang disebabkan oleh menutupnya
katup aorta dan pulmonal segera setelah sistolik ventrikel berakhir.Frekuensinya
50Hz dan berakhir 0,15 detik. Bunyi ini keras dan tajam ketika tekanan diastolic
dalam aorta atau arteri pulmonalis meningkat. Masing-masing katup menutup
dengan kuat pada akhir sistolik. Pemisahan bunyi jantung kedua kedalam bunyi
inspeksi adalah normal dan terdengar sangat keras pada orang yang masih muda.
Hal ini dikarenakan sedikit agak bertundanya penutupan katup pulmonaris karena
aliran darah keventrikel kanan.
Bunyi ini lemah, didengar kira-kira sepertiga jalan diastolic. Pada individu
muda ini bertepatan dengan masa pengisian cepat ventrikel. Hal ini mungkin
36
disebabkan oleh getaran yang timbul karena desakan darah yang lamanya 0,1
detik.Maka bunyi jantung menjadi triplet dan menimbulkan efek akustik seperti
gallop kuda,bunyi ini terjadi pada awal diastolic, selama fase pengisian cepat
siklus jantung atau pada akhir kontraksi atrium disebut suara ketiga (S3).Suara ini
terdengar pada pasien yang mengalami penyakit miokard atau yang menderita
gagal jantung kongestif dan yang ventrikelnya gagal menyemburkan semua darah
selama sistolik. Gallop S3 terdengar pada pasien yang berbaring pada sisi kiri.
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3
Bunyi ini terkadang dapat didengar sebelum bunyi pertama bila tekanan
atrium tinggi atau ventrikel kaku seperti pada hipertrofi ventikel.
S4 S1 S2 S4 S1 S2 S4 S1 S2
1. Automaticity
2. Conductivity
3. Excitability
4. Contractility
2.1.7 Automaticity
37
Impuls spontan —> perubahan potensial listrik dari sel otot jantung (depolarisasi)
Depolarisasi spontan terjadi secara ritmik dan memulai terjadinya kontraksi
jantung.
2.1.8 Conductivity
2.1.9 Excitability
2.1.10 Contractility
38
1. EKG adalah suatu rekaman mengenai sebagian aktivitas listrik di cairan-
cairan tubuh yang diinduksi oleh impuls jantung yang mencapai permukan
tubuh, bukan rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.
2. EKG adalah rekaman kompleks yang menggambarkan penyebaran
keseluruhan aktivitas di jantung selama reporalisasi dan depolarisasi. EKG
bukan bukan merupakan catatan mengenai sebuah potensial aksi di sebuah
sel pada saat. Pada setiap saat rekaman mewakili jumlah aktivitas listrik di
semua sel otot jantung, yang sebagian mungkin sedang mengalami
potensial aksi, sementara yang lain mungkin belum diaktifkan.
3. Rekaman mencerminkan perbandingan voltase yang terdektesi oleh
elektroda di dua titik yang berbeda di tubuh.
39
2.1.12 Komponen pada rekaman EKG
40
2. Pada EKG normal, tidak terdapat gelombang terpisah untuk repolarisasi
atrium secara nolmal berlangsung bersamaan dengan depolrisasi ventrikel
dan tertutupi oleh kompleks QRS.
3. Gelombang P jauh lebih kecil dari pada kompleks QRS karena atrium
memiliki masa otot yang jauh lebih kecil dari pada ventrikel, sehingga
menghasilkan lebih sedikit aktivitas listrik.
4. Terdapat tiga keadaan pada saat aliran arus di otot jantung tidak terjadi dan
EKG tetap berda di garis dasar.
a. Selama pelambatan nodus AV. Pelambatan ini tercermin dalam
interval waktu antara akhir gelombang P dan permulaan gelombang
QRS. Interval ini dikenal sebagai segmen PR (disebut segmen PR dan
bukan segmen PQ karena defleksi Q kecil dan kadang-kadang tidak
tampak, sedangkan defleksi R adalah gelombang yang dominan pada
kompleks QRS). Arus mengalir melalui nodus AV, tetapi kekuatanya
terlalu kecil untuk dapat terdeteksi oleh elektroda EKG.
b. Ketika ventrikel mengalami depolarisasi sempurna dan sel-sel
kontraktil jantung sedang berada dalam fase datar dari potensial aksi
sebelum kembali mengalami repolarisasi, tergambar segmen ST.
segmen ini adalah interval antara QRS dan T, segmen ini bersesuaian
dengan waktu selama pengaktifan ventrikel selesai dan ventrikel
berkontraksi serta mengosongkan isinya.
c. Ketika otot jantung beristirahat total dan sedang berlangsung proses
pengisian ventrikel, setelah gelombang T dan sebelum gelombang P
berikutnya. Segmen waktu ini disebut interval TP.
Takikarida
41
Ekstrasistol
Fibrilasi ventrikel
7. Pembuluh Darah
42
2.2.1 Sistem arteri
Tunica Intima
a) Endotel epitel squamosa sederhana yang melapisi arteri, jantung, klep, dan
valvula. Fungsinya permeabilitas, transpor, sintesis, dan sekresi ACE
b) Jaringan Ikat Subendotel
c) Lamina Elastica Nterna berfungsi komunikasi antar sel
Tunica Media terdiri dari sel otot polos, sel elastin, dan serabut jaringan
ikat
Tunica Adventitia terdiri dari sel, serabut jaringan ikat, tempat melekatnya
pembuluh darah ke struktur sekitarnya, syaraf, pembuluh darah kecil, serta
limfe
Pada saat keluar dari jantung, darah mempunyai tekanan yang tinggi
arteri mempunyai dinding yang tebal, berotot dan agak elastic makin jauh dari
jantung, arteri besar menjadi lebih berotot, dan jumlah jaringan elastis berkurang
arteri akan bercabang-cabang menjadi lebih kecil dan lebih banyak, arteri yang
terkecil disebut arteriol kapiler merupakan perpanjangan dari tunika intima
arteriol, menghubungkan arteriol dan venul —> menjembatani penyediaan darah
ke jaringan dan pengembalian darah ke jantung.
43
Mikrosirkulasi: sirkulasi darah melalui pembuluh darah yang paling kecil —>
diperlukan untuk kehidupan jaringan
2.2.3 Mikrosirkulasi :
1. Aorta asendens muncul pada basis ventrikel sinistra berjalan ke atasa dan
depan, panjangnya kira-kira 5cm, mempunyai dua cabang yaitu arteri
koronia dekstra dan arteri koronia sinstra.
44
a. Arteri koronia dekstra : berasal dari sinus anterior memberikan darah
untuk jantung kanan, memperdarahi sel otot miokardium.
b. Arteri koronia sinistra : memberikan darah untuk jantung kiri berasal
dari sinus posterior aorta untuk memperdarahi otot lapisan jantung
miokardium.
2. Arkus aorta merupakan lanjutan aorta asendens melengkung kea rah kiri,
terletak di belakang manubrium sterni berjalan ke atas, ke belakang dank
ke kiri trakea sedikit turun ke bawah sampai vertebra torokalis keempat.
Arkus aorta mempnyai cabang-cabang sebagai berikut :
a. Arteri brakhiosepalika (arteri anonima) merupakan arteri terbesar
setelah aorta, mempunyai cabang.
1. Arteri korotis komunis dekstra, memberikan darah untuk kepala,
2. Arteri subklavia dekstra memberikan darah untuk anggota gerak
atas bagian kanan.
3. Aorta desendens merupakan lanjutan dari arkus aorta menurun mulai dari
vertebrata torakalis IV. Setelah itu berjalan di sebelah kiri korpus vertebra
setinggi angulus sterni, kemudian berlanjut pada mediastinum posterior
sampai vertebrae XII melewati hiatus aortikus diafragma berlanjut sampai
vertebra lumbalis IV kemudian bercabang dua menjadi aorta torakalis dan
aorta abdominalis.
45
berlanjut ke bawah sampai ke lumbalis IV. Aorta torakalis mempunyai
cabang-cabang yaitu rongga torak dan dinding torak.
1. vena kava superior vena besar yang menerima darah dari bagian atas leher
dan kepala yang dibentuk oleh persatuan dua vena brakiosepalika yang
masuk ke atrium dekstra.vena azigos bersatu pada permukaan posterior
vena kava superior sebelum masuk ke perikardium.
2. vena kava inferior merupakan vena besar yang menerima darah darah dari
alat tubuh bagian bawah,menembus sentrum tendinium setinggi vertebra
torakalis dan masuk ke bagian bawah atrium dekstra.
3. vena pulmonalis dua vena pulmonalis yang meninggalkan paru-paru
membawa darah beroksigen(banyak mengandung oksigen) dan masuk ke
atrium sinistra.
46
6. vena jugularis anterior berawal tepat di bawah dagu, menyatu turu ke leher
atas jugularis lalu berjalan ke bawah ke muskulus sternokledomastoideus
dan mencurahkan isinya ke vena jugularis eksterna.
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil di sebut juga pembuluh
rambut. Pada umumnya kapiler meliputi sel-sel jaringan karena secara langsung
berhubungan dengan sel. Pembuluh kapiler terdiri atas kapiler arteri dan kapiler
vena.
47
antara pembuluh kapiler dengan jaringan sel kapiler arteri bertujuan
menyediakan oksigen dan menyingkirkan karbon dioksida.
2. Lapisan kapiler vena hampir sama dengan kapiler arteri. Fungsi kapiler
vena adalah membawa zat sissa yang tidak terpakai oleh jaringan berupa
zat ekskresi dan karbon dioksida. Zatsissa tersebut di bawa keluar dari
tubuh melalui venolus, vena, dan akhirnya keluar tubuh melalui tiga proses
yaitu pernapasan, keringat dan feses.
Pintu masuk ke kapiler dilingkari oleh sfingter yang terbentuk dari otot polos.
Bila sfingter maka darah akan memasuki kapiler tetapi bila tertutup maka darah
langsung masuk dari arteriole ke venolus dan tidak melalui kapiler.
Tekanan darah pada kapiler arteri turun sampai 30 mmHg, hingga di ujung
kapiler vena menjadi 10 mmHg. Tekanan kapiler akan meningkat bila arteriole
berdilatasi karena pada saat arteriole berdilatasi, sfinter kapiler juga akan relaksasi
sehingga banyak darah masuk ke dalam kapiler.
8. Darah
Volume darah secara keseluruhan kira-kira satu per dua belas berat badan
atau lima liter. Darah terdiri dari:
1. plasma:
48
cairan kekuningan
2. elemen padat:
90% air
7-8% protein dan metabolit yang larut
protein plasma dapat dibagi menjadi 3 kelompok:
platelet = trombosit:
o berperan dalam pembekuan darah
o turut serta mengontrol ukuran pembuluh darah melalui pelepasan
prostaglandin dan prostasiklin
49
eritrosit:
o berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya
o terdapat 5.000.000 sel darah dalam milimeter kubik darah
o di bentuk di dalam sumsum tulang
o bertugas membawa O2 dan CO2 yang terikat pada hemoglobin
leukosit:
o granulosit, limfosit, monosit, eosinofil, basofil
o melawan infeksi dan berpartisipasi dalam respon imunologik
i. Golongan darah
A, B, AB, O
Rh(+), Rh (-)
satuan: mmHg
50
perubahan curah jantung (cardiac output = CO)
perubahan tahanan perifer total ( total peripheral resistance = TPR)
dinyatakan dengan rumus; BP = CO X TPR
i.ii Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung dalam satu
menit normal: 5-6 liter/menit
rumus: CO = HR X SV
dipengaruhi oleh:
Hukum Starling: makin besar regangan diastolik pada otot jantung, makin kuat
kontraksinya Peningkatan EDV —> peningkatan SV
Tahanan perifer total: jumlah tahanan yang dihasilkan oleh seluruh arteri dan
arteriol terhadap aliran darah diatur oleh tonus arterial dan arteriol
51
stetoskop
sfignomanometer
cuff dipompa sampai mencapai tekanan yang cukup tinggi untuk menghentikan
aliran darah, tidak ada bunyi udara dikeluarkan perlahan-lahan:
52
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
B. Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi
gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung
dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada
53
setiap konteraksi tergantung pada tiga faktor: yaitu preload, konteraktilitas,
afterload.
a. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot
jantung.
b. Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium
c. Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriol.
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih maka faktor ini
terganggu, sehingga curah jantung berkurang (Brunner and Suddarth 2012).
C. Klasifikasi Gagal Jantung Congestive
1. Gagal Jantung Kiri
Kongestif paru terjadi pada venterikel kiri, karena venterikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah
lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi S3, kecemasan dan
kegelisahan.
2. Gagal Jantung Kanan
Bila venterikel kanan gagal memompakan darah, maka yang
menonjol adalah kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi
karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah
(edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan
berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena jugularis
54
(vena leher), asites (penimbunan cairan di dalam rongga peritoneal),
anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.
D. Patofisiologi
55
E. Manivestasi klinis
1. Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Dispneu : Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Bebrapa pasien dapat
mengalami ortopneu pada malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea (PND)
b. Batuk
56
c. Mudah lelah : Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang
terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
d. Kegelisahan dan kecemasan. Terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung kanan
a. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
b. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
penambahan berat badan
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar
d. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen.
e. Nokturia
f. Kelemahan.
F. Komplikasi
1. Syok kardigenik
2. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena stasis
darah.
3. Efusi dan Tamponade Perikardium
4. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
57
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners
STIKes Panakkukang Makassar
OLEH :
ARHAM, S.Kep
17. 04. 055
CI LAHAN CI INSTITUSI
58
ASUHAN KEPERAWATAN
59
2. Alasan Masuk RS : Klien mengatakan Sesak .
3. Riwayat Keluhan Sekarang : Pasien mengatakan sesak di sertai nyeri pada
perut bagian atas dirasakan sejak 2 minggu terakhir,dan nyerinya makin
terasa pada 3 hari terakhir ini, nyeri yang dirasakan seperti terbakar
dengan durasi 1-3 menit, sering muncul pada malam hari dengan skala 4
(sedang).
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya,
a. Sendiri: berusaha untuk gerak dan minum air hangat.
b. Oleh orang lain: keluarga membantu memberi air hangat
D. KEADAAN UMUM
1. Keadaan sakit :Klien terlihat berbaring di tempat tidur dan terpasang O2
vial nasal kanul 2 liter/menit
2. Penggunaan alat medik : tidak ada
3. TANDA-TANDA VITAL
a. Kesadaran
Kualitatif : GCS 15
Kuantitatif : M: 6, V: 5, E: 4
Kesimpulan : Compos Mentis.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/70 mmHg.
Suhu : 36oc.
Nadi : 89x/menit.
Pernapasan frekuensi : 28x/menit.
Irama : Teratur.
Jenis : Pernapasan dada.
c. Antropometri
Tingi Badan : 160 cm.
Berat Badan : 68 Kg.
Indeks Masa Tubuh : 26,5 kg/m2
E. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit Yang Pernah Dialami.
60
a. Kanak-kanak : Tidak pernah
b. Kecelakaan : Tidak pernah
c. Pernah dirawat : Pernah ada riwayat hipertensi dan jantung
d. Operasi : Tidak pernah
e. Alergi : Tidak ada alergi terhadap makanan atau obat-
obatan.
2. Imunisasi : Klien mengatakan pernah melakukan imunisasi.
3. Kebiasaan : Tidak Ada
Riwayat Merokok :
Riwayat Minum Alkohol : Klien tidak mempunyai riwayat minum
alkohol
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genokram :
85 83 70 68 70 75
58 55 51 51 49 47 45
Ket :
61
Komentar:
Generasi I :
a. Ayah dan ibu pasien meninggal karenaa faktor yang tidak
diketahui,.
b. Ayah dan ibu dari suami pasien sudah meninggal karena faktor
yang tidak diketahui.
Generasi II : Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara. Saudara pasien yang ke
tiga dan yang kedua kakanya kamasih hidup dan satu orang
adek pasien masih hidup juga,. Pasien saat ini berumur 75
tahun dirawat di ruangan CVCU dengan diagnosa medis
digestive heart fauler (CHF). Pasien tinggal bersama 1 orang
anaknya di kampuang.
Generasi III : Pasien memiliki 7 orang anak dan dalam kondisi sehat.
G. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
1. Kajian Persepsi Kesehatan-Pemeliharaan Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah di alami :
Keluarga klien mengatakan pada tahun 2015 klien perna di rawat di
rumah sakit elim di rante pao toraja utara dengan penyakit jantung
klien juga memiliki riwayat hipertensi.
Riwayat Kesehatan Sekarang : klien masuk di rumah sakit
Dr.wahidin dengan diagnose medis CHF dengan diangnosa
banding AR,Hipertensi Grade II dan sedang di rawat di ruangan
CVCU
a. Data subjektif
1) Keadaan sebelum sakit: Keluarga klien mengatakan pola
kesahatannya baik satu bulan terkahir sebelum masuk Rumah
Sakit keluarga klien mengatakan klien merasakan sesak dan nyeri
pada dadanya dan menjalar ke leher serta bahu
b. Keadaan sejak sakit: klien mengeluh nyeri pada perut atas
62
c. Data objektif
1) Kebersihan Rambut : Rambut nampak bersih.
2) Kebersihan Kulit : Kulit klien bersih.
3) Hygiene Rongga Mulut: Rongga mulut klien bersih.
2. Kajian Nutrisi Metabolik
a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3 x sehari
porsi dihabiskan 1 piring : nasi dan lauk pauk.
2) Keadaan sejak sakit : Klien mengatakan makan 3x sehari
dengan porsi yang disediakan RS tidak dihabiskan.
b. Data Obyektif
1) Observasi : Klien tidak menghabiskan porsi makanan yang
disediakan RS
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Keadaan rambut : Rambut klien tidak mudah gugur.
Hidrasi kulit : Turgor kulit klien bagus
Palpebra : Tidak ada edema palpebra
Konjungtiva : konjungtiva baik
Sclera : Sclera klien tidak ikterus.
Rongga mulut : Rongga mulut klien bersih
Kemampuan mengunyah : Tidaka ada masalah
Lidah : lidah klien kotor kekuningan
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening.
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
b) Abdomen
Inspeksi :
(a) Bentuk Perut normal
(b) Tidak Ada bayangan vena
(c) Tidak ada benjolan/Massa
63
(d) Tidak ada ascites
Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal
Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen atas
Perkusi : Terdengar bunyi pekak pada abdomen
kanan atas
c) Hepar & Lien
Inspeksi : Bentuk perut normal, tdak ada penonjolan hepar
Palpasi : tidak ada masalah pada Hepar
Perkusi : Terdengar bunyi pekak
3. Kajian Pola Eliminasi
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan BAB 3x
sehari, lunak, warna kuning, tidak ada darah, tidak nyeri dan
BAK 3 - 4x sehari warnanya kuning jernih.
2) Keadaan sejak sakit :
a) Klien mengatakan BAB 1 x sehari
b) BAK 3-4 x/hari (Urin Warrna kuning jernih)
b. Data obyektif
1) Observasi : Urine berwarna kuning pekat
2) Pemeriksaan fisik
Peristaltik usus : 16 x/menit.
Palpasi suprapubik : Tidak ada nyeri.
Vesika urinaria : Kosong.
4. Kajian Pola Aktivitas Dan Latihan
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan beraktivitas
dengan baik setiap hari sebagai IRT
2) Keadaan sejak sakit : Keluarga klien mengatakan klien tidak
bisa melakukan aktivitas seperti biasa
b. Data obyektif
Aktivitas harian
64
Makan :0
Keterangan :
Mandi :2
0 : Mandiri
Berpakaian :2
Kerapian :2 1 : Bantuan dengan alat
BAB :1 2 : Bantuan orang
BAK :1
3 : Bantuan orang dan alat
Mobilisasi ditempat tidur : 2
4 : Bantuan penuh
Ambulasi :2
Anggota gerak cacat : Tidak ada
Tracheostomi : Tidak ada
1) Pemeriksaan fisik
JVP : < 2 cm H2O (Normal)
Capillary refill time : < 2 detik (memanjang), normalnya <2
detik
Thoraks dan Pernapasan
Inspkesi:
a) Bentuk barrel chest
b) Terdapat otot bantu pernapasan
c) Tidak ada retraksi otot supraclavicula
d) Pernapasan 28 x/menit
e) Pola napas reguler
f) Tidak ada bunyi napas tambahan
Palpasi: Vocal Fremitus : Getaran seimbang antara kiri dan
kanan.
Perkusi: Terdengar bunyi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi:
a) Suara Napas : Tidak Terdengar suara napas vesicular.
b) Suara Ucapan :Tidak Terdengar suara Pectoriloquy yang
terdengar jauh dan kurang jelas.
c) Suara Tambahan : Tidak terdengar bunyi suara tambahan.
Jantung
65
Inspeksi:
a) Ictus Kordis: tidak tampak
b) Pasien tidak menggunakan alat pacu jantung
Palpasi:
a) Ictus Cordis (Apeks Jantung): Kekuatan kuat angkat
b) Thrill : Tidak adanya getaran (Negatif)
Perkusi:
a) Batas atas Jantung ICS 2-3
b) Batas kanan Jantung linea sternalis kanan
c) Batas kiri Jantung linea medioclavicularis kiri.
Auskultasi:
a) Terdengar bunyi jantung I pada fase systole dan Bunyi
jantung II pada fase diastole
b) Tidak bunyi Jantung III irama gallop
c) Nadi : 89 x/menit
d) Bruit Aorta Negatif
e) Bruit Arteri Renalis Negatif
f) Bruit Arteri Femoralis Negatif
Lengan dan Tungkai
a) Tidak ada atropi otot
b) Terjadi kekakuan sendi pada ekstremitas bawah
c) Uji kekuatan otot
5 4
5 5
66
Pemeriksaan 12 Saraf Kranialis
a) Nervus I (Olfactorius) : Fungsi penciuman pasien baik.
b) Nervus II (Optikus) : Fungsi penglihatan pasien baik.
c) Nervus III – IV – VI (Oculomotorius, Troklearis dan
Abdusen) : Respon pupil baik diameter 2,5 mm/2,5 mm.
Tidak ada devisiasi bola mata. Klien mampu menoleh ke kiri
dan kekanan.
d) Nervus V (Trigeminus) : pasien dapat mengedipkanm mata
e) Nervus VII (Facialis) : pasien bisa tersenyum
f) Nervus VIII (Vestibulokoklearis) : pasien dapat mendengar
dengan baik. Klien tidak dikaji gaya jalannya baik
g) Nervus IX (Glosopharingeal) dan Nervus X (Vagus) : pasien
bisa menelan.buah apel yang di makannya
h) Nervus XI (Accesorius) : pasien dapat menoleh kiri dan
kanan
i) Nervus XII (Hypoglosus) : pasien dapat mengunya dan
bicara dengan baik
j) Kaku Kuduk Negatif
5. Kajian Pola Tidur
a. Data subyekti:
1) Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan pola tidur teratur,
malam hari 8 – 10 jam. Mudah untuk tertidur tanpa bantuan.
2) Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidur 6-7 jam
b. Data obyektif :
1) Observasi : Ekspresi wajah mengantuk, kelopak mata bagian
bawah tidak gelap
2) Terapi : Tidak ada.
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan klien tidak pernah
menggunakan alat bantu pendengaran dan penglihatan.
67
2) Keadaan sejak sakit : Klien mengatakan klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan atau pendengaran.
b. Observasi : Mampu mengenali tempat, orang, dan memberikan
respon verbal dan non verbal.
7. Kajian Pola Persepsi Dan Konsep Diri
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan bahwa klien sangat
dihargai oleh tetangganya. Klien sangat menjaga keharmonisan
bertetangga.
2) Keadaan sejak sakit: klien mengatakan ikhlas menerima penyakit
yang saat ini dideritanya
b. Data obyektif
1) Observasi
a) Kontak mata : Klien menatap teman bicara.
b) Rentang perhatian : Klien memperhatikan teman bicara
ketika berkomunikasi.
c) Postur tubuh : Terlentang
2) Pemeriksaan fisik
a) Pasien tidak memiliki kelainan bawaan
b) Bentuk abdomen klien normal
c) Tidak Ada lesi pada kulit
8. Kajian Pola Peran Dan Hubungan Dengan Sesama
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan klien sebagai
seorang istri,klien merasa bahagia hidup bersama. Klien adalah
orang yang sangat mudah akrab dengan orang lain. Keluarga
klien cukup puas dengan kehidupannya.
2) Keadaan sejak sakit: klien mengatakan klien tidak dapat
melakukan aktivitas seperti biasa.
b. Data obyektif
68
Observasi :Klien hanya ditemani oleh 3 anak kandungnya, klien
berkomunikasi dengan keluarga. Selama pengkajian Keluarga
klien dank lien mampu berkomunikasi dengan baik.
9. Kajian Mekanisme Koping Dan Toleransi Terhadap Stress
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan klien tidak pernah
marah ketika apa yang diperintahkan tidak diikuti.
2) Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidak pernah menuntut,
dan menjadi orang yang sabar
b. Data obyektif
Observasi : Klien tidak bergantung kepada anaknya kebutuhan
dipenuhi oleh anaknya. Klien tidak dapat melakukan kegiatan
sehari-hari seperti biasa.
10. Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan klien rajin beribadah,
melaksanakan ibadah di gereja. Percaya akan kuasa tuhan yesus
bahwa sehat-sakit, hidup-mati tuhan yesus yang mengatur.
2) Keadaan sejak sakit : klien mengatakan klien masih berdoa
walaupun belum mampu melaksanakan ibadah di gereja,
optimis bahwa penyakitnya akan sembuh
b. Data obyektif : Klien tidak mampu melaksanakan ibada berdiri.
69
H. Resiko Jatuh (Skala Morse)
No 0 - 0 0 -
Diagnosis Yes
15 15 15 15
Sekunder
No 0 - - - -
0 - - - -
Bed Rest
Obat
20 20 20 20
Yes
No
0 - - - -
Gangguan Terganggu 20 - - - -
berjalan
10 - - - -
Lemah
Normal 0 0 0
Kesadaran Lupa/pelupa 15 - - - -
Baik 0 - 0 0 -
Jumlah score 35 35 35
Keterangan :
- Risiko tinggi : ≥45
- Risiko sedang : 25-44
- Risiko rendah : 0-24
70
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium pathology klinik
71
Natrium 3.7 3,5-5,1 mmol/l
Klorida 106 97-111
KESAN/SARAN : -
72
3. Pemeriksaan ecokardiogram :
Hasil :
Fungsi sistolik ventrikel kiri menurun,EF 42,9%(BIPLANE)
Hipertropi ventrikel kiri konsentrik
Hipokinetik segmental
Mitral regugirtasi ringan (MR ERO 0,09 cm2 MR Vol 14 ml)
Disgungsi sistolik derajat ringan
73
4. Pemeriksaan radiologi :
Hasil :
74
No. Nama obat Dosis Golongan Cara kerjanya Rute
obat
Sebagai obat anti trombotik kegunaan obat aspilet
adalah terutama pada pencegahan dan pengobatan
1. Aspilet 80g/24jam Oral
berbagai keadaan trombosis atau agregasi platelet
Keras (K) (pembekuan darah) yang terjadi pada tubuh
terutama pada saat mengalami serangan jantung
atau pada penyakit jantung
Arixtra Injeksi merupakan obat yang injelsi
mengandung Fondaparinux sodium yang masuk ke
subkutan
dalam golongan agen antitrombotik (senyawa
penghambat agregasi/penggumpalan trombosit (IC)
Arixtra yang banyak digunakan oleh pasien yang beresiko
2. 2,5mg Keras (K) tinggi terkena serangan koroner akut). Terapi
antitrombotik menggunakan agen antiplatelet dan
antikoagulan adalah dasar pengobatan untuk
penyakit arteri akut dan kronis koroner (CAD),
namun juga berhubungan dengan peningkatan
risiko pendarahan
Clopidogrel adalah obat yang digunakan untuk Oral
mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke pada
orang-orang yang berisiko tinggi, termasuk pasien
yang memiliki riwayat infark miokard dan gejala
Clopidogrel
3. 75 mg/24jam Keras (K) lain dari sindrom koroner akut, stroke, dan orang-
orang yang menderita penyakit arteri perifer.
Clopidogrel adalah obat antiplatelet golongan
thienopyridine, obat yang membantu menjaga darah
mengalir lancar di dalam tubuh. Obat ini biasanya
tersedia berupa Clopidogrel 75 mg tablet.
Lansoprazole adalah obat yang digunakan untuk Oral
mengatasi berbagai penyakit akibat kelebihan asam
lambung. Beberapa kondisi yang disebabkan oleh
4. Lonsoprasol 30mg/24jam Keras (K) asam lambung tersebut diantaranya esofagitis,
GERD, dispepsia (yang berhubungan dengan
asam), tukak lambung, tukak duodenum, dan lain-
lain
Furosemid adalah obat yang termasuk dalam Ora l
golongan loop diuretik. obat yang dijual dengan
Furosemid 40g/24 jam salah satu merek dagang Lasix ini biasanya
5 Keras (K) diresepkan oleh dokter sebagai bagian dari obat
penatalakasanaan penderita gagal ginjal atau
penderita gagal jantung
75
K. ANALISA DATA
76
: 22x/menit.
Faktor Resiko:
Klien nampak lemah.
4.
Klien nampak bedrest total.
Resiko Jatuh : Sedang (Skor 35) menurut skala Morse.
Kekuatan otot : Resiko jatuh
5 4
5 5
L. Diagnosa keperawatan
77
INTERVENSI KEPERAWATAN
78
Nyeri akut
3. b/d Outcomes : Manajemen nyeri
Ds : Pasien mengatakan nyeri pada perut kakan a. Tingkat Nyeri Aktivitas Keperawatan:
bagian atas , nyeri yang dirasakan seperti b. Kontrol Nyeri 1. Observasi reaksi nonverbal dari
ditusuk-tusuk yan datang hilang timbul pada c. Tingkat Ketidaknyamanan ketidaknyamanan.
waktu subuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam, 2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Do : diharapkan nyeri berkurang dengan skala 3 (ringan) dengan termasuk lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi,
a. Klien Nampak meringis criteria hasil : kualitas dan faktor presipitasi.
b. Pengkajian Skala nyeri : a. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan 3. Ajarkan teknik non farmakologis : teknik
P : Bergerak tanda nyeri) relaksasi napas dalam, distraksi, kompres
Q : Terdapat nyeri seperti terbakar b. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu hangat.
R : abdomen bagian atas menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi 4. Berikan informasi mengenai nyeri seperti
S : Skala nyeri 4 (sedang). nyeri, mencari bantuan) penyebab nyeri, berapa lama nyeri dirasakan
T : pada malam dan hilang timbul c. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan 5. Berikan posisi.
c. Vital sign : Tekanan Darah : 140/70 mmHg., manajemen nyeri. Pemberian Analgesik
suhu : 36oc, nadi : 89 x/menit, d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Aktivitas Keperawatan:
pernapasan frekuensi : 22x/menit. 6. Kolaborasi pemberian obat
79
Intoleran
4. aktivitas Outcomes : Activity therapy
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
Ds : 1. Self care : ADLs
melakukan aktivitas
1. Klien mengatakan semua aktivitasnya di 2. Toleransi aktifitas
bantu oleh keluarga 2. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
3. Konservasi energy
2. Klien mengatakan merasa lemah dan mudah
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
lelah Setelah dilakukan tindakan keeperawatn selama 6x8 jam pasien
Do : 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
bertoleransi terhadap aktifitas dengan kriteria hasil:
1. Pemenuhan aktivitas Nampak di bantu oleh emosi secara berlebihan
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
keluarga 5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2. Pasien bedrest total aktivitas (takikardi, disritmia, sesak napas,
2. Mampu melakukan aktifiras sehari-hari (ADLs) secara
3. anda – tanda vital : Tekanan Darah : 140/70 diaphoresis, pucatperubahan hemodinamik)
mandiri
o
mmHg., suhu : 36 c, nadi : 89 x/menit, 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
pernapasan frekuensi : pasien
22x/menit.
Risiko5.jatug
4 0utcomes : Pencegahan jatuh
Faktor Resiko:
1. Factor resiko kontrol 1. Mengidentifikasi deficit kognitif atau fiik yang
Klien nampak lemah.
Klien nampak bedrest total. 2. Tidak terjadi cedera dapat meningkatkan potensi jatuh dalam
Resiko Jatuh : Sedang (Skor 35) menurut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x8 jam resiko lingkungan tertentu
skala Morse.
Kekuatan otot : jatuh dapat dapat diminimalisir dengan kriteria hasil : 2. Mengidentifikasi perilaku dan factor yang
5 4 1. Keseimbangan : kemampuan untuk mempertahankan mempengaruhi resiko jatuh
80
3. Perilaku pencegahan jatuh : tindakan individu atau pemberi panggilan) ketika penajaga tidak hadir
asuhan untuk meminimalkan factor resiko yang dapat
memicu jatuh dilingkungan individu
4. Kejadian jatuh : tidak ada kejadian jatuh
5. Pengetahuan : pemahaman kejadian jatuh
Gerakan terkoordinasi
81
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN I
82
6. Anjurkan untuk menurunkan stress
Hasil : mengajarkan distraksi dan tidak banyak
19.25 pikiran
Vital sign monitoring
1. Monitoring TD,nadi,suhu pernafasan
19.26 Hasil :
TD : 140/70mmHg N: 89x/menit S:36 P:22x/menit
2. Monitoring suhu dan warna kulit dan kelembaban
Hasil : warna kulit normal dan lembab
Selasa , 19.30 1. Mengobservasi reaksi nonverbal dari S : Pasien mengatakan masih nyeri perut baian atas, nyeri
10/04/2018 ketidaknyamanan. yang dirasakan seperti pedis yang datang hilang tibul
Hasil: Wajah klien mesar dengan skala 3 (ringan).
19.33 2. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif O : Skala nyeri 3 (ringan). Tanda – tanda vital : TD : TD : Arham
termasuk lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi, 140/70 mmHg, nadi : 89, pernapasan : 22 x/menit,
kualitas dan faktor presipitasi. suhu : 36oC
Nyeri Akut Hasil : Pasien mengatakan masih nyeri pada perut A : Tujuan tercapai
baian atas, nyeri yang dirasakan terasa pedis yang P : masalah teratasi
datang hilang tibul dengan skala 3 (ringan).
19.37 3. Mengajarkan teknik non farmakologis : minum air
hangat
Hasil: Klien diajarkan minum air hangat ketika
nyerinya datang
83
20.40 4. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Hasil : Lonsoprasol 30mg/24jam nyeri menurun dri
4 menjadi 3
5. Berikan posisi semi fowler
Hasil : pasien merasa nyaman
Selasa 19.00 1. memposisikan sesuai body aligment yang tepat S : Pasien mengatakan tidak dapat berpindah tempat
10/04/2018 Hasil : Kelurga pasien mengatakan setiap aktivitas selalu arham
Posisi seifowler pasien meras nyaman dibantu
19.10 2. Membantu mobilisasi pasien setiap 2 jam O : terbaling lemah di tembat tidur
Hasil : A:-
Posisi sim kanan dan kiri P : Lanjutkan intrvensi
Intoleran aktivitas
19.20 3. Memonitor komplikasi dari tirah baring
Hasil :
Tidak ada komplikasi
19.20 4. Memberikan posisi yang nyaman.
Hasil : posisi yang diberikan semi fowler
Selasa 20.00 1. Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik pasien yang S : pasien mengatakan paham tentang arahan yang di
10/04/2018 dapat meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan berikan
Risiko jatuh tertentu. O: arham
Hasil: Memberikan arahan tentang tempat-tempat yang A : pantau terus pasien
memiliki resiko untuk jatuh, klien dan keluarga P : lanjutkan intervensi
84
mengerti.
21.00 2. Mengunakan rel sisi panjang yang sesuai dan tinggi
untuk mencegah jatuh dari tempat tidur.
Hasil: Rel tempat tidur sudah terpasang.
21.05 3. Mendiskusikan bersama anggota keluarga tentang
faktor resiko yang berkontribusi terhadap jatuh dan
bagaimana mereka dapat menurunkan resiko tersebut.
Hasil: Mendisikusikan kepada keluarga agar dapat
mendampingi pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya.
85
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN II
86
pikiran
Vital sign monitoring
13.25 1. Monitoring TD,nadi,suhu pernafasan
Hasil :
TD : 120/70mmHg N: x/menit S:36,5 P:20x/menit
13.26 2. Monitoring suhu dan warna kulit dan kelembaban
Hasil : warna kulit normal dan lembab
Intoleran aktivitas Kamis 14.00 1. Memposisikan sesuai body aligment yang tepat S : Pasien mengatakan tidak dapat berpindah tempat
12/04/2018 Hasil : Kelurga pasien mengatakan setiap aktivitas selalu
Posisi seifowler pasien meras nyaman dibantu
14.10 2. Memonitor komplikasi dari tirah baring O : terbaling lemah di tembat tidur
Hasil : A:-
Tidak ada komplikasi P : Lanjutkan intrvensi
14.15 3. Memberikan posisi yang nyaman.
Hasil : posisi yang diberikan duduk
14.19 4. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
Hasil :
Pasien tidak mengkabiskan makanannya nafsu
makannya kurang
87
Risiko jatuh Kamis 14.20 1. Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik pasien S : pasien mangatakan mulai mandiri dalam beraktivitas
12/04/2018 yang dapat meningkatkan potensi jatuh dalam O : pasien Nampak koperatif
lingkungan tertentu. pantau terus pasien
Hasil: A : masalah belum teratasi
Klien melakukan aktivitas secara mendiri P : lanjutkan intervensi
2. Mengunakan rel sisi panjang yang sesuai dan tinggi
untuk mencegah jatuh dari tempat tidur.
14.25 Hasil:
Rel tempat tidur sudah terpasang.
3. Mendiskusikan bersama anggota keluarga tentang
faktor resiko yang berkontribusi terhadap jatuh dan
14.27 bagaimana mereka dapat menurunkan resiko tersebut.
Hasil:
Mendisikusikan kepada keluarga agar dapat
mendampingi pasien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya.
88
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN III
89
Intoleran aktivitas Jumat 14.00 1. Memberikan posisi yang nyaman. S : Pasien mengatakan mulai mandiri dalam aktivitasnya
13/04/2018 Hasil : posisi yang diberikan duduk O : pasien Nampak beraktivitas(duduk jalan-jalan kecil)
14.10 2. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat A:-
Hasil : P : malasah teratasi
Pasien mengkabiskan makanannya nafsu makannya
sudah membaik
Risiko jatuh Jumat 14.20 4. Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik pasien S : pasien mengatan bisa mandiri dalam beraktivitas
13/04/2018 yang dapat meningkatkan potensi jatuh dalam O : pasien Nampak koperatif dalam beraktivitas
lingkungan tertentu. A:-
Hasil: P : masalah teratasi
14.25 Memberikan arahan tentang tempat-tempat yang
memiliki resiko untuk jatuh, klien dan keluarga
mengerti.
5. Mendiskusikan bersama anggota keluarga tentang
14.27 faktor resiko yang berkontribusi terhadap jatuh dan
bagaimana mereka dapat menurunkan resiko tersebut.
Hasil:
Mendisikusikan kepada keluarga agar dapat
mendampingi pasien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Interna
Publishing. Jakarta
A.P. Sylvia, RN, PhD, M.W. Lorraine. 2002. Pathophysiologi : Clinical Concepts Of
Disiase Processes. Jakarta : Kedokteran ECG.
Honig, C.R. Modem Cardiovascular Physiology. 2d ed. Boston: little, Brown, 1988.
http://ayoncrayon.blogspot.com/2010/10/anatomi-fisiologi-kardiovaskuler.html
http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-fisiolgi-sistem-cardivasculer/
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1958045-sirkulasi-sistemik/
Jakarta Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2012.
Laurale, Sherwood.2001. Edisi 2 fisiologi Manusia Dari Sel ke system. Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
91
Mansjoer, Arif dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1, Jakarta: Media
Aesculapios FKUI, 2012
Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC,
2009.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2012.
92