Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
1. FAUZI
2. PUTRI EVA ROSITA
3. DALIA LEMOS DA REGO
4. CHRISTIN WLENA
PRODI S1 KEPERAWATAN
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Membantu meningkatkan pengetahuan tentang keperawatan gawat
darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan keperawatan
dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga dapat
mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya
toksin bisa ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang
adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat berbeda yang dapat
menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan
mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut
merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus.
Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah
parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa
ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran
kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.
2.3 Etilogi
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan
Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan
perdarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi
pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak
terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan
menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel
darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-
pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis
(lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf
sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut
mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan
hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi
susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti
saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah
melalui pembuluh limfe.
c. Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Bisa ular yang bersifat cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Bisa ular yang bersifat cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat gigitan.
g. Enzim-enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
2.4 Patofisiologi
Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik
tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai
sistem. Seperti, sistem neurologis, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan. Pada
gangguan sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang
berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat mengakibatkan oedem pada
saluran pernapasan, sehingga menimbulkan kesulitan untuk bernapas.
Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah
yang dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat
mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat
mengakibatkan gagal napas.
2.5 Pathway
Penatalaksanaan selanjutnya :
a. ABU 2 flacon dalam NaCl diberikan per drip dalam waktu 30 – 40 menit.
b. Heparin 20.000 unit per 24 jam.
c. Monitor diathese hemorhagi setelah 2 jam, bila tidak membaik, tambah 2
flacon ABU lagi. ABU maksimal diberikan 300 cc (1 flacon = 10 cc).
d. Bila ada tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria atau
hipotensi berikan adrenalin 0,5 mg IM, hidrokortisone 100 mg IV.
e. Kalau perlu dilakukan hemodialise.
f. Bila diathese hemorhagi membaik, transfusi komponen
g. Observasi pasien minimal 1 x 24 jam.
Catatan: Jika terjadi syok anafilatik karena ABU (Anti Bisa Ular), ABU harus
dimasukkan secara cepat sambil diberi adrenalin.
2.9 Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit
viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit.
Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat
terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang
lebih kecil, juga gejala sistemik berupa gagal ginjal, shock, koma dan bisa
menyebabkan kematian.
2.11 Terapi
1. Pemberian antibiotik dan diuretika untuk mempertahankan di uresis
2. Pemberian sedase atau analsesit untuk menghilangkan rasa takut cepat
mati/panic
3. Hidrokortison 100 mg/iv
4. Adrenalin 0,2 mg, untuk anak dosis di kurangi, dan pada penyakit jantung
pemberianya harus hati-hati
5. Pemberian serum anti bisa
BAB 3
LAPORAN KASUS
Kasus:
Tn. A 37 tahun masuk ke RS tanggal 5 April 2016 tepatnya ke IGD RSMH
Palembang, sebelumnya Tn A pada pukul 10.00 di gigit ular cobra dibagian
ekstremitas kiri nya sejak 15 menit yang lalu saat bekerja di lading. Tn A
mengeluh sesak nafas dan terasa panas disertai ras nyeri dan badannya kaku
semua, klien juga cemas dengan keadanya sekarang. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik bagian ekstremitas klien ditemukan bekas gigitan luka yang
sudah membengkak, dimana pembengkakan tersebut sudah mengalami perubahan
warna, hasil vital sign klien adalah : S: 36,5OC, TD : 130/80 mmHg, N : 52x/m
RR : 34x/m.
BIODATA
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 37 Th
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl soekarno hatta 21 palembang
Pekerjaan : Tani
Suku : Jawa
Diagnosa : Gigitan ular
Tanggal masuk : 5 April 2016
Tanggal pengkajian : 5 April 2016
No medical recod : 123456
C. Terapi
1. IVFD RL 30 Tpm
2. Novalgin 3 x1 ampul
3. Injeksi SABU 1 ampul
4. Kalnex inj 3x1
5. Terfacef 2x1 gr
3.9 Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS : Klien mengatakan Gigitan ular berbisa yang Nyeri
rasa sakit diseluruh mengandung toksin
persendian tubuh ↓
Merangsang saraf –saraf
DO : seluruh tubuh
- Nampak ↓
pembengkakaan pada Merangsang pegeluaran
luka gigitan ular bradikin, prostaglandin
- Ekspresi wajah ↓
meringis Impuls disampaikan ke
SSP bagian korteks serebri
↓
Thalamus
↓
Nyeri
DS : Klien mengatakan Bisa ular mengandung Pola nafas tidak efektif
sesak napas toksin yang bersifat
neurotoksik
DO : ↓
- RR : 34x/m Merangsang saraf perifer
- Penggunaan otot atau sentral
bantu pernafasan. ↓
Menyebabakan paralise
otot-otot lurik
↓
Kelumpuhan/kelemahan
otot pernafasan
↓
Kompensasi tubuh dengan
cara napas yang dalam dan
cepat
↓
Sesak
↓
Gangguan pola napas
DS : - Gangguan ular berbisa Resiko tinggi infeksi
yang mengandung toksin
DO : ↓
- Tampak luka gigitan Ketidakadekuatan
ular pada tungkai pertahananan tubuh
kaki ↓
- Leukosit 11.000 Resiko infeksi
DS : Klien mengatakan Gigitan ular berbisa Intoleransi aktivitas
badan nya kaku ↓
Toksin masuk tubuh
DO : ↓
- Klien nampak lemah Merangsang saraf-saraf
↓
Kelemahan otot
↓
Intoleransi aktivitas
4.1 Kesimpulan
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak
segera ditangani dapat menyebabkan kematian, korban gigitan ular adalah
pasien yang digigit ular.
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun
yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya yaitu :
pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna, rasa sakit di seluruh
persendian tubuh, mulut terasa kering, pusing, mata berkunang – kunang,
demam, menggigil, efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa
sakit, pinggang terasa pegal akibat dari usaha ginjal membersihkan darah,
reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar/kabur, mengantuk, pingsan, mual
muntah dan diare, rasa sakit atau berat didada dan perut, tanda-tanda tusukan
gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki, sukar bernafas dan berkeringat
banyak, kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.
4.2 Saran
Diharapkan semoga dengan Askep Pada Klien Dengan Gigitan Ular ini
yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat Darurat dapat bermanfaat
bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang
berhubungan dengan gangguan integumen pada klien yang terkena gigtan ular,
Dalam rangka mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka
tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien
yang mengalami gigitan ular. Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami
buat ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat kami butuhkan, baik itu dari teman-teman
ataupun para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Susan Martin Tucker, at al., Standar Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, Edisi V, Volume 2, EGC, Jakarta, 1998.
Joice M. Black, Esther Matassarin Jacobs, Medical Surgical Nursing : Clinical Management
for Contuinity of Care, 5th Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997.
Soeparman, Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
1990
Badan pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup dialam bebas Sartono, 1999,
racun dan keracunan, jakarta: EGC