You are on page 1of 25

REFLEKSI KASUS Januari , 2018

“MORBILI”

Nama : Musyarafa

No. Stambuk : N 111 17 058

Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2018
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
A. Identitas Pasien.......................................................................................... 5
B. Anamnesis ................................................................................................. 5
C. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 6
D. Resume ...................................................................................................... 9
E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 9
F. Hasil Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 9
G. Diagnosis ................................................................................................. 10
H. Terapi ...................................................................................................... 10
I. Anjuran.................................................................................................... 10
J. Follow Up ............................................................................................... 10
K. Diskusi .................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 23


DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

Morbili merupakan penyakit endemik dan sangat infeksius yang


disebabkan oleh virus yang umumnya menyerang anak-anak. Virus ini
merupakan virus RNA, termasuk dalam genus morbilivirus dan famili
paramyxovirus. Penularan virus morbili terjadi secara droplet.1,2
Morbili ditandai oleh tiga stadium yaitu; (1) stadium prodromal/ kataral (2)
stadium erupsi dan (3) stadium konvalensesi.2,3
Penyakit morbili di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan yang perlu ditangani, karena kasus morbili masih tinggi dan hampir
disemua daerah masih melaporkan adanya wabah dengan angka kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi. Di indonesia, menurut survei kesehatan rumah
tangga campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit
utama pada bayi dan pada anak umur 1-4 tahun. Wabah rentan terjadi pada
anak yang memiliki status gizi kurang baik.3,4
Penyakit morbili merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dan jarang
menimbulkan kematian bagi penderitanya, tetapi bila terjadi komplikasi maka
angka kematian meningkat. Komplikasi dapat terjadi pada morbili adalah
bronkopneumonia, gastroenteritis, encepalitis, otitis media, mastoiditis,
laringitis akut dan gangguan gizi.1
Pencegahan morbili bisa dilakukan dengan imunisasi aktif, berupa imunisasi
campak yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dapat pula diberikan
bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah
mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6
tahun.2
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus mengenai Morbili pada pasien
anak yang dirawat di Rumah Sakit undata Palu.
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 4 tahun 6 bulan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 18 Januari 2018

B. ANAMNESIS :
Keluhan Utama : Demam

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien masuk dengan keluhan demam yang dialami sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam naik turun, demam turun dengan pemberian obat
penurun panas namun kemudian demam naik lagi. Demam tidak disertai
menggigil maupun kejang. Tidak ada mimisan, tidak ada gusi berdarah. Pasien
juga mengalami sakit kepala dan batuk berdahak sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Tidak ada sesak napas, tidak ada nyeri dada dan tidak ada nyeri
menelan. Mata pasien sering perih hingga sering mengeluarkan air mata dan
mata berwarna merah. Pada saat 2 hari sebelum masuk rumah sakit muncul
bintik - bintik kemerahan yang terasa gatal. Awalnya timbul di bagian leher
kemudian menjalar di bagian wajah, dada, punggung dan diseluruh badan.
Timbulnya bintik – bintik kemerahan ini diikuti dengan demam yang tinggi,
batuk dan flu bertambah keras. pasien tidak ada mual maupun muntah dan
nyeri perut. Pasien malas makan. Buang air besar normal dan buang air kecil
lancar.
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tante pasien mengalami keluhan yang sama yaitu muncul bintik
kemerahan pada seluruh tubuh sekitar 2 minggu yang lalu.
Riwayat Sosial – Ekonomi : Menengah keatas
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Pasien lahir dibantu oleh bidan, bayi lahir secara normal, Pasien
merupakan anak ke 2 . Berat Badan Lahir : 3.400 gram, Panjang Badan Lahir
50 cm.
Riwayat Kebiasan dan lingkungan :
Merupakan anak yang aktif berinteraksi dengan orang yang ada di
sekitarnya baik dilingkungan rumah, maupun di lingkungan masyarakat.
Anamnesis Makanan :
- Asi : saat lahir sampai usia 1 tahun
- Susu formula saat usia 1 tahun sampai 2 tahun
- Bubur saring saat usia 6 bulan sampai 1 tahun
- Nasi mulai usia 2 tahun sampai sekarang

Riwayat Imunisasi :
Penderita belum mendapatkan imunisasi campak

C. PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 94 cm
Status gizi : BB/TB :92 % (gizi baik)
BB/U : 95 % (gizi baik)
TB/U :107 % (perawakan normal)
Pengukuran tanda vital
Denyut Nadi :144 kali / menit
Suhu : 38,7 0C
Respirasi : 32 kali / menit

Kulit : Warna :Sawo matang


Turgor : Cepat kembali (< 2 detik)
:Tampak ruam makulo papular pada wajah, leher
dan seluruh tubuh

Kepala : Bentuk :Normocephal


Rambut :Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia(-)

Mata : Palpebra : Edema (-/-)


Konjungtiva : Hiperemis (+/+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Reflek cahaya :(+/+)
Refleks kornea:(+/+)
Cekung : (-/-)

Hidung : Pernapasan cuping hidung : Tidak ada


Epistaksis : Tidak ada
Rhinorhea : (+)

Mulut :Bibir : Mukosa bibir basah, tidak hiperemis


Gusi : Tidak berdarah
Lidah : Tidak kotor

Leher
 Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,
 Pembesaran kelenjar di ketiak : Getah bening -/-,
 Faring : Hiperemis
 Tonsil : T1/T1

Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba

Ekstremitas
 Ekstremitas atas : Akral hangat (+), edema (-)
 Ekstremitas bawah : Akral hangat (+), edema (-)

Genitalia : Dalam batas normal


Otot-otot : Hipotrofi (-), kesan normal
Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium :
Hematologi Hasil Rujukan keterangan
WBC 6,6x10^3/mm3 4-12 Normal
RBC 5,02x10^6/mm3 4-6,20 Normal
HGB 13,4 g/dl 11,0-17,0 Normal
HCT 42,1% 35,0-55,0 Normal
PLT 218x10^3/mm3 150-400 Normal

RESUME :
Pasien anak perempuan umur 4 tahun 6 bulan masuk dengan keluhan febris
yang dialami sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, febris bersifat bifasik.
Pasien mengalami conjungtivitis, coriza dan cough berdahak sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pada saat 2 hari sebelum masuk rumah sakit
muncul ruam eritema yang terasa gatal. Awalnya timbul di bagian leher
kemudian menjalar di bagian wajah, dada, punggung dan diseluruh badan.
Timbulnya ruam – ruam eritema diikuti dengan febris yang bertambah tinggi,
coriza dan cough juga semakin keras. Vomiting (-), Nausea (-) dan nyeri perut
dialami pasien. Pasien malas makan. Buang air besar normal dan buang air
kecil lancar.

Berat Badan : 11 Kg
Tinggi Badan : 94 cm
Status Gizi : (Gizi baik)
Tanda Vital
Denyut nadi :144 kali / menit
Suhu : 38,7 0C
Respirasi : 32 kali / menit
Pada pemeriksaan fisik Tampak Kulit ruam kemerahan berbentuk
makulopapular (+) di wajah, leher, dada, punggung, perut, tangan, dan kaki.,
konjungtiva hiperemis (+/+), Rhinorrhea (+), batuk (+), faring hiperemis (+).

Diagnosis : Morbili
E. Terapi :
- IVFD RL 12 tpm
- Vit A 1 X 200 0000 IU
- Puyer batuk 3x1 pulv
GG ½ tab
CTM 2 mg
- paracetamol 4x 1 ½ cth

FOLLOW UP
1) Follow up 19 Januari 2018 (Perawatan hari 1)
S : Panas (+) Hari ke 6, batuk berlendir (+), sesak (-), mual (-), muntah (-
), bercak koplik (-), mata merah dan gatal (-), BAB (-) biasa, BAK
lancar
O :Nadi : 102 kali/menit
Suhu : 37,6˚C
RR : 28 kali/menit

Pemeriksaanfisik :
Kulit : Tampak ruam makulopapular eritem di wajah, leher,
dada, punggung, perut, tangan, dan kaki
Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-
/-)

b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular.
Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi :Bunyi timpani
Palpasi :Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Ekstremitas
 Ekstremitas atas : Akral hangat (+), edema (-)
 Ekstremitas bawah : Akral hangat (+), edema (-)
Genitalia : Dalam batas normal
Otot-otot : Hipotrofi (-), kesan normal
Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-
A :Morbili
P :
- IVFD RL 12 tpm
- Vit A 1 X 200 0000 IU
- Puyer batuk 3x1 pulv
GG ½ tab
CTM 2 mg
- Paracetamol 4x 1 ½ cth

Follow up 20 Januari 2018 (Perawatan Hari 2)


S : Panas (-) Hari ke 7, batuk berlendir (+), sesak (-), mual (-), muntah (-),
bercak koplik (-), mata merah dan gatal (-), BAB biasa, BAK lancar
O :Nadi : 108 kali/menit
Suhu : 36,8˚C
RR : 26 kali/menit

Pemeriksaanfisik :
Kulit : Tampak ruam makulopapular eritem di wajah, leher, dada,
punggung, perut, tangan, dan kaki mulai berkurang
Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular.
Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi :Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi :Bunyi timpani
Palpasi :Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Ekstremitas
 Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
 Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Dalam batas normal
Otot-otot : Hipotrofi (-), kesan normal
Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-

A :Morbili
P :
- Aff infus
- Puyer batuk 3x1 pulv
GG ½ tab
CTM 2 mg
- paracetamol 4x 1 ½ cth

BAB III
DISKUSI
Morbili (rubela, measles, campak) adalah infeksi virus akut, ditandai
oleh demam tinggi dan ruam makulopapul yang timbul secara berurutan
mulai dari leher, wajah, badan, anggota gerak atas dan bawah. Virus
campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi
yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang
terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang
berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam
nukleat (RNA) yang merupakan struktur heliks nucleoprotein dari
myxovirus. Pada selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek.3
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seorang. Penularan campak terjadi
secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala
klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Ditempat awal infeksi,
penggandaan virus sangat minimal dan jarang ditemukan virusnya. Virus
masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel
monoklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Disini virus
memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan disitu mulailah
penyebaran ke jaringan limfoletikular seperti limfa. Sel mononuklear yang
terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari
Warthin, sedangkan limfosit-T meliputi (termasuk T-supressor dan T-
helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.3
Gambaran kejadian awal ke jaringan limfoid masih belum diketahui
secara lengkap, tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi
terwujud yaitu ketika virus ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke
permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung
kemih dan usus.3
Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas
dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat
itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan
menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem
saluran pernapasan akan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh,
tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik,
merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.3,4
Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal
infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya
daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity
terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak
pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar
jauh ke pembuluh darah. Vesikel secara mikroskopik di epidermis tetapi
virus tidak berhasil tumbuh dikulit. Penelitian dengan imunofluresens dan
histologik menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologik
pada kulit diduga adalah suatu Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di
nasofaring dan saluran pernapasan memberikan kesempatan serangan
infeksi bakteri sekunder berupa bronkopnemonia, otitis media dan lain-
lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pnemonia dapat
terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan gizi
kurang.4,5
Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease dengan
ditandai oleh 3 stadium, yaitu:3,4
1. Stadium Kataral (Prodromal).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5
ºC), Malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang
dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan
dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau
palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah
limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai
influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan
yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah
kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

2. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah
di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak
koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai
menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-
mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai
anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari
morbili yang biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam
kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi
normal kecuali bila ada komplikasi.

Setelah masa inkubasi 10-12 hari tanpa gejala, mulai timbul gejala-
gejala panas malaise. Dalam 24 jam timbul coryza, conjungtivitis dan
batuk. Gejala-gejala ini bertambah hebat secara bertahap dan mencapai
puncaknya saat timbul erupsi pada hari keempat.5
Kira-kira beberapa jam sebelum timbulnya rash, terlihat Koplik spot
di mukosa bukalis pada sisi yang berlawanan dengan gigi molar. Panas dan
Koplik spot menghilang dalam 24 jam setelah timbul rash. Coryza dan
konjungtivitis menghilang pada hari ketiga rash. Lamanya eksantema
menghilang jarang melebihi 5-6 hari.3,4
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, riwayat
kontak dengan penderita. Pada pemeriksaan penunjang, sel raksasa
multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat
diisolasi pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan
limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak
biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar
glukosa normal. Bercak koplik merupakan tanda patognomonis untuk
campak.4,5
Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, pasien datang
dengan keluhan demam naikturun sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit dan
saat datang telah timbul ruam merah 2 hari sebelum masuk rumah sakit, ruam
merah muncul dimulai dari daerah belakang leher, menjalar di bagian wajah,
dada, punggung dan diseluruh badan. Pasienjugamengeluh mata perih hingga
sering mengeluarkan air dan pasien juga mengalami batuk berlendir dan
beringus 4 hari sebelumnya.Pasienmalasmakandan pada mukosa bukalisdi
depangigi molar 3atas tampak adanya bercak koplik. Berdasarkan kepustakaan,
morbilli diawali dengan timbulnya demam yang mendadak, diikuti dengan
batuk, coryza, konjungtivitis,anoreksia dan adanya bercak koplik pada mukosa
bukalis. Adanya bercak koplik menjadi tanda patognomonik dari morbilli.2

Berdasarkan kepustakaan, faktor resiko terjadinya morbili yaitu kontak


dengan penderita 1-2 minggu sebelumnya, tidak mendapatkan vaksin campak
saat usia 9 bulan dan imunosupresi.1,3

Panas
Panas dapat meningkat pada hari ke-5 atau ke-6, yaitu pada saat
puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasik dengan
peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan
periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang
cepat sampai 39°-40,6°C saat erupsi rash mencapai puncaknya.
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun
secara lisis antara hari ke-2 dan ke-3, hingga timbulnya eksantema. Bila
tidak disertai kompliksai, 2 hari setelah timbulnya rash yang lengkap,
panas biasanya turun. Bila panas menetap, kemungkinan penderita
mengalami komplikasi.6
Coryza
Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk bersin diikuti
dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi
profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan
dengan menghilangnya panas. Pada kasus ini pasien mengalami hidung
tersumbat yang dialami 2 hari sebelum masuk rumah sakit.6
Batuk
Batuk disertai oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernapasan.
Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi.
Namun, batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap
dalam waktu 5-10 hari.7,8

Koplik Spot
Merupakan bercak-bercak kecil yang iregular sebesar ujung jarum/pasir
yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih
kelabu, gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili.
Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah dapat ditemukan adanya
Koplik spot dan menghilang dalam 24 jam-hari timbulnya rash.6
Rash
Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema
makulopapuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut,
kemudian menyebar ke daerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta
biasanya dalam 24 jam sesudah menyebar sampai ke lengan atas dan
selanjutnya seluruh tubuh mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat rash
sudah sampai kaki, rash yang timbul duluan mulai berangsur-angsur
menghilang.6
Morbili merupakan suatu penyakit self limiting sehingga
pengobatnnya hanya bersifat simptomatis, yaitu:6
 Memperbaiki keadaan umum
 Antipiretik bila suhu tinggi
 Obat batuk
 Vitamin A
 Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder
Adapun beberapa penyulit dari morbili adalah laringitis akut,
bronkopneumonia, kejang demam, ensefalitis, otitis media, enteritis,
konjungtivitis. Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa
saluran pernapasan, yang bertambah parah saat demam mencapai
puncaknya. Ditandai dengan distress pernapasan, sesak, sianosis, dan
stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan
menghilang. Untuk bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak
maupun akibat infeksi. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi
napas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila
disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilangm kecuali batuk
yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Untuk kejang dapat
timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam
keluar. Kejang hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam. Ensefalitis
merupakan penyulit neurologic yang paling sering terjadi, biasanya terjadi
pda hari ke 4-7 setelah timbul ruam. Terjadinya ensefalitis dapat melalui
mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke
dalam otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan
iritabel. Untuk otitis media invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya
terjadi pada campak. Gendang telinganya biasanya hiperemis pada fase
prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel
mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulen.
Hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi, dan
fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus
campak atau antigennya dapat terdeteksi pada lesi konjungtiva pada hari-
hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya
hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan., dapat pula
timbuul ulkus kornea. 4
Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian
1. imunisasi aktif
Imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Telah dibuat dua
macam vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak yang
hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B) dan vaksin yang berasal dari
virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan
formalin yang dicampur dengan garam aluminium). Dosis baku minimal
untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID-50
atau sebanyak 0,5 ml. Cara pemberian yang dianjurkan adalah subkutan,
walaupun dari data didapatkan pemberian secara intramuscular tampaknya
mempunyai efektivitas yang sama dengan subkutan.4
Imunisasi dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada
usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat
imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun.2
2. Imunisasi pasif
Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum
dengan dosis 0,25 mL/kgBB diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari
sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Namun tidak
banyak dianjurkan karena beresiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi
tuberkulosis.1,2,3
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakit campak .
Morbilli merupakan penyakit self limiting disease dan berlangsung 7-
10 hari sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosisnya
baik. Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:1,2
 Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orangtua penderita
 Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang

Prognosis dari kasus morbili ini adalah baik karena penyakit ini
merupakan self limiting disease sehingga dalam penatalaksanaanya
hanya dibutuhkan terapi yang berdasarkan gejala. Tetapi jika gejala
simptomatiknya tidak diatasi dapat mengakibatkan timbulnya
komplikasi sehingga dapat mengakibatkan prognosis yang buruk. Pada
kasus ini prognosis baik karena tanpa adanya penyulit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Campak di Indonesia.


2011http://www.penyakit menular.com
2. Ikatan Dokter anak Indonesia. Standar Pelayanan medis Kesehatan
Anak, Edisi 1. Jakarta: IDAI, 2004
3. Soedarmo, P,S,S., Garna, H., Hadinegoro, S,R,S,. 2010. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta. IDAI
4. Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana penyakit Infeksi Pada Anak.
Jakarta. Sagung Seto.
5. Penyakit Tropik dan Infeksi Anak. Kapikta Selekta Kedokteran, Edisi
III Jilid 2. FKUI. 2004
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia.

You might also like