Professional Documents
Culture Documents
Pasien anak M, perempuan, usia 18 bulan, BB 8 kg, datang ke IGD RS dengan keluhan BAB cair selama 3
hari dengan feses mengandung lendir dan berwarna kemerahan. Hari pertama 4 kali, hari kedua 5 kali.
Mual dan muntah rata - rata 3 kali sehari. Setiap BAB anak selalu menangis. Pasien somnolence, tidak
mau minum, nilai GCS E2V3M4, konjungtiva sub anemis, turgor kulit lambat, nadi 108 x/menit, RR 24
x/menit, suhu 37,8° 𝑐, angka leukosit 12.500 𝜇𝑙, HB 10,9 gr/dl, eritrosit 4.650.000 𝜇𝑙, Hematokrit 36,6 %.
Pasien diketahui tinggal di wilayah padat penduduk di tepi kota. Ayah bekerja sebagai buruh pabrik dan
sehari-hari tinggal dalam rumah bersama ayah, ibu, dan empat kakaknya. Pernah masuk rumah sakit 3
bulan lalu karena diare. Riwayat alergi amoksisilin.
LANGKAH 1
Terminologi medis :
Rumusan Masalah :
1. Apa faktor resiko penyebab pasien anak M mengalami keluhan BAB cair dan berwarna
kemerahan serta mengandung lendir (FADILLA)
2. Apa keluhan dan gejala yg dialami oleh anak M ? (WENING)
3. Bagaimana patofisiologi dari kasus ini ? (ELOK)
4. Bagaimana hasil pemeriksaan dari pasien M ? (ZAHRA)
5. Bagaimana terapi apa yang cocok untuk pasien M ? (HANA)
6. Bagaimana assessment yang dapat disimpulkan dari kasus tersebut ? (NINDYA)
7. Bagaimana strategi terapi untuk pasien M ? (ELOK)
8. Bagaimana terapi non farmakologi yang diberikan pada pasien M ?(FADILLA)
9. Bagaimana monitoring & evaluasi yang dilakukan terhadap pasien M ? (ZAENAL), (NINDYA)
10. Bagaimana pertimbangan klinis pemberian terapi ? (MUJI)
11. Bagaimana pelayangn informasi obat yang diberikan untuk keluarga pasien M ? (ZAHRA)
12. Apa saja riwayat pengobatan pasien M ? (WENING)
13. Bagaimana algoritma terapi dari diare anak ? (MUJI)
LANGKAH 3
Brainstorming :
1. Gejala : Selalu menangis, pasien somnolence, tidak mau minum, nilai GCS E2V3M4, konjugtiva
sub anemis, turgor kulitnya lambat, mual, muntah 3 kali sehari, feses mengandung lendir dan
kemerahan, serta cair . (NINDYA)
2. Faktor resiko
- faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi : perilaku bayi, usia, imunitas bayi
(HANA, ELOK)
3. Patofisiologis
Pasien yang tinggal di tepi kota dan padat penduduk dan higienitas dan sanitasi yang
rendah akan memungkinkan bakteri tumbuh dan berkembang di daerah tersebut. Bakteri yang
dapat menimbulkan pasien dengan kondisi tersebut yaitu bakteri Shigella. Bakteri tersebut
dapat mengeluarkan sitotoksik berupa toksin shiga di kolon. Bakteri Shigella melakukan invasi
melalui membrane fasolateral sel epitel usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom
dan menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraseluler menimbulkan reaksi
inflasmasi serta kematian sel epitel. Bakteri Shigella memproduksi toksin shiga yang mampu
menimbulkan kerusakan sel sehingga menyebabkan feses berlendir dan berwarna kemerahan
dari reaksi inflamasi, menyebabkan perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan
fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit meningkat yang menyebabkan feses cair dan
pasien mengalami dfehidrasi. (ZAHRA)
8. Terapi non-farmakologi : Pemberian ASI secara rutin. Apabila ASI tidak keluar, dapat digantikan
oleh cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, dll,Menjaga pola hidup bersih dan sehat,
Mencuci tangan dengan bersih, serta pemberian edukasi ke keluarga pasien, Pemberian zinc,
Pemberian oralit. (MUJI,NINDYA,WENING,ZAHRA)
9. Terapi farmakologi : pemberian antibiotic ciprofloxacin golongan fluoroquinolon dalam sediaan
tablet dengan dosis 15 mg/kgBB 2 x sehari dengan makanan dalam 3 hari.
10. Pertimbangan klinis :
a. Pemberian antibiotic ciprofloxacin untuk membunuh bakteri shigella
b. Oralit, untuk mengganti cairan elektrolit yang kurang pada pasien
c. Zinc, untuk meningkatkan imunitas dan meminimalisisr kekambuhan
d. Melanjutkan ASI, untuk meningkatkan imunitas
e. Ringer Laktat, sebagai penanganan pertama di IGD RS untuk mengganti cairan yang
hilang
(HANA,WENING,NINDYA)
Faktor Resiko
- makanan
- usia
- imunitas bayi
Patofisiologi
Pasien yang tinggal di tepi kota dan padat penduduk dan higienitas dan sanitasi yang rendah akan
memungkinkan bakteri tumbuh dan berkembang di daerah tersebut. Bakteri yang dapat menimbulkan
pasien dengan kondisi tersebut yaitu bakteri Shigella. Bakteri tersebut dapat mengeluarkan sitotoksik
berupa toksin shiga di kolon. Bakteri Shigella melakukan invasi melalui membrane fasolateral sel epitel
usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi
dan multiplikasi intraseluler menimbulkan reaksi inflasmasi serta kematian sel epitel. Bakteri Shigella
memproduksi toksin shiga yang mampu menimbulkan kerusakan sel sehingga menyebabkan feses
berlendir dan berwarna kemerahan dari reaksi inflamasi, menyebabkan perubahan kapasitas usus yang
akhirnya menyebabkan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit meningkat yang menyebabkan
feses cair dan pasien mengalami dehidrasi.
Pasien selalu menangis, pasien somnolence, tidak mau minum, nilai GCS G2V5M4, konjungtiva
sub anemis, turgor kulitnya lambat, mual, muntah 3 x sehari, fese cair, berlendir, dan berwarna
kemerahan.
Hasil Pemeriksaan
3. Pasien alergi terhadap amoksisilin sehingga menghindari penggunaan antibiotic golongan penisilin
Plan (Rekomendasi)
1. Pemberian ASI secara rutin. Apabila ASI tidak keluar, dapat digantikan oleh cairan rumah tangga
seperti air tajin, kuah sayur, dll.
2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat
3. Mencuci tangan dengan bersih, serta pemberian edukasi ke keluarga pasien
4. Pemberian zinc
5. Pemberian oralit
1. Pemberian antibiotik selektif gram negative (ciprofloxacin) untuk membunuh bakteri shigella.
2. Pemberian oralit untuk mengganti cairan elektrolit yang hilang pada pasien.
3. Pemberian zinc selama 10 hari selain untuk menyembuhkan juga untuk meningkatkan imunitas
dan mencegah kekambuhan.
4. Pemberian ASI secara rutin untuk meningkatkan imunitas.
5. Pemberian RL untuk mengatasi dehidrasi berat di IGD.
Evaluasi dan Monitoring
Parameter Hasil
- BAB 4 – 5 x/hari - Frekuensi BAB
berkurang
- Tidak mau minum - Sudah ada keinginan
untuk minum
- Feses cair - Konsistensi feses
kembali normal
Keberhasilan terapi
- Turgor kulit lambat - Turgor kulit kembali
normal
- Konjungtiva sub anemis - Konjungtiva tidak
kelihatan pucat
- Lendir dan darah pada - Tidak ada lender dan
feses darah pada feses
Efek samping obat - -
Interaksi Obat - Interaksi ciprofloxacin - Tidak ada penurunan
dengan zinc dengan efek samping.
penurunan efek Ciprofloxacin diberikan
samping dari 2 jam sebelum atau 6
ciprofloxacin jam setelah pemberian
zinc
Learning Objective
Pasien M
- Perempuan
- Usia 18 bulan
Monitoring &
Evaluasi
Keberhasilan
Interaksi Obat
terapi
P–1
Kelompok : 2 golongan 2
Anggota Kelompok :