You are on page 1of 37

Mosi : Pentingnya Pendidikan mengenai sex pada kurikulum sekarang ini

Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang
adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara
biologis.
Orang pasti akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan
mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype
dengan pendidikan seks (sex education) seolah sebagai suatu hal yang vulgar.

Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar.
Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual,
hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang
kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari
pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi.
Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi
basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon.
Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex
education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja,
baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex
education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja
Ada beberapa hal mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja, diantaranya yaitu:

• Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja

• Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas

• Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya

• Memahami masalah-masalah seksualitas remaja

• Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas

Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks sangat penting bagi remaja. Faktor
pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education,
sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga
dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan
anatomi reproduksinya.

Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di
lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang
menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi
pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang
sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan
yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Ada beberapa pendapat yang bilang, ”sex education” memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di
sekolah menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Pendidikan Seks ”Sex education”
sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu
menghindari dampak-dampak negatif lainnya.
Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pendidikan seks karena banyak kasus pergaulan
bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita berbicara tentang pergaulan bebas, hal ini
sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas
remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari
faktor perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat. Yang
terpenting adalah bagaimana kita mampu memberikan pendidikan seks kepada generasi muda.

Tidak tepat lagi jika membayangkan seks bebas itu hanya ada di negara-negara barat. Itu dulu.
Seks bebas, pornografi dan prilaku seks menyimpang telah ada dalam lingkungan terdekat kita
sekalipun. Coba perhatikan beberapa data berikut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komite
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Oktober 2013
memaparkan bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar
nikah . 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami hamil di luar nikah juga berasal dari
kelompok usia remaja dan 21% diantaranya pernah melakukan aborsi. Lalu pada kasus terinfeksi
HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak 10.203 kasus, 30% penderitanya berusia remaja. Itu tiga tahun
yang lalu, sekarang angkanya tentu lebih tinggi lagi.

Kemudian terkait pornografi, Ketua Gerakan Jangan Bugil Depan Kamera (JBDK) Peri Umar
Faruk seperti ditulis Kompas.com, menyebutkan bahwa berdasarkan hasil survei yang dilakukan
selama 2010, masyarakat Indonesia berada pada urutan keempat di dunia yang suka membuka
internet untuk situs pornografi. Pada tahun 2008 dan 2009, Indonesia berada pada urutan ketiga
setelah Vietnam, Kroasia, dan beberapa negara Eropa lainnya. Sekarang masyarakat Indonesia
berada di peringkat pertama dalam hal membuka situs pornografi.
BLOG TERKAIT
 Mengkritisi Arah Pendidikan Kita
 Insentif dan Sertifikasi Guru Honorer di Makassar
 Sarjana Pendidikan di Era Sertifikasi
 Bergesernya Kekuatan Mahasiswa pada Elit Politik?
 UIN Malang: Padukan Tradisi Pesantren dan Perguruan Tinggi

Akibatnya, penderita HIV/aids di Indonesia pun meningkat. Sejak ditemukan pertama kali
pada tahun 1987, jumlah penderita HIV/aids bertambah dari tahun ke tahun. Menurut data Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional menunjukan, tahun 1987 jumlah penderita AIDS di Indonesia
masih lima kasus. Dalam rentang waktu 10 tahun, hanya bertambah menjadi 44 kasus. Tetapi sejak
2007, kasus AIDS tiba-tiba melonjak menjadi 2.947 kasus dan periode Juni 2009 meningkat hingga
delapan kali lipat, menjadi 17.699 kasus. Dari jumlah tersebut, yang meninggal dunia mencapai
3.586 orang. Tahun 2010 jumlah meningkat menjadi 21.591, tahun 2011 menjadi 21.031, tahun
2012 berjumlah 21.511, dan pada tahun 2013 menjadi 29.037. (http://www.kemenpppa.go.id)

Fakta di atas membuat para orang tua merasa waswas dan takut. Ancaman menghadang
pada anak-anak mereka. Ancaman berupa seks bebas, penyakit seks, kekerasan seksual serta
pornografi nyata ada di depan mata. Apa cukup sekadar merasa takut? Tentu tidak. Harus ada
upaya dan usah nyata dalam membentengi anak dari bahaya ancaman seperti disebutkan. Dan
saya melihat pendidikan seks adalah salah satu upaya yang kudu dilakukan. Walau diakui, kaitan
dengan hal ini para pakar pendidikan masih berselisih pendapat. Sebab, ada sebagian yang
bersikukuh bahwa hal itu tak diperlukan apalagi jika dimasukan dalam kurikulum pendidikan.

Pendidikan Seks

Dr. A. Nasih Ulwan dalam (2008) mendefinisikan Pendidikan seks sebagai upaya pengajaran
penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia
mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan, sehingga jika
anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah mengetahui masalah-
masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerap kan tingkah laku islami sebagai
akhlaq, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-cara hedonistic.

Kapan pendidikan seks itu dimulai? Menurut Pakar Pendidikan Indonesia, Munif Chatib dalam
sebuah seminar dan peluncuran buku Menikah Itu Ibadah di Gramedia Cirebon belum lama (12/2),
pendidikan seks itu harus dilakukan sejak dini. Penulis buku Gurunya Manusia itu menyebutkan ada
tiga pola dalam pendidikan seks. Pertama, memberi informasi yang dibutuhkan secara benar dan
tepat. Anak sebaiknya memperoleh informasi dari orang tuannya sendiri prihal seks. Orang tua tak
boleh menutup-nutupi. Informasi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan anak. Informasi atau ilmu terkait seks akan menjadi bekal anak dalam berprilaku.
Informasi yang diperoleh dari luar beresiko terselewengkan. Dan pastinya, orang tua tak dapat
mengontrolnya.

Kedua, menjawab pertanyaan anak tentang seks. Ada sebagian dari kita yang tak mau menjawab
pertanyaan anak terkait seks. Alasanya, karena hal itu tabu dibicarakan. Tak pantas membahasnya,
apalagi dengan anak. Padahal pertanyaan itu muncul secara alami. Pertanyaan tersebut didorong
oleh naluri (baca:fitrah) dan rasa ingin tahu yang ada pada setiap anak. Kalau pun menjawab, orang
tua terkesan menghindar dari jawaban sesungguhnya. Saat orang tua tak menjawab dikhawatirkan
anak mencari jawaban secara liar. Ini berbahaya. Sebab itu, jadilah teman diskusi bagi anak anda
tentang apa saja, termasuk terkait prilaku seks.

Ketiga, terkait prilaku. Prilaku seks sehat kudu diajarkan ke anak. Selain itu, orang tua diminta
memberikan teladan dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Hubungan laki-laki- perempuan antara
sesama anggota keluarga wajib dibangun secara sehat. Keteladanan sangat penting. Anak
sebaiknya didik sejak dini bagaimana kehidupan seks secara sehat misalnya dengan memisahkan
mereka (laki-perempuan) saat tidur.

Menyesuaikan Usia

Ketiga pola di atas dilakukan sesuai perkembangan dan usia anak-anak. Menyampaikan
informasi, menjawab pertanyaan dan mendidik prilaku seks sehat harus mengikuti usia sang anak.
Fase anak terbagi menjadi masa anak-anak, masa menjelang baligh, masa remaja atau masa
dewasa. Di sini, orang tua dituntut mengerti materi apa yang disampaikan dan kapan
menyampaikannya.

Pada usia anak-anak informasi yang dibutuhkan masih sebatas nama-nama anggota tubuh
beserta fungsinya. Kemudian anggota tubuh yang tak boleh disentuh oleh orang lain. Menjelang
baligh, mereka mulai dikenalkan fisik lawan jenis. Diajarkan pengetahuan agama terkait kewajiban
menurut aurat misalnya. Dan pada masa remaja mereka sebaiknya sudah mulai mengerti hal-hal
terkait reproduksi.

Demikian dengan menjawab pertanyaan, orang tua sepantasnya menyesuaikan usia anak.
Pada anak kecil berilah jawaban secara global, secara umum. Sedangkan pada mereka yang
menjelang baligh berilah jawaban yang lebih rinci. Baru setelah dewasa atau menjadi remaja anak
berhak mengetahuinya secara mendetail prihal seksualitas. Saat itu, orang tua sebaiknya menjadi
sahabat sejati anak-anaknya. Mereka menjadi tempat curhat, teman diskusi bagi para remaja. Pada
usia ini, anak mulai bertanya soal pernikahan, menilai pasangan dan lainnya.

Pendidikan terkait prilaku juga sama, harus disesuaikan usia anak kita. Pada masa anak-
anak orang tua menamkan rasa malu. Mereka dilatih untuk menutup kamar mandi, berganti pakaian
dalam kamar. Untuk keamanan mereka, perlu dilatih berteriak saat anggota tubuh vital seperti
kelamin disentuh oleh orang lain apalagi yang tak dikenal. Menjelang dewasa, kamar mereka (laki-
perempuan) dipisah. Laki-perempuan tak boleh tidur bersama. Berteman dengan lawan jenis
diarahkan pada pergaulan yang sehat. Kemudian saat dewasa, orang tua wajib membatasi
pergaulan dengan lawan jenis. Tanamkan bahwa masa remaja sebaiknya digunakan pada hal-hal
bermanfaat.

Akhir kata, pendidikan seks memang penting. Pendidikan seks dilakukan sejak dini. Dalam
mendidik seks, orang tua juga guru di sekolah wajib menyesuaikan dengan perkembangan dan usia
anak. Sehingga mereka matang sesuai dengan perkembangan dan usianya. Jika hal itu dilakukan,
harapanya ancaman dan rasa takut orang tua akan hilang. Dan anak-anak kita menjalani hidup
secara sehat.

Mosi : Larangan mantan terpidana korupsi menduduki jabatan pemerintahan


Sebelum memasuki bangunan argumentasi izinkan saya sebagai pembicara pertama memberikan latar
belakang, dan Batasan agar terlihat scope perdebatan kali ini dan dapat menjadikan perdebatan kali ini
berjalan secara objective dan komprehensif. Maraknya kasus korupsi yang dilakukan pada saat ini yang
biasanya dilakukan oleh para pejabat public, yang menyalah gunakan kekuasaan, fenomena itu telah
menunjukkan telah terjadi penghianatan terhadap amanat rakyat. Dengan hadir nya peristiwa tersebut
telah menimbulkan upaya progressive dari Lembaga komisi pemberantasan korupsi dalam melakukan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi dengan cara yaitu penuntutan terhadap hak politik dari
pelaku tindak pidana korupsi. Batasan pada mosi perdebatan kali ini yakni apakah seorang pelaku tindak
korupsi masih pantas untuk menduduki jabatan pemerintahan? Kami sebagai tim pro menyatakan
larangan terhadap pelaku tindak pidana korupsi untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pernyataan ini
akan diperkuat dan dielaborasi secara lebih mendalam oleh pembicara kedua dan pembicara ketiga
sekian dan terimakasih

Kontra : Larangan tindak pidana korupsi menduduki jabatan pemerintahan

Profesor bagirmanan mengatakan bahwasanya dalam negara demokrasi under the role of law kita tidak
mengenal konsep the end justify the means. Artinya dewan juri yang terhormat, tujuan mulia apapun
terkait pemberantasan tindak pidana korupsi tidak lantas dapat dibenarkan ketika ia melanggar hak
asasi manusia dan melanggar prinsip-prinsip hukum itu sendiri. Assalamualaikum wrwb

Dewan juri yang terhormat, saudara-saudaraku tim pro dan para hadirin dalam ruangan ini. Kami dari
tim kontra menyatakan bahwa kami tidak setuju mengenai mosi perdebatan kali ini yakni larangan
mantan terpidana korupsi menduduki jabatan pemerintahan. Hal ini kami landasi dengan 2 argumentasi
utama. Yang pertama ini menciderai prinsip penghormatan terhadap hak asasi manusia dan yang kedua
ini tidak selaras dengan tujuan pemindanaan itu sendiri

Pro : Penyalahgunaan sosial media membuat kriminalitas Indonesia meningkat

Jumlah tindak kriminal yang melibatkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mengalami
peningkatan sekitar 8 kali lipat dalam empat tahun terakhir.

Menurut data statistik terbaru yang dikeluarkan Freedom of Information Act Kepolisian Inggris, pada
tahun 2012 ada sekitar 653 orang yang didakwa dari 4.908 pelanggaran yang dilaporkan ke
kepolisian di Inggris Raya, Skotlandia dan Wales

Beberapa pelanggaran yang dimaksud tidak hanya postingan pesan bernada kasar dan
mengancam, namun juga serangan kekerasan yang dilakukan secara nyata yang dipicu oleh
beberapa postingan online.

Meningkatnya penggunaan jejaring sosial menimbulkan manfaat diiringi dengan


penyalahgunaan jejaring sosial tersebut. Berikut adalah beberapa fakta nyata
penyalahgunaan jejaring sosial salah satunya pada Facebook:
Kasus pelarian seorang remaja berumur 14 tahun bernama Marietha Novatriani di Sidoarjo,
Surabaya. Remaja ini dilaporkan hilang dan diduga dibawa teman yang baru dikenalnya di
Facebook. Diduga kuat pelakunya bernama Arie Power, temannya di Facebook.
Kasus Ibnu Rachal Farhansyah di Bali (16 Maret 2010), yang memperbaharui status
Facebook dengan kata-kata yang mengandung SARA. Hal ini mengundang kontroversi
sehingga Ibnu masuk dalam daftar pencarian orang yang dicari oleh kepolisian Bali dan
dikecam oleh masyarakat Bali.
Penyebab Remaja Sering Menyalahgunakan Jejaring sosial

Menurut kami, remaja sering menyalahgunakan jejaring sosial karena:


1. Kondisi Psikologis Labil
Remaja adalah saat diantara masa anak-anak dan dewasa. Sehingga kondisi psikologisnya
sering labil.
2. Ingin Mencurahkan Isi Hati
Karena kondisi psikologisnya labil, maka seringkali mencurahkan isi hatinya di jejaring
sosial supaya orang lain tahu isi hatinya. Namun, jika menggunakan ungkapan yang buruk,
maka akan menjadi masalah yang lain.

3. Kondisi lingkungan yang kurang memperhatikannya


Misalnya kasih sayang yang kurang dari kedua orangtuanya, atau kondisi lingkungan
tempat tinggal yang kurang peduli dengannya.
4. Ingin mengekspresikan diri
Menurut survey kami, ada beberapa siswa yang sebenarnya terlihat pendiam, namun di
jejaring sosial ia selalu terlihat ekspresif. Bahkan, hal itu dilarang. Karena ia tak
mencerminkan dirinya yang sebenarnya.
5. Coba-coba
Seringkali remaja membuka situs web di jejaring sosial karena coba-coba. Misalnya sebuah
iklan di sebuah situs web. Namun, dapat menjadi kebiasaan yang buruk.

2.5 Dampak Negatif dan Positif Jejaring Sosial


“Pada kenyataannya, didapatkan fakta dari Komnas Perlindungan Anak (2010) bahwa
sekitar 53% pemakai situs jejaring sosial di Indonesia adalah remaja berusia kurang dari 18
tahun. Hal ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari pemerintah dan setiap orang
dewasa, karena umumnya banyak terjadi dampak-dampak negatif karena penggunaan
situs jejaring sosial.” (http://vivanews.com)
Berikut adalah dampak negatif yang timbul akibat pengguaan jejaring sosial:

 Kecanduan
 Lupa waktu
 Bisa terperangkap dalam kejahatan internet
 Berkurangnya perhatian terhadap keluarga
 Tergantikannya kehidupan sosial
 Tersebarnya data penting yang tidak semestinya
 Pornografi
 Pemanfaatan untuk kegiatan negatif
 Kurangnya sosialisasi dengan lingkungan
 Membuat prestasi pelajar semakin menurun
 Tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumtif
 Adapun Perundang-undangan yang mengatur penggunaan jejaring sosial
Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesatnya haruslah diantisipasi
dengan hukum yang mengaturnya dimana kepolisian merupakan lembaga aparat
penegak hukum yang memegang peranan penting didalam penegakan hukum,
sebab tanpa adanya hukum yang mengatur dan lembaga yang menegakkan maka
dapat menimbulkan kekacauan didalam perkembangannya. Dampak negative
tersebut menimbulkan suatu kejahatan yang dikenal dengan nama “CYBERCRIME”
yang tentunya harus diantisipasi dan ditanggulangi.
Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat Internet, Undang-Undang
yang diharapkan (ius konstituendum) adalah perangkat hukum yang akomodatif
terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan, termasuk dampak
negatif penyalahgunaan Internet dengan berbagai motivasi yang dapat menimbulkan
korban-korban seperti kerugian materi dan non materi. Saat ini, Indonesia belum
memiliki Undang-Undang khusus/cyber law yang mengatur mengenai cybercrime
walaupun rancangan undang-undang tersebut sudah ada sejak tahun 2000 dan
revisi terakhir dari rancangan undang-undang tindak pidana di bidang teknologi
informasi sejak tahun 2004 sudah dikirimkan ke Sekretariat Negara RI oleh
Departemen Komunikasi dan Informasi serta dikirimkan ke DPR namun
dikembalikan kembali ke Departemen Komunikasi dan Informasi untuk diperbaiki.
Tetapi, terdapat beberapa hukum positif lain yang berlaku umum dan dapat
dikenakan bagi para pelaku cybercrime terutama untuk kasus-kasus yang
menggunakan komputer sebagai sarana, antara lain:
Contoh Pelanggaran UU-ITE [pasal 30 (3)]
Contoh Cyber-Crime Indonesia berdasarkan pasal 30 [3] UU-11-2008 dengan
ancaman pidana maksimum 8 tahun denda maksimum Rp.800juta – pasal 46 [3].
Pasal 30
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk
memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
 3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar,
menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.
Pasal 46
1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
JENIS JENIS PELANGGARAN DUNIA MAYA (DEFKOMINFO)
1. Padang ( Berita ) : Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) menetapkan
tiga jenis pelanggaran hukum yang terjadi dalam memanfaatkan sistim komunikasi
teknologi informasi atau dikenal dengan istilah kejahatan di “dunia maya”.
2. Jenis pelanggaran itu diatur dan ditentukan sanksi hukumnya dalam RUU Informasi dan
transaksi elektronik (ITE) yang akan disahkan DPR-RI, kata Dirjen Aplikasi Telematika,
Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) RI, Ir Cahyana Ahmadjayadi dalam
penjelasan tertulis di Padang, Rabu (30/05).
3. Hal itu disampaikannya terkait pembahasan RUU ITE yang tengah dilakukan DPR-RI
dan kini dalam tahap sosialisasi kepada publik dengan melibatkan pemerintah (Departemen
Komunikasi dan Informasi RI).
4. Kejahatan itu meliputi, pelanggaran isi situs web, pelanggaran dalam perdagangan
secara elektronik dan pelanggaran bentuk lain.
5. Kejahatan isi situs web terdiri dari pornografi dan pelanggaran hak cipta, ujarnya.
6. Pornografi merupakan pelanggaran paling banyak terjadi di “dunia maya” dengan
menampilkan foto, cerita atau gambar bergerak yang pemuatannya selalu berlindung
dibalik hak kebebasan berpendapat dan berserikat.
7. Alasan ini, sering digunakan di Indonesia oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pornografi
itu, sehingga situs-situs porno tumbuh subur karena mudah diakses melalui internet.
8. Sementara itu, pelanggaran hak cipta sering terjadi baik pada situs web pribadi,
komersial maupun akademisi berupa, memberikan fasilitas download gratis baik foto, lagu,
softwere, film dan karya tulis dilindungi hak ciptanya.
9. Selain itu, menampilkan gambar-gambar dilindungi hak cipta untuk latar belakang atau
hiasan “web pages” dan merekayasa gambar atau foto orang lain tanpa izin, seperti banyak
terjadi pada situs-situs porno.
10. Selanjutnya, kejahatan dalam perdagangan secara elektronik (e-commerce) dalam
bentuk, penipuan online, penipuan pemasaran berjenjang online dan penipuan kartu kredit.
11. Menurut Cahyana, penipuan online ciri-cirinya harga produk yang banyak diminati
sangat rendah, penjual tidak menyediakan nomor telepon, tidak ada respon terhadap
pertanyaan melalui e-mail dan menjanjikan produk yang sedang tidak tersedia.
12. Resiko terburuk bagi korban kejahatan ini adalah telah membayar namun tidak
mendapat produk, atau produk yang didapat tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
13. Kemudian, penipuan pemasaran berjenjang online ciri-cirinya mencari keuntungan dari
merekrut anggota dan menjual produk secara fiktif dengan resiko bagi korban, 98 %
investasi ini gagal atau rugi.
14. Sedangkan penipuan kartu kerdit ciri-cirinya terjadi biaya misterius pada penagihan
kartu untuk produk atau layanan internet yang tidak pernah dipesan dengan resiko, korban
perlu waktu untuk melunasi kreditnya.
15. Sementara itu, pelanggaran dalam bentuk lain terdiri dari recreational hacker, cracker
atau criminal minded hacker, political hacher, denial of service attack (DoS), Viruses, Piracy
(pembajakan), Fraud, Phishing, perjudian dan cyber stalking.
16. Ia menjelaskan, recreational hacker umumnya bertujuan hanya untuk menjebol suatu
sistim dan menunjukkan kegagalan atau kurang andalnya sistim keamanan pada suatu
perusahaan.
17. Cracker atau criminal minded hacker motivasinya antara lain untuk mendapatkan
keuntungan finansial dengan melakukan sabotase sampai pada penghancuran data.
18. Political hacher merupakan aktivitas politik melalui suatu situs web untuk menempelkan
pesan atau mendiskreditkan lawan.
19. Denial of service attack (DoS) merupakan penyerangan dengan cara membanjiri data
yang besar dan mengakibatkan akses ke suatu situs web menjadi sangat lambat atau
berubah menjadi macet atau tidak bisa diakses sama sekali.
20. Viruses berupa penyebaran sedikitnya 200 virus baru melalui internet dan biasanya
disembunyikan dalam file atau e-mail yang akan di download atau melalui jaringan internet
dan disket.
21. Piracy berupa pembajakan perangkat lunak yang menghilangkan potensi pendapatan
suatu perusahaan yang memproduksinya seperti, games, aplikasi bisnis dan hak cipta
lainnya.
22. Fraud merupakan kegiatan manipulasi informasi khususnya tentang keuangan dengan
target mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
23. Phishing merupakan teknik mencari personal information berupa alamat e-mail dan
nomor account dengan mengirimkan e-mail seolah-olah datang dari bank bersangkutan.
24. Perjudian bentuk kasino banyak beroperasi di internet yang memberi peluang bagi
penjahat terorganisasi melakukan praktek pencucian uang dimana-mana.
25. Cyber stalking merupakan segala bentuk kiriman e-mail yang tidak diinginkan
penerimaannya dan termasuk tindakan pemaksaan atau “pemerkosaan”.
26. Polri
27. Penindakan kasus “cyber crime” (kejahatan menggunakan fasilitas teknologi informasi)
oleh jajaran Polri sering mengalami hambatan, terutama menangkap tersangka dan
penyitaan barang bukti.
28. Dalam penangkapan tersangka, anggota Polri sering tidak dapat menentukan secara
pasti siapa pelaku cyber crime itu, kata Kepala Unit IT dan Cyber-crime, Badan Reserse
dan Kriminal, Mabes Polri, Kombes (Pol) Petrus Reinhard Golose dalam penjelasan tertulis
di Padang, Rabu.
29. Hal itu disampaikannya terkait pembahasan RUU ITE yang tengah dilakukan DPR-RI
dan kini dalam tahap sosialisasi kepada publik dengan melibatkan pemerintah (Departemen
Komunikasi dan Informasi RI).
30. Ia menyebutkan, hambatan ini terjadi karena tersangka melakukan cybers crime melalui
komputer yang dapat dilakukan dimana saja, tanpa ada yang mengetahui sehingga tidak
ada saksi melihat langsung.
31. Menurut dia, hasil pelacakan paling jauh hanya dapat menemukan IP addres dari
pelaku dan komputer yang digunakan.
32. Hasil itu akan semakin sulit, apabila tersangka melakukannya di warung internet
(warnet), karena saat ini jarang pengelola warnet melakukan registrasi terhadap pengguna
jasa.
33. Dalam kondisi ini, Polri tidak dapat mengetahui siapa yang menggunakan komputer
tersebut saat terjadi tindak pidana cyber crime, ujarnya.
34. Kendala juga terjadi pada penyitaan barang bukti dengan banyaknya permasalahan,
karena biasanya pihak pelapor sangat lambat melakukan pelaporan sehingga data
serangan di log server sudah dihapus dan biasanya terjadi pada kasus deface.
35. Akibatnya, penyidik menemui kesulitan dalam mencari log statistik yang terdapat dalam
server, karena biasanya secara otomatis server menghapus log yang ada untuk
mengurangi beban.
36. Hal ini juga membuat penyidik tidak menemukan data yang dibutuhkan dijadikan barang
bukti, sedangkan log statistik merupakan salah satu bukti vital dalam kasus hacking untuk
menentukan arah datangnya serangan, tambahnya.
37. Lebih lanjut, Petrus mengatakan, guna meningkatkan penanganan cyber crime yang
kasusnya makin meningkat, maka Polri berupaya melakukan pembenahan personil, sarana
prasarana, kerjasama dan koordinasi, sosialisasi dan pelatihan.
38. Dalam hal personil, ia mengakui, Polri masih mengalami keterbatasan SDM yang tidak
bisa diabaikan. Untuk itu Polri mengirim anggotanya mengikuti kursus penanganan kasus
ini seperti ke CETS Canada, Internet Investigation di Hongkong, Virtual Undercover di
Washington dan Computer Fortensic di Jepang.
39. Dalam sarana prasarana, Polri berupaya meng-update dan upgrade teknologi
informasinya dengan fasilitas Encase versi 4 dan 5, CETS, COFFE, GSM Interceptor, GI2,
GN 9000, DF dan Helix.
40. Kerjasama dan koordinasi dengan pihak lain diupayakan bersifat bordeless dan tidak
mengenal batas wilayah, sehingga bisa berkoordinasi aparat penegak hukum negara lain.
41. Sedangkan sosialisasi dan pelatihan dilakukan kepada Polda-Polda dan penegak
hukum lainnya (jaksa dan hakim) agar memiliki kesamaan tindak dan persepsi mengenai
cybers crime terutama dalam pembuktian, penggunaan barang bukti, penyidikan,
penuntutan dan pengadilan yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, tambah
Petrus Reinhard Golose.
Hal – hal diatas adalah beberapa contoh dari penyalahgunaan jejaring sosial. Anak muda
jaman sekarang sebenarnya secara tidak langsung mereka senang menganggap hal
tersebut sebagai suatu budaya trend masa kini yang dimana mereka sedikit-sedikit
langsung online untuk update status, apalagi sekarang eranya informatika yang dengan
mudahnya kita mendapatkan informasi dengan cepat atau kata lain jaringan internet.
Dengan handphone – handphone mereka dari yang biasa-biasa saja hingga yang modern
seperti BlackBerry, iPhone, Android dan semacamnya mereka semakin senang bermain-
main dengan jejaring sosial yang sebenarnya mengakibatkan banyak hal negatif selain
contoh diatas, seperti malas belajar, membuang waktu dengan percuma, meninggalkan
tugas mereka, dan masih banyak lainnya.
Media sosial merupakan sebuah fenomena yang saat ini memiliki pengaruh yang sangat besar di
Indonesia. Media sosial memiliki pengguna yang sangat besar, sebaran penggunanya pun tersebar
dari ujung timur hingga ujung barat Indonesia. Pengunaan media sosial pada saat ini tidak hanya
digunakan sebagai sarana untuk bersosialisasi. Media sosial kerap digunakan sebagai sarana
promosi baik promosi barang jualan, promosi makanan, promosi tempat wisata dan lainnya (Tech in
Asia, 2015). Selain itu, media sosial sering dijadikan media untuk sarana pendidikan, sebagai sarana
untuk membangun citra instansi atau organisasi dan yang terakhir dan termasuk yang paling sering
adalah sebagai sarana penyampaian informasi.

Namun, selain dari kegunaan positif yang telah disampaikan di atas, media sosial banyak juga
digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan dan keuntungan pihak
tertentu yang menimbulkan kerugian atau kerusakan bagi pihak lain. Hal yang paling banyak
digunakan saat ini adalah bagaimana media sosial digunakan sebagai media untuk penyampaian
berita bohong atau biasa disebut HOAX. Penyebaran hoax tumbuh subur saat ini karena mayoritas
pengguna media sosial jarang untuk melakukan check and re-check terhadap informasi yang diterima.
Pengguna media sosial cenderung untuk langsung meneruskan pesan dan informasi kepada jejaring
mereka tanpa memperhatikan sumber maupun kebenaran dari informasi tersebut. Selain itu media
sosial juga kerap digunakan untuk kepentingan yang tidak pantas antara lain untuk pornografi,
informasi mengenai perjudian, ajakan kekerasan maupun tindakan kriminal lainnya.
Menurut We Are Social, pada tahun 2016, Indonesia merupakan negara dengan peningkatan jumlah
pengguna internet yang tertinggi di dunia dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan hanya
88,1 juta pengguna internet pada awal tahun 2016, jumlah pengguna internet di Indonesia telah
meningkat sebesar 51 persen ke angka 132,7 juta pengguna pada Januari 2017 (Tech in Asia, 2017).
Peningkatan angka pengguna internet turut mendorong peningkatan angka pengguna media sosial di
Indonesia. Saat ini, Indonesia menempati urutan ke-4 mengenai jumlah penguna media sosial
mengalahkan Brazil dan Amerika Serikat (Tech in Asia, 2017).
Potensi pada media sosial turut mengundang beberapa pihak untuk menyalahgunakan media sosial
untuk kepentingan golongan tertentu tanpa memperhatikan etika moral bahkan hukum positif yang
berlaku di Indonesia. Contohnya pada kasus Saracen yang baru-baru ini marak (BBC, 2017). Kasus
ini membawa dampak yang besar di indonesia, khususnya bagi masyarakat yang belum sadar bahwa
selama ini, informasi yang mereka terima dan teruskan adalah informasi bohong yang dibuat secara
sengaja dan terorganisir oleh kelompok tertentu untuk berbagai tujuan. Tujuan yang paling utama
adalah untuk menggiring opini publik serta menciptakan suasana sesuai dengan keperluan berbagai
pihak. Pada kasus Saracen ini, publik akan dibanjiri informasi berbau sara yang bertujuan untuk
memecah belah dan memberikan image negatif terhadap seseorang atau golongan tertentu. Saracen
bukan merupakan kelompok orang baru tetapi merupakan sebuah kelompok profesional yang
terorganisir.

Kasus dan bisnis hoax serta ujaran kebencian tumbuh subur ditengah maraknya tahun politik yang
ada di Indonesia. Bukan hanya oleh Saracen, media sosial sering menjadi media penyebaran hoax
yang baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh perorangan (VOA Indonesia, 2017). Angka ini
tumbuh pesat seiring dengan banyaknya perorangan yang ingin menuliskan pikiran atau idenya yang
berkaitan dengan politik. Walaupun saat ini sudah ada undang-undang ITE yang mengatur mengenai
bagaimana bersikap dan berinteraksi di dunia maya, namun UU ITE ini dirasa belum tersosialisasi
dengan baik sehingga masih banyak orang yang tidak mengindahkan peraturan tersebut

1. Ditinjau dari berbagai sudut pandang, berita hoax atau berita bohong merupakan sesuatu yang
melanggar norma dan menyalahi etika.
2. Diperlukan sosialisasi yang lebih gencar mengenai UU ITE agar masyarakat lebih paham akan
hak dan kewajibannya serta mengetahui rambu-rambu dalam berinteraksi di dunia maya
3. Saring sebelum sharing. Pengguna media sosial harus menyadari akan pentingnya
melakukan check and re-check sebelum melakukan retweet, RePost atau lainnya.

Perkembangan jaman tentu melahirkan banyak teknologi yang


kreatif, inovatif, dan efisien. Manusia pada era ini merupakan
manusia yang beruntung karena dalam kehidupannya sehari- hari
dimudahkan dengan berbagai teknologi yang canggih.
Perkembangan jaman ini tidak lepas dari pemikiran manusia yang
cerdas dan maju. Perkembangan teknologi komunikasi telah
merambah kehidupan umat manusia. Salah satu bentuk
perkembangan teknologi komunikasi adalah media baru yang
kemudian melahirkan media sosial

Media sosial yang merupakan suatu hasil dari perkembangan


jaman adalah suatu wadah berbasis online yang di dalamnya
terdapat suatu “dunia baru”.

Pengguna media sosial sendiri adalah orang- orang di seluruh


dunia tanpa batasan umur. Siapapun bisa menjadi pengguna
sosial. Namun remaja lah yang menempati posisi tertinggi untuk
pengguana sosial media secara aktif. Remaja seakan tidak ingin
ketinggalan jaman dan selalu meng-update fenomena- fenomena
sosial yang marak diperbincangkan. Fenomena- fenomena yang
timbul pada media sosial tentu juga sangat beragam.

Media sosial menciptakan berbagai peluang baru dalam


kehidupan masyarakat, media sosial juga sekaligus menciptakan
peluang-peluang baru bagi kejahatan. Konflik pada media sosial
pun juga tidak jarang terjadi. Berbagai konflik juga hadir karena
pengunaan media sosial yang kurang bijak. Perang argumen antar
golongan, membela salah satu pihak, kepentingan politik serta
konflik pada dunia nyata pun juga dibawa dalam media sosial.
Berbagai konflik tersebut akhirnya berujung pada
sebuah aksi kriminal yaitu bullying. Dampak dari bullying dan
sikap saling menghujat akan berdampak buruk bagi kehidupan
seseorang dan juga kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kurangnya sikap menghargai sesama dan tidak adanya rasa
empati pada sesama umat menjadikan bullying terjadi.
Dampak yang timbul dari masalah tersebut juga bukan
merupakan sesuatu yang sederhana. Bullying merupakan masalah
global yang bisa saja dialami oleh anak, anak, remaja atau dewasa,
di negara manapun dan dalam waktu kapanpun.
Sebagai manusia yang hidup di era globalisasi tentu tak lepas
dengan teknologi perkembangan jaman. Salah satunya adalah
media sosial. Media sosial merupakan wadah untuk berekspresi
dan menyampaikan aspirasi. Media sosial memberikan
kemudahan bagi kita untuk berkomunikasi dengan jangkauan
yang lebih luas, lebih murah, dan mudah. Mengingat hal itu,
media sosial seharusnya digunakan secara bijak bagi
penggunanya. Tetapi pada kenyataannya kriminalitas via media
sosial justru memiliki presentase yang lebih tinggi daripada fungsi
sebenarnya. Para pengguna media sosial dibius oleh ilusi
kebebasan berekspresi dan kemudahan komunikasi, namun
sebenarnya ketika itu juga mereka kehilangan privasi terhadap
data-data pribadi yang diberikannya.

Berikut adalah beberapa tindak kriminal yang terjadi di media


sosial yang marak terjadi saat ini:

1. Bullying
Bullying berasal dari kata berbahasa inggris “bully” berarti
menggertak, mengganggu. Bullying dalam arti luas adalah
sebuah perilaku secara agresif mengancam, memberikan
kekerasan secara fisik maupun psikologis dengan maksud
untuk mengintimidasi orang lain. Bullying tidak hanya terjadi
dengan kontak fisik secara langsung. Intimidasi lewat media
sosial juga dikategorikan sebagai bullying. Bullying termasuk
tindak kriminal. Hal- hal yang termasuk bullying antara lain
menimbulkan ancaman fisik atau psikis, mencemooh atas
dasar perbedaan gender, suku, agama, dan ras, mencemooh
dan melakukan hal mengganggu yang mengandung unsur
seksual, melakukan tindakan yang berisi ancaman kekerasan,
dan melakukan pemerasan.
Bullying oleh remaja bukan hanya terjadi di sekolah. Tetapi tak
sedikit membawanya dalam sosial media. Dalam media sosial
para pelaku bullying merasa lebih leluasa mencemooh dan
mengintimidasi korban dengan komentar- komentas tidak
pantas. Pelaku yang mempunyai masalah secara pribadi
dengan korba dapat juga mempengaruhi orang lain agar ikut
membenci korban. Parahnya hal- hal semacam ini bisa saja
menjalar ke tindak kriminal lain yaitu hacking atau
pembajakan akun.
Bullying bukan hanya menjerat pada masyarakat biasa. Tak
jarang para artis dan selebgram juga menjadi korban bully.
Bisa dikatakan lebih parah dikarenakan mereka merupakan
publik figur yang memiliki jangkauan yang luas sehingga
mereka menjadi sorotan publik. Menjadi publik figur yang aktif
di media sosial tentu tidak mudah. Mereka harus menjadi
contoh yang baik bagi masyarakat. Reaksi sosial selalu timbul
dalam masyarakat. entah itu baik atau buruk.
2. Ujaran kebencian
Ujaran kebencian atau hate speech akhir- akhir ini menjadi
topik yang hangat dalam kehidupan sosial masyarakat
Indonesia. Pemerintah saat ini sedang gencar memburu para
pelaku ujaran kebencian. Ujaran kebencian sendiri memang
merupakan suatu tindakan yang dapat mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa. Selain menimbulkan perpecahan, ujaran
kebencian juga akan menciptakan prejudice serta melahirkan
sifat pembenci. Kehadiran media sosial juga mempengaruhi
bidang politik. Studi di Amerika Serikat menunjukkan media
sosial alat kampanye yang efektif. Ujaran kebencian sering
dikaitkan dengan suatu kepentingan politik. Hal paling banyak
yang dijadikan sebagai materi hate speech adalah
permasalahan yang berkaitan dengan perbedaan suku, agama,
dan ras. Karena Indonesia merupakan negara yang terdiri atas
berbagai macam perbedaan sehingga materi yang berkaitan
dengan “perbedaan” merupakan hal yang manjur untuk
dijadikan bahan bagi para pelaku ujaran kebencian. Biasanya
ujaran kebencian akan semakin banyak ketika mendekati
pemilihan umum. Banyak akun- akun yang membagi konten
ujaran kebencian seringkali disertai berita hoax guna
memperburuk citra lawan politik pihak yang didukung.
Faktanya, dalam media sosial misalnya Instagram, begitu
banyak akun- akun yang melakukan ujaran kebencian dengan
maksud mempengaruhi pembacanya dan memaksa orang lain
setuju dengan hal itu dengan membeberkan sebuah foto, video
atau artikel yang kebenarannya belum tentu valid.
3. Penipuan Berbasis Toko Online
Di era awal eksisnya media sosial, banyak sekali kasus
mengenai penipuan berbasis toko online. Hal ini terjadi karena
transaksi online merupakan transaksi secara tidak langsung
yang melibatkan 2 pihak sebagai penjual dan pembeli.
Merupakan transaksi yang tidak langsung karena proses jual
beli terjadi lewat media elektronik sehingga kita tidak
mengetahui secara langsug seperti apa barang/ jasa yang akan
kita beli serta tidak mengetahui siapa yang menjualnya.
Penipuan terjadi karena tidak adanya itikad baik oleh penjual.
Banyaknya penipuan terjadi karena customer tergiur dengan
harga murah yang ditawarkan. Kelebihan membeli produk
melalui media sosial adalah kita bebas memilih produk tanpa
harus lelah berjalan layaknya berbelanja di swalayan. Harga
yang ditawarkan juga beraneka ragam dan juga kita dapat
membandingkan harga dan produk antara toko online satu
dengan yang lainnya. Meskipun begitu kekurangannya pun
juga tidak sedikit. Banyaknya online shop fiktif membuat kita
harus pintar- pintar dalam berbelanja. Harga yang murah juga
tak menjamin kualitas suatu produk. Karena produk tersebut
hanya disajikan secara visual. Sedangkan soal kualitas dan
kepastian pengiriman hanya mengandalkan itikad baik pihak
penjual.
4. Pedofilia
Pedofilia tindakan penyimpangan seksual oleh orang dewasa
yang mempunyai hasrat kepada anak- anak. Beberapa
berpendapat batasan umur anak yaitu berusia di bawah 12
tahun, sedangkan beberapa yang lain mencakup anak yang
berusia 14 sampai 16 tahun (kategori remaja). Kasus yang
sempat terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu mengenai
penyalahgunaan media sosial untuk kejahatan pedofilia yaitu
terbongkarnya grup pedofil anak di Facebook. Para pelaku
menyebarkan ratusan konten berbau pornografi dengan anak-
anak sebagai objeknya. Tidak hanya menyebarkan konten
pornografi yang didapat dari pengambilan dari akun lain
bahkan para pelaku sendirilah yang melakukan tindakan
tersebut kemudian merekan kejadian tersebut dan diunggah
dalam grup. Grup Facebook Loly Candy terdiri dari 4 admin
grup dan memili ratusan anggota pedofil. Para pelaku yang
menyebarkan konten ke grup dibayar Rp.15000 per konten
yang ditransfer lewat akun paypal mereka. Hal ini memberi
fakta bahwa akan makin banyak anak- anak yang menjadi
korban karena perbuatan mereka malah diberi imbalan
terlepas itu adalah perilaku penyimpangan seksual yang
mereka miliki. Peran orang tua menjadi sangat penting.
Pentingnya pengenalan pendidikan seksualisme kenapa anak
di usia dini. Anak harus diberi pengertian bahwa mereka
memiliki bagian tubuh yang tidak boleh dilihat atau disetuh
oleh orang lain.

Berbagai macam bentuk media sosial telah menjadi sebuah fitur


baru dalam kehidupan bermasyakat. Media sosial merupakan
sarana komunikatif inovatif bagi masyarakat. berbagai
kemudahan timbul berkat media sosial yakni kemudahan
berkomunikasi, bertransaksi, dan mengakses berbagai informasi.
Media sosial akan menjadi lebih bermanfaat jika dalam
eksistensinya digunakan dengan sebaik- baiknya tanpa adanya
suatu penyalahgunaan. Tetapi pada kenyataan prakteknya,
eksistensi dan fungsi media sosial digunakan secara tidak bijak.
Terbukti dengan banyaknya aksi- aksi kriminal yang terjadi
dengan memanfaatkan media sosial seperti kejahatan bullying,
ujaran kebencian, penipuan berbasis onlineshop, pembajakan
akun hingga kejahatan seksual. Aksi- aksi tersebut membawa
dampak negatif baru beberapa pihak bukan hanya pada korban,
tetapi juga pada pengguna media sosial yang lain. Maka
diperlukan adanya respon perlawanan, ancaman hukum terhadap
pelaku, dan upaya restorative justice terhadap aksi- aksi kriminal
yang dilakukan.
Kontra : penyalahgunaan sosial media membuat kriminalitas Indonesia meningkat

Jika dicermati berita kriminal hari demi hari dan angka kriminalitas di Indonesia, setiap
kita patut waspada pada resiko terkena korban tindak kriminal. Mengapa ? Angka
kriminalitas (kejahatan) dari tahun ke tahun terus meningkat dan jenisnya beragam.
Bahkan ada tindak kriminal yang terjadi sulit diterima akal sehat kita. Berbagai laporan
menyebutkan, meningkatnya tindak kriminal disebabkan atau dipicu berbagai persoalan
seperti, ekonomi, sosial, konflik dan rendahnya kesadaran hukum. Di lain hal tindakan
kriminal tidak jarang dipicu oleh persoalan-persoalan sepele. Jumlah tindak
kejahatan atau kriminal di Indonesia menunjukkan tren meningkat sejak 2014-2016.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka kejahatan pada 2016 mencapai
357.197 kasus meningkat 1,2 persen dari tahun sebelumnya.
Demikian pula jumlah kejahatan yang diselesaikan pada 2016 meningkat 2,27 persen
menjadi 209.821 kasus dari tahun sebelumnya. Sehingga rasio penyelesaian kasus
kejahatan juga meningkat menjadi 58,74 persen dari tahun sebelumnya 58,13 persen.
Sementara risiko terkena tindak kejahatan pada 2016 sebanyak 140 kejahatan per
100.000 penduduk, sama dengan tahun sebelumnya. Adapun selang waktu tindak
kejahatan semakin cepat 1 detik menjadi menjadi 1 menit 28 detik dari tahun
sebelumnya 1 menit 29 detik.

Menurut numbeo.com, dari indeks kejahatan pada tahun 2015, Indonesia berada pada
peringkat 68 dari 147 negara. Negara Isle Of Man berada pada peringkat 1 negara dengan
tingkat kejahatan rendah dengan safety indek 84,90 % dan crime indek 15.10 %. Singapura
di peringkat 2 negara tingkat kejahatan rendah dengan safety indek 82,41 % dan crime indek
17.59 %. Posisi Indonesia dalam indeks kejahatan itu tercermin pula dalam perkembangan
angka kejahatan dari tahun ke tahun.

Banyak pandangan memberikan penilaian, mengapa angka kriminalitas terus meningkat,


meskipun institusi yang diberi kewenangan untuk menindak kriminalitas terus berkerja
melakukan penegakan hukum. Terlepas dari apa yang menjadi pernyebabnya, angka
kriminalitas di Indonesia cenderung terus naik. Sepanjang tahun 2013 terjadi 342.084 kasus
kejahatan di Indonesia. Dalam perhitungan BPS, selama periode 2013 setiap dalam 1 menit
32 detik terjadi satu tindakan kriminal di Indonesia. Sementara itu dari 100.000 orang di
Indonesia, 140 orang diantaranya beresiko terkena tindak kejahatan (crime rate). Angka-
angka ini didasarkan pada laporan yang masuk ke-kepolisian. Besaran angka kriminalitas
akan lebih besar bila ditambah dengan kejahatan-kejahatan yang terjadi tetapi tidak
dilaporkan, sehingga crime rate di Indonesia tentu lebih besar lagi.

Baca juga:
Tingkat Kriminalitas di Indonesia Tahun 2018 dan Resiko Penduduk Terkena Tindak Pidana
Bentuk dan Jenis Hukuman (punishment) Dalam Hukum Pidana di Indonesia

Atas data itu, maka bisa dibayangkan betapa soal kriminalitas di Indonesia harus menjadi
perhatian pemerintah yang sungguh-sungguh. Bahkan ancaman tindak kejahatan mengintai
kita dimana-mana. Selain itu, di perlukan penanganan khusus untuk menekan angka
kriminalitas beberapa wilayah Indonesia yang angka kriminal cukup tinggi dan cenderung
terus meningkat. Secara keseluruhan angka kejahatan di propinsi-propinsi di Indonesia
sebagai berikut:

Dari ratusan ribu kejahatan yang terjadi setiap tahunnya (periode 2011-2013), Polri
mengkategorikan 11 jenis kejahatan khusus yang dikategorikan sebagai tindak pidana yang
menonjol, yakni; pencurian dengan pemberatan, curamor, penganiayaan berat, narkoba,
perjudian, pencurian dengan kekerasan, pemerasan, pencurian kayu, penggunaan senjata
api dan bahan peledak, penyeludupan dan korupsi. Kejahatan yang terus mengalami
peningkatan adalah pencurian kendaraan bermotor dan pencurian dengan kekerasan.
Sedangkan pencurian dengan pemberatan dan perjudian mengalami penurunan setiap
tahunnya.

Atas kejahatan pencurian kendaraan bermotor dan pencurian dengan kekerasan yang
menonjol dan terus meningkat dari tahun ketahun, maka bisa dipahami persoalan ekonomi
dan kesejahteraan tentu harus menjadi perhatian pemerintah. Logikanya, orang mencuri
lazimnya tentu karena tidak punya atau ekonominya sulit untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan sehari-hari. Kesulitan ekonomi itu bisa disebabkan berbagai hal, termasuk karena
tidak punya pekerjaan atau pendapatan dari hasil usaha tidak mencukupi. Dalam perspektif
ini, maka sukar dibantah, bahwa ada korelasi antara tingkat kejahatan dengan tingkat
ekonomi suatu masyarakat. Karenanya, meningkatkan perekonomian masyarakat dan
menciptakan lapangan kerja yang memadai, pada akhirnya tentu akan berdampak pada
penurunan angka kriminalitas, khususnya kejahatan pencurian. (catatan ringan: Boy Yendra
Tamin)
Di Indonesia saja ada ribuan kasus yang muncul akibat dari perbuatan melanggar hukum.
Kasus yang ribuan itu pun hanya kasus yang sempat tercatat dan diproses di pengadilan.
Dalam keseharian sulit dihitung berapa banyak terjadi pelanggaran hukum. Namun
demikian, apa alasan yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan/perbuatan
melanggar hukum ? Berikut ini adalah beberapa hal diantaranya alasan seseorang
melakukan perbuatan melanggar hukum.

1. Tidak tahu

Alasan yang paling umum kenapa seseorang melanggar hukum adalah dengan alasan tidak
tahu ada aturan hukum. Alasan ini sebenarnya alasan klasik, karena setiap tindakan
manusia ada aturan yang mengaturnya, apalagi jika negara sudah menyatakan dirinya
negara hukum. Alasan ini tidak membebaskan seseorang dari saksi hukum.
2. Tidak mau tahu

Banyak orang tahu aturan hukum ketika melakukan suatu tindakan atau perbuatan, tetapi
aturan itu dilanggar dan diabaikan. Biasanya orang seperti ini merasa hukum telah menjadi
penghambat bagi pencapaian keinginannya. Sepanjang tidak ada yang mengusik atau
merasa aman-aman saja, ia akan terus melakukannya dan ia baru berhenti saat
perbuatannya ada yang melaporkannya, atau tertangkap petugas hukum dan diproses
secara hukum. Tindakan orang serupa ini tergolong perbuatan melanggar hukum yang
mendasar karena ada unsur kesengajaan.

3. Terpaksa

Kebanyakan orang memberikan alasan mengapa ia melanggar hukum karena terpaksa.


Orang itu merasa tidak ada pilihan lain, ia terpaksa melakukannya bisa jadi karena kondisi
ekonomi, social atau dilakukan atas perintah atasan, atau pun karena diancam. Alasan
terpaksa terkadang hanya merupakan alibi, sebab keadaan terpaksa dalam hukum itu ada
ukuran dan nilainya.

4. Tidak mampu mengendalikan diri

Sabar adalah sebagian dari iman. Tetapi seseorang melanggar hukum karena tidak sabar,
sehingga tidak mampu mengendalikan dirinya, dan emosinya yang meledak. Biasanya
perbuatan melanggar hukum pada orang seperti ini, orangnya tidak berfikir panjang dan tidak
memikirkan akibat hukum dari perbuatan atau tindakannya. Bagi orang serupa ini, urusan
hukum belakangan yang terpenting baginya ia harus puaskan dan salurkan emosinya
terlebih dahulu.

5. Niat jahat.

Tuntutan hidup atau pencapaian target atau untuk meraih sebuah kesempatan, sehingga
banyak orang mencari jalan bagaimana ia bisa mencapainya. Orang seperti ini biasanya,
akan melakukan perbuatan melanggar hukum ketika ada yang menjadi hambatan bagi dia
untuk mencapai tujuannya. Mencari-celah-celah hukum yang bisa dimanfaatkan biasa
menjadi “harta karun” bagi orang seperti ini. Kemudian ada juga, orang seperti ini tidak segan
melakukan tindakan untuk menganiaya seseorang yang tidak ia sukai atau ia pandang
sebagai ancaman bagi dirinya.

6. Sudah Terbiasa.

Orang yang sudah biasa melanggar hukum bukan lagi hal yang aneh dan merepotkan bagi
untuk kembali melakukan pelanggaran hukum. Meskipun sudah pernah mendapat ganjaran,
tetapi ganjaran yang pernah ia terima itu bukannya membuat dia sadar, melainkan ia makin
paham dan mahir untuk melakukan pelanggaran hukum lagi. Orang seperti ini sudah
memperhitungkan akibat yang akan diterima apabila ia melanggar hukum dan perbuatan itu
dilakukannya dengan penuh kesadaran. Pelanggaran hukum ini bobotnya lebih berat.

7. Karena ada kesempatan

Pada prinsipnya manusia terlahir baik dan nilai-nilai kebaikan itu ada dalam diri setiap
manusia. Dan manusia pada umumnya cenderung berbuat baik atau melakukan yang baik-
baik. Tetapi karena ada kesempatan atau peluang, ia pun melakukan suatu perbuatan yang
melanggar hukum. Pelanggaran hukum dengan alasan adanya kesempatan, cenderung
dating tiba-tiba ketika melihat objeknya.

8. Membela diri.

Alasan melanggar hukum dengan dalil membela diri merupakan alasan yang tidak kalah
seringnya dijadikan seseorang untuk menghalalkan perbuatannya. Hukum sendiri
sebenarnya memberikan tempat khusus bagi orang yang melanggar hukum karena alasan
membela diri, dan bila alasan membela diri itu bisa dibuktikan dan sesuai dengan ukuran
timbangannya yang diberikan hukum, orang tersebut ada kemungkinan terbebas dari
ancaman hukuman. Tetapi alasan membela diri tidaklah semudah diucapkan karena banyak
hal lain yang terkait dengan perbuatan melanggar hukum bersangkutan.

9. Memilih ketentuan hukum yang menguntungkan

Karena ada banyak sistem hukum yang berlaku, maka seseorang memilih salah satu
ketentuan dari sistem hukum yang ada. Misalnya dengan hukum agama, seorang laki-laki
boleh punya istri dari satu, tetapi hukum negara tidak memperbolehkannya, kecuali ada
alasan yang sah. Maka orang tersebut tetap meneruskan niatnya kawin lagi, dan ia dengan
sadar melanggar hukum negara.

10. Tidak setuju dengan ketentuan hukum

Alasan ini jarang terjadi, tetapi bila diselidiki mungkin pernah terjadi. Alasan melanggar
hukum dalam konteks ini lebih merupakan berkaitan dengan prinsip yang dianut seseorang.
Tetapi ia tidak dapat dijadikan alasan pembenar, karena setiap aturan hukum yang dibentuk
tidak bisa memuaskan setiap orang. Artinya jika suatu hukum sudah dibuat dan disepakati
oleh lembaga yang sah dan berwenang, maka setiap orang harus mematuhinya.

11. Tergoda

Tidak sedikit orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum karena tergoda akan
sesuatu yang menguntungkan dirinya, padahal itu itu tahu betul perbuatan yang akan
dilakukannya melanggar hukum. Perbuatan melanggar hukum dengan alasan tergoda ini
bisa berkombinasi dengan alasan-alasan yang lain.

12. Merasa selalu benar

Tidak jarang juga orang melanggar hukum karena merasa dirinya yang paling dan ia
menganggap dirinya mengerti benar dengan hukum. Orang ini seringkali mengabaikan
nasehat orang lain dan selalu mencarikan alasan-alasan bagi pembenaran perbuatannya,
meskipun kepadanya telah ditunjukkan ada aturan lain dari dari aturan hukum yang
dipahaminya.

13. Punya backing

Kecenderungan untuk melakukan perbuatan melanggar hukum dan biasanya dilakukan


dengan sadar atau orang itu tidak berfikir panjang mengenai akibat dari perbuatannya, ketika
orang itu mempunyai dekingan atau yang akan diandalkan untuk menyelamatkannya dari
proses hukum. Bagi orang ini lakukan saja perbuatan melanggar hukum itu dan nikmati,
“nanti juga beres”, itu yang ditanamkan dalam dirinya. Atau ia punya uang, sehingga
pelanggaran hukum yang dilakukannya dipikirnya bisa selesai

ingginya tingkat kriminalitas bukan lagi hal yang asing lagi di beberapa negara, bahkan
anak-anak remaja sudah berani melakukan tindakan kriminal. Lalu apa sebenarnya yang
menyebabkan semua hal yang menyangkut kriminal tersebut bisa terjadi? Untuk
mendapatkan jawaban yang lenih jelas lagi, mari kita simak sama-sama artikel di bawah ini.

Apa Itu Tindak Kriminal?


Tindak kriminal adalah segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak
kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal
adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok atau teroris. Tidak bisa dipungkiri,
kriminalitas sudah menjadi bagian dari kehidupan bersosial dan bermasyarakat.
Kriminalitas pun tidak dilakukan dengan sendirinya, melainkan karena ada niat dan
kesempatan untuk melakukannya bahkan tindak kriminalitas yang melibatkan kalangan usia
remaja juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Apalagi kalau menjelang hari raya Idul Fitri maka aksi kriminalitas marak terjadi
belakangan. Bahkan pelaku tidak segan untuk melukai dan menembak korbannya hingga
tewas. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara
dan bahkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia.
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data dari tahun 1997, Indonesia sudah
menempati posisi tersebut di bawah China, India dan Amerika Serikat. Hal ini sangat
memilukan mengingat semakin banyaknya penduduk maka kepadatan penduduk pun juga
tinggi.

Apa hubungan kepadatan penduduk dengan tindak kriminalitas? Sebenarnya dampak


kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia yaitu karena jumlah pengangguran menjadi
meningkat akibat kurangnya lapangan pekerjaan sehingga memicu peningkatan angka
kemiskinan. Dengan kondisi yang bisa dibilang kepepet, akhirnya orang akan mempunyai
cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menghalalkan segala cara.
Seperti kegiatan mencuri, menipu, pencopetan dan perampokan yang disertai dengan
kekerasan yang belakangan ini masih sering terjadi. Berikut ini merupakan beberapa faktor
yang menyebabkan tindak kriminalitas semakin bertambah:

Faktor Ekonomi

Faktor pertama ini memang sangat berpengaruh terhadap tingginya angka kriminalitas,
kenapa? Kondisi bangsa Indonesia yang perekonomiannya semakin merosot menimbulkan
banyak penderitaan bagi rakyat Indonesia. Meningkatnya angka kriminalitas di Indonesia
bisa dilihat dari faktor ekonomi. Banyaknya pengangguran yang terjadi di mana-mana
dikarenakan kurangnya keterampilan atau pendidikan seseorang atau dikarenakan masih
terbatasnya lapangan pekerjaan di Indonesia.

Tuntutan akan kebutuhan membuat sejumlah orang yang tertekan keadaan ekonominya
menjadi lebih agresif lagi dalam hal mencari nafkah. Ditambah lagi keinginan untuk
mendapatkan penghasilan secara instan menjadi salah satu penyebab mengapa seseorang
mempunyai kenekatan dan nyali untuk melakukan aksi kejahatan.

Ketergantungan Narkoba

Tidak menutup kemungkinan dan memang banyak fakta di lapangan yang menjadi faktor
mengapa banyak orang mulai nekat untuk melakukan aksi kejahatannya juga didasari oleh
kebutuhan dalam mencukupi efek ketagihan obat–obatan terlarang bagi mereka yang
sudah menjadi pecandu.

Tidak peduli dengan kebutuhan sehari hari selain bagaimana mereka bisa mendapatkan
uang secara instan lalu bisa membeli obat – obatan yang sudah menjadi kebutuhan
utamanya sejak ia menjadi pecandu. Seseorang yang sudah kecanduan atau seseorang
yang memiliki mentalitas yang labil pasti akan mempunyai jalan pikiran yang singkat tanpa
memikirkan dampak yang akan terjadi. Layaknya seorang preman jika ingin memenuhi
kebutahannnya mungkin dia hanya akan menggunakan cara yang mudah seperti meminta
pungutan liar, pemerasan dan lain sebagainya.

Faktor Lingkungan

Hal yang juga sangat mendukung dan membentuk karakter seseorang, mengapa mereka
menjadi berani melakukan bermacam tindak kejahatan adalah pengaruh dari lingkungan
juga. Lingkungan yang baik akan membentuk banyak pribadi yang baik dan begitu pula
sebaliknya. Entah itu dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar. Mereka yang
sudah terdoktrin oleh lingkungan bahwa seorang saja tidak melakukan tindakan kriminal di
lingkungan itu akan dianggap sebagai minoritas.

Faktor Agama
Angka kriminalitas yang tinggi di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Bagaimana
tidak? Seseorang mampu melakukan kejahatan disebabkan pula karena kurangnya iman
dan takwa kepada Tuhan sehingga seseorang dengan gampang melakukan perbuatan
kriminal. Di tengah kondisi bangsa Indonesia yang kritis seperti sekarang ini, seseorang
harus lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan dan lebih banyak beribadah sehingga
dapat memperkuat iman dan takwa agar dijauhkan dari segala perbuatan-perbuatan dosa.
Namun banyaknya aliran-aliran sesat yang dapat menyesatkan manusia ke jalan salah dan
membuat seseorang tertipu dan dapat menuruti semua ajaran-ajaran yang sesat itu.

Gaya Hidup

Banyak orang ingin semakin bersaing dalam hal kesejahteraan materi dan banyak orang
juga tidak lagi mengenal bagaimana mendapatkan sebuah penghasilan dengan cara yang
benar karena yang terpenting adalah menghasilkan. Mereka menilai bahwa penghasilan
dapat didapatkan dengan mudah ketika bisa mengimbangi gaya hidup orang lain. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan tindakan kriminal ataupun kejahatan namun perlu disadari,
faktor kemiskinanlah yang menjadi modal awal terjadinya tuntutan kebutuhan hidup.
Pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan maupun kekurangan akan mempersulit
seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik dari segi kebutuhan sandang (pakaian),
pangan (makanan), papan (tempat tinggal) dan juga pendidikan serta kesehatan.

Pengaruh Minuman Keras

Seseorang yang tadinya mempunyai kondisi psikis yang baik maka selanjutnya orang juga
akan mempunyai dampak psikis yang mengarah kepada perilaku kriminal jika meminum
minuman keras. Biasanya minuman beralkohol akan membuat orang menjadi lebih sensitif
dan mudah marah.

Minum minuman keras (miras) merupakan kebiasaan buruk yang dapat merusak
kesehatan, menimbulkan suatu tindak pidana serta menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Minuman keras atau miras akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian seperti adanya miras
oplosan, tingginya kecelakaan lalu lintas di bawah pengaruh alkohol, banyaknya tindak
pidana yang bermula karena pengaruh miras sehingga perlu adanya perhatian khusus
dalam mengatasi miras.
Ya, demikianlah beberapa faktor yang dianggap sangat berpengaruh terhadap tingginya
tingkat kriminalitas. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan masyarakat
agar tidak terjadi lagi yang namanya tindakan kriminalitas di negara ini.

Tidak bisa dipungkiri, kriminalitas sudah menjadi bagian dari kehidupan bersosial
dan bermasyarakat. Kriminalitas pun tidak dilakukan dengan sendirinya,
melainkan karena ada niat dan kesempatan untuk melakukannya.

Mungkin kamu sendiri memahami, bahwa ekonomi adalah salah satu alasan
yang sangat mempengaruhi kehidupan banyak orang. Salah satunya adalah
faktor kebutuhan, setiap orang pasti mempunyai yang namanya kebutuhan.
Entah itu kebutuhan yang bersifat kebutuhan sehari - hari, atau kebutuhan yang
menunjang sebuah gaya hidup. Diantaranya adalah kebutuhan yang banyak
orang buat untuk sebuah persaingan dalam pandangan suatu status sosial.
Biasanya memang tidak serta merta seperti itu saja, namun juga karena
seseorang memiliki suatu perasaan tidak ingin tersaingi satu sama lain dalam hal
kecil sekalipun.

Kriminalitas juga lahir dari sebuah himpitan ekonomi dan seringkali itu terjadi.
Dengan kondisi yang bisa dibilang kepepet, akhirnya orang akan mempunyai
cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menghalalkan
segala cara. Seperti kegiatan mencuri, menipu, pencopetan, dan perampokan
yang disertai dengan kekerasan yang belakangan ini masih sering terjadi di
tengah gencarnya pengamanan dan patrol yang dilakukan pihak yang berwajib.
Jumlah yang banyak dan kian tidak terkontrol dari pelaku kriminalitas inilah yang
membuat aksi – aksi kriminalitas semakin sulit untuk di berangus.

1. Faktor ekonomi yang lemah

Tuntutan akan kebutuhan membuat sejumlah orang yang tertekan keadaan


ekonominya menjadi lebih agresif lagi dalam hal mencari nafkah. Keterbatasan
pendidikan dan keterampilan, ditambah keinginan untuk mendapatkan
penghasilan secara instan menjadi salah satu penyebab mengapa seseorang
mempunyai kenekatan dan nyali untuk melakukan aksi kejahatan.

2. Faktor lingkungan yang mendukung

Hal yang juga sangat mendukung dan membentuk karakter seseorang, mengapa
mereka menjadi berani melakukan bermacam tindak kejahatan adalah pengaruh
dari lingkungan juga. Lingkungan yang baik akan membentuk banyak pribadi
yang baik, dan begitu pula sebaliknya. Entah itu dari lingkungan keluarga,
maupun linkungan sekitar. Mereka yang sudah terdoktrin oleh lingkungan bahwa
seorang saja tidak melakukan tindakan kriminal di lingkungan itu akan dianggap
sebagai minoritas

3. Terbiasa dengan Geng

Pengaruh ini terbentuk dari mereka yang terbiasa membentuk geng sejak masih
muda, dan tenggelam dalam kepuasan dalam mencari pengakuan bahwa
mereka adalah yang mendominasi. Dan biasanya mereka yang melakukan
tindak kriminal secara berkomplot biasanya didasari dengan rasa
kesetiakawanan karena merasa senasib dan susah senang bersama. Dan tidak
jarang bagi mereka yang sudah menikah, yang menjadi imbas ketika mereka
terkena proses hukum atau main hakim sendiri oleh masyarakat adalah istri dan
anak – anaknya.

4. Efek lanjutan dari ketergantungan narkoba

Tidak menutup kemungkinan dan memang banyak fakta di lapangan yang


menjadi faktor mengapa banyak orang mulai nekat untuk melakukan aksi
kejahatannya juga didasari oleh kebutuhan dalam mencukupi efek ketagihan
obat – obatan terlarang bagi mereka yang sudah menjadi pecandu. Mereka tidak
peduli dengan kebutuhan sehari – hari selain bagaimana mereka bisa
mendapatkan uang secara instan lalu bisa membeli obat – obatan yang sudah
menjadi kebutuhan utamanya sejak ia menjadi pecandu.

5. Pengaruh Minuman Beralkohol

Alkohol bukanlah pilihan yang tepat jika kamu menginginkan sebuah minuman
yang sehat untuk dikonsumsi. Tak dipungkiri, pengaruh langsung dari alkohol
akan memberi dampak buruk dalam jangka pendek namun dalam jangka
panjangnya, akan berpengaruh langsung kepada psikis seseorang. Seseorang
yang tadinya mempunyai kondisi psikis yang baik, selanjutnya orang juga akan
mempunyai dampak psikis yang mengarah kepada perilaku kriminal. Biasanya
minuman beralkohol akan membuat orang menjadi lebih sensitif dan mudah
marah.

6. Sempitnya lapangan pekerjaan

Kebutuhan ekonomi yang tidak seimbang dengan luasnya lapangan pekerjaan


adalah penyebab lain, mengapa seseorang berpikiran bahwa tidak ada pilihan
lain yang bisa dijadikannya sebuah pekerjaan. Yang juga diimbangi dengan
pemikiran yang ingin selalu instan dalam mendapatkan penghasilan. Dan lebih
lagi, orang akan menjadi ketagihan untuk melakukan tindakan kriminal karena ia
sudah berhasil pada kali pertama ia melakukan tindakan kriminal yang berbuah
penghasilan.

7. Tuntutan gaya hidup

Di jaman milennial seperti ini, banyak orang ingin semakin bersaing dalam hal
kesejahteraan materi. Banyak orang juga tidak lagi mengenal bagaimana
mendapatkan sebuah penghasilan dengan cara yang benar, asalkan
menghasilkan. Mereka menilai bahwa penghasilan dapat didapatkan dengan
mudah ketika bisa mengimbangi gaya hidup orang lain. Gaya hidup makin kesini
juga makin tinggi karena banyak orang menilai seseorang pantas untuk
dipandang ketika ia memiliki kelebihan harta. Tidak dipungkiri, gaya hidup
semakin dikejar juga semakin mengiris ekonomi seseorang.

8. Bekas Narapidana

Biasanya, seorang bekas narapidana juga akan sulit disembuhkan, dimana


mereka juga mempunyai keterbatasan psikis yang tidak mampu mengendalikan
masa lalu yang sudah menjadi sebuah kebiasaan yang lama. Kebiasaan psikis
yang sudah terlanjur rusak ini lambat laun juga akan semakin membuat
seseorang menjadi tambah mengikuti arusnya. Namun tidak semua narapidana
seperti demikian, sebagian banyak dari mereka memiliki kemauan juga untuk
sembuh dari masa lalu buruknya.

9. Ada penghargaan atau perebutan wilayah kekuasaan

Mungkin hal ini masih banyak menjadi rahasia umum bagi banyak orang, terlebih
bagi yang belum mengetahui seluk beluk mengenai dunia kriminalitas. Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa angka kriminalitas yang semakin tumbuh dari
tahun ke tahun juga karena ada faktor pencarian kekuasaan wilayah atau
pembuktian diri. Pelaku kriminalitas juga mempunyai tatto yang menunjukkan
seberapa tinggi kriminalitas atau seluas apa wilayah kriminalitas seorang pelaku
kriminal, yang menjadikannya lebih disegani antar pelaku kriminal lainnnya
dalam bentuk kelompok. Semisal sebuah nama “Hercules” yang cukup disegani
di Jakarta sebagai seorang yang mempunyai wilayah kekuasaan tertentu
bersama kelompoknya.

Jakarta, CNN Indonesia -- Angka kejahatan di DKI Jakarta diprediksi akan terus meningkat. Hal
tersebut dipicu oleh lemahnya pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan dan faktor ekonomi
sosial yang mendorong seseorang melakukan tindak kejahatan.

Sebab, berdasarkan studi yang dilakukan Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia Fakultas
Hukum Indonesia (MaPPI FHUI), pelaku tindak kejahatan merupakan 'pemain-pemain' baru.

Studi MaPPI dilakukan dengan meneliti 1.276 putusan pengadilan tindak pidana ringan se-DKI
Jakarta tahun 2010-2015. Hasil studi menunjukkan 98,8 persen pelaku kejahatan adalah pelaku
baru. Sisanya 2,9 persen adalah 'pemain lama' atau residivis.

Pelaku-pelaku baru di dunia kejahatan, menurut Peneliti MaPPI FHUI Bestha Inatsan, jika tidak
ditangani secara baik maka bisa berpotensi mengulangi lagi perbuatannya. Bahkan, berpotensi
menjadi residivis.

"Saat keluar dari penjara, mereka enggak tahu mau ngapain, terpaksa masuk lagi. Makan dan tidur
gratis," kata Betsha di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, kemarin.

Lihat juga:
Yasonna Sebut Tren Kejahatan Lapas Meningkat Jelang Lebaran
Pelaku kejahatan baru ini, kata Betsha, didominasi laki-laki dengan jumlah 81,9 persen, sementara
perempuan berjumlah 10,5 persen.

Dari sisi usia, lanjut Betsa, studi menemukan ada 34,4 persen pelaku kejahatan rata-rata berusia
15-24 tahun.

Bestha mengatakan, pemicu utama munculnya tindak pidana ringan di Jakarta disebabkan oleh
kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan yang minim.

Dia menyebut sebagian besar kasus pencurian dilakukan oleh pengangguran. "Sebanyak 36,7
persen," kata dia.

Lihat juga:
Kenali Tanda Anak jadi Korban Pelecehan Seksual
Adapun objek yang paling banyak dicuri, jelas dia, adalah ponsel dan laptop sebanyak 34,7 persen.
Kemudian diikuti pencurian sepeda motor sebanyak 18,4 persen.

"Dalam perkara pembunuhan pelaku terbanyak bekerja di sektor buruh, pedagang kecil, sopir dan
lainnya itu sebesar 33,4 persen. Yang kedua bekerja di sektor swasta yakni 20,5 persen," ucapnya.

Peneliti MaPPI lainnya, Muhamad Rizaldi menambahkan, meningkatnya tindak kejahatan juga
dipicu proses penanganan perkara di pengadilan yang mengakibatkan kelebihan kapasitas di
penjara.

Dia menyebut, kelebihan kapasitas membuat narapidana tidak ditangani secara baik.

"Over capacity membuat napi tidak mendapat pembinaan yang baik," kata Rizaldi.

Menurut Rizaldi, pemicu kapasitas berlebihan disebabkan oleh penanganan perkara secara
berlebihan yakni hakim memeriksa terdakwa menggunakan acara pemeriksaan cepat.

Padahal, kata dia, untuk tindak pidana ringan, putusan pengadilan harus mengacu pada ketentuan
Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP)
ataupun Peraturan Mahkamah Agung nomor 2 tahun 2012.
Aturannya, kata Rizaldi, untuk pidana ringan hukuman yang dijatuhkan adalah tiga bulan penjara
dan denda Rp1.000 sesuai KUHP.

Dalam catatan MaPPI, kata Rizaldi, dari 175 perkara yang ditangani pengadilan, hanya empat
perkara yang putusannya tiga bulan sesuai Perma nomor 2 tahun 2012.

Selebihnya, lanjut dia hakim menjatuhkan vonis lebih dari tiga bulan.

Mosi :
Pemberlakuan sistem keadilan hukum di Indonesia masih
sangat rendah

Wajah Hukum Indonesia


Saat ini tidak mudah untuk memaparkan kondisi hukum di Indonesia tanpa adanya keprihatinan
yang mendalam mendengar ratapan masyarakat yang terluka oleh hukum, dan kemarahan
masyarakat pada mereka yang memanfaatkan hukum untuk mencapai tujuan mereka tanpa
menggunakan hati nurani. Dunia hukum di Indonesia tengah mendapat sorotan yang amat tajam
dari seluruh lapisan masyarakat, baik dari dalam negri maupun luar negri. Dari sekian banyak
bidang hukum, dapat dikatakan bahwa hukum pidana menempati peringkat pertama yang bukan
saja mendapat sorotan tetapi juga celaan yang luar biasa dibandingkan dengan bidang hukum
lainnya. Bidang hukum pidana merupakan bidang hukum yang paling mudah untuk dijadikan
indikator apakah reformasi hukum yang dijalankan di Indonesia sudah berjalan dengan baik atau
belum. Hukum pidana bukan hanya berbicara tentang putusan pengadilan atas penanganan perkara
pidana, tetapi juga meliputi semua proses dan sistem peradilan pidana. Proses peradilan berawal
dari penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian dan berpuncak pada penjatuhan pidana dan
selanjutnya diakhiri dengan pelaksanaan hukuman itu sendiri oleh lembaga pemasyarakatan.
Semua proses pidana itulah yang saat ini banyak mendapat sorotan dari masyarakat karena
kinerjanya, atau perilaku aparatnya yang jauh dari kebaikan. Di awal tahun 2010 ini, kita dapat
mengatakan semua institusi penegak hukum dalam proses pidana mendapat sorotan yang tajam.
Dari kepolisian kita akan mendengar banyaknya kasus penganiayaan dan pemerasan terhadap
seorang tersangka yang dilakukan oknum polisi pada saat proses penyidikan. Terakhir perihal
kriminalisasi terhadap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Institusi kejaksaan juga tidak luput
dari cercaaan, dengan tidak bisa membuktikannya kesalahan seorang terdakwa di pengadilan,
bahkan terakhir muncul satu kasus dimana jaksa gagal melaksanakan tugasnya sebagai penegak
hukum yang baik setelah surat dakwaannya dinyatakan tidak dapat diterima. Adanya surat dakwaan
yang tidak dapat diterima oleh majelis hakim, menunjukkan bahwa jaksa tersebut telah menjalankan
tugasnya dengan dengan tidak profesioanl dan bertanggung jawab. Ironisnya tidak diterimanya surat
dakwaan tersebut disebabkan karena hampir sebagian besar tanda tangan di berita acara
pemeriksaan (BAP) merupakan tanda tangan palsu. Akhirnya proses pidana sampai di tangan
hakim (pengadilan) untuk diputus apakah terdakwa bersalah atau tidak. Hakim sebagai orang yang
dianggap sebagai ujung tombak untuk mewujudkan adanya keadilan, ternyata tidak luput juga dari
cercaan masyarakat. Banyaknya putusan yang dianggap tidak adil oleh masyarakat telah
menyebabkan adanya berbagai aksi yang merujuk pada kekecewaan pada hukum. Banyaknya
kekecewaan terhadap pengadilan (hakim) ini terkait dengan merebaknya isu mafia peradilan yang
terjadi di tubuh lembaga berlambang pengayoman tersebut. Institusi yang seharusnya mengayomi
hukum ini sempat menyeret nama pimppinan tertingginya sebagai salah satu mafia peradilan.
Meskipun kebenarannya sampai saat ini belum terbukti, namun kasus ini menunjukkan bahwa
pengadilan masuk sebagai lembaga yang tidak dipercaya oleh masyarakat. Jika kita sudah tidak
percaya lagi pada pengadilan, pada institusi mana lagi kita akan meminta keadilan di negri ini?
Mafia peradilan ternyata tidak hanya menyeret nama hakim semata, tetapi justru sudah merebak
sampai pegawai-pegawainya. Panitera pengadilan yang tugasnya tidak memutus perkara ternyata
juga tidak luput dari jerat mafia suap. Bahkan kasus suap ini telah menyeret beberapa nama sampai
ke pengadilan. Ironisnya mafia ini juga sampai ke tangan para wakil rakyat yang ada di kursi
pemerintahan. Sungguh ironis sekali kenyataan yang kita lihat sampai hari ini, yang semakin
membuat bopeng wajah hukum Indonesia.
Uraian di atas menunjukkan betapa rusaknya hukum di Indonesia. Mungkin yang tidak mendapat
sorotan adalah lembaga pemasyarakatan karena tidak banyak orang yang mengamatinya. Tetapi
lembaga ini sebenarnya juga tidak dapat dikatakan sempurna. Lembaga yang seharusnya berperan
dalam memulihkan sifat para warga binaan (terpidana) ternyata tidak dapat menjalankan tugasnya
dengan baik. Jumlah narapidana yang melebihi dua kali lipat dari kapasitasnya menjadikan nasib
narapidana juga semakin buruk. Mereka tidak tambah sadar, tetapi justru belajar melakukan tindak
pidana baru setelah berkenalan dengan narapidana lainnya. Tentunya ini jauh dari konsep
pemidanaan yang sesungguhnya bertujuan untuk merehabilitasi terpidana. Bahkan fakta yang ada
hari ini, beberapa narapidana dengan leluasanya membuat “aturan” sendiri dengan merubah hotel
prodeo tersebut menjadi hotel bak bintang lima.
Keprihatinan yang mendalam tentunya melihat reformasi hukum yang masih berjalan lambat dan
belum memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pada
dasarnya apa yang terjadi akhir-akhir ini merupakan ketiadaan keadilan yang dipersepsi masyarakat
(the absence of justice). Ketiadaan keadilan ini merupakan akibat dari pengabaian hukum
(diregardling the law), ketidakhormatan pada hukum (disrespecting the law), ketidakpercayaan pada
hukum (distrusting the law) serta adanya penyalahgunaan hukum (misuse of the law). Sejumlah
masalah yang layak dicatat berkenaan dengan bidang hukum antara lain:
Sistem peradilan yang dipandang kurang independen dan imparsial
Belum memadainya perangkat hukum yang mencerminkan keadilan social
Inkonsistensi dalam penegakan hukum
Masih adanya intervensi terhadap hukum
Lemahnya perlindungan hukum terhadap masyarakat
Rendahnya kontrol secara komprehensif terhadap penegakan hukum
Belum meratanya tingkat keprofesionalan para penegak hukum
Proses pembentukan hukum yang lebih merupakan power game yang mengacu pada kepentingan
the powerfull daripada the needy.
Selain lembaga-lembaga yang telahh disebut di atas masih ada lembaga lain yang terkait dengan
penegakan hokum di Indonesia yaitu Mahkamah Konstitusi (MK). Mahkamah Konstitusi merupakan
lembaga Negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hokum dan keadilan. Keberadaan MK yang didasarkan pada UU 24
tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi menjadi salah satu control atas peran DPR yag berperan
sebagai lembaga legislative. Mekanisme control ini diwujudkan dengan kewenangannya untuk
melakukan uji materil atas Undang-Undang yang dibuat oleh DPR. Seperti telah disebut di atas
bahwa ada kalanya pembuatan Undang-Undang yang ada di Indonesia tidak dilakukan dalam
rangka mewujudkan keadilan, sehingga perlu adanya suatu kontrol untuk menilai apakah Undang-
Undang tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Sampai hari ini kiranya MK telah menjalankan
tugasnya dengan baik sebagai garda penjaga konstitusi. Sebagai penafsir konstitusi yang tertinggi,
apapun yang diputuskan oleh MK memang harus diikuti, terlepas dari perdebatan yang ada di MK
dalam menilai suatu perkara. Dalam tugas lain juga saya menilai MK dapat berperan dengan baik,
ini karena tugas MK yang senantiasa terkait dengan penafsiran terhadap UUD 1945 dan selama ini
senantiasa berpegang teguh pada pendiriannya tanpa terpengaruh oleh pihak lain. Hal yang perlu
diperbaiki dalam kaitannya dengan MK adalah terkait dengan hukum acara MK. Yang belum jelas.
Artinya perlu diabuatkan suatu UU yang mengatur tata cara berperkara di MK, mengingat selama ini
pengaturannya masih menggunakan pedoman dari MK
Konsep Reformasi Hukum
Setelah melihat kondisi hukum yang terpuruk tersebut maka tidak ada kata lain selain terus
mengedepankan reformasi hukum yang telah digagas oleh bangsa ini. Kegiatan reformasi Hukum
perlu dilakukan dalam rangka mencapai supremasi hukum yang berkeadilan. Beberapa konsep
yang perlu diwujudkan antara lain:
Penggunaan hukum yang berkeadilan sebagai landasan pengambilan keputusan oleh aparatur
negara.
Adanya lembaga pengadilan yang independen, bebas dan tidak memihak.
Aparatur penegak hukum yang professional
Penegakan hukum yang berdasarkan prinsip keadilan
Pemajuan dan perlindungan HAM
Partisipasi public
Mekanisme control yang efektif.
Pada dasarnya reformasi hukum harus menyentuh tiga komponen hukum yang disampaikan oleh
Lawrence Friedman yang meliputi:
Struktur Hukum, dalam pengertian bahwa struktur hukum merupakan pranata hukum yang
menopang sistem hukum itu sendiri, yang terdiri atas bentuk hukum, lembaga-lembaga hukum,
perangkat hukum, dan proses serta kinerja mereka.
Substansi Hukum, dimana merupakan isi dari hukum itu sendiri, artinya isi hukum tersebut harus
merupakan sesuatu yang bertujuan untukmenciptakan keadilan dan dapat diterapkan dalam
masyarakat.
Budaya Hukum, hal ini terkait dengan profesionalisme para penegak hukum dalam menjalankan
tugasnya, dan tentunya kesadaran masyarakat dalam menaati hukum itu sendiri.
Kiranya dalam rangka melakukan reformasi hukum tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain:
Penataan kembali struktur dan lembaga-lembaga hukum yang ada termasuk sumber daya
manusianya yang berkualitas;
Perumusan kembali hukum yang berkeadilan;
Peningkatan penegakkan hukum dengan menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hukum;
Pengikutsertaan rakyat dalam penegakkan hukum;
Pendidikan publik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap hukum; dan
Penerapan konsep Good Governance.
Selain pencegahan, pengejaran dan pengusutan kasus-kasus korupsi, pemerintah harus terus
berusaha mengejar aset dan memulihkan kerugian negara. Disamping itu, pemerintah juga harus
tetap melanjutkan upaya serupa untuk mengatasi aksi terorisme dan bahaya lainnya yang dapat
memecahbelah keutuhan NKRI serta mencegah berkembangnya radikalisme dan juga
meningkatkan pemberantasan segala kegiatan ilegal, mulai dari penebangan liar (illegal Logging),
penangkapan ikan liar (illegal fishing) hingga penambangan liar (illegal mining), baik yang lokal
maupun yang transnasional. Dari semua itu kiranya korupsi yang akan menjadi sebuah bahaya laten
harus menjadi prioritas utama untuk diberantas. Melihat kenyataan, bahwa penegakan hukum di
Indonesia tidak akan mengalami kemajuan yang begitu pesat, tetapi kemajuan itu akan tetap ada.
Hal ini terlihat dari komitmen pemerintah untuk mewujudkan penegakkan hukum dengan didukung
oleh aparat penegak hukum lainnya. Kasus mafia peradilan yang akhir-akhir ini banyak disorot
masyarakat akan menjadikan penegak hukum lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya.
Meskipun saat ini kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum masih sangat rendah.
Keberanian lembaga-lembaga hukum bangsa ini akan menjadi titik cerah bagi penegakan hukum.
Namun selain itu kesadaran masyarakat dalam menaati hukum akan menjadi hal yang
mempengaruhi penegakkan hukum di Indonesia. Karena lemahnya penegakan hukum selama ini
juga akibat masyarakat yang kurang menaati hukum. Akankah tahun 2010 ini penegakkan hukum
menjadi lebih baik ?.
Menilai Keadilan Hukum di Indonesia
Tidak terkecuali adil dalam hukum. Selama ini hukum hanya berprinsip teguh terhadap keadilan
yang sifatnya procedural bukan keadilan substansial. Dalam hal ini, keadilan prosedural merupakan
keadilan yang mengacu pada bunyi undang-undang an-sich. Sepanjang bunyi UU terwujud,
tercapailah keadilan secara formal! Apakah secara materiil keadilan itu benar-benar dirasakan adil
secara moral dan kebajikan (virtue) bagi banyak pihak? Para penegak keadilan prosedural tidak
memedulikannya. Mereka, para penegak keadilan prosedural itu, biasanya tergolong kaum
positivistik dan tidak melihat betapa masyarakat tidak merasakan keadilan yang sejatinya hukum
merupakan sarana mewujudkan keadilan yang tidak sekedar formalitas.
Di tengah-tengah konflik antara KPK, Kepolisian, dan Kejaksaan, pasti semua pihak membutuhkan
penyelesaian secara adil. Tidak ada pihak yang mau diberlakukan secara tidak adil. Keinginan itu
tidak saja datang dari mereka yang terlibat langsung, bahkan masyarakat yang sebatas
menyaksikannya pun juga ingin melihat keadilan itu. Tetapi ternyata tidak mudah itu semua
dipenuhi, sekalipun mereka yang sedang bermasalah itu sehari-hari sesungguhnya adalah penjaga
keadilan.
Banyak kasus-kasus putusan hakim yang tidak mencerminkan substansi keadilan hukum dimana
beberapa dekade balakangan ini mewarnai media pewartaan nasional. Semisal kasus Ibu Minah
dengan Semangkanya, atau kasus Prita—walaupun sudah dibebaskan dari gugatan—serta kasus-
kasus lainnnya. Bagi kaum positivistik, keputusan-keputusan hukum dapat dideduksikan secara
logis dari peraturan-peraturan yang sudah ada lebih dahulu tanpa perlu menunjuk kepada tujuan-
tujuan sosial, kebajikan, serta moralitas. Betapa pun tidak adil dan terbatasnya bunyi undang-
undang yang ada. Hukum adalah perintah undang-undang, dan dari situ kepastian hukum bisa
ditegakkan.
Ironisnya, seringkali keadilan hukum Indonesia cenderung milik para penguasa, minimal orang kuat.
Sehingga jargon masyarakat terhadap hukum di Indosian memang benar adanya bahwa hukum
akan kuat ketika melawan orang lemah, akan tetapi ia akan lemah ketika berhadapan dengan orang
kuat (ex; orang kaya-penguasa). Atau bahkan sekedar menjadi mainan para penegak hukum itu
sendiri.
Salah satu masalah yang dihadapi bangsa ini adalah tidak adanya kepastian hukum. Belum
terciptanya law enforcement di negeri ini terpotret secara nyata dalam lembaga peradilan. Media
masa bercerita banyak tentang hal ini, mulai dari mafia peradilan, suap ke hakim, pengacara tidak
bermoral sampai hukum yang berpihak pada kalangan tertentu.
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis
(HuMa), menyatakan ada tujuh faktor utama yang menyebabkan stagnasi hukum di Indonesia :
1. Pertama, politik dan arah pembaruan hukum yang elitis.
2. Kualitas legislasi nasional dan daerah yang rendah.
3. Penegakan hukum yang sarat korupsi dan melahirkan mafia hukum.
4. Lembaga peradilan tidak mewujud menjadi agen dan ujung tombak pembaharuan hukum.
5. Mahkamah Konstitusi sebagai The Guardian of the Constitution lebih banyak dimanfaatkan oleh
kelompok elit.
6. Pendidikan hukum yang bergeser orientasinya menjadi pelayan pasar.
7. Ketidakmampuan institusi hukum dan pemerintah menyelesaikan konflik yang melibatkan rakyat
banyak dan miskin dengan cara-cara yang memenuhi rasa keadilan rakyat,
Akhirnya kita berharap hokum di Indonesia semakin mendekati keadilan.
PERBAIKAN kualitas penegakan hukum sangat mendesak. Suap sudah menjadi praktik laten dan
mengakar di lingkungan pengadilan. Kondisi peradilan Indonesia benar-benar mengkhawatirkan.
Peringatan itu disampaikan Adrianus Meliala, anggota Ombudsman RI, yang mengacu ke temuan
lembaganya dalam setahun terakhir. Dari penelusuran Media Indonesia, praktik suap sudah
berlangsung sangat lama. Lurus bisa dibengkokkan, benar bisa disalahkan, bahkan putusan yang
telah berkekuatan hukum tetap pun bisa diabaikan (lihat: Putusan PN Lebih Berdigdaya daripada
MA). Guru besar Universitas Indonesia itu membeberkan tidak adanya keadilan di pengadilan
semakin mempertebal Rule of Law Index 2015 yang dirilis World Justice Project, Washington DC.
Indeks yang memotret praktik peradilan di tiga kota besar pada 102 negara di dunia itu
menyimpulkan penegakan hukum Indonesia sangat rendah. Indeks menempatkan Indonesia di
peringkat 52 dari 102 negara dunia.

Indonesia berada di antara peringkat terbawah 15 negara Asia-Pasifik, yaitu pada posisi 10 di bawah
Singapura, Malaysia, dan Filipina. Salah satu penyumbang poin buruk ialah rendahnya integritas dan
etika di lingkungan peradilan. Indonesia berada di peringkat ke-74 (dari 102 negara dunia) atau ke-14
(dari 15 negara Asia-Pasifik). Rendahnya posisi Indonesia disebabkan pencari keadilan sulit
mendapat akses civil justice melalui peradilan. Pada dimensi ini, Indonesia berada di peringkat ke-83
(102 negara dunia) atau ke-13 (dari 15 negara Asia-Pasifik). "Oleh karena itu, hasil temuan
investigasi Ombudsman RI akan kami sampaikan kepada Mahkamah Agung dalam bentuk saran
perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di pengadilan," jelas mantan komisioner
Kompolnas itu.

Upaya ke arah perbaikan sebenarnya sudah menjadi pemikiran Mahkamah Agung (MA) dengan
memisahkan struktur sekretaris dan panitera yang selama ini dianggap paling rentan. Peraturan MA
Nomor 7 Tahun 2015 yang disahkan pada 8 Oktober dengan tegas memisahkan tanggung jawab
Sekretaris MA dari urusan administrasi yudisial. Kenyataannya, Peraturan MA Nomor 7 malah
dijadikan tameng oleh Sekretaris MA untuk menghindar dari tuduhan mafia peradilan. Peneliti Pusat
Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Miko Susanto Ginting juga melihat Peraturan MA Nomor 7
Tahun 2015 tidak menjamin pemisahan administrasi lembaga dan administrasi yudisial. Dalam
praktiknya, urusan administrasi yudisial kerap mampir di bagian administrasi lembaga, begitu pun
sebaliknya.
Dengan begitu, bukan sesuatu yang aneh jika jual beli perkara bisa dilakukan saat awal pendaftaran
perkara. Alur penanganan perkara, mulai biro umum sampai kembali ke pengadilan pengaju, harus
melalui 27 tahapan. Dari tahapan-tahapan itu, ada tiga pihak yang memiliki kewenangan dalam
pengelolaan berkas. Pertama, biro umum di bawah badan urusan peradilan (BUA); kedua, di bawah
direktorat pranata dan tata laksana (pratala) Dirjen Badan Peradilan; ketiga, di bawah kepaniteraan.

Terbalik-balik
Kenyataannya, itu bisa terbalik-balik. Misal, saat pemeriksaan berkas oleh biro umum, di saat
bersamaan, itu dilakukan juga oleh pranata pelaksana. Jika hasil tidak sama, akan kembali ke proses
awal. Sebab itu, kata Miko Ginting, tidak mengherankan jika kasasi membutuhkan waktu hingga 1
tahun. Perkara yang saat ini menumpuk di MA sekitar 17 ribu berkas. Dengan banyaknya kasus, bisa
dibayangkan berapa banyak perkara yang mungkin disalahgunakan. Bisa dikatakan, hampir semua
orang di MA punya kesempatan untuk menyalahgunakan kewenangan, dari skala kecil hingga ke
skala paling besar. Miko memberikan contoh pengalaman salah satu seniornya di PSHK. Saat senior
minta buku l laporan tahunan, satpam MA mengarahkan dia ke dapur. "Orang pantry menjual Rp40
ribu per buku. Itu kan mengherankan. Dokumen publik pun diuangkan." Untuk menyikapi
pengawasan, komisioner Komisi Yudisial Bidang Hubungan Antarlembaga dan Layanan Informasi
Farid Wajdi mengakui pihaknya sulit mengawasi hakim di MA.
Saat ini salah satu perdebatan yang belum tuntas ialah terkait dengan hambatan untuk mengaudit
sikap hakim dalam teknis yudisial yang kerap menimbulkan bias dalam pengawasan hakim. MA
kerap berwacana pada istilah perilaku murni versus teknis yudisial. Padahal, teknis yudisial dalam
bentuk putusan hakim bisa dijadikan tameng untuk merepresentasikan iktikad buruk dalam
penanganan perkara. "Misal, ada putusan hakim yang memanipulasi keterangan saksi. Ini kan ada
unsur kesengajaan dan bukan kelalaian. Dalam hal seperti itu, MA menghambat agar KY tidak
intervensi. Padahal, KY hanya ingin melihat itu sebagai sikap tidak professional," lanjutnya.

Selain hambatan dalam teknis yudisial, KY pun tidak bisa mengawasi perilaku aparatur nonhakim.
Padahal, dalam kaitan problematika penegakan hukum, hakim tidak berdiri sendiri. Ada atasan,
bawahan, rekan sejawat, serta aparatur nonhakim yang juga terlibat dalam proses hukum dan saling
memengaruhi. Komisioner yang juga mantan praktisi hukum itu mendudukkan kemungkinan
permainan suap di Mahkamah Agung. Pertama, asumsi hakim terlibat. Dalam kondisi terkini, agak
kecil kemungkinan hakim agung terlibat karena pengawasan di tingkat nasional begitu ketat.
"Modusnya, kalaupun bermain, pihak beperkara mentransfer ke pihak ketiga yang memiliki
hubungan dengan hakim terkait," cetusnya. Bisa pula transaksi terjadi di luar kota atau luar negeri.
"Ada adegiumnya. Kalau ada hakim yang menangani perkara besar, kemudian melakukan medical
check-up ke luar negeri, atut dicurigai."

You might also like