Professional Documents
Culture Documents
Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang
adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara
biologis.
Orang pasti akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan
mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype
dengan pendidikan seks (sex education) seolah sebagai suatu hal yang vulgar.
Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar.
Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual,
hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang
kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari
pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi.
Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi
basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon.
Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex
education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja,
baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex
education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja
Ada beberapa hal mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja, diantaranya yaitu:
Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks sangat penting bagi remaja. Faktor
pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education,
sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga
dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan
anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di
lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang
menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi
pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang
sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan
yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Ada beberapa pendapat yang bilang, ”sex education” memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di
sekolah menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Pendidikan Seks ”Sex education”
sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu
menghindari dampak-dampak negatif lainnya.
Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pendidikan seks karena banyak kasus pergaulan
bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita berbicara tentang pergaulan bebas, hal ini
sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas
remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari
faktor perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat. Yang
terpenting adalah bagaimana kita mampu memberikan pendidikan seks kepada generasi muda.
Tidak tepat lagi jika membayangkan seks bebas itu hanya ada di negara-negara barat. Itu dulu.
Seks bebas, pornografi dan prilaku seks menyimpang telah ada dalam lingkungan terdekat kita
sekalipun. Coba perhatikan beberapa data berikut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komite
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Oktober 2013
memaparkan bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar
nikah . 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami hamil di luar nikah juga berasal dari
kelompok usia remaja dan 21% diantaranya pernah melakukan aborsi. Lalu pada kasus terinfeksi
HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak 10.203 kasus, 30% penderitanya berusia remaja. Itu tiga tahun
yang lalu, sekarang angkanya tentu lebih tinggi lagi.
Kemudian terkait pornografi, Ketua Gerakan Jangan Bugil Depan Kamera (JBDK) Peri Umar
Faruk seperti ditulis Kompas.com, menyebutkan bahwa berdasarkan hasil survei yang dilakukan
selama 2010, masyarakat Indonesia berada pada urutan keempat di dunia yang suka membuka
internet untuk situs pornografi. Pada tahun 2008 dan 2009, Indonesia berada pada urutan ketiga
setelah Vietnam, Kroasia, dan beberapa negara Eropa lainnya. Sekarang masyarakat Indonesia
berada di peringkat pertama dalam hal membuka situs pornografi.
BLOG TERKAIT
Mengkritisi Arah Pendidikan Kita
Insentif dan Sertifikasi Guru Honorer di Makassar
Sarjana Pendidikan di Era Sertifikasi
Bergesernya Kekuatan Mahasiswa pada Elit Politik?
UIN Malang: Padukan Tradisi Pesantren dan Perguruan Tinggi
Akibatnya, penderita HIV/aids di Indonesia pun meningkat. Sejak ditemukan pertama kali
pada tahun 1987, jumlah penderita HIV/aids bertambah dari tahun ke tahun. Menurut data Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional menunjukan, tahun 1987 jumlah penderita AIDS di Indonesia
masih lima kasus. Dalam rentang waktu 10 tahun, hanya bertambah menjadi 44 kasus. Tetapi sejak
2007, kasus AIDS tiba-tiba melonjak menjadi 2.947 kasus dan periode Juni 2009 meningkat hingga
delapan kali lipat, menjadi 17.699 kasus. Dari jumlah tersebut, yang meninggal dunia mencapai
3.586 orang. Tahun 2010 jumlah meningkat menjadi 21.591, tahun 2011 menjadi 21.031, tahun
2012 berjumlah 21.511, dan pada tahun 2013 menjadi 29.037. (http://www.kemenpppa.go.id)
Fakta di atas membuat para orang tua merasa waswas dan takut. Ancaman menghadang
pada anak-anak mereka. Ancaman berupa seks bebas, penyakit seks, kekerasan seksual serta
pornografi nyata ada di depan mata. Apa cukup sekadar merasa takut? Tentu tidak. Harus ada
upaya dan usah nyata dalam membentengi anak dari bahaya ancaman seperti disebutkan. Dan
saya melihat pendidikan seks adalah salah satu upaya yang kudu dilakukan. Walau diakui, kaitan
dengan hal ini para pakar pendidikan masih berselisih pendapat. Sebab, ada sebagian yang
bersikukuh bahwa hal itu tak diperlukan apalagi jika dimasukan dalam kurikulum pendidikan.
Pendidikan Seks
Dr. A. Nasih Ulwan dalam (2008) mendefinisikan Pendidikan seks sebagai upaya pengajaran
penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia
mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan, sehingga jika
anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah mengetahui masalah-
masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerap kan tingkah laku islami sebagai
akhlaq, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-cara hedonistic.
Kapan pendidikan seks itu dimulai? Menurut Pakar Pendidikan Indonesia, Munif Chatib dalam
sebuah seminar dan peluncuran buku Menikah Itu Ibadah di Gramedia Cirebon belum lama (12/2),
pendidikan seks itu harus dilakukan sejak dini. Penulis buku Gurunya Manusia itu menyebutkan ada
tiga pola dalam pendidikan seks. Pertama, memberi informasi yang dibutuhkan secara benar dan
tepat. Anak sebaiknya memperoleh informasi dari orang tuannya sendiri prihal seks. Orang tua tak
boleh menutup-nutupi. Informasi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan anak. Informasi atau ilmu terkait seks akan menjadi bekal anak dalam berprilaku.
Informasi yang diperoleh dari luar beresiko terselewengkan. Dan pastinya, orang tua tak dapat
mengontrolnya.
Kedua, menjawab pertanyaan anak tentang seks. Ada sebagian dari kita yang tak mau menjawab
pertanyaan anak terkait seks. Alasanya, karena hal itu tabu dibicarakan. Tak pantas membahasnya,
apalagi dengan anak. Padahal pertanyaan itu muncul secara alami. Pertanyaan tersebut didorong
oleh naluri (baca:fitrah) dan rasa ingin tahu yang ada pada setiap anak. Kalau pun menjawab, orang
tua terkesan menghindar dari jawaban sesungguhnya. Saat orang tua tak menjawab dikhawatirkan
anak mencari jawaban secara liar. Ini berbahaya. Sebab itu, jadilah teman diskusi bagi anak anda
tentang apa saja, termasuk terkait prilaku seks.
Ketiga, terkait prilaku. Prilaku seks sehat kudu diajarkan ke anak. Selain itu, orang tua diminta
memberikan teladan dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Hubungan laki-laki- perempuan antara
sesama anggota keluarga wajib dibangun secara sehat. Keteladanan sangat penting. Anak
sebaiknya didik sejak dini bagaimana kehidupan seks secara sehat misalnya dengan memisahkan
mereka (laki-perempuan) saat tidur.
Menyesuaikan Usia
Ketiga pola di atas dilakukan sesuai perkembangan dan usia anak-anak. Menyampaikan
informasi, menjawab pertanyaan dan mendidik prilaku seks sehat harus mengikuti usia sang anak.
Fase anak terbagi menjadi masa anak-anak, masa menjelang baligh, masa remaja atau masa
dewasa. Di sini, orang tua dituntut mengerti materi apa yang disampaikan dan kapan
menyampaikannya.
Pada usia anak-anak informasi yang dibutuhkan masih sebatas nama-nama anggota tubuh
beserta fungsinya. Kemudian anggota tubuh yang tak boleh disentuh oleh orang lain. Menjelang
baligh, mereka mulai dikenalkan fisik lawan jenis. Diajarkan pengetahuan agama terkait kewajiban
menurut aurat misalnya. Dan pada masa remaja mereka sebaiknya sudah mulai mengerti hal-hal
terkait reproduksi.
Demikian dengan menjawab pertanyaan, orang tua sepantasnya menyesuaikan usia anak.
Pada anak kecil berilah jawaban secara global, secara umum. Sedangkan pada mereka yang
menjelang baligh berilah jawaban yang lebih rinci. Baru setelah dewasa atau menjadi remaja anak
berhak mengetahuinya secara mendetail prihal seksualitas. Saat itu, orang tua sebaiknya menjadi
sahabat sejati anak-anaknya. Mereka menjadi tempat curhat, teman diskusi bagi para remaja. Pada
usia ini, anak mulai bertanya soal pernikahan, menilai pasangan dan lainnya.
Pendidikan terkait prilaku juga sama, harus disesuaikan usia anak kita. Pada masa anak-
anak orang tua menamkan rasa malu. Mereka dilatih untuk menutup kamar mandi, berganti pakaian
dalam kamar. Untuk keamanan mereka, perlu dilatih berteriak saat anggota tubuh vital seperti
kelamin disentuh oleh orang lain apalagi yang tak dikenal. Menjelang dewasa, kamar mereka (laki-
perempuan) dipisah. Laki-perempuan tak boleh tidur bersama. Berteman dengan lawan jenis
diarahkan pada pergaulan yang sehat. Kemudian saat dewasa, orang tua wajib membatasi
pergaulan dengan lawan jenis. Tanamkan bahwa masa remaja sebaiknya digunakan pada hal-hal
bermanfaat.
Akhir kata, pendidikan seks memang penting. Pendidikan seks dilakukan sejak dini. Dalam
mendidik seks, orang tua juga guru di sekolah wajib menyesuaikan dengan perkembangan dan usia
anak. Sehingga mereka matang sesuai dengan perkembangan dan usianya. Jika hal itu dilakukan,
harapanya ancaman dan rasa takut orang tua akan hilang. Dan anak-anak kita menjalani hidup
secara sehat.
Profesor bagirmanan mengatakan bahwasanya dalam negara demokrasi under the role of law kita tidak
mengenal konsep the end justify the means. Artinya dewan juri yang terhormat, tujuan mulia apapun
terkait pemberantasan tindak pidana korupsi tidak lantas dapat dibenarkan ketika ia melanggar hak
asasi manusia dan melanggar prinsip-prinsip hukum itu sendiri. Assalamualaikum wrwb
Dewan juri yang terhormat, saudara-saudaraku tim pro dan para hadirin dalam ruangan ini. Kami dari
tim kontra menyatakan bahwa kami tidak setuju mengenai mosi perdebatan kali ini yakni larangan
mantan terpidana korupsi menduduki jabatan pemerintahan. Hal ini kami landasi dengan 2 argumentasi
utama. Yang pertama ini menciderai prinsip penghormatan terhadap hak asasi manusia dan yang kedua
ini tidak selaras dengan tujuan pemindanaan itu sendiri
Jumlah tindak kriminal yang melibatkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mengalami
peningkatan sekitar 8 kali lipat dalam empat tahun terakhir.
Menurut data statistik terbaru yang dikeluarkan Freedom of Information Act Kepolisian Inggris, pada
tahun 2012 ada sekitar 653 orang yang didakwa dari 4.908 pelanggaran yang dilaporkan ke
kepolisian di Inggris Raya, Skotlandia dan Wales
Beberapa pelanggaran yang dimaksud tidak hanya postingan pesan bernada kasar dan
mengancam, namun juga serangan kekerasan yang dilakukan secara nyata yang dipicu oleh
beberapa postingan online.
Kecanduan
Lupa waktu
Bisa terperangkap dalam kejahatan internet
Berkurangnya perhatian terhadap keluarga
Tergantikannya kehidupan sosial
Tersebarnya data penting yang tidak semestinya
Pornografi
Pemanfaatan untuk kegiatan negatif
Kurangnya sosialisasi dengan lingkungan
Membuat prestasi pelajar semakin menurun
Tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumtif
Adapun Perundang-undangan yang mengatur penggunaan jejaring sosial
Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesatnya haruslah diantisipasi
dengan hukum yang mengaturnya dimana kepolisian merupakan lembaga aparat
penegak hukum yang memegang peranan penting didalam penegakan hukum,
sebab tanpa adanya hukum yang mengatur dan lembaga yang menegakkan maka
dapat menimbulkan kekacauan didalam perkembangannya. Dampak negative
tersebut menimbulkan suatu kejahatan yang dikenal dengan nama “CYBERCRIME”
yang tentunya harus diantisipasi dan ditanggulangi.
Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat Internet, Undang-Undang
yang diharapkan (ius konstituendum) adalah perangkat hukum yang akomodatif
terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan, termasuk dampak
negatif penyalahgunaan Internet dengan berbagai motivasi yang dapat menimbulkan
korban-korban seperti kerugian materi dan non materi. Saat ini, Indonesia belum
memiliki Undang-Undang khusus/cyber law yang mengatur mengenai cybercrime
walaupun rancangan undang-undang tersebut sudah ada sejak tahun 2000 dan
revisi terakhir dari rancangan undang-undang tindak pidana di bidang teknologi
informasi sejak tahun 2004 sudah dikirimkan ke Sekretariat Negara RI oleh
Departemen Komunikasi dan Informasi serta dikirimkan ke DPR namun
dikembalikan kembali ke Departemen Komunikasi dan Informasi untuk diperbaiki.
Tetapi, terdapat beberapa hukum positif lain yang berlaku umum dan dapat
dikenakan bagi para pelaku cybercrime terutama untuk kasus-kasus yang
menggunakan komputer sebagai sarana, antara lain:
Contoh Pelanggaran UU-ITE [pasal 30 (3)]
Contoh Cyber-Crime Indonesia berdasarkan pasal 30 [3] UU-11-2008 dengan
ancaman pidana maksimum 8 tahun denda maksimum Rp.800juta – pasal 46 [3].
Pasal 30
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk
memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar,
menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.
Pasal 46
1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
JENIS JENIS PELANGGARAN DUNIA MAYA (DEFKOMINFO)
1. Padang ( Berita ) : Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) menetapkan
tiga jenis pelanggaran hukum yang terjadi dalam memanfaatkan sistim komunikasi
teknologi informasi atau dikenal dengan istilah kejahatan di “dunia maya”.
2. Jenis pelanggaran itu diatur dan ditentukan sanksi hukumnya dalam RUU Informasi dan
transaksi elektronik (ITE) yang akan disahkan DPR-RI, kata Dirjen Aplikasi Telematika,
Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) RI, Ir Cahyana Ahmadjayadi dalam
penjelasan tertulis di Padang, Rabu (30/05).
3. Hal itu disampaikannya terkait pembahasan RUU ITE yang tengah dilakukan DPR-RI
dan kini dalam tahap sosialisasi kepada publik dengan melibatkan pemerintah (Departemen
Komunikasi dan Informasi RI).
4. Kejahatan itu meliputi, pelanggaran isi situs web, pelanggaran dalam perdagangan
secara elektronik dan pelanggaran bentuk lain.
5. Kejahatan isi situs web terdiri dari pornografi dan pelanggaran hak cipta, ujarnya.
6. Pornografi merupakan pelanggaran paling banyak terjadi di “dunia maya” dengan
menampilkan foto, cerita atau gambar bergerak yang pemuatannya selalu berlindung
dibalik hak kebebasan berpendapat dan berserikat.
7. Alasan ini, sering digunakan di Indonesia oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pornografi
itu, sehingga situs-situs porno tumbuh subur karena mudah diakses melalui internet.
8. Sementara itu, pelanggaran hak cipta sering terjadi baik pada situs web pribadi,
komersial maupun akademisi berupa, memberikan fasilitas download gratis baik foto, lagu,
softwere, film dan karya tulis dilindungi hak ciptanya.
9. Selain itu, menampilkan gambar-gambar dilindungi hak cipta untuk latar belakang atau
hiasan “web pages” dan merekayasa gambar atau foto orang lain tanpa izin, seperti banyak
terjadi pada situs-situs porno.
10. Selanjutnya, kejahatan dalam perdagangan secara elektronik (e-commerce) dalam
bentuk, penipuan online, penipuan pemasaran berjenjang online dan penipuan kartu kredit.
11. Menurut Cahyana, penipuan online ciri-cirinya harga produk yang banyak diminati
sangat rendah, penjual tidak menyediakan nomor telepon, tidak ada respon terhadap
pertanyaan melalui e-mail dan menjanjikan produk yang sedang tidak tersedia.
12. Resiko terburuk bagi korban kejahatan ini adalah telah membayar namun tidak
mendapat produk, atau produk yang didapat tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
13. Kemudian, penipuan pemasaran berjenjang online ciri-cirinya mencari keuntungan dari
merekrut anggota dan menjual produk secara fiktif dengan resiko bagi korban, 98 %
investasi ini gagal atau rugi.
14. Sedangkan penipuan kartu kerdit ciri-cirinya terjadi biaya misterius pada penagihan
kartu untuk produk atau layanan internet yang tidak pernah dipesan dengan resiko, korban
perlu waktu untuk melunasi kreditnya.
15. Sementara itu, pelanggaran dalam bentuk lain terdiri dari recreational hacker, cracker
atau criminal minded hacker, political hacher, denial of service attack (DoS), Viruses, Piracy
(pembajakan), Fraud, Phishing, perjudian dan cyber stalking.
16. Ia menjelaskan, recreational hacker umumnya bertujuan hanya untuk menjebol suatu
sistim dan menunjukkan kegagalan atau kurang andalnya sistim keamanan pada suatu
perusahaan.
17. Cracker atau criminal minded hacker motivasinya antara lain untuk mendapatkan
keuntungan finansial dengan melakukan sabotase sampai pada penghancuran data.
18. Political hacher merupakan aktivitas politik melalui suatu situs web untuk menempelkan
pesan atau mendiskreditkan lawan.
19. Denial of service attack (DoS) merupakan penyerangan dengan cara membanjiri data
yang besar dan mengakibatkan akses ke suatu situs web menjadi sangat lambat atau
berubah menjadi macet atau tidak bisa diakses sama sekali.
20. Viruses berupa penyebaran sedikitnya 200 virus baru melalui internet dan biasanya
disembunyikan dalam file atau e-mail yang akan di download atau melalui jaringan internet
dan disket.
21. Piracy berupa pembajakan perangkat lunak yang menghilangkan potensi pendapatan
suatu perusahaan yang memproduksinya seperti, games, aplikasi bisnis dan hak cipta
lainnya.
22. Fraud merupakan kegiatan manipulasi informasi khususnya tentang keuangan dengan
target mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
23. Phishing merupakan teknik mencari personal information berupa alamat e-mail dan
nomor account dengan mengirimkan e-mail seolah-olah datang dari bank bersangkutan.
24. Perjudian bentuk kasino banyak beroperasi di internet yang memberi peluang bagi
penjahat terorganisasi melakukan praktek pencucian uang dimana-mana.
25. Cyber stalking merupakan segala bentuk kiriman e-mail yang tidak diinginkan
penerimaannya dan termasuk tindakan pemaksaan atau “pemerkosaan”.
26. Polri
27. Penindakan kasus “cyber crime” (kejahatan menggunakan fasilitas teknologi informasi)
oleh jajaran Polri sering mengalami hambatan, terutama menangkap tersangka dan
penyitaan barang bukti.
28. Dalam penangkapan tersangka, anggota Polri sering tidak dapat menentukan secara
pasti siapa pelaku cyber crime itu, kata Kepala Unit IT dan Cyber-crime, Badan Reserse
dan Kriminal, Mabes Polri, Kombes (Pol) Petrus Reinhard Golose dalam penjelasan tertulis
di Padang, Rabu.
29. Hal itu disampaikannya terkait pembahasan RUU ITE yang tengah dilakukan DPR-RI
dan kini dalam tahap sosialisasi kepada publik dengan melibatkan pemerintah (Departemen
Komunikasi dan Informasi RI).
30. Ia menyebutkan, hambatan ini terjadi karena tersangka melakukan cybers crime melalui
komputer yang dapat dilakukan dimana saja, tanpa ada yang mengetahui sehingga tidak
ada saksi melihat langsung.
31. Menurut dia, hasil pelacakan paling jauh hanya dapat menemukan IP addres dari
pelaku dan komputer yang digunakan.
32. Hasil itu akan semakin sulit, apabila tersangka melakukannya di warung internet
(warnet), karena saat ini jarang pengelola warnet melakukan registrasi terhadap pengguna
jasa.
33. Dalam kondisi ini, Polri tidak dapat mengetahui siapa yang menggunakan komputer
tersebut saat terjadi tindak pidana cyber crime, ujarnya.
34. Kendala juga terjadi pada penyitaan barang bukti dengan banyaknya permasalahan,
karena biasanya pihak pelapor sangat lambat melakukan pelaporan sehingga data
serangan di log server sudah dihapus dan biasanya terjadi pada kasus deface.
35. Akibatnya, penyidik menemui kesulitan dalam mencari log statistik yang terdapat dalam
server, karena biasanya secara otomatis server menghapus log yang ada untuk
mengurangi beban.
36. Hal ini juga membuat penyidik tidak menemukan data yang dibutuhkan dijadikan barang
bukti, sedangkan log statistik merupakan salah satu bukti vital dalam kasus hacking untuk
menentukan arah datangnya serangan, tambahnya.
37. Lebih lanjut, Petrus mengatakan, guna meningkatkan penanganan cyber crime yang
kasusnya makin meningkat, maka Polri berupaya melakukan pembenahan personil, sarana
prasarana, kerjasama dan koordinasi, sosialisasi dan pelatihan.
38. Dalam hal personil, ia mengakui, Polri masih mengalami keterbatasan SDM yang tidak
bisa diabaikan. Untuk itu Polri mengirim anggotanya mengikuti kursus penanganan kasus
ini seperti ke CETS Canada, Internet Investigation di Hongkong, Virtual Undercover di
Washington dan Computer Fortensic di Jepang.
39. Dalam sarana prasarana, Polri berupaya meng-update dan upgrade teknologi
informasinya dengan fasilitas Encase versi 4 dan 5, CETS, COFFE, GSM Interceptor, GI2,
GN 9000, DF dan Helix.
40. Kerjasama dan koordinasi dengan pihak lain diupayakan bersifat bordeless dan tidak
mengenal batas wilayah, sehingga bisa berkoordinasi aparat penegak hukum negara lain.
41. Sedangkan sosialisasi dan pelatihan dilakukan kepada Polda-Polda dan penegak
hukum lainnya (jaksa dan hakim) agar memiliki kesamaan tindak dan persepsi mengenai
cybers crime terutama dalam pembuktian, penggunaan barang bukti, penyidikan,
penuntutan dan pengadilan yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, tambah
Petrus Reinhard Golose.
Hal – hal diatas adalah beberapa contoh dari penyalahgunaan jejaring sosial. Anak muda
jaman sekarang sebenarnya secara tidak langsung mereka senang menganggap hal
tersebut sebagai suatu budaya trend masa kini yang dimana mereka sedikit-sedikit
langsung online untuk update status, apalagi sekarang eranya informatika yang dengan
mudahnya kita mendapatkan informasi dengan cepat atau kata lain jaringan internet.
Dengan handphone – handphone mereka dari yang biasa-biasa saja hingga yang modern
seperti BlackBerry, iPhone, Android dan semacamnya mereka semakin senang bermain-
main dengan jejaring sosial yang sebenarnya mengakibatkan banyak hal negatif selain
contoh diatas, seperti malas belajar, membuang waktu dengan percuma, meninggalkan
tugas mereka, dan masih banyak lainnya.
Media sosial merupakan sebuah fenomena yang saat ini memiliki pengaruh yang sangat besar di
Indonesia. Media sosial memiliki pengguna yang sangat besar, sebaran penggunanya pun tersebar
dari ujung timur hingga ujung barat Indonesia. Pengunaan media sosial pada saat ini tidak hanya
digunakan sebagai sarana untuk bersosialisasi. Media sosial kerap digunakan sebagai sarana
promosi baik promosi barang jualan, promosi makanan, promosi tempat wisata dan lainnya (Tech in
Asia, 2015). Selain itu, media sosial sering dijadikan media untuk sarana pendidikan, sebagai sarana
untuk membangun citra instansi atau organisasi dan yang terakhir dan termasuk yang paling sering
adalah sebagai sarana penyampaian informasi.
Namun, selain dari kegunaan positif yang telah disampaikan di atas, media sosial banyak juga
digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan dan keuntungan pihak
tertentu yang menimbulkan kerugian atau kerusakan bagi pihak lain. Hal yang paling banyak
digunakan saat ini adalah bagaimana media sosial digunakan sebagai media untuk penyampaian
berita bohong atau biasa disebut HOAX. Penyebaran hoax tumbuh subur saat ini karena mayoritas
pengguna media sosial jarang untuk melakukan check and re-check terhadap informasi yang diterima.
Pengguna media sosial cenderung untuk langsung meneruskan pesan dan informasi kepada jejaring
mereka tanpa memperhatikan sumber maupun kebenaran dari informasi tersebut. Selain itu media
sosial juga kerap digunakan untuk kepentingan yang tidak pantas antara lain untuk pornografi,
informasi mengenai perjudian, ajakan kekerasan maupun tindakan kriminal lainnya.
Menurut We Are Social, pada tahun 2016, Indonesia merupakan negara dengan peningkatan jumlah
pengguna internet yang tertinggi di dunia dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan hanya
88,1 juta pengguna internet pada awal tahun 2016, jumlah pengguna internet di Indonesia telah
meningkat sebesar 51 persen ke angka 132,7 juta pengguna pada Januari 2017 (Tech in Asia, 2017).
Peningkatan angka pengguna internet turut mendorong peningkatan angka pengguna media sosial di
Indonesia. Saat ini, Indonesia menempati urutan ke-4 mengenai jumlah penguna media sosial
mengalahkan Brazil dan Amerika Serikat (Tech in Asia, 2017).
Potensi pada media sosial turut mengundang beberapa pihak untuk menyalahgunakan media sosial
untuk kepentingan golongan tertentu tanpa memperhatikan etika moral bahkan hukum positif yang
berlaku di Indonesia. Contohnya pada kasus Saracen yang baru-baru ini marak (BBC, 2017). Kasus
ini membawa dampak yang besar di indonesia, khususnya bagi masyarakat yang belum sadar bahwa
selama ini, informasi yang mereka terima dan teruskan adalah informasi bohong yang dibuat secara
sengaja dan terorganisir oleh kelompok tertentu untuk berbagai tujuan. Tujuan yang paling utama
adalah untuk menggiring opini publik serta menciptakan suasana sesuai dengan keperluan berbagai
pihak. Pada kasus Saracen ini, publik akan dibanjiri informasi berbau sara yang bertujuan untuk
memecah belah dan memberikan image negatif terhadap seseorang atau golongan tertentu. Saracen
bukan merupakan kelompok orang baru tetapi merupakan sebuah kelompok profesional yang
terorganisir.
Kasus dan bisnis hoax serta ujaran kebencian tumbuh subur ditengah maraknya tahun politik yang
ada di Indonesia. Bukan hanya oleh Saracen, media sosial sering menjadi media penyebaran hoax
yang baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh perorangan (VOA Indonesia, 2017). Angka ini
tumbuh pesat seiring dengan banyaknya perorangan yang ingin menuliskan pikiran atau idenya yang
berkaitan dengan politik. Walaupun saat ini sudah ada undang-undang ITE yang mengatur mengenai
bagaimana bersikap dan berinteraksi di dunia maya, namun UU ITE ini dirasa belum tersosialisasi
dengan baik sehingga masih banyak orang yang tidak mengindahkan peraturan tersebut
1. Ditinjau dari berbagai sudut pandang, berita hoax atau berita bohong merupakan sesuatu yang
melanggar norma dan menyalahi etika.
2. Diperlukan sosialisasi yang lebih gencar mengenai UU ITE agar masyarakat lebih paham akan
hak dan kewajibannya serta mengetahui rambu-rambu dalam berinteraksi di dunia maya
3. Saring sebelum sharing. Pengguna media sosial harus menyadari akan pentingnya
melakukan check and re-check sebelum melakukan retweet, RePost atau lainnya.
1. Bullying
Bullying berasal dari kata berbahasa inggris “bully” berarti
menggertak, mengganggu. Bullying dalam arti luas adalah
sebuah perilaku secara agresif mengancam, memberikan
kekerasan secara fisik maupun psikologis dengan maksud
untuk mengintimidasi orang lain. Bullying tidak hanya terjadi
dengan kontak fisik secara langsung. Intimidasi lewat media
sosial juga dikategorikan sebagai bullying. Bullying termasuk
tindak kriminal. Hal- hal yang termasuk bullying antara lain
menimbulkan ancaman fisik atau psikis, mencemooh atas
dasar perbedaan gender, suku, agama, dan ras, mencemooh
dan melakukan hal mengganggu yang mengandung unsur
seksual, melakukan tindakan yang berisi ancaman kekerasan,
dan melakukan pemerasan.
Bullying oleh remaja bukan hanya terjadi di sekolah. Tetapi tak
sedikit membawanya dalam sosial media. Dalam media sosial
para pelaku bullying merasa lebih leluasa mencemooh dan
mengintimidasi korban dengan komentar- komentas tidak
pantas. Pelaku yang mempunyai masalah secara pribadi
dengan korba dapat juga mempengaruhi orang lain agar ikut
membenci korban. Parahnya hal- hal semacam ini bisa saja
menjalar ke tindak kriminal lain yaitu hacking atau
pembajakan akun.
Bullying bukan hanya menjerat pada masyarakat biasa. Tak
jarang para artis dan selebgram juga menjadi korban bully.
Bisa dikatakan lebih parah dikarenakan mereka merupakan
publik figur yang memiliki jangkauan yang luas sehingga
mereka menjadi sorotan publik. Menjadi publik figur yang aktif
di media sosial tentu tidak mudah. Mereka harus menjadi
contoh yang baik bagi masyarakat. Reaksi sosial selalu timbul
dalam masyarakat. entah itu baik atau buruk.
2. Ujaran kebencian
Ujaran kebencian atau hate speech akhir- akhir ini menjadi
topik yang hangat dalam kehidupan sosial masyarakat
Indonesia. Pemerintah saat ini sedang gencar memburu para
pelaku ujaran kebencian. Ujaran kebencian sendiri memang
merupakan suatu tindakan yang dapat mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa. Selain menimbulkan perpecahan, ujaran
kebencian juga akan menciptakan prejudice serta melahirkan
sifat pembenci. Kehadiran media sosial juga mempengaruhi
bidang politik. Studi di Amerika Serikat menunjukkan media
sosial alat kampanye yang efektif. Ujaran kebencian sering
dikaitkan dengan suatu kepentingan politik. Hal paling banyak
yang dijadikan sebagai materi hate speech adalah
permasalahan yang berkaitan dengan perbedaan suku, agama,
dan ras. Karena Indonesia merupakan negara yang terdiri atas
berbagai macam perbedaan sehingga materi yang berkaitan
dengan “perbedaan” merupakan hal yang manjur untuk
dijadikan bahan bagi para pelaku ujaran kebencian. Biasanya
ujaran kebencian akan semakin banyak ketika mendekati
pemilihan umum. Banyak akun- akun yang membagi konten
ujaran kebencian seringkali disertai berita hoax guna
memperburuk citra lawan politik pihak yang didukung.
Faktanya, dalam media sosial misalnya Instagram, begitu
banyak akun- akun yang melakukan ujaran kebencian dengan
maksud mempengaruhi pembacanya dan memaksa orang lain
setuju dengan hal itu dengan membeberkan sebuah foto, video
atau artikel yang kebenarannya belum tentu valid.
3. Penipuan Berbasis Toko Online
Di era awal eksisnya media sosial, banyak sekali kasus
mengenai penipuan berbasis toko online. Hal ini terjadi karena
transaksi online merupakan transaksi secara tidak langsung
yang melibatkan 2 pihak sebagai penjual dan pembeli.
Merupakan transaksi yang tidak langsung karena proses jual
beli terjadi lewat media elektronik sehingga kita tidak
mengetahui secara langsug seperti apa barang/ jasa yang akan
kita beli serta tidak mengetahui siapa yang menjualnya.
Penipuan terjadi karena tidak adanya itikad baik oleh penjual.
Banyaknya penipuan terjadi karena customer tergiur dengan
harga murah yang ditawarkan. Kelebihan membeli produk
melalui media sosial adalah kita bebas memilih produk tanpa
harus lelah berjalan layaknya berbelanja di swalayan. Harga
yang ditawarkan juga beraneka ragam dan juga kita dapat
membandingkan harga dan produk antara toko online satu
dengan yang lainnya. Meskipun begitu kekurangannya pun
juga tidak sedikit. Banyaknya online shop fiktif membuat kita
harus pintar- pintar dalam berbelanja. Harga yang murah juga
tak menjamin kualitas suatu produk. Karena produk tersebut
hanya disajikan secara visual. Sedangkan soal kualitas dan
kepastian pengiriman hanya mengandalkan itikad baik pihak
penjual.
4. Pedofilia
Pedofilia tindakan penyimpangan seksual oleh orang dewasa
yang mempunyai hasrat kepada anak- anak. Beberapa
berpendapat batasan umur anak yaitu berusia di bawah 12
tahun, sedangkan beberapa yang lain mencakup anak yang
berusia 14 sampai 16 tahun (kategori remaja). Kasus yang
sempat terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu mengenai
penyalahgunaan media sosial untuk kejahatan pedofilia yaitu
terbongkarnya grup pedofil anak di Facebook. Para pelaku
menyebarkan ratusan konten berbau pornografi dengan anak-
anak sebagai objeknya. Tidak hanya menyebarkan konten
pornografi yang didapat dari pengambilan dari akun lain
bahkan para pelaku sendirilah yang melakukan tindakan
tersebut kemudian merekan kejadian tersebut dan diunggah
dalam grup. Grup Facebook Loly Candy terdiri dari 4 admin
grup dan memili ratusan anggota pedofil. Para pelaku yang
menyebarkan konten ke grup dibayar Rp.15000 per konten
yang ditransfer lewat akun paypal mereka. Hal ini memberi
fakta bahwa akan makin banyak anak- anak yang menjadi
korban karena perbuatan mereka malah diberi imbalan
terlepas itu adalah perilaku penyimpangan seksual yang
mereka miliki. Peran orang tua menjadi sangat penting.
Pentingnya pengenalan pendidikan seksualisme kenapa anak
di usia dini. Anak harus diberi pengertian bahwa mereka
memiliki bagian tubuh yang tidak boleh dilihat atau disetuh
oleh orang lain.
Jika dicermati berita kriminal hari demi hari dan angka kriminalitas di Indonesia, setiap
kita patut waspada pada resiko terkena korban tindak kriminal. Mengapa ? Angka
kriminalitas (kejahatan) dari tahun ke tahun terus meningkat dan jenisnya beragam.
Bahkan ada tindak kriminal yang terjadi sulit diterima akal sehat kita. Berbagai laporan
menyebutkan, meningkatnya tindak kriminal disebabkan atau dipicu berbagai persoalan
seperti, ekonomi, sosial, konflik dan rendahnya kesadaran hukum. Di lain hal tindakan
kriminal tidak jarang dipicu oleh persoalan-persoalan sepele. Jumlah tindak
kejahatan atau kriminal di Indonesia menunjukkan tren meningkat sejak 2014-2016.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka kejahatan pada 2016 mencapai
357.197 kasus meningkat 1,2 persen dari tahun sebelumnya.
Demikian pula jumlah kejahatan yang diselesaikan pada 2016 meningkat 2,27 persen
menjadi 209.821 kasus dari tahun sebelumnya. Sehingga rasio penyelesaian kasus
kejahatan juga meningkat menjadi 58,74 persen dari tahun sebelumnya 58,13 persen.
Sementara risiko terkena tindak kejahatan pada 2016 sebanyak 140 kejahatan per
100.000 penduduk, sama dengan tahun sebelumnya. Adapun selang waktu tindak
kejahatan semakin cepat 1 detik menjadi menjadi 1 menit 28 detik dari tahun
sebelumnya 1 menit 29 detik.
Menurut numbeo.com, dari indeks kejahatan pada tahun 2015, Indonesia berada pada
peringkat 68 dari 147 negara. Negara Isle Of Man berada pada peringkat 1 negara dengan
tingkat kejahatan rendah dengan safety indek 84,90 % dan crime indek 15.10 %. Singapura
di peringkat 2 negara tingkat kejahatan rendah dengan safety indek 82,41 % dan crime indek
17.59 %. Posisi Indonesia dalam indeks kejahatan itu tercermin pula dalam perkembangan
angka kejahatan dari tahun ke tahun.
Baca juga:
Tingkat Kriminalitas di Indonesia Tahun 2018 dan Resiko Penduduk Terkena Tindak Pidana
Bentuk dan Jenis Hukuman (punishment) Dalam Hukum Pidana di Indonesia
Atas data itu, maka bisa dibayangkan betapa soal kriminalitas di Indonesia harus menjadi
perhatian pemerintah yang sungguh-sungguh. Bahkan ancaman tindak kejahatan mengintai
kita dimana-mana. Selain itu, di perlukan penanganan khusus untuk menekan angka
kriminalitas beberapa wilayah Indonesia yang angka kriminal cukup tinggi dan cenderung
terus meningkat. Secara keseluruhan angka kejahatan di propinsi-propinsi di Indonesia
sebagai berikut:
Dari ratusan ribu kejahatan yang terjadi setiap tahunnya (periode 2011-2013), Polri
mengkategorikan 11 jenis kejahatan khusus yang dikategorikan sebagai tindak pidana yang
menonjol, yakni; pencurian dengan pemberatan, curamor, penganiayaan berat, narkoba,
perjudian, pencurian dengan kekerasan, pemerasan, pencurian kayu, penggunaan senjata
api dan bahan peledak, penyeludupan dan korupsi. Kejahatan yang terus mengalami
peningkatan adalah pencurian kendaraan bermotor dan pencurian dengan kekerasan.
Sedangkan pencurian dengan pemberatan dan perjudian mengalami penurunan setiap
tahunnya.
Atas kejahatan pencurian kendaraan bermotor dan pencurian dengan kekerasan yang
menonjol dan terus meningkat dari tahun ketahun, maka bisa dipahami persoalan ekonomi
dan kesejahteraan tentu harus menjadi perhatian pemerintah. Logikanya, orang mencuri
lazimnya tentu karena tidak punya atau ekonominya sulit untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan sehari-hari. Kesulitan ekonomi itu bisa disebabkan berbagai hal, termasuk karena
tidak punya pekerjaan atau pendapatan dari hasil usaha tidak mencukupi. Dalam perspektif
ini, maka sukar dibantah, bahwa ada korelasi antara tingkat kejahatan dengan tingkat
ekonomi suatu masyarakat. Karenanya, meningkatkan perekonomian masyarakat dan
menciptakan lapangan kerja yang memadai, pada akhirnya tentu akan berdampak pada
penurunan angka kriminalitas, khususnya kejahatan pencurian. (catatan ringan: Boy Yendra
Tamin)
Di Indonesia saja ada ribuan kasus yang muncul akibat dari perbuatan melanggar hukum.
Kasus yang ribuan itu pun hanya kasus yang sempat tercatat dan diproses di pengadilan.
Dalam keseharian sulit dihitung berapa banyak terjadi pelanggaran hukum. Namun
demikian, apa alasan yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan/perbuatan
melanggar hukum ? Berikut ini adalah beberapa hal diantaranya alasan seseorang
melakukan perbuatan melanggar hukum.
1. Tidak tahu
Alasan yang paling umum kenapa seseorang melanggar hukum adalah dengan alasan tidak
tahu ada aturan hukum. Alasan ini sebenarnya alasan klasik, karena setiap tindakan
manusia ada aturan yang mengaturnya, apalagi jika negara sudah menyatakan dirinya
negara hukum. Alasan ini tidak membebaskan seseorang dari saksi hukum.
2. Tidak mau tahu
Banyak orang tahu aturan hukum ketika melakukan suatu tindakan atau perbuatan, tetapi
aturan itu dilanggar dan diabaikan. Biasanya orang seperti ini merasa hukum telah menjadi
penghambat bagi pencapaian keinginannya. Sepanjang tidak ada yang mengusik atau
merasa aman-aman saja, ia akan terus melakukannya dan ia baru berhenti saat
perbuatannya ada yang melaporkannya, atau tertangkap petugas hukum dan diproses
secara hukum. Tindakan orang serupa ini tergolong perbuatan melanggar hukum yang
mendasar karena ada unsur kesengajaan.
3. Terpaksa
Sabar adalah sebagian dari iman. Tetapi seseorang melanggar hukum karena tidak sabar,
sehingga tidak mampu mengendalikan dirinya, dan emosinya yang meledak. Biasanya
perbuatan melanggar hukum pada orang seperti ini, orangnya tidak berfikir panjang dan tidak
memikirkan akibat hukum dari perbuatan atau tindakannya. Bagi orang serupa ini, urusan
hukum belakangan yang terpenting baginya ia harus puaskan dan salurkan emosinya
terlebih dahulu.
5. Niat jahat.
Tuntutan hidup atau pencapaian target atau untuk meraih sebuah kesempatan, sehingga
banyak orang mencari jalan bagaimana ia bisa mencapainya. Orang seperti ini biasanya,
akan melakukan perbuatan melanggar hukum ketika ada yang menjadi hambatan bagi dia
untuk mencapai tujuannya. Mencari-celah-celah hukum yang bisa dimanfaatkan biasa
menjadi “harta karun” bagi orang seperti ini. Kemudian ada juga, orang seperti ini tidak segan
melakukan tindakan untuk menganiaya seseorang yang tidak ia sukai atau ia pandang
sebagai ancaman bagi dirinya.
6. Sudah Terbiasa.
Orang yang sudah biasa melanggar hukum bukan lagi hal yang aneh dan merepotkan bagi
untuk kembali melakukan pelanggaran hukum. Meskipun sudah pernah mendapat ganjaran,
tetapi ganjaran yang pernah ia terima itu bukannya membuat dia sadar, melainkan ia makin
paham dan mahir untuk melakukan pelanggaran hukum lagi. Orang seperti ini sudah
memperhitungkan akibat yang akan diterima apabila ia melanggar hukum dan perbuatan itu
dilakukannya dengan penuh kesadaran. Pelanggaran hukum ini bobotnya lebih berat.
Pada prinsipnya manusia terlahir baik dan nilai-nilai kebaikan itu ada dalam diri setiap
manusia. Dan manusia pada umumnya cenderung berbuat baik atau melakukan yang baik-
baik. Tetapi karena ada kesempatan atau peluang, ia pun melakukan suatu perbuatan yang
melanggar hukum. Pelanggaran hukum dengan alasan adanya kesempatan, cenderung
dating tiba-tiba ketika melihat objeknya.
8. Membela diri.
Alasan melanggar hukum dengan dalil membela diri merupakan alasan yang tidak kalah
seringnya dijadikan seseorang untuk menghalalkan perbuatannya. Hukum sendiri
sebenarnya memberikan tempat khusus bagi orang yang melanggar hukum karena alasan
membela diri, dan bila alasan membela diri itu bisa dibuktikan dan sesuai dengan ukuran
timbangannya yang diberikan hukum, orang tersebut ada kemungkinan terbebas dari
ancaman hukuman. Tetapi alasan membela diri tidaklah semudah diucapkan karena banyak
hal lain yang terkait dengan perbuatan melanggar hukum bersangkutan.
Karena ada banyak sistem hukum yang berlaku, maka seseorang memilih salah satu
ketentuan dari sistem hukum yang ada. Misalnya dengan hukum agama, seorang laki-laki
boleh punya istri dari satu, tetapi hukum negara tidak memperbolehkannya, kecuali ada
alasan yang sah. Maka orang tersebut tetap meneruskan niatnya kawin lagi, dan ia dengan
sadar melanggar hukum negara.
Alasan ini jarang terjadi, tetapi bila diselidiki mungkin pernah terjadi. Alasan melanggar
hukum dalam konteks ini lebih merupakan berkaitan dengan prinsip yang dianut seseorang.
Tetapi ia tidak dapat dijadikan alasan pembenar, karena setiap aturan hukum yang dibentuk
tidak bisa memuaskan setiap orang. Artinya jika suatu hukum sudah dibuat dan disepakati
oleh lembaga yang sah dan berwenang, maka setiap orang harus mematuhinya.
11. Tergoda
Tidak sedikit orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum karena tergoda akan
sesuatu yang menguntungkan dirinya, padahal itu itu tahu betul perbuatan yang akan
dilakukannya melanggar hukum. Perbuatan melanggar hukum dengan alasan tergoda ini
bisa berkombinasi dengan alasan-alasan yang lain.
Tidak jarang juga orang melanggar hukum karena merasa dirinya yang paling dan ia
menganggap dirinya mengerti benar dengan hukum. Orang ini seringkali mengabaikan
nasehat orang lain dan selalu mencarikan alasan-alasan bagi pembenaran perbuatannya,
meskipun kepadanya telah ditunjukkan ada aturan lain dari dari aturan hukum yang
dipahaminya.
ingginya tingkat kriminalitas bukan lagi hal yang asing lagi di beberapa negara, bahkan
anak-anak remaja sudah berani melakukan tindakan kriminal. Lalu apa sebenarnya yang
menyebabkan semua hal yang menyangkut kriminal tersebut bisa terjadi? Untuk
mendapatkan jawaban yang lenih jelas lagi, mari kita simak sama-sama artikel di bawah ini.
Apalagi kalau menjelang hari raya Idul Fitri maka aksi kriminalitas marak terjadi
belakangan. Bahkan pelaku tidak segan untuk melukai dan menembak korbannya hingga
tewas. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara
dan bahkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia.
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data dari tahun 1997, Indonesia sudah
menempati posisi tersebut di bawah China, India dan Amerika Serikat. Hal ini sangat
memilukan mengingat semakin banyaknya penduduk maka kepadatan penduduk pun juga
tinggi.
Faktor Ekonomi
Faktor pertama ini memang sangat berpengaruh terhadap tingginya angka kriminalitas,
kenapa? Kondisi bangsa Indonesia yang perekonomiannya semakin merosot menimbulkan
banyak penderitaan bagi rakyat Indonesia. Meningkatnya angka kriminalitas di Indonesia
bisa dilihat dari faktor ekonomi. Banyaknya pengangguran yang terjadi di mana-mana
dikarenakan kurangnya keterampilan atau pendidikan seseorang atau dikarenakan masih
terbatasnya lapangan pekerjaan di Indonesia.
Tuntutan akan kebutuhan membuat sejumlah orang yang tertekan keadaan ekonominya
menjadi lebih agresif lagi dalam hal mencari nafkah. Ditambah lagi keinginan untuk
mendapatkan penghasilan secara instan menjadi salah satu penyebab mengapa seseorang
mempunyai kenekatan dan nyali untuk melakukan aksi kejahatan.
Ketergantungan Narkoba
Tidak menutup kemungkinan dan memang banyak fakta di lapangan yang menjadi faktor
mengapa banyak orang mulai nekat untuk melakukan aksi kejahatannya juga didasari oleh
kebutuhan dalam mencukupi efek ketagihan obat–obatan terlarang bagi mereka yang
sudah menjadi pecandu.
Tidak peduli dengan kebutuhan sehari hari selain bagaimana mereka bisa mendapatkan
uang secara instan lalu bisa membeli obat – obatan yang sudah menjadi kebutuhan
utamanya sejak ia menjadi pecandu. Seseorang yang sudah kecanduan atau seseorang
yang memiliki mentalitas yang labil pasti akan mempunyai jalan pikiran yang singkat tanpa
memikirkan dampak yang akan terjadi. Layaknya seorang preman jika ingin memenuhi
kebutahannnya mungkin dia hanya akan menggunakan cara yang mudah seperti meminta
pungutan liar, pemerasan dan lain sebagainya.
Faktor Lingkungan
Hal yang juga sangat mendukung dan membentuk karakter seseorang, mengapa mereka
menjadi berani melakukan bermacam tindak kejahatan adalah pengaruh dari lingkungan
juga. Lingkungan yang baik akan membentuk banyak pribadi yang baik dan begitu pula
sebaliknya. Entah itu dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar. Mereka yang
sudah terdoktrin oleh lingkungan bahwa seorang saja tidak melakukan tindakan kriminal di
lingkungan itu akan dianggap sebagai minoritas.
Faktor Agama
Angka kriminalitas yang tinggi di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Bagaimana
tidak? Seseorang mampu melakukan kejahatan disebabkan pula karena kurangnya iman
dan takwa kepada Tuhan sehingga seseorang dengan gampang melakukan perbuatan
kriminal. Di tengah kondisi bangsa Indonesia yang kritis seperti sekarang ini, seseorang
harus lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan dan lebih banyak beribadah sehingga
dapat memperkuat iman dan takwa agar dijauhkan dari segala perbuatan-perbuatan dosa.
Namun banyaknya aliran-aliran sesat yang dapat menyesatkan manusia ke jalan salah dan
membuat seseorang tertipu dan dapat menuruti semua ajaran-ajaran yang sesat itu.
Gaya Hidup
Banyak orang ingin semakin bersaing dalam hal kesejahteraan materi dan banyak orang
juga tidak lagi mengenal bagaimana mendapatkan sebuah penghasilan dengan cara yang
benar karena yang terpenting adalah menghasilkan. Mereka menilai bahwa penghasilan
dapat didapatkan dengan mudah ketika bisa mengimbangi gaya hidup orang lain. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan tindakan kriminal ataupun kejahatan namun perlu disadari,
faktor kemiskinanlah yang menjadi modal awal terjadinya tuntutan kebutuhan hidup.
Pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan maupun kekurangan akan mempersulit
seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik dari segi kebutuhan sandang (pakaian),
pangan (makanan), papan (tempat tinggal) dan juga pendidikan serta kesehatan.
Seseorang yang tadinya mempunyai kondisi psikis yang baik maka selanjutnya orang juga
akan mempunyai dampak psikis yang mengarah kepada perilaku kriminal jika meminum
minuman keras. Biasanya minuman beralkohol akan membuat orang menjadi lebih sensitif
dan mudah marah.
Minum minuman keras (miras) merupakan kebiasaan buruk yang dapat merusak
kesehatan, menimbulkan suatu tindak pidana serta menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Minuman keras atau miras akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian seperti adanya miras
oplosan, tingginya kecelakaan lalu lintas di bawah pengaruh alkohol, banyaknya tindak
pidana yang bermula karena pengaruh miras sehingga perlu adanya perhatian khusus
dalam mengatasi miras.
Ya, demikianlah beberapa faktor yang dianggap sangat berpengaruh terhadap tingginya
tingkat kriminalitas. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan masyarakat
agar tidak terjadi lagi yang namanya tindakan kriminalitas di negara ini.
Tidak bisa dipungkiri, kriminalitas sudah menjadi bagian dari kehidupan bersosial
dan bermasyarakat. Kriminalitas pun tidak dilakukan dengan sendirinya,
melainkan karena ada niat dan kesempatan untuk melakukannya.
Mungkin kamu sendiri memahami, bahwa ekonomi adalah salah satu alasan
yang sangat mempengaruhi kehidupan banyak orang. Salah satunya adalah
faktor kebutuhan, setiap orang pasti mempunyai yang namanya kebutuhan.
Entah itu kebutuhan yang bersifat kebutuhan sehari - hari, atau kebutuhan yang
menunjang sebuah gaya hidup. Diantaranya adalah kebutuhan yang banyak
orang buat untuk sebuah persaingan dalam pandangan suatu status sosial.
Biasanya memang tidak serta merta seperti itu saja, namun juga karena
seseorang memiliki suatu perasaan tidak ingin tersaingi satu sama lain dalam hal
kecil sekalipun.
Kriminalitas juga lahir dari sebuah himpitan ekonomi dan seringkali itu terjadi.
Dengan kondisi yang bisa dibilang kepepet, akhirnya orang akan mempunyai
cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menghalalkan
segala cara. Seperti kegiatan mencuri, menipu, pencopetan, dan perampokan
yang disertai dengan kekerasan yang belakangan ini masih sering terjadi di
tengah gencarnya pengamanan dan patrol yang dilakukan pihak yang berwajib.
Jumlah yang banyak dan kian tidak terkontrol dari pelaku kriminalitas inilah yang
membuat aksi – aksi kriminalitas semakin sulit untuk di berangus.
Hal yang juga sangat mendukung dan membentuk karakter seseorang, mengapa
mereka menjadi berani melakukan bermacam tindak kejahatan adalah pengaruh
dari lingkungan juga. Lingkungan yang baik akan membentuk banyak pribadi
yang baik, dan begitu pula sebaliknya. Entah itu dari lingkungan keluarga,
maupun linkungan sekitar. Mereka yang sudah terdoktrin oleh lingkungan bahwa
seorang saja tidak melakukan tindakan kriminal di lingkungan itu akan dianggap
sebagai minoritas
Pengaruh ini terbentuk dari mereka yang terbiasa membentuk geng sejak masih
muda, dan tenggelam dalam kepuasan dalam mencari pengakuan bahwa
mereka adalah yang mendominasi. Dan biasanya mereka yang melakukan
tindak kriminal secara berkomplot biasanya didasari dengan rasa
kesetiakawanan karena merasa senasib dan susah senang bersama. Dan tidak
jarang bagi mereka yang sudah menikah, yang menjadi imbas ketika mereka
terkena proses hukum atau main hakim sendiri oleh masyarakat adalah istri dan
anak – anaknya.
Alkohol bukanlah pilihan yang tepat jika kamu menginginkan sebuah minuman
yang sehat untuk dikonsumsi. Tak dipungkiri, pengaruh langsung dari alkohol
akan memberi dampak buruk dalam jangka pendek namun dalam jangka
panjangnya, akan berpengaruh langsung kepada psikis seseorang. Seseorang
yang tadinya mempunyai kondisi psikis yang baik, selanjutnya orang juga akan
mempunyai dampak psikis yang mengarah kepada perilaku kriminal. Biasanya
minuman beralkohol akan membuat orang menjadi lebih sensitif dan mudah
marah.
Di jaman milennial seperti ini, banyak orang ingin semakin bersaing dalam hal
kesejahteraan materi. Banyak orang juga tidak lagi mengenal bagaimana
mendapatkan sebuah penghasilan dengan cara yang benar, asalkan
menghasilkan. Mereka menilai bahwa penghasilan dapat didapatkan dengan
mudah ketika bisa mengimbangi gaya hidup orang lain. Gaya hidup makin kesini
juga makin tinggi karena banyak orang menilai seseorang pantas untuk
dipandang ketika ia memiliki kelebihan harta. Tidak dipungkiri, gaya hidup
semakin dikejar juga semakin mengiris ekonomi seseorang.
8. Bekas Narapidana
Mungkin hal ini masih banyak menjadi rahasia umum bagi banyak orang, terlebih
bagi yang belum mengetahui seluk beluk mengenai dunia kriminalitas. Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa angka kriminalitas yang semakin tumbuh dari
tahun ke tahun juga karena ada faktor pencarian kekuasaan wilayah atau
pembuktian diri. Pelaku kriminalitas juga mempunyai tatto yang menunjukkan
seberapa tinggi kriminalitas atau seluas apa wilayah kriminalitas seorang pelaku
kriminal, yang menjadikannya lebih disegani antar pelaku kriminal lainnnya
dalam bentuk kelompok. Semisal sebuah nama “Hercules” yang cukup disegani
di Jakarta sebagai seorang yang mempunyai wilayah kekuasaan tertentu
bersama kelompoknya.
Jakarta, CNN Indonesia -- Angka kejahatan di DKI Jakarta diprediksi akan terus meningkat. Hal
tersebut dipicu oleh lemahnya pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan dan faktor ekonomi
sosial yang mendorong seseorang melakukan tindak kejahatan.
Sebab, berdasarkan studi yang dilakukan Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia Fakultas
Hukum Indonesia (MaPPI FHUI), pelaku tindak kejahatan merupakan 'pemain-pemain' baru.
Studi MaPPI dilakukan dengan meneliti 1.276 putusan pengadilan tindak pidana ringan se-DKI
Jakarta tahun 2010-2015. Hasil studi menunjukkan 98,8 persen pelaku kejahatan adalah pelaku
baru. Sisanya 2,9 persen adalah 'pemain lama' atau residivis.
Pelaku-pelaku baru di dunia kejahatan, menurut Peneliti MaPPI FHUI Bestha Inatsan, jika tidak
ditangani secara baik maka bisa berpotensi mengulangi lagi perbuatannya. Bahkan, berpotensi
menjadi residivis.
"Saat keluar dari penjara, mereka enggak tahu mau ngapain, terpaksa masuk lagi. Makan dan tidur
gratis," kata Betsha di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, kemarin.
Lihat juga:
Yasonna Sebut Tren Kejahatan Lapas Meningkat Jelang Lebaran
Pelaku kejahatan baru ini, kata Betsha, didominasi laki-laki dengan jumlah 81,9 persen, sementara
perempuan berjumlah 10,5 persen.
Dari sisi usia, lanjut Betsa, studi menemukan ada 34,4 persen pelaku kejahatan rata-rata berusia
15-24 tahun.
Bestha mengatakan, pemicu utama munculnya tindak pidana ringan di Jakarta disebabkan oleh
kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan yang minim.
Dia menyebut sebagian besar kasus pencurian dilakukan oleh pengangguran. "Sebanyak 36,7
persen," kata dia.
Lihat juga:
Kenali Tanda Anak jadi Korban Pelecehan Seksual
Adapun objek yang paling banyak dicuri, jelas dia, adalah ponsel dan laptop sebanyak 34,7 persen.
Kemudian diikuti pencurian sepeda motor sebanyak 18,4 persen.
"Dalam perkara pembunuhan pelaku terbanyak bekerja di sektor buruh, pedagang kecil, sopir dan
lainnya itu sebesar 33,4 persen. Yang kedua bekerja di sektor swasta yakni 20,5 persen," ucapnya.
Peneliti MaPPI lainnya, Muhamad Rizaldi menambahkan, meningkatnya tindak kejahatan juga
dipicu proses penanganan perkara di pengadilan yang mengakibatkan kelebihan kapasitas di
penjara.
Dia menyebut, kelebihan kapasitas membuat narapidana tidak ditangani secara baik.
"Over capacity membuat napi tidak mendapat pembinaan yang baik," kata Rizaldi.
Menurut Rizaldi, pemicu kapasitas berlebihan disebabkan oleh penanganan perkara secara
berlebihan yakni hakim memeriksa terdakwa menggunakan acara pemeriksaan cepat.
Padahal, kata dia, untuk tindak pidana ringan, putusan pengadilan harus mengacu pada ketentuan
Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP)
ataupun Peraturan Mahkamah Agung nomor 2 tahun 2012.
Aturannya, kata Rizaldi, untuk pidana ringan hukuman yang dijatuhkan adalah tiga bulan penjara
dan denda Rp1.000 sesuai KUHP.
Dalam catatan MaPPI, kata Rizaldi, dari 175 perkara yang ditangani pengadilan, hanya empat
perkara yang putusannya tiga bulan sesuai Perma nomor 2 tahun 2012.
Selebihnya, lanjut dia hakim menjatuhkan vonis lebih dari tiga bulan.
Mosi :
Pemberlakuan sistem keadilan hukum di Indonesia masih
sangat rendah
Indonesia berada di antara peringkat terbawah 15 negara Asia-Pasifik, yaitu pada posisi 10 di bawah
Singapura, Malaysia, dan Filipina. Salah satu penyumbang poin buruk ialah rendahnya integritas dan
etika di lingkungan peradilan. Indonesia berada di peringkat ke-74 (dari 102 negara dunia) atau ke-14
(dari 15 negara Asia-Pasifik). Rendahnya posisi Indonesia disebabkan pencari keadilan sulit
mendapat akses civil justice melalui peradilan. Pada dimensi ini, Indonesia berada di peringkat ke-83
(102 negara dunia) atau ke-13 (dari 15 negara Asia-Pasifik). "Oleh karena itu, hasil temuan
investigasi Ombudsman RI akan kami sampaikan kepada Mahkamah Agung dalam bentuk saran
perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di pengadilan," jelas mantan komisioner
Kompolnas itu.
Upaya ke arah perbaikan sebenarnya sudah menjadi pemikiran Mahkamah Agung (MA) dengan
memisahkan struktur sekretaris dan panitera yang selama ini dianggap paling rentan. Peraturan MA
Nomor 7 Tahun 2015 yang disahkan pada 8 Oktober dengan tegas memisahkan tanggung jawab
Sekretaris MA dari urusan administrasi yudisial. Kenyataannya, Peraturan MA Nomor 7 malah
dijadikan tameng oleh Sekretaris MA untuk menghindar dari tuduhan mafia peradilan. Peneliti Pusat
Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Miko Susanto Ginting juga melihat Peraturan MA Nomor 7
Tahun 2015 tidak menjamin pemisahan administrasi lembaga dan administrasi yudisial. Dalam
praktiknya, urusan administrasi yudisial kerap mampir di bagian administrasi lembaga, begitu pun
sebaliknya.
Dengan begitu, bukan sesuatu yang aneh jika jual beli perkara bisa dilakukan saat awal pendaftaran
perkara. Alur penanganan perkara, mulai biro umum sampai kembali ke pengadilan pengaju, harus
melalui 27 tahapan. Dari tahapan-tahapan itu, ada tiga pihak yang memiliki kewenangan dalam
pengelolaan berkas. Pertama, biro umum di bawah badan urusan peradilan (BUA); kedua, di bawah
direktorat pranata dan tata laksana (pratala) Dirjen Badan Peradilan; ketiga, di bawah kepaniteraan.
Terbalik-balik
Kenyataannya, itu bisa terbalik-balik. Misal, saat pemeriksaan berkas oleh biro umum, di saat
bersamaan, itu dilakukan juga oleh pranata pelaksana. Jika hasil tidak sama, akan kembali ke proses
awal. Sebab itu, kata Miko Ginting, tidak mengherankan jika kasasi membutuhkan waktu hingga 1
tahun. Perkara yang saat ini menumpuk di MA sekitar 17 ribu berkas. Dengan banyaknya kasus, bisa
dibayangkan berapa banyak perkara yang mungkin disalahgunakan. Bisa dikatakan, hampir semua
orang di MA punya kesempatan untuk menyalahgunakan kewenangan, dari skala kecil hingga ke
skala paling besar. Miko memberikan contoh pengalaman salah satu seniornya di PSHK. Saat senior
minta buku l laporan tahunan, satpam MA mengarahkan dia ke dapur. "Orang pantry menjual Rp40
ribu per buku. Itu kan mengherankan. Dokumen publik pun diuangkan." Untuk menyikapi
pengawasan, komisioner Komisi Yudisial Bidang Hubungan Antarlembaga dan Layanan Informasi
Farid Wajdi mengakui pihaknya sulit mengawasi hakim di MA.
Saat ini salah satu perdebatan yang belum tuntas ialah terkait dengan hambatan untuk mengaudit
sikap hakim dalam teknis yudisial yang kerap menimbulkan bias dalam pengawasan hakim. MA
kerap berwacana pada istilah perilaku murni versus teknis yudisial. Padahal, teknis yudisial dalam
bentuk putusan hakim bisa dijadikan tameng untuk merepresentasikan iktikad buruk dalam
penanganan perkara. "Misal, ada putusan hakim yang memanipulasi keterangan saksi. Ini kan ada
unsur kesengajaan dan bukan kelalaian. Dalam hal seperti itu, MA menghambat agar KY tidak
intervensi. Padahal, KY hanya ingin melihat itu sebagai sikap tidak professional," lanjutnya.
Selain hambatan dalam teknis yudisial, KY pun tidak bisa mengawasi perilaku aparatur nonhakim.
Padahal, dalam kaitan problematika penegakan hukum, hakim tidak berdiri sendiri. Ada atasan,
bawahan, rekan sejawat, serta aparatur nonhakim yang juga terlibat dalam proses hukum dan saling
memengaruhi. Komisioner yang juga mantan praktisi hukum itu mendudukkan kemungkinan
permainan suap di Mahkamah Agung. Pertama, asumsi hakim terlibat. Dalam kondisi terkini, agak
kecil kemungkinan hakim agung terlibat karena pengawasan di tingkat nasional begitu ketat.
"Modusnya, kalaupun bermain, pihak beperkara mentransfer ke pihak ketiga yang memiliki
hubungan dengan hakim terkait," cetusnya. Bisa pula transaksi terjadi di luar kota atau luar negeri.
"Ada adegiumnya. Kalau ada hakim yang menangani perkara besar, kemudian melakukan medical
check-up ke luar negeri, atut dicurigai."