You are on page 1of 28

10 PENYAKIT TERBANYAK USIA ≤ 5 TAHUN DI PUSKESMAS BALONGBENDO

1. BATUK BUKAN PNEUMONIA


2. DEMAM MUNGKIN BUKAN DBD
3. DEMAM MUNGKIN BUKAN MALARIA
4. DIARE TANPA DEHIDRASI
5. PNEUMONIA
6. DISENTRI
7. OMA
8. DEMAM MUNGKIN DBD
9. DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
10. BGM
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN BATUK
BUKAN PNEUMONIA

OLEH :

SRI SUKATIN

P27822217 030

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

PRODI D3 KEPERAWATAN

2017-2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekoomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang
rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah
ISPA( Insfeksi Saluran Pernafasan Atas )
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah
kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara
maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.
Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga saat ini salah
satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4kematian yang terjadi. Setiap
anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum : untuk memahami teoritis dan asuhan keperawatan dari penyakit ISPA.
2. Tujuan khusus :
 untuk memahami teoritis dari ISPA pada anak( definisi, etiologi, anatomi & fisiologi,
patofisiologi,woc, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan)
 Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat(pengkajian,
pemeriksaan fisik, diagnosa, intervensi,) untuk penderita ISPA pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. DEFENISI
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran
atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafasdan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus
Catzel& Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafasdalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418)
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkanoleh
infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai radang parenkim
paru.(Mohamad, 35)
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang me
milki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke struktur lainya
karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi
saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur, meskipun efek pada
satu individu dapat mendominasi penyakit lain.

2. ETIOLOGI
Kebanyakan, infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikoplasma,
kecuali epiglotitis akut. Organisme streotokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang
mampu menyebabkan penyakit faring primer, bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut, sebagian
besar penyakit berasal dari non bakteri. Walaupun ada bayak hal yang tumpang tindih, beberapa
mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom pernafasan tertentu daripada yang lain,
dan agen tertantu mempunyai kecenderungan lebih besar dari pada yang lain untuk menimbulkan
penyakit yang berat. Beberapa virus ( misalnya campak) dapat di hubungkan dengan banyak
sekali variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis
umum yang melibatkan sistem organ lainnya.
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara
lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab
ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem
pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik,
menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian
atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada
bulan-bulan musim dingin.

3. ANATOMI & FISIOLOGI


Saluran pernapasan dibagi atas dua bagian :
1) Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglotis, yang
berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang dihirup.
a. Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang memuat
kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke rongga hidung. Bagian
hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung
pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk melalui
hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga
hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
b. Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai
dengan esofagus yang terletak di belakang naso faring (di belakang hidung), di belakang
mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).
c. Laring (Tenggorokan)
d. Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian tulang rawan
yang diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
e. Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring ketika orang
sedang menelan
f. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus, segmen
bronkhus, dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan.
g. Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang kurang lebih 9 cm
dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra thorakalis kelima. Trakhea tersebut
tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin.
Trakhea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat
mengeluarkan debu atau benda asing.
h. Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua percabangan yaitu
kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang
memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah; sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari
bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah
bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut sebagai bronkhiolus.
i. Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri di dalam rongga
thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa
lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis, kemudian
juga dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat
pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan bagian tengah
dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk
kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat
elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
j. FISIOLOGI
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan) di dalam tubuh terdapat
tiga tahapan yakni ventilasi, difusi, dan transportasi.
k. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi, di antaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru.
Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Hal lain
yang mempengaruhi proses ventilasi kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai dari
hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi
atau proses penyempitan, dan adanya refleks batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi
adanya proses ventilasi, adanya peran mukus ciliaris yang sebagai penangkal benda asing
yang mengandung interveron dapat mengikat virus.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians (complience) dan recoil yaitu
kemampuan paru untuk berkembang yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di
antaranya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan dan masih ada sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan
gangguan thoraks atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli, surfaktan disekresi saat klien menarik napas, sedangkan recoil
adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar
secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons pun dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan
CO2 dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila
pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
2) Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan
alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya,
di antaranya :
 pertama, luasnya permukaan paru.
 Kedua,tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
 Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat terjadi seperti O2 dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi
dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan
pCO2 dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
 Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb
3) Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke
kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma
(5%), kemudian sebagian menjadi HCO berada pada darah (65%).
Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya curah
jantung (cardiac output) yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut
jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan
volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan oleh keadaan seperti over
load atau beban yang dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pada akhir
diastol, natrium yang paling berperan dalam menentukan besarnya potensi aksi, kalsium
berperan dalam kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses
transportasi adalah kondisi pembuluh darah latihan/olahraga (exercise), hematokrit
(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau HCT/PCV), eritrosit,
dan Hb.(Hidayat A. Aziz Alimul, 2006)
4) PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
 Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
 Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
 Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk.
 Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel
mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi
pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu.
Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak
silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma
imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
5) WOC
6) MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis.
Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia,
mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
menunjukkan adanya penyulit.
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir
dan wheezing. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,hypercapnia dan acydosis (metabolik dan atau respiratorik) Tanda-tanda bahaya
pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan
umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,
stridor, Wheezing
7) PENATALAKSANAAN
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk
kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita
ISPA.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
 Immunisasi.
 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
 Prinsip perawatan ISPA antara lain :
 Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
 Meningkatkan makanan bergizi
 Bila demam beri kompres dan banyak minum
 Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
 Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
 Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Pengobatan antara lain :
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian
multivitamin dll.
2. Antibiotik :
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
 Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin
 Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
 Penatalaksanaan Medis
 Istirahat yang cukup
 Minum sedikitnya 2 – 3 liter air sehari, kecuali kalau pada kontra indikasi.
 Medikasi : gunakan semprot hidung atau tetes hidung dua atau tiga kali sehari
atau sesuai yang diharuskan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat.
 Diberikan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri. (Corwin Eli
Zabeth.J, 2000)
8) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam
menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.
a. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menyebabkan
faringitis.
b. Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh,
dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga
hidung. Dalam tindakan ini mungkin saja pasien mendapat anastesi lokal, tropical atau
umum tergantung pada tempat prosedur dilakukan.
c. Pemeriksaan pencitraan,
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan
dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut
mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk
menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus tumor
9) KOMPLIKASI
SPA (saluran pernafasan akut ) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh
sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjaidi infasi kuman lain, tetapi penyakit ispa yang tidak
mendapatkan pengibatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti :
sinusitis paranosal, penutupan tuba eustachii, laryngitis, tracheitis, bronchitis, dan
brhoncopneumonia dan berlanjut pada kematian karna adanya sepsis yang meluas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PENDERITA ISPA
1) Pengkajian
A. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama,
alamat, dan lain-lain.
B. Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
 Riwayat penyakit dahulu
biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
 Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.
 Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau
lesi pada kepala
4. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
5. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan
pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang
keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada
kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan
dalam berbicara.
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing,
apakah ada gangguan dalam pernafasan.

Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan


a. Inspeksi
 Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
 Tonsil tampak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringan parut dan leher
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung
b. Palpasi
 Adanya demam
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
 Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
 Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
10. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada
abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
11. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada
laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia
minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
12. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri
tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
13. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.

2) Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inspeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
3. Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b/d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun)
3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Peningkatan suhu Suhu tubuh 1. Observasi tanda – 1. Pemantauan tanda
tubuh bd proses normal berkisar tanda vital vital yang teratur
inspeksi antara 36 – 37, 52. Anjurkan pada dapat menentukan
‘C klien/keluarga umtuk perkembangan
melakukan kompres perawatan
dingin ( air biasa) selanjutnya.
pada kepala / axial. 2. Dengan
3. Anjurkan klien untuk menberikan
menggunakan pakaian kompres maka
yang tipis dan yang aakan terjadi proses
dapat menyerap konduksi /
keringat seperti perpindahan panas
terbuat dari katun. dengan bahan
4. Atur sirkulasi udara. perantara.
5. Anjurkan klien untuk3. Proses hilangnya
minum banyak ± 2000 panas akan
– 2500 ml/hr. terhalangi untuk
6. Anjurkan klien pakaian yang tebal
istirahat ditempat dan tidak akan
tidur selama fase menyerap keringat.
febris penyakit. 4. Penyedian udara
7. Kolaborasi dengan bersih.
dokter : 5. Kebutuhan cairan
Dalam pemberian meningkat karena
therapy, obat penguapan tubuh
antimicrobial, meningkat.
antipiretika 6. Tirah baring untuk
mengurangi
metabolism dan
panas.
7. Untuk mengontrol
infeksi pernapasan
Menurunkan panas
2 Ketidakseimbangan
· klien dapat 1. Kaji kebiasaan diet, 1. Berguna untuk
nutrisi kurang dari mencapai BB input-output dan menentukan
kebutuhan b. d yang timbang BB setiap kebutuhan kalori
anoreksia direncanakan hari menyusun tujuan
mengarah 2. Berikan makan porsi berat badan, dan
kepada BB kecil tapi sering dan evaluasi
normal. dalam keadaan hangat keadekuatan
· klien dapat 3. Beriakan oral sering, rencana nutrisi.
mentoleransi diet buang secret berikan 2. Untuk menjamin
yang dianjurkan. wadah husus untuk nutrisi adekuat/
· Tidak sekali pakai dan tisu meningkatkan
menunujukan dan ciptakan kalori total
tanda malnutrisi. lingkungan beersih 3. Nafsu makan dapt
dan menyenamgkan. dirangsang pada
4. Tingkatkan tirai situasi rilek, bersih
baring. dan menyenangkan.
5. Kolaborasi 4. Untuk mengurangi
· Konsul ahli gizi untuk kebutuhahan
memberikan diet metabolic
sesuai kebutuhan 5. Metode makan dan
klien kebutuhan kalori
didasarkan pada
situasi atau
kebutuhan individu
untuk memberikan
nutrisi maksimal.
3 Nyeri akut b.d Nyeri berkurang1. Teliti keluhan nyeri 1. Identifikasi
inflamasi pada / terkontrol ,catat intensitasnya karakteristik nyeri
membran mukosa (dengan skala 0 – 10), & factor yang
faring dan tonsil. factor memperburuk berhubungan
atau meredakan merupakan suatu
lokasimya, lamanya, hal yang amat
dan karakteristiknya. penting untuk
2. Anjurkan klien untuk memilih intervensi
menghindari allergen / yang cocok & untuk
iritan terhadap debu, mengevaluasi ke
bahan kimia, efektifan dari terapi
asap,rokok. Dan yang diberikan.
mengistirahatkan 2. Mengurangi
/meminimalkan bertambah beratnya
berbicara bila suara penyakit.
serak. 3. Peningkatan
3. Anjurkan untuk sirkulasi pada
melakukan kumur air daerah tenggorokan
garam hangat serta mengurangi
4. Kolaborasi nyeri tenggorokan.
Berikan obat sesuai 4. Kortikosteroid
indikasi digunakan untuk
· Steroid oral, iv, & mencegah reaksi
inhalasi alergi /
· analgesik menghambat
pengeluaran
histamine dalam
inflamadi
pernapasan.
Analgesi untuk
mengurangi rasa
nyeri
4 Resiko tinggi tinggi
· tidak terjadi 1. Batasi pengunjung 1. Menurunkan
penularan infeksi penularan sesuai indikasi potensial terpalan
b.d tudak kuatnya · tidak terjadi 2. Jaga keseimbangan pada penyakit
pertahanan komplikasi antara istirahat dan infeksius.
sekunder (adanya aktifitas 2. Menurunkan
infeksi penekanan 3. Tutup mulut dan konsumsi
imun) hidung jika hendak /kebutuhan
bersin, jika ditutup keseimbangan O2
dengan tisu buang dan memperbaiki
segera ketempat pertahanan klien
sampah terhadap infeksi,
4. Tingkatkan daya meningkatkan
tahan tubuh, terutama penyembuhan.
anak usia dibawah 2 3. Mencegah
tahun, lansia dan penyebaran
penderita penyakit pathogen melalui
kronis. Dan konsumsi cairan
vitamin C, A dan 4. Malnutrisi dapat
mineral seng atau anti mempengaruhi
oksidan jika kondisi kesehatan umum
tubuh menurun / dan menurunkan
asupan makanan tahanan terhadap
berkurang infeksi
5. Kolaborasi 5. Dapat diberikan
Pemberian obat sesuai untuk organiasme
hasil kultur khusus yang
teridentifikasi
dengan kultur dan
sensitifitas / atau di
berikan secara
profilatik karena
resiko tinggi
A. Pengkajian ISPA

1. Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status : Belum menikah
Alamat : ds. Wonokarang 03/02 kec. balongbendo
Agama : Islam
Suku / bangsa : Sunda / Indonesia
Tanggal masuk puskesmas : 05 April 2018
Diagnosa medis : ISPA
No.Registrasi : 11200

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. Z
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Alamat : ds. Wonokarang 03/02 kec. balongbendo

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari
disertai dengan demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur
(stridor).
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 5 Februari 2016 Tn. dari An. K mengatakan bahwa
anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam, sakit
tenggorokan, dan adanya suara tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi tidakdisertai
dengan sakit tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.
C. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)
1. Keadaan umum : Lemas
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah :-
b. Respirasi : 20 x/menit
c. Nadi :90 x/menit
d. Suhu : 38 oC
3. Berat badan : 12 Kg
4. Tinggi badan : 72 Cm
a. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor, tidak ada
nyeri tekan.
2. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri tekan. Pupil
mengecil ketika di beri rangsangan cahaya.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu putih.
4. Mulut
Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.
5. Telinga
Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak jam.
6. Leher
Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.
7. Dada / thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor) ketika
sedang tidur.
8. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.
9. Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstremitas
a. Atas
Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.
b. Bawah
Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.
D. Data Psikososial
1) Pengkajian psikologi
a. Status emosional : Gelisah
b. Konsep diri :-
c. Cara berkomunikasi :-
d. Pola interaksi : Baik
2) Pengkajian sosial
a. Hubungan sosial :-
b. Faktor kultursosial :-
c. Pola hidup : Baik
d. Hubungan dengan keluarga : Baik
3) Kebutuhan dasar / pola aktivitas sehari-hari
1. Makan
a. Frekuensi : 3x sehari
b. Porsi : 1 porsi habis
c. Jenis makanan :-
d. Keluhan :-
2. Minum
a. Frekuensi : < 8 botol atau gelas / hari
b. Jenis minuman : air putih dan susu formula
4) Terapi Medis
1) Amoxilin sirup 3x2
2) Glyceryl Guaiacolate 1 x 1 /4
3) Chlorpheniramine Maleate 1 x 1/4
4) Vitamin B Kompleks 1 x 1 /2
5) Paracetamol sirup 3x1

E. Tentang Keluarga Pasien


a. Tipe keluarga
Keluarga Tn. Z termasuk tipe keluarga sederhana yaitu didalam satu rumah terdapat 4
orang yang terdiri dari Tn. Z (Ayah), Ny. I (Ibu), An. B (Anak ke 1) dan An. R (Anak ke
2 ).
b. Suku bangsa
Bahasa yang digunakan Tn. Z adalah bahasa sunda karena berasal dari Jawa Barat. Dalam
keluarga tidak ada pantangan makanan apapun.
c. Agama
Keluarga Tn. Z beragama Islam dan taat menjalankan shalat 5 waktu biasanya dilakukan
dirumah dan sering membaca Al-Quran.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. Z yang bekerja sebagai
wiraswasta. Ny. I membantu pekerjaan rumah.
e. Aktifitas keluarga
Keluarga menjalankan aktifitas masing-masing seperti Tn. Z sibuk mencari nafkah, Ny. I
membantu pekerjaan rumah, sedangkan dua orang anaknya sibuk sekolah.

F. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds: Tn dari An. K Pencemaran Udara (asap Batuk, pilek selama 5 hari
mengatakan bahwa klien rokok, asap kendaraan, disertai dengan demam, sakit
mengalami batuk, pilek asap pabrik dll) tenggorokan dan adanya suara
selama 5 hari disertai mengandung virus dan tambahan saat tidur (stridor).
dengan demam, sakit bakteri
tenggorokan, dan adanya
suara tambahan saat tidur
(stridor).
Terhirup oleh hidung

Virus / bakteri jenis


Streptococcus dan
Micsovirus, merusak
lapisan epitel dan lapisan
mukosa

Anak menjadi lemas dan


terdapat gangguan sistem
pernafasan
Do: Klien terlihat lemas
dan gelisah

G. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah


Klien batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, dan adanya suara tambahan saat tidur (stridor).
Berhubungan dengan saluran pernapasan atas.
H
. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama : An. R
Dx Medis : ISPA
No. Reg : 2067
No Diagnosa Tujuan Perencanaan Implementasi Evaluasi Paraf
Intervensi Rasional
1 Batuk Tujuan panjang: Lakukan Dengan Melakukan S: Klien mengatakan batuk masih ada Putri Rena Sari
berhubungan Dalam waktu 3x24 pemberian pemberian pemberian posisi O: -Klien masih terlihat batuk
dengan jam batuk klien hilang posisi yang posisi yang yang nyaman -Skala 3
terjadinya dengan kriteria: nyaman nyaman usaha A: Masalah klien belum teratasi
penyempitan -Batuk klien hilang nafas akan P: Intervensi dilanjutkan
pada saluran -Skala 0 kembali normal
pernafasan sekaligus dapat
DS: Tn dari mengeluarkan
An. K Tujuan pendek: Dalam sputum dengan
mengatakan waktu 8 jam batuk mudah dan Memberikan S: Klien mengatakan batuk berkurang
batuk selama klien meningkatnya therapy O: Skala 2
5 hari berkurang dengan suplai oksigen obat Glyceryl A: Masalah klien teratasi sebagian
DO: Klien kriteria: ke paru-paru Guaiacolate P: Intervensi dilanjutkan
terlihat batuk -Klien terlihat tenang 1 x 1/4
berulang- -Skala 2 Berikan therapy Dengan
ulang obat Glyceryl memberikan
-Skala nyeri Guaiacolate therapy obat
3 dari 0-5 1 x 1/4 batuk klien
berkurang
ataupun hilang
2 Pilek Tujuan panjang: Lakukan Dengan Melakukan S: Klien mengatakan pilek berkurang
berhubungan Dalam waktu 3x24 pemberian pemberian pemberian posisi sedikit Putri Rena Sari
dengan jam pilek klien hilang posisi yang posisi yang yang nyaman O: -Klien terlihat sedikit nyaman
masuknya dengan kriteria: nyaman nyaman -Skala 1
bakteri pada -Klien tidak terciptanya jalan A: Masalah klien teratasi sebagian
saluran menghirup udara ke nafas yang P: Intervensi dilanjutkan
pernafasan hidung secara bersih dan
DS: Tn dari berulang-ulang dan patent,
An. K cepat dengan adanya meningkatnya
mengatakan suara tambahan pengeluaran
pilek selama -Skala 0 sekret
5 hari
DO: Klien
terlihat
menghirup
udara ke
hidung Tujuan pendek: Dalam
secara waktu 8 jam pilek
berulang- klien berkurang
ulang dan dengan kriteria:
cepat dengan -Klien terlihat nyaman
adanya suara -Skala 2
tambahan Berikan therapy Dengan Memberikan S: Klien mengatakan pilek berkurang
-Skala 2 dari obat memberikan therapy obat O: Skala 1
0-5 Chlorphenirami therapy obat Chlorpheniramine A: Masalah klien teratasi sebagian
ne Maleate 1 diharapkan pilek Maleate 1 P: Intervensi dilanjutkan
x 1/4 klien berkurang x 1/4
atau hilang
3 Demam Tujuan panjang: Lakukan Dengan Melakukan S: Klien mengatakan demam Putri Rena Sari
berhubungan Dalam waktu 3x24 kompres daerah kompres kompres daerah berkurang
dengan jam demam klien frontal diharapkan frontal O: Klien terlihat tenang
proses hilang dengan kriteria: demam klien A: Masalah klien teratasi sebagian
infeksi atau Klien tidak gelisah hilang P: Intervensi dilanjutkan
inflamasi
DS: Tn dari Tujuan pendek: Dalam
An. K waktu 8 jam demam
mengatakan klien berkurang
demam dengan krtiteria:
DO: Klien Klien terlihat tenang
terlihat
gelisah Berikan therapy Dengan Memberikan S: Klien mengatakan demam
obat memberikan therapy obat berkurang
Paracetamol therapy obat Paracetamol sirup O: Klien terlihat tenang
sirup 3x1 demam klien 3x1 A: Masalah klien teratasi sebagian
hilang P: Intervensi dilanjutkan
4 Sakit Tujuan panjang: Lakukan therapy Dengan Melakukan therapy S: Klien mengatakan sakit
tenggorokan Dalam waktu 3x24 pijat daerah dilakukan pijat daerah leher tenggorokan masih ada Putri Rena Sari
berhubungan jam sakit tenggorokan leher therapy pijat O: Klien masih terlihat memegang
dengan virus hilang dengan kriteria: diharapkan sakit tenggorokan
atau bakteri -Klien tidak tenggorokan A: Masalah klien belum teratasi
sterptokokus memegang berkurang P: Intervensi dilanjutkan
atau disebut tenggorokan
dengan strep
throat yang Tujuan pendek: Dalam
menyerang waktu 8 jam sakit Dengan
tenggorokan tenggorokan klien Berikan memberikan Memberikan S: Klien mengatakan sakit
DS: Tn dari berkurang dengan therapy obat therapy obat therapy obat tenggorokan dan suara stridor hilang
An. K kriteria: Amoxilin diharapkan sakit Amoxilin sirup 3x2 O: Klien terlihat nyaman
mengatakan Klien terlihat nyaman sirup 3 x 2 dan tenggorokan dan Vitamin B A: Masalah klien teratasi
sakit Vitamin B klien hilang dan Kompleks P: Intervensi dilanjutkan di rumah
tenggorokan Kompleks 1 suara stridorpun 1x1/2
dan adanya x1/2 hilang
suara
tambahan
saat tidur
(stridor)
DO: Klien
terlihat
memegang
tenggorokan
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-
macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat
ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah
pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan
antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman
penyebab ISPA dapatdideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang
tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba
yang sesuai.
2. Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA).Jakarta. 1992.
Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien
Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
Nelson.vol 2. Asuhan keperawatan pada anak

You might also like