Professional Documents
Culture Documents
com
BAB I
PENDAHULUAN
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan
degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang
menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi pada
daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan
umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan
diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % .Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi
bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti duduk lama, membungkuk, mengangkat benda yang
berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan. Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang
bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang
transien sepanjang durameter. Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa
nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan.
Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada anulus fibrosus
dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti
oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga dalam anulus fibrosus terbentuk
rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga
mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak
volumemateri nukleus pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga antar vertebrae bertambah
sehingga terjadilah penurunan tekanan intradiskal yang mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembuatan makalah ini ditujukan untuk mengetahui
perjalanan dan proses penyakitnya serta asuhan keperawatan HNP.
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan
Agar kita mampu mengetahui Anatomi Fisiologi, Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Pathway, Manifestasi
klinis, Komplikasi, Penatalaksanaan, Pemeriksaan penunjang, Legal Etik, Dan menegakkan Asuhan
Keperawatan pada penderita Hernia Nukleus Pulposus.
BAB II
KONSEP TEORI
Tulang (belakang) pada batang punggung sepanjang punggung, menghubungkan tengkorak dengan
panggul. Tulang ini melindungi syaraf yang menonjol pada otak dan menjalar kebawah punggung dan ke
seluruh tubuh. tulang belakang tersebut dipisahkan oleh piringan yang berisi bahan yang lembut, seperti
agar-agar, yang menyediakan batalan ke batang tulang belakang. Piringan ini bisa hernia (bergerak keluar
dari tempatnya) atau pecah karena luka berat atau tegangan. Batang tulang belakang dibagi kedalam
beberapa bagian-cervical tulang belakang (leher), thoracic spine (bagian punggung dibelakang dada),
lumbar tulang belakang (punggung bagian bawah), dan sacral tulang belakang (bagian yang dihubungkan
dengan panggul yang tidak bisa bergerak). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang
membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus.
2.2Pengertian HNP
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan
degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang
menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa
sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf ( Smeltzer, 2001).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus yang
terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003).
Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar syaraf
yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik ( Price, 2005).
Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus (lempengan kartilago yang
membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra). (Smeltzer, 2001).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh
vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola
dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner
& Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis
vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif atau trauma yang
ditandai dengan menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang menimbulkan kompresi
saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
2.3Etiologi HNP
2.Spinal stenosis
4.Pembentukan osteophyte
5.Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan
berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.
2.4Patofisiologi HNP
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan airdiskus
berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor danmengalami
hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolusmelalui anulus
dengan menekan akar – akar syaraf spinal.
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara L4 sampai L5, atau L5 sampai S1. Arahherniasi yang
paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbalmiring kebawah sewaktu
berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discusantara L5 dan S1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar proteinyang
berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,menyebabkan ruptur
pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsungpada
diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleuspulposus (HNP).
Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong
ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.
2.5Pathway HNP
Proses degeneratif
HNP
4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi
diikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang
mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, mati rasa, kelayuan, maupun
tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus
pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat,
mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
2.7Komplikasi HNP
2.8Penatalaksanaan HNP
c.Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
2.Pembedahan
a.Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi,
terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus
dan kandung kemih serta foot droop.
1.Laboraturium :
·Daerah rutin
·Cairan cerebrospimal
4.MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi.
5.Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan fisik sebelum
pembedahan.
6.Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
8.Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal
2.10Legal Etik
Tuan P berumur 53 tahun menderita penyakit HNP. Tuan P tersebut mengalami nyeri yang hebat dimana
sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan
adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat tuan Pmengubah posisinya. Walapun
klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun
meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat
disimpulkan bahwa penambahan obat analgesik tidak diperbolehkan oleh dokter diruang tersebut di
karenakan dapat mengakibatkan kerja jantung cepat,gangguan pernafasan(sesak nafas).
b.Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk memberikan penambahan dosis
morphin.
d.Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak diberikan penambahan dosis morphin, klien dan
keluarganya menyalahkan perawat dan apabila keluarga klien kecewa terhadap pelayanan di bangsal
mereka bisa menuntut ke rumah sakit.
a.Penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan
( sesak nafas).
3.Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi tindakan tersebut :
a.Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri. Konsekuensi :
b.Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri. Konsekuensi :
2)Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)
c.Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila diperlukan.
Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu misalnya pada malam hari agar klien
bisa tidur cukup.
Konsekuensi :
1)Risiko mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan ( sesak nafas) sedikit dapat dikurangi
2)Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup beristirahat.
Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang secara legal
dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien dan
keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut. Perawat
membantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu
mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi
mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri,
sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.
d.Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah yang sedang
dihadapi
e.Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
keyakinannya
6.Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing
terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan /
paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya
manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi
efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka
keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
1.Menurut teori mengenai tindakan yang mengakibatkan dua efek yang berbeda, diperbolehkan untuk
menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi penderitaan nyeri klien sekalipun hal tersebut
memiliki efek sekunder (untuk mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan ( sesak nafas) ).
Prinsip kemanfaatan (beneficence) dan tidak merugikan orang lain (non maleficence) dapat
dipertimbangkan dalam kasus ini. Mengurangi rasa nyeri klien merupakan tindakan yang bermanfaat,
namun peningkatan dosis yang mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan(sesak nafas) dapat
dipandang sebagai tindakan yang berbahaya. Tidak melakukan tindakan adekuat untuk mengurangi rasa
nyeri yang dapat membahayakan klien, dan tidak mempercepat kematian klien merupakan tindakan
yang tepat (doing good).
2.Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1Pengkajian Keperawatan
A.IDENTITAS KLIEN
Agama : Islam
Pendidikan : SD
B.RIWAYAT KEPERAWATAN
Pasien kemarin datang ke RSUD dengan keluhan nyeri pada daerah punggung bagian bawah sampai
menjalar ke paha.
S: 6
T: nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat
Keluarga pasien belum tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
C.PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital :
S: 36°C
N: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
BB: 65 Kg
D.PEMERIKSAAN PER-SISTEM
1.Sistem Kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi: sembab(-), pucat(-), oedem periorbital(-), sianosis(-), pembuluh darah mata pecah(-),
konjungtiva tidak pucat.
Leher
Palpasi: arteri carotis komunis (frekuensi : normal, kekuatan: normal, irama : normal).
Dada
2.Sistem Pernafasan
Hidung
Inspeksi: Nafas cuping hidung(-), Secret / ingus(-), epistaksis(-), polip(-), warna mukosa(-), oedem pada
mukosa(-), kebersihan bersih, intak septumnasi(-), deformitas(-), naso faringeal tube(-), pemberian O2:
nasal, masker(-).
Mulut
Inspeksi: mukosa bibir (sianosis (-)), Alat bantu nafas ETT(-), oro faringeal tube(-).
Dada
Perkusi: normal
Auskultasi: normal
3.Sistem Pencernaan
Mulut
Inspeksi: mukosa bibir normal, labio/palatoschiziz(-), gigi normal, Gusi (berdarah(-), lesi/bengkak(-),
edema(-)), Produksi saliva normal, pembesaran kelenjar parotis(-).
Lidah
Inspeksi: Posisi normal, warna dan bentuk normal, simetris normal, kebersihan bersih, warna normal,
gerakan normal, tremor normal, lesi(-).
Faring – Esofagus
Inspeksi: hiperemi(-), warna dan bentuk palatum normal, Tonsil (bentuk, warna dan ukuran) normal.
Abdomen
Kuadran I:
Kuadran II:
Lien àsplenomegali(-)
Kuadran III:
Kuadran IV:
4.Sistem Perkemihan
Anamnesa : inkontinensia urin (ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar dari buli-
buli baik disadari maupun tidak disadari).
Laki-Laki :
Penis
Scrotum
Kandung kemih
Inspeksi: tidak adanya massa/ benjolan, pembesaran kandung kemih dan keteganganya(-)
Palpasi: adanya nyeri tekan(-), teraba massa(-)
Ginjal
Inspeksi: pembesaran daerah pinggang (karena hidronefrosis atau tumor di daerah retroperitoneum)(-).
Palpasi: tidak adanya nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas umbilikus, suhu kulit normal, massa(-).
Warna kulit
Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi (-), icterus (-), kering(-), mengelupas(-), bersisik (di sela-sela jari
kaki/tangan)(-).
Kekuatan otot:
55
33
Fraktur: (-)
Luka: (-)
Lesi: (-)
Kepala
Inspeksi: distribusi rambut normal, ketebalan (-), kerontokan(hirsutisme)(-) alopesia (botak)(-), moon
face(-).
Leher
Genetalia
1.Nervus 1 Olfaktorius :
2.Nervus 2 Optikus :
Pendengaran: Normal
Keseimbangan: Normal
Tingkat kesadaran (kualitas): Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.
8.Sistem Reproduksi
Laki-laki :
Genetalia
Inspeksi : bentuk normal, rambut pubis normal, kebersihan bersih, odema (-), varices(-), benjolan(-),
luka(-)
Palpasi:benjolan(-)
Mata
Inspeksi: Kesimetrisan mata(+), bentuk mata(+), lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna, cairan yang keluar
) normal, Bulu mata (penyebaran, posisi masuk : Enteropion, keluar :ksteropion) normal, produksi air
mata normal, Kornea : Normal berkilau, transparan, Iris dan pupil : warna iris dan ukuran normal, Lensa :
Normal jernih dan transparan, Sclera : warna ( putih).
Palpasi: Teraba lunak, tidak nyeri, palpasi kantong lakrimal(-), pemeriksaan TIO(-).
Hidung
Palpasi:Sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, sfenoidalis) normal, Palpasi fossa kanina ( tidak nyeri),
Pembengkakan (-), Deformitas(-).
Perkusi: pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila palpasi pada keduanya
menimbulkan reaksi hebat (-).
2.2Diagnosa Keperawatan
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Nyeri Akut
DEFINITION:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jarigan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba –
tiba atau lambat dari intensias ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi
dan berlangsung < 6 bulan.
DEFINING CHARACTERISTICS
Laporan isyarat, perilaku berjaga-jaga/ melindungi area nyeri, indikasi nyeri yang bisa diamati, perubahan
posisi untuk menghindari nyeri, fokus pada diri sendiri, melaporkan nyeri secara verbal.
RELATED FACTORS:
ASSESSMENT
Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri pada daerah punggung bawah dan nyeri semakin hari terasa
berat.
T: nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat.
S: 36°C
N: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
BB: 65 Kg
SkalaNyeri: 6
Grimace : (+)
DIAGNOSIS
Client
Diagnostic
Statement:
Nyeri
Related to:
NIC
NOC
INTERVENSI
AKTIVITAS
OUTCOME
INDICATOR
Definisi :
Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien.
1.Pengkajian :
·lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
2.Health Education :
3.Kolaborasi :
·evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
·kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
4.Aktifitas Lain :
·kontrol lingkungan yang dapat mempe ngaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
·tingkatkan istirahat
Definisi :
2.4Implementasi Keperawatan
No. Dx Kep.
Tanggal, Jam
Tindakan
Paraf
a. 1.
05-12-2013
09.00
·melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
·mengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
·mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat analgesik jika keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2.5Evaluasi Keperawatan
Tanggal, Jam
Evaluasi
Paraf
1.
5 Desember 2013,
09.00
S : Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri pada daerah punggung bawah dan nyeri semakin hari
terasa berat.P : Trauma (Mengangkat dan mendorong benda berat), Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk,
sifatnya menetap, R : Nyeri pada bagian punggung bawah sampai menjalar ke paha, T : nyeri hebat ketika
melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat.
O : Suhu : 36°C, Nadi: 80 x/mnt, TD: 120/80 mmHg, RR : 20 x/mnt, BB : 65 Kg, , Skala nyeri : 6
P : Intervensi dilanjutkan
I : melakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan factor presipitasi
R : sudah tercapai
Ttd
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh
vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola
dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner
& Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis
vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis, hernia thorakalis.
Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian
luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang
berulang. Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi
dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana piringan tersebut mengalami herniasi
dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena.
4.2Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dapat memahami dan
mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan apabila mendapati klien hernia
nucleus pulposus di lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ester Monica, 2010, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta :
EGC, 2002
Price, Sylvia Anderson . 2003 . PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGC
Inkandar, Ridho. 2012. Hernia Nukleus Pulposus. [Internet]. Bersumber dari : http://ridho-
iskandar.blogspot.com/2012/03/hernia-nukleus-pulposus.html.
Beranda
Mengenai Saya
Foto Saya
Annisa Sasha
Ikuti
Arsip Blog
Blog Berikut»
Buat Blog
Masuk
2014
Februari