Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
SRI SUKATIN
P27822217 030
PRODI D3 KEPERAWATAN
2017-2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekoomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang
rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah
ISPA( Insfeksi Saluran Pernafasan Atas )
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah
kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara
maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.
Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga saat ini salah
satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4kematian yang terjadi. Setiap
anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum : untuk memahami teoritis dan asuhan keperawatan dari penyakit ISPA.
2. Tujuan khusus :
untuk memahami teoritis dari ISPA pada anak( definisi, etiologi, anatomi & fisiologi,
patofisiologi,woc, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan)
Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat(pengkajian,
pemeriksaan fisik, diagnosa, intervensi,) untuk penderita ISPA pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. DEFENISI
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran
atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafasdan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus
Catzel& Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafasdalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418)
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkanoleh
infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai radang parenkim
paru.(Mohamad, 35)
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang me
milki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke struktur lainya
karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi
saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur, meskipun efek pada
satu individu dapat mendominasi penyakit lain.
2. ETIOLOGI
Kebanyakan, infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikoplasma,
kecuali epiglotitis akut. Organisme streotokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang
mampu menyebabkan penyakit faring primer, bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut, sebagian
besar penyakit berasal dari non bakteri. Walaupun ada bayak hal yang tumpang tindih, beberapa
mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom pernafasan tertentu daripada yang lain,
dan agen tertantu mempunyai kecenderungan lebih besar dari pada yang lain untuk menimbulkan
penyakit yang berat. Beberapa virus ( misalnya campak) dapat di hubungkan dengan banyak
sekali variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis
umum yang melibatkan sistem organ lainnya.
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara
lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab
ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem
pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik,
menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian
atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada
bulan-bulan musim dingin.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel
mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi
pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu.
Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak
silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma
imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
5) WOC
6) MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis.
Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia,
mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
menunjukkan adanya penyulit.
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir
dan wheezing. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,hypercapnia dan acydosis (metabolik dan atau respiratorik) Tanda-tanda bahaya
pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan
umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,
stridor, Wheezing
7) PENATALAKSANAAN
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk
kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita
ISPA.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Pengobatan antara lain :
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian
multivitamin dll.
2. Antibiotik :
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin
Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
Penatalaksanaan Medis
Istirahat yang cukup
Minum sedikitnya 2 – 3 liter air sehari, kecuali kalau pada kontra indikasi.
Medikasi : gunakan semprot hidung atau tetes hidung dua atau tiga kali sehari
atau sesuai yang diharuskan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat.
Diberikan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri. (Corwin Eli
Zabeth.J, 2000)
8) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam
menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.
a. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menyebabkan
faringitis.
b. Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh,
dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga
hidung. Dalam tindakan ini mungkin saja pasien mendapat anastesi lokal, tropical atau
umum tergantung pada tempat prosedur dilakukan.
c. Pemeriksaan pencitraan,
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan
dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut
mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk
menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus tumor
9) KOMPLIKASI
SPA (saluran pernafasan akut ) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh
sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjaidi infasi kuman lain, tetapi penyakit ispa yang tidak
mendapatkan pengibatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti :
sinusitis paranosal, penutupan tuba eustachii, laryngitis, tracheitis, bronchitis, dan
brhoncopneumonia dan berlanjut pada kematian karna adanya sepsis yang meluas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PENDERITA ISPA
1) Pengkajian
A. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama,
alamat, dan lain-lain.
B. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
Riwayat penyakit dahulu
biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.
Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau
lesi pada kepala
4. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
5. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan
pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang
keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada
kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan
dalam berbicara.
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing,
apakah ada gangguan dalam pernafasan.
2) Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inspeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
3. Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b/d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun)
3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Peningkatan suhu Suhu tubuh 1. Observasi tanda – 1. Pemantauan tanda
tubuh bd proses normal berkisar tanda vital vital yang teratur
inspeksi antara 36 – 37, 52. Anjurkan pada dapat menentukan
‘C klien/keluarga umtuk perkembangan
melakukan kompres perawatan
dingin ( air biasa) selanjutnya.
pada kepala / axial. 2. Dengan
3. Anjurkan klien untuk menberikan
menggunakan pakaian kompres maka
yang tipis dan yang aakan terjadi proses
dapat menyerap konduksi /
keringat seperti perpindahan panas
terbuat dari katun. dengan bahan
4. Atur sirkulasi udara. perantara.
5. Anjurkan klien untuk3. Proses hilangnya
minum banyak ± 2000 panas akan
– 2500 ml/hr. terhalangi untuk
6. Anjurkan klien pakaian yang tebal
istirahat ditempat dan tidak akan
tidur selama fase menyerap keringat.
febris penyakit. 4. Penyedian udara
7. Kolaborasi dengan bersih.
dokter : 5. Kebutuhan cairan
Dalam pemberian meningkat karena
therapy, obat penguapan tubuh
antimicrobial, meningkat.
antipiretika 6. Tirah baring untuk
mengurangi
metabolism dan
panas.
7. Untuk mengontrol
infeksi pernapasan
Menurunkan panas
2 Ketidakseimbangan
· klien dapat 1. Kaji kebiasaan diet, 1. Berguna untuk
nutrisi kurang dari mencapai BB input-output dan menentukan
kebutuhan b. d yang timbang BB setiap kebutuhan kalori
anoreksia direncanakan hari menyusun tujuan
mengarah 2. Berikan makan porsi berat badan, dan
kepada BB kecil tapi sering dan evaluasi
normal. dalam keadaan hangat keadekuatan
· klien dapat 3. Beriakan oral sering, rencana nutrisi.
mentoleransi diet buang secret berikan 2. Untuk menjamin
yang dianjurkan. wadah husus untuk nutrisi adekuat/
· Tidak sekali pakai dan tisu meningkatkan
menunujukan dan ciptakan kalori total
tanda malnutrisi. lingkungan beersih 3. Nafsu makan dapt
dan menyenamgkan. dirangsang pada
4. Tingkatkan tirai situasi rilek, bersih
baring. dan menyenangkan.
5. Kolaborasi 4. Untuk mengurangi
· Konsul ahli gizi untuk kebutuhahan
memberikan diet metabolic
sesuai kebutuhan 5. Metode makan dan
klien kebutuhan kalori
didasarkan pada
situasi atau
kebutuhan individu
untuk memberikan
nutrisi maksimal.
3 Nyeri akut b.d Nyeri berkurang1. Teliti keluhan nyeri 1. Identifikasi
inflamasi pada / terkontrol ,catat intensitasnya karakteristik nyeri
membran mukosa (dengan skala 0 – 10), & factor yang
faring dan tonsil. factor memperburuk berhubungan
atau meredakan merupakan suatu
lokasimya, lamanya, hal yang amat
dan karakteristiknya. penting untuk
2. Anjurkan klien untuk memilih intervensi
menghindari allergen / yang cocok & untuk
iritan terhadap debu, mengevaluasi ke
bahan kimia, efektifan dari terapi
asap,rokok. Dan yang diberikan.
mengistirahatkan 2. Mengurangi
/meminimalkan bertambah beratnya
berbicara bila suara penyakit.
serak. 3. Peningkatan
3. Anjurkan untuk sirkulasi pada
melakukan kumur air daerah tenggorokan
garam hangat serta mengurangi
4. Kolaborasi nyeri tenggorokan.
Berikan obat sesuai 4. Kortikosteroid
indikasi digunakan untuk
· Steroid oral, iv, & mencegah reaksi
inhalasi alergi /
· analgesik menghambat
pengeluaran
histamine dalam
inflamadi
pernapasan.
Analgesi untuk
mengurangi rasa
nyeri
4 Resiko tinggi tinggi
· tidak terjadi 1. Batasi pengunjung 1. Menurunkan
penularan infeksi penularan sesuai indikasi potensial terpalan
b.d tudak kuatnya · tidak terjadi 2. Jaga keseimbangan pada penyakit
pertahanan komplikasi antara istirahat dan infeksius.
sekunder (adanya aktifitas 2. Menurunkan
infeksi penekanan 3. Tutup mulut dan konsumsi
imun) hidung jika hendak /kebutuhan
bersin, jika ditutup keseimbangan O2
dengan tisu buang dan memperbaiki
segera ketempat pertahanan klien
sampah terhadap infeksi,
4. Tingkatkan daya meningkatkan
tahan tubuh, terutama penyembuhan.
anak usia dibawah 2 3. Mencegah
tahun, lansia dan penyebaran
penderita penyakit pathogen melalui
kronis. Dan konsumsi cairan
vitamin C, A dan 4. Malnutrisi dapat
mineral seng atau anti mempengaruhi
oksidan jika kondisi kesehatan umum
tubuh menurun / dan menurunkan
asupan makanan tahanan terhadap
berkurang infeksi
5. Kolaborasi 5. Dapat diberikan
Pemberian obat sesuai untuk organiasme
hasil kultur khusus yang
teridentifikasi
dengan kultur dan
sensitifitas / atau di
berikan secara
profilatik karena
resiko tinggi
A. Pengkajian ISPA
1. Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status : Belum menikah
Alamat : ds. Wonokarang 03/02 kec. balongbendo
Agama : Islam
Suku / bangsa : Sunda / Indonesia
Tanggal masuk puskesmas : 05 April 2018
Diagnosa medis : ISPA
No.Registrasi : 11200
Nama : Tn. Z
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Alamat : ds. Wonokarang 03/02 kec. balongbendo
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari
disertai dengan demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur
(stridor).
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 5 Februari 2016 Tn. dari An. K mengatakan bahwa
anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam, sakit
tenggorokan, dan adanya suara tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi tidakdisertai
dengan sakit tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.
C. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)
1. Keadaan umum : Lemas
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah :-
b. Respirasi : 20 x/menit
c. Nadi :90 x/menit
d. Suhu : 38 oC
3. Berat badan : 12 Kg
4. Tinggi badan : 72 Cm
a. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor, tidak ada
nyeri tekan.
2. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri tekan. Pupil
mengecil ketika di beri rangsangan cahaya.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu putih.
4. Mulut
Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.
5. Telinga
Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak jam.
6. Leher
Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.
7. Dada / thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor) ketika
sedang tidur.
8. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.
9. Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstremitas
a. Atas
Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.
b. Bawah
Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.
D. Data Psikososial
1) Pengkajian psikologi
a. Status emosional : Gelisah
b. Konsep diri :-
c. Cara berkomunikasi :-
d. Pola interaksi : Baik
2) Pengkajian sosial
a. Hubungan sosial :-
b. Faktor kultursosial :-
c. Pola hidup : Baik
d. Hubungan dengan keluarga : Baik
3) Kebutuhan dasar / pola aktivitas sehari-hari
1. Makan
a. Frekuensi : 3x sehari
b. Porsi : 1 porsi habis
c. Jenis makanan :-
d. Keluhan :-
2. Minum
a. Frekuensi : < 8 botol atau gelas / hari
b. Jenis minuman : air putih dan susu formula
4) Terapi Medis
1) Amoxilin sirup 3x2
2) Glyceryl Guaiacolate 1 x 1 /4
3) Chlorpheniramine Maleate 1 x 1/4
4) Vitamin B Kompleks 1 x 1 /2
5) Paracetamol sirup 3x1
F. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds: Tn dari An. K Pencemaran Udara (asap Batuk, pilek selama 5 hari
mengatakan bahwa klien rokok, asap kendaraan, disertai dengan demam, sakit
mengalami batuk, pilek asap pabrik dll) tenggorokan dan adanya suara
selama 5 hari disertai mengandung virus dan tambahan saat tidur (stridor).
dengan demam, sakit bakteri
tenggorokan, dan adanya
suara tambahan saat tidur
(stridor).
Terhirup oleh hidung
1. Kesimpulan
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-
macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat
ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah
pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan
antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman
penyebab ISPA dapatdideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang
tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba
yang sesuai.
2. Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA).Jakarta. 1992.
Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien
Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
Nelson.vol 2. Asuhan keperawatan pada anak